Chapter Text
Sudah sekitar 12 tahun berlalu semenjak beberapa petualangan antara Digimon dan manusia berlangsung baik di dunia nyata maupun di dunia digital sendiri. Semuanya kembali aman seperti semula, namun usaha untuk mengembalikannya sangat berat karena beberapa musuh yang pernah dihadapi cukup berat dan belum lagi keberadaan Digimon sendiri masih ditakuti manusia. Beruntungnya... beberapa orang ditunjuk kembali menjadi Digi-destinied untuk menyatukan manusia dengan para Digimon.
~New York, Amerika Serikat, 10 Malam~
“Hehe... kali ini Leo tak bisa menangkapku lagi. Enak saja dia memintaku untuk tinggal di rumah.” Ungkap seorang pemuda berambut merah yang tengah berlari di sudut kota New York. Jaket coklatnya tersibak karena tertiup angin. Kelihatannya, pemuda ini tak mau ditahan terus di dalam rumahnya. Ia ingin bertualang sendirian, tidak peduli dengan kakaknya yang sedang mencarinya. Sayangnya, ada hal yang ia tak sadari. Sesuatu berbentuk seperti bulatan dengan dua antena tepat di depan kaki pemuda itu, sedangkan sang pemuda masih fokus melihat ke belakangnya. Alhasil, sang pemuda tersandung mengenai bulatan itu dan terjatuh.
“Aduh!” Bulatan kecil itu meringis, begitu juga dengan sang pemuda. Pemuda tersebut duduk perlahan dan membersihkan kotoran di celananya. Ketika ia menatap bulatan itu, ia mengira bulatan itu adalah boneka.
“Duh, siapa sih yang menaruh boneka sembarangan di sini?” Tanyanya dengan kesal.
“Hei! Kau kalau lari juga lihat jalan juga! Jangan terfokus ke belakang!!” Kata bulatan itu juga dengan kesal ke arah pemuda itu. Keduanya terdiam, namun tak lama kemudian sang pemuda menjerit histeris melihat bulatan itu bersuara. Ia bergerak mundur dengan panik menggunakan tangannya.
“K-Kau... Kau bisa berbicara?!” Tanyanya dengan panik. “Aku pasti kebanyakan makan pizza... ini pasti mimpi...”
“Ini bukan mimpi.” Kata bulatan itu. “Namaku Koromon. Aku tersesat kemari dan aku sedang mencari orang yang cocok menjadi tamerku. Kau tahu... seperti rekan?” Sambungnya.
“Okay... Koromon, dari mana asalmu?” Tanya pemuda itu.
“Dunia digital.” Jawab Koromon dengan percaya diri. Tentu saja hal itu membuat pemuda tersebut terkejut.
“Hold it right there! Dunia digital katamu? Apa kau tak tahu betapa riskan datang ke sini untuk bertemu manusia? Kau seperti menunggu maut menjemput!” Seru pemuda itu. Koromon sedih mendengar pernyataan pemuda itu.
“Tapi... aku ingin mencari tamer yang baik dan dapat melindungiku.” Kata Koromon. Pemuda itu walaupun sangat garang dan galak, ia tak tega melihat makhluk kecil itu bersedih. Ia mengambil Koromon dan menggendongnya.
“Baiklah... tapi kau janji tidak mengacau di sini, alright? Kita impas.” Kata pemuda berambut merah itu. Koromon melonjak gembira di gendongan pemuda itu.
“Iya! Namamu siapa kalau begitu?” Tanya Koromon. Pemuda itu tersenyum simpul.
“Namaku... Hamato Raphael. Kumohon bantuanmu, ya...” Kata pemuda itu. Tak lama kemudian, Raphael merasakan tubuhnya perlahan menghilang, bersama dengan Koromon. “H-HEI! APA YANG TERJADI?!” Tanya Raphael, atau yang sering dipanggil Raph, dengan panik.
“Kita akan ke dunia digital!” Jawab Koromon dengan senang. Tentu saja hal itu membuat Raph berteriak dengan paniknya. Ia tak akan tahu nasibnya nanti ketika ia di dunia digital. Tak lama kemudian, tubuhnya bersama Koromon benar-benar menghilang dari tempatnya berdiri.
~Desa Terpencil Konoha, Jepang, 11 Siang~
“Aku berangkat dulu, ibu!” Kata seorang gadis berambut merah muda meninggalkan rumahnya. Gadis itu terlihat membawa tas dan peralatan berkebun. Kelihatannya ia ingin pergi ke suatu taman atau hutan.
“Hati-hati dalam mengambil sampel tanamannya nak. Jangan sampai kau mengambil tanaman beracun ya!” Kata suara dari dalam rumah itu, yang tak lain adalah suara ibu dari gadis itu. Gadis itu mengatakan iya dengan suara keras dari luar. Lalu, gadis itu berlari meninggalkan rumahnya menuju sebuah hutan terpencil di dekat desa itu. Matanya menatap area di sekitarnya dan ia menangkap sebuah tanaman usia muda, namun ukurannya besar.
“Ini aneh... bagaimana ceritanya ada tanaman usia muda dengan ukuran sebesar ini?” Gumamnya. Ia berusaha mengangkat tanaman itu, namun yang ia tak ketahui... tanaman itu sesungguhnya bukan tanaman asli.
“Aduh! Sakit sekali!” Jeritnya mengaduh. Suara tanaman tersebut tentu membuat gadis itu kebingungan.
“Hah? Kok aku mendengar suara sih? Tidak mungkin juga hutan ini berhantu.” Kata gadis itu. Ia melihat ke bawah dan alangkah terkejutnya ia melihat tanaman yang ia tarik ternyata bermata. “Astaga! Aku minta maaf..” Kata gadis itu berjalan mundur karena terkejut. Tanaman itu berjalan menuju ke arah sang gadis. Tentu saja, gadis tersebut takut kalau-kalau tanaman itu nanti akan menyerangnya. Ternyata, tanaman itu menunjukkan tatapan sedih dan penuh penyesalan.
“Aku minta maaf membuatmu takut...” Kata tanaman itu. Lalu ia menyenderkan kepalanya di kaki gadis itu. “Namaku Tanemon. Namamu siapa?” Tanya makhluk berbentuk tanaman itu. Gadis itu tersenyum.
“Sakura. Namaku Haruno Sakura.” Jawab gadis itu sambil menggendong Tanemon. “Kenapa kau di sini, Tanemon?” Tanyanya.
“Aku... aku ingin mencari tamer. Kau cocok sekali untuk menjadi tamerku.” Jawab Tanemon gembira. Sakura menaikkan sebelah alisnya karena bingung.
“Hah? Tamer? Maksudnya apa?” Tanya Sakura bingung. “Asalmu dari mana?”
“Aku dari dunia digital.” Jawaban dari Tanemon tersebut membuat Sakura khawatir.
“Ini terlalu beresiko. Kenapa kau memberanikan diri datang kemari hanya untuk mencari tamer?” Tanya Sakura bingung sekaligus khawatir. Tanemon memberikan senyum termanisnya.
“Karena dunia kami membutuhkan manusia sepertimu.” Jawab Tanemon. Sepertinya Sakura mengerti maksud kedatangan Tanemon ke dunia nyata. Ia tahu persis kalau akan ada bahaya menyerang dunia digital. Dia mau tidak mau harus siap menerima fakta itu. Sontak, Sakura langsung memeluk Tanemon.
“Baiklah. Antarkan aku ke duniamu.” Kata Sakura dengan nada lembut dan senyuman yang menenangkan Tanemon. Ia menutup matanya, menerima apa yang terjadi selanjutnya. Perlahan, ia merasakan tubuhnya menghilang, bersama dengan Tanemon. Tak lama kemudian, Sakura sudah tidak ada di tempat ia berdiri.
~Kyoto, Jepang, 12 Siang~
“Setelah di sini, kutempel lagi di sebelah sini!” Terlihat seorang gadis berambut coklat panjang yang dikuncir ekor kuda, sedang asik menempelkan sebuah poster bergambar pria berambut pirang panjang. Di poster itu tertulis “Dicari! Andy Bogard. Bagi yang menemukannya akan mendapat hadiah.” Kelihatannya gadis ini terobsesi sekali dengan si pria yang bernama Andy Bogard. “Nah! Sudah selesai!” Ternyata gadis itu menempelkan lebih dari 15 poster di dinding gedung yang sama dengan jarak berbeda. Lalu, ia mengambil sekumpulan poster yang ia telah cetak sebelumnya dan sekaleng lem dengan kuas di dalamnya dan pindah ke gedung lainnya. Sayangnya, karena terlalu senang, ia tak memperhatikan langkahnya.
Di jalan yang sama, terlihat makhluk kecil berbentuk bunga, sedang berjalan menuju arah yang berlawanan dengan gadis itu. Alhasil, gadis berambut coklat itu tersandung dan lem serta poster yang ia bawa terlempar. Gadis itu meringis kesakitan. Ia menatap ke arah makhluk itu. Makhluk itu juga meringis kesakitan.
“Aduh sakit...!” Kata makhluk itu. Sang gadis terkejut dan langsung mengambil kipas dari dalam bajunya. Karena shock, gadis itu melempar kipas yang ia ambil ke arah makhluk itu. Ternyata kipas itu mengenai kepala makhluk itu. Tentu saja, makhluk itu mengaduh kesakitan. “Hei! Aku tidak melukaimu!” Ungkapnya kesal. Gadis yang melihat itu merinding ketakutan.
“H-Hih...! Kau bisa berbicara...? Kau kan tanaman!” Kata gadis itu ketakutan. Makhluk itu bangkit perlahan.
“Namaku Pyokomon. Namamu siapa?” Tanya makhluk itu. Gadis itu berusaha menenangkan dirinya, lalu ia menjawab pertanyaan makhluk bernama Pyokomon itu.
“Shiranui Mai, pewaris pemimpin klan Shiranui.” Kata gadis itu. Lalu ia mengambil poster yang terjatuh dekat dengannya. “Dan ini tunanganku, Andy Bogard!” Sambungnya ceria. Tentu, Pyokomon bingung melihat tingkah gadis bernama Mai itu.
“Kau serius itu tunanganmu?” Tanya Pyokomon. Mai terkikih kecil.
“Tentu saja. Hanya saja dia malu mengakuinya.” Kata Mai percaya diri. Pyokomon sweatdrop mendengarnya.
“Aku tak tahu harus bilang apa mendengar pengakuanmu tadi.” Kata makhluk bertubuh merah muda itu.
“Nah, sekarang kenapa kau kemari?” Tanya Mai penasaran. Tiba-tiba, ia merasakan tubuhnya perlahan menghilang. “H-Hei! Pyokomon, kau mau membawaku ke mana?” Tanyanya lagi, tapi dengan panik.
“Aku ingin kau menjadi tamerku.” Kata Pyokomon senang.
“Tapi, bagaimana dengan Andy?!” Tanya Mai dengan panik. Pyokomon tidak menjawab pertanyaan gadis itu dan semakin lama, tubuh mereka semakin tak terlihat. Tak lama kemudian, tubuh mereka berdua benar-benar menghilang.
~SMP Teiko, Tokyo, Jepang, 1 Siang~
“Kerja bagus Ryouta!” Kata seorang pria berusia kepala tiga kepada seorang pemuda berambut pirang yang sedang berpose untuk sesi photo shoot. Pria tersebut adalah anggota agensi sebuah majalah yang kebetulan menjadi sutradara photo shoot untuk pemuda dengan nama keluarga Ryouta itu. Pemuda tersebut bernama Ryouta Kise, siswa SMP Teiko dan sekaligus anggota klub basket Kiseki no Sedai. “Terima kasih untuk bantuannya, Ryouta. Saya jamin majalah ini akan laku dengan anda sebagai model sampulnya.”
“Ah, sama-sama. Semoga beruntung.” Kata Kise sambil mengemas barang-barang dan seragam SMPnya. Tentu saja, sekarang ini ia sedang memakai pakaian untuk modelling kesayangannya. Setelah agensi majalah itu sudah pergi, Kise memutuskan untuk pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya.
Setelah ia mengganti pakaiannya, Kise mengambil telepon selularnya. Ia melihat sms dari temannya yang mengajaknya untuk latihan basket hari ini.
“Akashicchi pasti meminta semuanya tepat waktu.” Gumamnya. Lalu, ia keluar dari toilet dan berjalan menuju ke arah lapangan. Sayangnya, karena ia tak memperhatikan jalan, ia tersandung dan jatuh di lantai dengan keras.
“Ittai ssu. Siapa yang menaruh barang sembarangan sih?” Tanyanya sedikit jengkel. Ia mencari sumber benda yang membuatnya tersandung. Ternyata yang ia lihat adalah sesosok boneka dengan kuping kucing di kepalanya. “Huh? Siapa yang membawa boneka dan menjatuhkannya di sini?” Tanyanya bingung.
“Hei, aku bukan boneka. Aku minta maaf kalau membuatmu terjatuh.” Kata boneka itu yang tak lain adalah makhluk seperti muka kucing bulat dan memiliki ekor. Hening mengisi lobi tersebut, sampai akhirnya Kise berteriak karena kaget.
“Astaga! Kau bisa bicara?! Aku pasti bermimpi... Ini pasti mimpi buruk... Haduh...” Kise terlihat panik ketika melihat makhluk bertubuh kuning itu.
“Maaf membuatmu takut. Namaku Nyaromon. Kau pasti Ryouta Kise bukan?” Tanya makhluk itu. Kise pun makin panik.
“D-Dari mana kau tahu namaku?” Tanya Kise curiga. Nyaromon melompat senang.
“Aku mendengar teman-temanmu membicarakanmu tadi. Kalau kuingat, kau adalah model selain kau adalah murid SMP Teiko dan anggota tim basket Kiseki no Sedai.” Jawab Nyaromon. Kise memperhatikan Nyaromon dengan seksama dan akhirnya ia menyadari sesuatu.
“Kau ini Digimon kan? Kenapa kau ke sini? Ini kan terlalu berbahaya ssu.” Kata Kise sambil menggendong Nyaromon.
“Aku sedang mencari tamerku. Aku ingin punya partner manusia seperti temanku yang sudah menjadi Gatomon.” Kata Nyaromon. Kise pun menjadi kasihan padanya. Ia langsung menggendong Nyaromon dengan hati-hati.
“Nyaromoncchi, memang kau tidak mau coba orang lain sebagai partnermu? Maksudku seperti Aominecchi, Kurokocchi, Midorimacchi atau yang lain?” Tanya Kise. Nyaromon menggeleng.
“Aku rasa mereka dan aku tidak akan cocok. Ketika aku melihatmu, aku merasa kau orang yang tepat. Kuharap kita bisa jadi teman.” Kata Nyaromon senang. “Peluk aku dong. Aku ingin merasakan kehangatan seorang model.” Tambahnya. Kise terkekeh kecil mendengar permintaan makhluk itu. Langsung saja, siswa SMP Teiko itu memeluk Nyaromon senyamannya makhluk itu. Perlahan, Kise merasakan tubuhnya dan Nyaromon menghilang.
“H-Hei! Nyaromon, apa yang terjadi? Aku harus latihan dengan Akashicchi dan yang lainnya sekarang...!” Kata Kise panik.
“Kita ke dunia digital!” Seru Nyaromon. Sepertinya Kise harus pasrah dengan kondisinya sekarang. Terpilih menjadi tamer adalah hal yang berat untuknya, tapi harus dijalankan. Benar saja, perlahan tubuh mereka berdua menghilang dan akhirnya mereka benar-benar tak terlihat lagi.
~SMA Seishikan, Tokyo, Jepang, 2 Siang~
“Musashi, kebetulan aku sudah menemukan keberadaan klan Fuuma. Kalau kau tertarik sekali untuk mengikuti perintah Putri Yasha, kabari aku saja. Kita akan serang mereka secara bersamaan.” Kata seorang pemuda berambut ungu kepada temannya yang berambut biru, bernama lengkap Asuka Musashi.
“Aku paham, Mibu. Sekarang aku harus pulang. Adikku sudah menungguku.” Kata Musashi pada temannya yang bernama Mibu itu sembari ia mengambil tasnya dan berjalan meninggalkan temannya itu. Musashi harus pulang saat itu juga karena ia mengurus adiknya yang sekarang dirawat di rumah sakit. Sang adik mengidap penyakit kritis yang tentu saja nyawanya tak tahan begitu lama. Musashi pun sampai rela bekerja di bawah pengawasan klan Yasha yang terkenal ingin menghabisi klan Fuuma. Semua itu ia lakukan agar ia mendapat uang untuk pengobatan adiknya.
Di perjalanan, langkahnya tiba-tiba saja terhenti. Ketika ia melihat jalan, mata coklat milik Musashi terpusat pada bulatan oval berwarna pink dengan tangan terentang dan kaki banyak dengan jumlah kecil.
“Hmph, mau apa kau kemari? Minggir dari jalanku sebelum pedangku membelahmu makhluk aneh.” Kata Musashi dingin. Makhluk itu terdiam. Matanya berkaca-kaca mendengar ucapan dingin dari Musashi itu.
“A-Aku ingin mencari tamer baruku saja. Namaku Motimon.” Kata makhluk itu ketakutan. Musashi tentu membuatnya takut dengan gaya bicaranya yang dingin itu.
“Tamer kau bilang...? Sebaiknya kau cari orang lain saja. Aku tak pantas menjadi bagian dari hidupmu.” Kata Musashi sambil berjalan meninggalkan Motimon. Sayangnya, bukannya menyerah, Motimon malah memeluk kaki sang pemuda dengan erat.
“Jangan pergi. Aku mau kau menjadi tamerku. Aku mohon...” Motimon memohon dengan mata berkaca-kaca. Musashi tak tega melihat makhluk kecil itu menangis. Memang, pemuda berambut biru itu terkenal sangat dingin, tetapi ia bukan tipikal tegaan terhadap anak kecil atau makhluk kecil, dan Motimon tidak terkecuali. Ia menghela nafasnya dan menggendong Motimon untuk menenangkannya.
“Jangan menangis. Aku tak tega melihatmu seperti itu. Kau seperti adikku lama-lama.” Kata Musashi sambil mendengus. Motimon tertawa bahagia melihat Musashi ternyata mau menggendongnya.
“Terimakasih, tuan...”
“Asuka Musashi. Panggil saja aku Musashi.” Kata pemuda itu. Motimon mengangguk. Tak lama kemudian, ia merasakan tubuhnya dan Motimon perlahan menghilang. “Sepertinya aku harus menunda misiku sekarang.”
“Itu misi yang tidak baik. Makanya aku memintamu ikut.” Kata Motimon.
“Terserahlah.” Dengus Musashi kesal. Benar saja, tak lama kemudian, mereka berdua akhirnya menghilang tanpa diketahui orang lain.
~Yayasan Musou, Hiroshima, Jepang, 2 Siang~
Bel berbunyi tanda para murid harus istirahat. Semua siswa berhamburan keluar dari dalam gedung itu. Tak terkecuali seorang gadis dengan rambut coklat panjang dan memakai kacamata yang bernama Hojo Hayakawa*, seorang siswi kelas 2 SMP, dan seorang pemuda berambut coklat dengan gaya malas-malasan yang bernama Sima Zhao, seorang siswa asal Tiongkok kelas 3 SMP. Pemuda tersebut melihat betapa lincah dan manisnya Hayakawa ketika lari keluar kelas, namun ia tak punya ketertarikan padanya. Ada 2 penyebabnya: menurut Zhao, belum ada yang bisa mengalahkan kecantikan pacarnya, Wang Yuanji. Alasan keduanya adalah teman dekatnya Hayakawa yang kelewat over-protective pada gadis tersebut. Zhao hanya sebatas teman pada gadis itu. Ngobrol biasa sudah hal yang lumrah bagi pemuda itu. Kali ini, Zhao ingin mengajak Hayakawa makan bersama keluarga dan pacarnya. Dengan cepat, Zhao menepuk pundak Hayakawa.
“Hayakawa.” Panggilnya. Yang dipanggil menengok ke arah yang memanggilnya.
“Oh, Shou-senpai**. Ada apa?” Tanya Hayakawa bingung.
“Begini. Aku ingin mengajakmu makan bersama keluarga dan pacarku. Kebetulan, ayahku merayakan pesta 25 tahun perusahaannya berdiri. Jadinya dia membuat acara makan besar. Kau mau ikut?” Tanya Zhao. Hayakawa tertawa kecil mendengar tawaran kakak kelasnya ini.
“Maaf Shou-senpai. Aku bukannya tidak mau, tapi kebetulan ayahku sedang betul-betul membutuhkan bantuanku. Ia sedang ada pekerjaan dan ada beberapa bagian yang bisa kukerjakan. Jadinya, ia meminta bantuanku.” Sang gadis berambut coklat itu menjawab sambil merapikan kacamatanya. Zhao tertawa canggung mendengar jawaban Hayakawa. Ternyata dia bertanya di saat yang salah.
“Ah, tak apa. Aku harusnya yang minta maaf, bukan kamu, Hayakawa.” Sahut Zhao. “Oh iya, kau mau ke kantin?” Yang ditanya mengangguk, meresponi pertanyaan canggung bin aneh dari Zhao.
“Iya. Kai menungguku kebetulan. Aku mau makan bareng dia.” Jawab Hayakawa. Tentu saja, Hayakawa tak mungkin ditinggal sendirian. Pasti saja ada Kai yang menjadi penjaganya. Matanya setajam elang. Kalau Kai mengamuk, itu yang berbahaya. Wajar saja teman-temannya memanggilnya “Putri Beruang” karena kegalakannya itu.
“Kau ini. Merepotkan tahu kalau kau harus dikawal seperti itu.” Kata Zhao. Hayakawa terdiam dan mengangguk. Terkadang Zhao benar juga dibalik sifat pemalasnya itu. Di tengah jalan, mereka menemukan sesuatu yang aneh, tepat di sisi kiri Zhao yang mengarah ke arah gang sempit di sebelah kantin.
“Oh iya, benda apa itu?” Tanya Hayakawa. Zhao mengangkat bahunya.
“Sebaiknya kita ikuti saja.” Sahut Zhao. Akhirnya keduanya mengikuti makhluk, tepatnya 2 makhluk yang mereka lihat. Ternyata, mereka berdua diarahkan ke sebuah tempat yang sepi, yaitu sebuah lapangan yang sudah tak digunakan lagi. Kedua makhluk itu berdiri terdiam dan menatap ke arah mereka. Yang satu berbentuk seperti miniatur anjing laut tanpa kaki dengan rambut gaya mohawk jingga. Yang satu lagi berbentuk bulatan berantena berwarna biru.
“Uh... kalian ini apa?” Tanya Sima Zhao penasaran. Hayakawa berlutut supaya kedua makhluk itu mendekati mereka.
“Waah...! Mereka tamer kita.” Kata makhluk biru itu. Zhao dan Hayakawa bingung dengan apa yang mereka maksud.
“Maaf... tapi kalian ini apa dan sedang apa kalian kemari?” Tanya Hayakawa kembali. Kedua makhluk itu terkejut.
“Astaga! Kami lupa memperkenalkan diri. Namaku Pukamon, dan ini temanku Moonmon. Kami dari dunia digital.” Jawab makhluk berbentuk anjing laut itu. Hayakawa terkejut dan Zhao malah bingung.
“Tunggu, aku gak salah dengar kan? Dunia digital tadi kau bilang?” Tanya Zhao memastikan. Kedua Digimon itu mengangguk.
“Tunggu... kau tak tahu betapa bahayanya kalian kalau di sini? Orang-orang kan masih menganggap Digimon itu berbahaya.” Kata Hayakawa khawatir.
“Kami membutuhkan bantuan kalian. Kumohon...” Mata Moonmon dengan mata berkaca-kaca. Tentu itu membuat Hayakawa tidak tega. Ia menggendong Moonmon dan mengelus kepalanya dengan kasih sayang. Zhao yang melihat juniornya memegang Moonmon, ikut menggendong Pukamon. Perlahan, mereka merasakan tubuh mereka perlahan menghilang.
“H-Hei! Apa yang terjadi?!” Tanya Zhao panik. “Aku bisa mati kalau ayahku tahu aku pergi menghilang tanpa ijin!” Sambungnya.
“Kai dan ayah juga bisa panik mencariku kalau aku hilang begitu saja!” Tambah Hayakawa. Hanya saja, kedua Digimon itu tidak menggubrisnya. Meskipun Zhao dan Hayakawa berkali-kali protes, tetap saja kedua Digimon itu memilih untuk diam dan mengeluskan tubuh mereka di badan Zhao dan Hayakawa. Perlahan, tubuh mereka berdua beserta kedua Digimon itu benar-benar menghilang.
~Universitas Tokyo, Jepang, 2 Siang~
Siang itu cukup panas, namun tidak untuk salah satu universitas nomor 1 di Jepang. Universitas tersebut memiliki taman cukup rindang dan penghijauan kampus yang memadai, sehingga kampus tersebut terlihat cukup rindang. Para siswa menikmati belajar di luar kampus tersebut, termasuk salah satunya adalah seorang pemuda asal Rumania berusia 18 tahun, yang kebetulan sedang membaca buku di bawah salah satu pohon di kampus itu. Rambut peraknya menghiasi kepalanya dan kulit pucatnya terlindungi pohon itu. Kondisinya yang sunyi dan damai itu membuatnya nyaman berdiam di tempat itu. Saat ia masih sibuk membaca, ia merasakan sesuatu melompat di pahanya. Pemuda bernama lengkap Soma Cruz itu awalnya tidak menggubrisnya, namun setelah berkali-kali benda itu melompat, ia melihat itu dan terkejut ketika ia menemukan yang melompat di pahanya itu adalah makhluk bulat berbentuk matahari dengan api menyala di kepalanya. Soma terkejut dan tak sengaja terlempar menjauhinya.
“Aduh...!” Makhluk itu meringis. Soma berlari mendekati makhluk tersebut.
“Astaga. Aku minta maaf.” Kata pemuda asal Rumania itu. Ia mengambil makhluk itu dengan hati-hati.
“Maaf membuatmu takut ya.” Kata makhluk itu.
“Tak apa.” Kata Soma sambil tersenyum. Ia menenangkan makhluk itu. “Namaku Soma Cruz. Namamu siapa?” Tanyanya.
“Sunmon.” Jawab makhluk itu. Soma memproses jawaban dari makhluk bernama Sunmon itu, sampai ia mendapatkan satu kesimpulan mengenai makhluk itu.
“Dari namamu... kau itu Digimon bukan? Sedang apa kau kemari?” Tanya Soma.
“Aku sedang mencari bantuan. Bantuannya harus dari dunia nyata.” Kata Sunmon penuh kekhawatiran.
“Biar kutebak. Kau ingin mencari rekan bukan?” Tanya Soma. Sunmon mengangguk.
“Tepatnya tamer.” Jawab Sunmon.
“Kau tahu kan kalau datang ke sini itu berbahaya? Kau tahu kan apa yang terjadi jika orang-orang itu tahu kau di sini?” Tanya Soma khawatir. Sunmon menggeleng.
“Aku tidak apa-apa, tapi kumohon... Soma, tolong jadi tamerku ya?” Pinta Sunmon. Soma terdiam dan berpikir.
“Hanya saja... ada satu hal yang kukhawatirkan.” Katanya. Sunmon menatap calon tamernya ini dengan tatapan memohon. “Lebih riskan lagi jika kau memintaku menjadi tamermu. Aku tidak tahu apa kau mengetahui rahasia terdalam pada diriku, tetapi jika aku ikut, aku malah menjadi bencana di Dunia Digital nanti.” Soma menjelaskan dengan diakhiri helaan nafas berat.
“Memangnya rahasia apa Soma?” Tanya Sunmon.
“Tolong jangan beritahu yang lain... kecuali jika aku yang mau. Aku ini reinkarnasi Dracula.” Jawab Soma. Sunmon merasa kasihan. Ini pertanda Soma pasti menolak, tapi bagaimana pun caranya, ia harus bisa mengajak Soma ikut dan menjadi tamernya.
“Aku yakin... kau bisa mengontrolnya. Teman terbaikmu pasti aman. Kau percaya padaku. Semua itu kembali padamu lagi, Soma.” Kata Sunmon. Sang pemuda asal Rumania ini terkejut dan terdiam. Sunmon ada benarnya juga. Waktu itu, ia merasa tidak sanggup ketika ia baru mengetahui kalau dia adalah reinkarnasi Dracula, namun ia teringat teman-temannya yang membuatnya yakin kalau Soma bisa menghindari takdirnya.
“Kau benar, Sunmon. Sekali aku pernah berhasil mengalahkan kegelapan dalam diriku. Akan kulakukan hal yang sama untuk membantumu.” Kata Soma dengan percaya diri. Ia berdiri dan memeluk Sunmon. Perlahan, ia merasakan tubuhnya menghilang. “Dunia Digital... aku datang...” Katanya dalam hati.
“Soma, terima kasih.” Kata Sunmon sambil tersenyum. Tak lama kemudian, mereka berdua sudah menghilang.
~Siberia, Rusia, 12 Siang~
Siang terik tidak mengurangi cuaca dingin di Siberia. Ya, Siberia adalah wilayah terdingin di Rusia. Butuh jaket tebal untuk dipakai meski siang masih terik. Di wilayah terlihat lah seorang pemuda sedang berlatih dengan kaos oblong tanpa lengan baju. Dinginnya cuaca tidak menjadi penghalang pemuda ini untuk berlatih dengan keras. Ia sudah berlatih selama 1 jam di tempat itu. Tak lama kemudian, ia terduduk karena lelah. Tak lama, seorang anak kecil mendatanginya sambil membawa air minum.
“Kak Hyoga, ini air untuk kakak. Pasti kakak lelah.” Kata anak kecil itu. Pemuda bernama Hyoga itu mengambil air tersebut dan meminumnya.
“Iya. Terima kasih ya, Yakov.” Kata Hyoga. “Oh iya, tolong masakkan aku Pirozhki. Aku sedikit lapar sekarang.” Sambungnya. Sang anak bernama Yakov itu mengangguk paham dan berlari masuk ke dalam rumahnya untuk memasakkan masakan pesanan kakak seniornya ini. Sementara itu, Hyoga memutuskan untuk meluruskan kakinya dan beristirahat. Sayangnya, istirahat tenang itu tak berlangsung lama. Samar-samar ia mendengar suara seperti seseorang yang mengigil kedinginan. Hyoga pun langsung berdiri dan mencari sumber suara tersebut. Setelah 15 menit mencari, ia menemukan bulatan jingga dengan tanduk di dahinya sedang menggigil kedinginan.
“Dinginnya...” Kata makhluk itu. Tak lama kemudian ia bersin karena kedinginan.
“Sudah tahu kau datang ke Siberia. Setidaknya kau punya sesuatu untuk menghangatkan tubuhmu.” Kata pemuda asal Rusia itu. Ia terdiam sebentar, lalu ia melanjutkan omongannya. “Bukannya tubuhmu berbulu ya? Harusnya itu cukup untuk menghangatkan dirimu sendiri.” Makhluk itu terdiam dan tak lama ia meloncat di tempat berkali-kali karena kesal.
“Kau sendiri tidak pakai mantel! Jangan hipokrit!” Protes makhluk itu.
“Aku sudah dilatih untuk bertahan di tempat seperti ini sejak kecil, bahkan tanpa mantel. Bisa kau bayangkan sedingin apa itu? Itu tak ada seberapa dinginnya dengan bulu di tubuhmu.” Kata Hyoga sedikit ketus. Makhluk itu terdiam. Hyoga pun menggendong makhluk itu.
“Namaku Tsunomon.” Kata makhluk itu.
“Aku belum memintamu untuk memberitahu namamu.” Kata Hyoga. “Karena kau sudah memberitahu namamu, rasanya aneh jika aku tak beritahu namaku sendiri. Namaku Hyoga.” Sambungnya.
“Jadi... ini Rusia ya? Dingin sekali.” Kata Tsunomon menggigil.
“Karena letaknya dekat dengan kutub utara, itu lah alasannya.” Jawab Hyoga. “Ngomong-ngomong, asalmu dari mana?”
“Aku dari Dunia Digital.” Jawaban dari Tsunomon. Hyoga terkejut. Pasalnya makhluk dari Dunia Digital dilarang sekali untuk berkontak dengan manusia, dan Tsunomon ini memberanikan diri datang dari sana ke Rusia.
“Hei, ini terlalu beresiko. Kau sedang cari mati tahu!” Ujar Hyoga.
“Dan aku akan lebih mencari maut sendiri kalau aku membiarkan Dunia Digital tidak dibantu manusia!” Tukas Tsunomon. Keheningan terjadi lagi. Hyoga menatap Tsunomon tersebut dengan tatapan curiga. Apa maksudnya tadi? “Dunia Digital sedang dalam bahaya. Aku membutuhkan tamer manusia untuk menghentikan ini.” Sambungnya.
“Dan seberapa pentingkah tamermu untuk keselamatan Dunia Digital?” Tanya Hyoga kembali. Air mata setitik mengalir dari mata Tsunomon.
“Sangat penting... awalnya kukira Dunia Digital sudah aman tanpa serangan para Digimon jahat. Ternyata dugaanku salah...” Jawab Tsunomon. Hyoga terdiam. Ia tak tega melihat Tsunomon memelas seperti itu. Ia pun teringat kenapa dari awal ia menjadi seorang saint untuk melindungi Athena. Ia memilih menjadi saint bukan karena ia percaya dengan Athena berhubung dia adalah seseorang yang memegang teguh agamanya, melainkan karena ia ingin melindungi teman-temannya yang sekarang menjadi rekan kerjanya. Sekarang, Tsunomon dari Dunia Digital meminta bantuan. Sudah kewajiban seorang saint untuk melindungi dan menolong orang... atau tepatnya makhluk yang membutuhkannya. Akhirnya, ia mengangguk.
“Baiklah, aku setuju untuk ikut ke tempatmu.” Jawab Hyoga. Tsunomon tersenyum mendengar jawaban dari tamer barunya ini.
“Yey! Terimakasih Hyoga.” Kata Tsunomon dengan girang. Perlahan, Hyoga merasakan tubuhnya menghilang, bersamaan dengan Tsunomon.
“Hei! Setidaknya kau biarkan aku pulang untuk mengambil armorku!” Protes Hyoga. Tsunomon menggeleng.
“Sudah tidak ada waktu. Kita harus cepat sampai di sana!” Kata Tsunomon. Dengan begitu, Hyoga hanya bisa pasrah dan mengikuti saran Tsunomon. Benar saja, tubuh mereka pun akhirnya menghilang perlahan sampai mereka berdua benar-benar tidak terlihat lagi.
~Boxing Centre di Hiroshima, Jepang, 2 Siang~
“Oke, Ryuuji. Kurasa latihan hari ini kita akhiri dulu. Sudah ada perkembangan dari minggu lalu. Minggu depan kita hanya pemolesan saja.” Kata seorang gadis berambut coklat dengan 2 kepangan menghiasi kepalanya. Ia terlihat seperti seorang pelatih dan yang ia latih adalah seorang pemuda bernama Takane Ryuuji yang merupakan salah satu petinju muda untuk mewakili Jepang di kejuaraan tinju kelas anak muda.
“Baiklah, Kiku onee-san. Sekarang nee-san istirahat dulu. Pasti nee-san sudah lelah karena latihan kita tadi.” Kata Ryuuji yang ternyata adalah adik dari pelatih tinjunya sendiri. Sang kakak sekaligus pelatihnya ini, yang bernama Takane Kiku, mengangguk setuju. Sejak latihannya tadi, ia sudah diserang rasa haus. Keringatnya mengucur deras dan nafasnya menderu karena kelelahan.
“Oke, aku pergi sebentar buat ambil minum ya. Kau bisa istirahat dulu.” Kata Kiku sambil mengambil handuk dan menyeka keringat di kepalanya. Ryuuji setuju dan beristirahat sambil minum air yang ia beli sebelum ia latihan tadi.
Ketika Kiku sudah sampai di ruang istirahat pusat pelatihan itu, ia melihat sesuatu yang janggal di salah satu kursi di tempat itu. Sebuah bulatan berkaki dengan gigi. Kiku yang penasaran pun langsung mendekati bulatan itu.
“Hei!” Sambut bulatan itu. Sontak Kiku terkejut dan langsung berlari mundur karena terkejut.
“K-Kau bisa berbicara? Kau ini apa?” Tanya Kiku dengan nada panik.
“Aku Tokomon.” Jawab makhluk itu. Ia melompat ke lantai dan berjalan mendekati Kiku. “Namamu siapa?” Tanya Tokomon. Kiku perlahan berjalan mundur karena ketakutan.
“T-Takane K-Kiku...” Jawab sang pelatih tinju itu dengan suara bergetar. Mata bulat milik Tokomon berbinar senang.
“Kau Takane Kiku yang melatih Takane Ryuuji-kun itu? Wah! Senangnya aku bisa bertemu denganmu secara langsung!” Kata Tokomon dengan senang. Perlahan, Kiku berusaha mendekati makhluk itu dengan langkah perlahan.
“Dari mana kau tahu namaku?” Tanya Kiku penasaran bercampur ketakutan.
“Aku tahu karena tempat ini punya TV dan TV tersebut tersambung ke Dunia Digital.” Jawab Tokomon.
“Tunggu sebentar! Kau dari Dunia Digital?” Tanya Kiku. Tokomon mengangguk. Sontak itu membuat Kiku bingung sekaligus terkejut. “Kau ke sini untuk apa?” Tanyanya.
“Aku ingin kau jadi tamerku.” Jawab Tokomon. Kiku sekarang semakin bingung. Dari sekian banyak orang yang ada di Jepang, bahkan dunia, kenapa harus dia yang terpilih?
“Kenapa bukan orang lain? Maksudku ada Kawai-san, Katori-san, dan Shinatora-san... bahkan Kenzaki-san” Kata Kiku. Tokomon menggeleng.
“Aku tidak cocok dengan mereka. Kawai Takeshi-kun merendahkan adikmu waktu itu, Shinatora Kazuki-kun terlalu dingin, Katori Ishimatsu-kun terlalu tempramental, dan Kenzaki Jun-kun terlalu arogan. Semuanya tak cocok dengan kriteriaku dan malah aku nyaman denganmu. Aku justru tak berani meminta adikmu menjadi tamerku.” Kata Tokomon. “Dia perlu banyak belajar hal-hal untuk terus berkembang. Makanya aku memilihmu.” Sambungnya. Kiku berpikir kalau Tokomon ada benarnya juga. Sudah saatnya Ryuuji harus mandiri dan menjadi kuat tanpa kakaknya harus setiap saat di sebelahnya.
“Baiklah. Aku setuju.” Kiku menggendong Tokomon. Kali ini tekadnya sudah bulat. Perlahan, ia merasakan tubuhnya dan Tokomon menghilang. “Ryuuji, aku percaya kau bisa berlatih sendiri tanpaku. Sepertinya ada yang membutuhkan pelatihanku sekarang. Kuharap kau bisa menang...” Katanya dalam hati. Tak lama kemudian, mereka berdua benar-benar menghilang.
~Markas D.I.C.E, Nagasaki, Jepang, 2 Siang~
Siang itu, sekumpulan remaja berkumpul di dalam sebuah gedung. Remaja-remaja itu berpakaian serba putih dan memakai syal hitam-putih kotak-kotak. D.I.C.E, organisasi yang terbentuk oleh 11 orang remaja yang kebiasaannya melakukan kriminal kecil dan tentu saja, mengerjai orang.
“Bos, hari ini kita dapat uang banyak~” Kata salah seorang dari mereka. Sang bos adalah seorang pemuda bertubuh kecil dengan rambut hitam keunguan menghiasi kepalanya.
“Nishishi~ uangnya sepertinya masih sedikit, tapi kalian pakai saja lah untuk keperluan kalian.” Katanya.
“Bos sendiri bagaimana?” Tanya anggotanya yang lain.
“Aku tidak perlu uang saat ini. Lagipula stock Pantaku masih cukup. Kalian saja dulu yang menikmati hasil kalian.” Jawab sang bos. Tentu saja, sebenarnya itu bohong. Dari tadi sang bos sudah lapar, tapi karena ia tak tega melihat anggotanya masih kelaparan, ia membiarkan anggotanya terlebih dahulu menikmati hasil mereka. Toh, ia bisa mencuri makanan kalau ia mau. Fisiknya saja sudah pasti sangat membantunya. Sang bos akhirnya memutuskan pergi ke dapur dan mengambil minuman favoritnya: soda dengan merk “Panta” rasa anggur.
Ketika ia sampai dapur, ia menemukan kondisi dapurnya sudah seperti kapal pecah. Sang pemimpin D.I.C.E itu berjalan mengelilingi dapur untuk mencari siapa pelaku perusak dapur D.I.C.E. Tak lama kemudian, ia melihat kulkasnya terbuka. Karena curiga, ia mendekati kulkas dan melihat siapa yang mengobok-obok kulkasnya. Ternyata, ia menemukan bulatan bertanduk berwarna ungu, sedang asik berusaha membuka botol Panta dari stok yang pemuda itu punya.
“Ih... aku mau minum ini! Kok susah sih bukanya?” Gerutu makhluk itu. Tanpa ia sadar, ia merasakan botolnya ditarik perlahan. Ketika makhluk itu berbalik badan, ia menemukan seorang pemuda sudah berdiri di belakangnya.
“Wah... ternyata ada yang mau mencuri minumanku.” Kata pemuda itu. Makhluk itu malah terkejut.
“Maaf! Kukira tak ada pemiliknya. Nanti kuganti... akan kucuri minuman yang sama dari orang lain nanti. Aku janji!” Kata makhluk itu. Sang pemuda malah tertawa cekikikan.
“Nishishi~ kau ini ternyata polos juga. Aku sudah melihatmu dan ternyata kau ada potensi menjadi bagian dari D.I.C.E.” Kata pemuda itu. Makhluk itu bingung mendengar respon dari pemuda itu.
“D.I.C.E?” Tanya makhluk itu. Pemuda itu mengangguk.
“Iya~ D.I.C.E adalah organisasi dengan anggota 10 ribu orang dan aku sebagai pemimpinnya. Namaku Ouma Kokichi!” Kata pemuda itu. Makhluk itu melihat sekitarnya.
“Gedungnya terlalu kecil untuk 10 ribu orang.” Sahutnya. Kokichi menyeringai mendengar respon makhluk kecil itu.
“Karena aku punya cabang di luar Nagasaki. Jadi yang di gedung ini adalah bagian pusat.” Jawab Kokichi santai. “Nah namamu siapa?” Tanyanya.
“Yaamon. Aku ini Digimon dan butuh tamer sepertimu di Dunia Digital.” Jawab makhluk itu. Mata Kokichi langsung berbinar mendengar jawaban itu, padahal sebenarnya ia khawatir. Ia tak tahu seperti apa Dunia Digital itu sendiri.
“Astaga! Kau dari Dunia Digital dan kau mau aku jad tamermu? Berarti secara tidak langsung kau mau mendaftar jadi bagian dari D.I.C.E? Aku sangat terbuka untuk menerimamu menjadi bagian dari D.I.C.E~” Kata Kokichi sambil menggendong Yaamon dan memeluknya layaknya Yaamon adalah bonekanya. “Seindah apa Dunia Digital itu?” Tanyanya.
“Sangat indah~” Jawab Yaamon terkekeh. “Berarti kita sudah sepakat ya?” Tanya Digimon itu. Kokichi awalnya terdiam, tak lama kemudian ia mengangguk menyetujui. Tak lama kemudian, ia merasakan tubuhnya dan Yaamon perlahan menghilang.
“Hei, kita mau ke Dunia Digital ya?” Tanya Kokichi. Yaamon mengangguk. “Bagaimana dengan D.I.C.E?”
“Mereka akan baik-baik saja. Jangan khawatir.” Jawab Yaamon. Kokichi paham. Sepertinya ia harus membiarkan D.I.C.E hiatus sementara karena pemimpin mereka akan berpetualang tanpa sepengetahuan anggota mereka. Perlahan, tubuh mereka berdua menghilang total dan tak terlihat.
~Lapangan, Dunia Digital~
Seorang pria tua terlihat sedang terlihat berdiri di lapangan itu. Sayangnya pria tua itu berbentuk seperti hologram.
“Hmm... anak-anak itu lama sekali sampainya...” Gumamnya. Tak lama kemudian, sebuah portal di langit terbuka dan 11 orang jatuh dari portal itu dan mereka saling menimpa, sedangkan Digimon yang mereka gendong terlepas dari mereka dan jatuh bersebelahan dengan tamer mereka. 11 orang itu meringis dan menjerit kesakitan
“Hei! Sakit!” Rintih Soma.
“Oi! Kau berat sekali!” Jerit Raph kesakitan pada Sima Zhao yang menindihnya.
“Maaf...!” Balas Sima Zhao.
“Kakiku!” Sakura menjerit karena kakinya diduduki Mai.
“Aku tidak bisa bernafas!!” Kokichi menjerit karena tertindih Hyoga dan Musashi.
“Bisakah kalian menyingkir....?” Tanya Musashi jengkel karena ia tertindih Hayakawa.
“Aduh! Tanganku kesemutan!” Rintih Hyoga karena tangannya ditimpa Kise.
“Hei! Jangan menduduki cewek dong!” Seru Kiku jengkel karena Raph menimpanya. Akhirnya mereka bisa menyingkir setelah jatuh dengan posisi tidak elit itu. Mereka pun mengambil Digimon masing-masing dan menarik nafas setelah kejadian itu.
“Selamat datang para anak-anak terpilih yang baru.” Kesebelas orang itu mencari sumber suara yang barusan. Mereka akhirnya bertemu sumber suara yang menyapa mereka itu. “Namaku Gennai dan kalian adalah orang terpilih untuk menyelamatkan Dunia Digital sekali lagi.” Kata pria tua di hologram itu.
“Sebentar dulu, pak tua! Kau saja tidak kenal kami, tapi bagaimana kau bisa seenaknya menunjuk kami sebagai orang terpilih untuk menjadi tamer mereka?” Tanya Raph tidak sabaran.
“Itu sebuah rahasia tersendiri. Sekarang kalian adalah satu tim. Aku harap kalian bisa bekerja sama dan dapat melindungi Dunia Digital.” Jawab Gennai.
“Huh? Aku masih tidak mengerti.” Kata Hayakawa sambil membetulkan letak kacamatanya.
“Nanti kalian akan segera paham. Sekarang aku harus pergi.” Perlahan Gennai menghilang dari hadapan mereka, membuat kesebelas orang itu malah bingung.
“Uh... daripada kita terbengong-bengong seperti ini, apa tidak lebih baik kita berkenalan saja?” Tanya Sima Zhao.
“Benar juga. Kita pasti dari tempat berbeda dan kita tak kenal satu sama lainnya.” Sambung Soma. Dengan begitu, Raph memberanikan dirinya untuk memperkenalkan dirinya lebih dahulu.
“Namaku Hamato Raphael. Aku dari Amerika, dan ini Koromon.” Kata Raph sambil menggendong Koromon.
“Hyoga Alorvsky, dan ini temanku Tsunomon.” Sambung Hyoga sambil menggendong Tsunomon.
“Namaku Shiranui Mai. Aku bersama dengan Pyokomon. Setelah dari sini, aku akan mengajak Andy Bogard menikah dan Pyokomon akan jadi pendamping mempelai wanitanya, yaitu aku~!” Kata Mai senang sambil menggendong Pyokomon yang sweatdrop. Ternyata respon kesepuluh orang lainnya dengan Digimon mereka sama dengan respon Pyokomon. “Hei! Kalian itu menjengkelkan ya!”
“Berisik...!” Kata Musashi dengan ketus. Ia mendehem dan mengambil Motimon yang dari tadi memeluk kakinya. “Namaku Asuka Musashi, dan ini Motimon.” Lalu ia menatap ke arah Sima Zhao yang sedang menguap lebar.
“Namaku Sima Zhao, dan ini rekanku Pukamon.” Kata Sima Zhao sambil menunjuk Pukamon yang melayang dan bertengger di bahunya Sima Zhao.
“Aku Haruno Sakura, dan ini temanku Tanemon.” Sambung Sakura sambil menggendong Tanemon dan memeluknya.
“Aku Takane Kiku dan ini rekanku, Tokomon.” Kata Kiku sambil menggendong Tokomon.
“Aku Hojo Hayakawa dan ini temanku, Moonmon” Kata Hayakawa sambil menggendong Moonmon.
“Namaku Soma Cruz. Ini temanku Sunmon.” Sambung Soma sambil menggendong Sunmon.
“Aku Ryouta Kise, dan ini temanku Nyaromon. Salam kenal ssu.” Kata Kise sambil menggendong Nyaromon.
“Wah, sepertinya aku yang terakhir. Yang terbaik biasanya yang terakhir. Namaku Ouma Kokichi, pemimpin organisasi jahat D.I.C.E~ dan ini anggota terbaruku, Yaamon.” Kata Kokichi dengan nada bangga sambil menggendong Yaamon. “Dan sebelum kita lanjutkan perjalanan, aku penasaran benda apa itu di bawah.” Sambungnya. Kesebelas orang itu melihat ke arah benda yang Kokichi maksud. Mereka langsung mengambil benda tersebut yang terlihat seperti Tamagochi.
“Apa ini?” Tanya Kiku penasaran.
“Itu Digivice.” Jawab Sunmon.
“Digivice?” Tanya Sakura.
“Iya. Kami nanti bisa berevolusi. Digivice itu alat supaya kami bisa berevolusi.” Sambung Moonmon.
“Wah, berarti ini bisa membuat kalian makin kuat dong.” Timpal Mai. Para Digimon itu mengangguk.
“Keren juga.” Kata Raph.
“Kita harus bergegas bukan?” Tanya Koromon.
“Iya, banyak yang sudah menunggu kalian!” Sambung Tsunomon. Raph mengangguk.
“Baiklah kalau begitu. Kita berangkat!” Raph langsung berlari meninggalkan kesepuluh teman barunya.
“Hei bodoh! Jangan asal main pergi sendiri saja!” Kata Hyoga sambil lari menyusul Raph, diikuti sembilan tamers lainnya.
Notes:
* Di sini, aku pakai desain betanya Hayakawa
**Alasan Hayakawa manggil Sima Zhao itu Shou karena onyominya Sima Zhao itu Shiba Shou.Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya, tolong kasih kudosnya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next chapter~!
Chapter 2: Mission and Ambush, Digivolve Involves
Summary:
Sesampainya di Dunia Digital, Raph dan teman-teman sesama Digidestinies lainnya menjelajah Dunia Digital. Sayangnya mereka tak tahu harus ke mana mereka pergi. Beruntungnya, Kakek Gennai datang kembali dan memberitahu apa yang harus mereka lakukan di sana. Di tengah perjalanan akan ada banyak hal yang menghalangi mereka
Notes:
Halo! UAS ternyata menguras otak dan ide sehingga lama jadinya chapter 2. Jadi enjoy fanficnya. Aku bukan pemilik seri-seri ini, kecuali ide.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Sudah 1 jam 10 Digidestinies lainnya dan Digimon mereka berlari mengejar Raph dan Koromon yang tiba-tiba main lari sendiri tanpa berpikir panjang dan resiko akan apa yang terjadi jika mengambil tindakan tersebut. Sayangnya, yang dikejar selalu bisa menghindari mereka. Ironisnya, Raph tidak menyangka bahwa 5 dari teman barunya berhasil menangkapnya. Mereka adalah Hyoga, Kise, Sakura, Soma, dan Mai. Koromon yang digendong Raph terlempar karena ia terlepas dari tangan tamernya yang tertangkap kelima orang temannya. Digimon lain langsung membantu Koromon dan mengecek kondisinya.
“Hei! Apa-apaan tadi itu?” Tanya Hyoga ketus.
“Itu terlalu bahaya ssu. Kalau tadi ada Digimon jahat di sini bagaimana?” Kise menimpali.
“Kau itu sama dengan Naruto-kun! Asal main serobot saja tanpa tahu akibatnya!” Tambah Sakura.
“Masalahnya aku ingin tahu banyak soal Dunia Digital tahu! Memang salah ya aku asal main lari seperti tadi?” Tanya Raph jengkel.
“Ya jelas salah! Ini masih wilayah baru yang sangat asing bagi kita! Ini yang bahaya!” Semprot Soma jengkel.
“Kalau kau terluka, siapa yang harus disalahkan?! Kita? Enak saja!” Protes Mai. Hayakawa dengan cepat langsung melerai ketika melihat temannya berkelahi.
“Sudah, sebaiknya kita tidak usah berkelahi tanpa alasan begini.” Kata Hayakawa khawatir.
“Dia benar. Untuk apa kita berkelahi seperti ini? Menghabiskan tenaga saja.” Sambung Sima Zhao sambil menguap. Sementara itu, Musashi menatap ke arah sekitarnya dan melihat Kokichi sedang bermain dengan Yaamon di lapangan itu sedangkan Kiku sedang menganalisa tempat tersebut sambil menggendong Tokomon. Akhirnya, Musashi memilih untuk menyingkir dari tempat itu.
“Musashi...” Panggil Motimon yang masih memeluk kaki tamernya dengan erat. Sang tamer pun menatap Digimonnya dengan tatapan dingin. “Kenapa kau malah menyendiri?”
“Kau kira Kokichi sendiri tidak menyingkir dari yang lain? Dia saja ikut menyingkir kok.” Jawab Musashi dingin. “Lagipula, aku tidak punya urusan dengan mereka. Raphael sendiri sudah diurusi oleh 5 orang, jadi tidak perlu mempermasalahkan hal itu.” Sambungnya. Sang Digimon terdiam karena paham maksud tuannya. Di lain area, Kiku melihat Kokichi sedang “beraksi” bersama Yaamon.
“Hei, kau sedang apa, Ouma?” Tanya Kiku penasaran. Yang ditanya terkekeh.
“Oh? Aku ingin memberikan hadiah untuk tim baru kita. Tentu saja, ini persembahan dari pemimpin D.I.C.E yang keren sepertiku~!” Jawab Kokichi. Kiku malah curiga mendengar jawaban dari Kokichi itu.
“Hadiah? Dari mana ceritanya ada hadiah yang tertutup daun dan bentuknya seperti rata dengan tanah?” Tanya Kiku makin curiga.
“Nishishi~ Kau tahu? Kadonya sudah dikubur.” Jawab Kokichi meyakinkan.
“Iya! Bos Kokichi mengubur kadonya. Dia menemukan banyak barang untuk menjadi kado untuk kalian.” Tambah Yaamon. Tokomon melihat ke arah tamernya dengan tatapan memohon.
“Kiku, sebaiknya kau waspada.” Kata Tokomon khawatir.
“Aku juga tak yakin bahwa itu kado.” Bisik Kiku pada Digimonnya. Sementara itu, Kokichi langsung berlari ke arah teman-teman barunya yang lain, kecuali Kiku tentunya. Ia memanggil mereka sambil melambaikan tangannya.
“Hei! Kalian ke sini dong!” Kokichi mengajak teman-teman barunya. Yang lainnya langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Ada apa Kokichi?” Tanya Soma penasaran. Sunmon malah khawatir ketika ia melihat Yaamon yang digendong Kokichi tertawa terkikik.
“Aku punya sesuatu untuk kalian.” Kata Kokichi dengan senyum polosnya. Entah kenapa ketika melihat Kokichi tersenyum ada kecurigaan yang sangat mendalam dari Raph.
“Raphael, ada apa?” Tanya Koromon.
“Panggil aku Raph saja. Itu, Kokichi mendadak ingin memberikan kado kepada kita. Aku ingat di sini tidak ada toko dan tidak mungkin juga ia berhenti tengah jalan hanya untuk membeli 10- tidak. Mungkin 20 kado lalu mempersiapkan itu semua dalam waktu yang singkat.” Jawab Raph. Sementara yang lainnya malah penasaran, kecuali Musashi yang kebetulan malah menjauhi grup dan Kiku yang memilih untuk curiga seperti Raph.
“Kado? Wah, kau baik sekali.” Kata Moonmon yang masih digendong Hayakawa.
“Wah, aku tak sangka ada yang peduli dengan kita, bahkan sampai memberi kado.” Sambung Tsunomon sambil tersenyum dan melonjak bahagia di gendongan Hyoga.
“Kise, kado itu apa?” Tanya Nyaromon yang langsung mendatangi tamernya yang langsung membershikan kotoran yang menempel di bajunya.
“Kado itu pemberian. Biasanya itu ditutup kertas kado dan ditambah hiasan pita untuk mempercantik kado itu.” Jawab Kise sambil menggendong Nyaromon.
“Kalau begitu di mana letak kadonya?” Tanya Sakura.
“Iya, aku penasaran dengan kadonya.” Timpal Tanemon.
“Oh iya, kau letakkan di mana kadonya?” Tanya Hyoga.
“Aku menguburnya.” Jawab Kokichi sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
“Kenapa dikubur?” Tanya Sunmon.
“Kata bos, kalau tidak dikubur malah tidak akan jadi kejutan.” Jawab Yaamon. Jelas sekali bahwa Hyoga merasa curiga mendengar jawaban Yaamon tersebut. Ia berusaha berpikir keras atas jawaban tersebut di kepalanya.
“Bukannya malah kotor ya?” Tanya Pukamon curiga.
“Tidak kok~ Aku sudah pake trik super agar kadonya tidak kotor.” Kata Kokichi.
“Kalau begitu bagus deh.” Kata Pyokomon sambil menatap Mai.
“Kita coba lihat saja kadonya!” Ajak Tanemon senang. Tsunomon melompat dari gendongan Hyoga, diikuti Digimon-Digimon yang lain. Kecuali Tokomon, Koromon, yang keduanya memilih untuk curiga dan Motimon yang baru saja ia ingin ikut, tetapi justru dipelototi oleh Musashi supaya ia tidak ikut-ikutan.
“Tsunomon!” Hyoga mengejar Digimonnya, diikuti tamer yang lain. Ketika mereka sampai di lokasi yang Kokichi maksud, 7 orang tamer beserta Digimon mereka malah terperosok jatuh ke dalam lubang.
“Ternyata dugaanku benar.” Kata Kiku. Tokomon mengangguk.
“Untung saja aku tidak ikut masuk ke rombongan mereka.” Koromon mengangguk. “Untung juga kau tidak ikut-ikutan, Raph.”
“Hei, aku bukan tipikal orang yang mudah untuk diberi kado. Maksudku, harus dekat denganku dulu baru bisa memberikan kado. Kalau tidak, ya seperti yang kita lihat tadi, Koromon.” Sahut Raph.
“Lagipula aku juga tak mau ikutan. Takut dikerjai. Aku tidak begitu percaya dengan Yaamon.” Kata Koromon. Sementara itu, Motimon menatap Musashi dengan mata berbinar.
“Musashi, terimakasih.” Katanya dengan senang.
“Hmph... jangan berterimakasih padaku, Motimon. Sesekali, kau harus belajar peka dengan lingkungan sekitarmu.” Tukas Musashi. Sementara mereka yang di dalam lubang menjerit dan merintih kesakitan karena masuk ke lubang jebakan, Kokichi dan Yaamon menatap dari atas lubang sambil cekikikan.
“Hei, Kokichi! Ini tidak lucu tahu!” Semprot Sakura kesal.
“Kocchi*hidoi ssu!” Sambung Kise sambil merintih dengan mata berkaca - kaca.
“Maksudmu apa membuat lubang jebakan sebagai hadiah?!” Tanya Hyoga kesal.
“Sehabis ini, aku pasti encok.” Tebak Sima Zhao dengan tatapan malas.
“Sekarang bukan waktunya untuk itu, Zhao!” Protes Soma.
“Hei cepat bantu kami!” Pinta Mai dengan nada jengkel.
“Ouma-kun, tolong panggilkan Hamato-kun, Asuka-kun, dan Takane-san supaya mereka bisa bantu kami bertujuh.” Pinta Hayakawa.
“Nishishi~ kalian ini polos juga ya. Responnya juga sangat mudah ditebak. Akan jadi asik untuk berteman dengan kalian.” Kata Kokichi.
“Dasal bawel! Cepat panggilkan teman-teman yang Hayakawa minta!” Protes Tsunomon.
“Sakit tahu...!” Sambung Tanemon yang merintih kesakitan.
“Kalau kau mau buat sesuatu yang lucu seperti ini, ratingnya hanya 2 dari 10 bintang...” Kata Pukamon.
“Sebaiknya kita coba keluar sendiri dulu.” Ajak Sunmon.
“Lagipula, kenapa tidak kau saja yang memanggil 3 orang itu untuk membantu kita, Pukamon?” Tanya Moonmon.
“Aku setuju. Kau kan bisa terbang.” Sambung Pyokomon.
“Tepatnya sih melayang.” Timpal Nyaromon.
“Biar aku saja yang panggilkan. Astaga, kalian ini cerewet juga ya.” Ejek Yaamon. Ia pun memanggil Raph, Kiku, dan Musashi untuk membantu 7 orang yang jatuh terjerembap masuk ke lubang. Akhirnya 4 orang yang dimaksud pun datang dan menghampiri lubang tersebut
“Hei! Kalian tidak apa-apa kan?” Tanya Raph. Pertanyaannya itu langsung disambut dengan pukulan pedang kayu di kepala Raph, oleh Musashi. “Brengsek! Maksudmu tadi itu apa HAH?!”
“Pertanyaan retorika seperti itu untuk apa dijawab? Kau kan bisa lihat sendiri.” Jawab Musashi.
“Kalian tunggu di situ ya! Aku dan Tokomon akan mencari tali sebentar. Nanti kami akan segera kembali.” Kata Kiku kepada 7 orang yang di dalam lubang itu beserta Digimon mereka. Lalu, ia dan Tokomon langsung pergi ke dalam hutan untuk mencari tali supaya bisa menarik teman-teman mereka yang ada di dalam lubang.
“Takane-chan, bukannya ini area lapangan ya? Mana mungkin ada tali.” Kata Kokichi sambil bersiul.
“Dengar ya, Ouma-kun. Gara-gara keisenganmu, kau sudah membuat namamu jelek di mata tim ini.” Kata Kiku dengan kesal. Bukannya menyesal, Kokichi malah tertawa.
“Itu kan memang keahlianku~ seorang diktaktor, seorang pemimpin super jahat~!” Kata Kokichi. “Kau ini lucu juga ya, Takane-chan.”
“Hei Kokichi, kau pikir itu lucu ya?! Kalau ada yang patah tulang atau mati di tempat bagaimana?!” Tanya Raph seraya ia mau melayangkan tinjunya ke wajah berkulit pucat itu, sayangnya Musashi menahan tangannya supaya perkelahian tidak terjadi.
“Raphael, aku tidak ingin ada pertengkaran di sini. Kumohon dengan sangat... jangan melakukan tindakan konyol.” Kata Musashi. Lalu ia menatap ke arah Kokichi dengan tatapan tajam. Motimon pun sampai ketakutan.
“M-Musashi...” Motimon menarik pelan celana tamernya supaya tidak marah.
“Tidak apa-apa, Motimon... dan untukmu, Kokichi, jika kau berbuat macam - macam lagi, aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu di tempat.” Ancam Musashi dengan tatapan dingin. Kokichi terkesiap dengan palsu mendengar ancaman itu.
“Bos, apa bos tidak apa-apa?” Tanya Yaamon.
“Astaga, Asuka-chan. Kau membuatku takut.” Kata Kokichi, namun ia memasang seringaian untuk “meyakinkan” Musashi. “Baiklah, aku akan jadi anak baik. Aku janji.” Sambungnya.
“Daripada kalian ribut, lebih baik kalian bertiga membantuku.” Kata Kiku yang kebetulan sudah menemukan tali ketika Raph, Musashi, dan Kokichi nyaris berkelahi. Ia dan Tokomon sedang membuat 1 rangkaian tali agar bisa menarik keluar 7 tamer yang terjebak dalam lubang. Akhirnya, ketika tali itu jadi, ia, Raph, Musashi, dan Kokichi saling membantu untuk menarik Hyoga, Soma, Kise, Sakura, Mai, Hayakawa, dan Sima Zhao keluar dari lubang itu. Tokomon pun tak mau kalah. Ia meminta bantuan pada Koromon, Yaamon, dan Motimon untuk menarik keluar para Digimon yang ikut terjebak di lubang itu... kecuali Pukamon berhubung ia bisa melayang. Setelah 30 menit berusaha, ketujuh Digidestinies baru itu berhasil keluar dari lubang itu bersama Digimon mereka. Tentu saja, mereka bertujuh, kecuali Hayakawa, menatap jengkel Kokichi yang cekikikan sendiri.
“Kokichi-kun, itu tidak lucu sama sekali!” Semprot Mai.
“Kalau ada yang pingsan atau terluka parah, apa kau bisa menyembuhkan mereka? Aku ragu kau mau bertanggung jawab atas semua ini.” Sambung Soma dengan kesal.
“Ya ampun, kalian ini kekanak-kanakan sekali ya? Baru sekali dikerjain seperti itu saja kalian malah jengkel.” Balas Kokichi.
“Kokichi-kun, aku khawatir kalau kau bertingkah seperti itu... kau akan susah mendapat teman...” Kata Hayakawa dengan nada khawatir.
“Dia benar.” Sambung Hyoga dengan dingin. “Kau tahu, Kokichi. Kau sudah membawa kesan buruk bagi kami. Sangat buruk.”
“Kalau ayahku tahu tulangku patah karena ulahmu yang memasang perangkap konyol ini, ia pasti akan meminta ganti rugi tiga kali lipat.” Sahut Sima Zhao.
“Hidoi ssu yo, Kokichi. Aku tidak mau cedera berat! Aku masih ingin main basket!” Kata Kise.
“Perlukah aku memberimu pelajaran supaya kau paham artinya “rasa sakit”?” Tanya Sakura jengkel.
“Iya, iya. Aku minta maaf. Kalian ini...” Kokichi menghela nafas sambil tersenyum santai.
“Daripada kalian berkelahi terus-menerus seperti ini, lebih baik kita lanjutkan perjalanan.” Kata Musashi sambil berbalik badan dan pergi meninggalkan mereka. Motimon langsung mengikuti tamernya yang langsung pergi itu.
“Ada apa dengannya? Dia itu aneh.” Kata Raph sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung.
“Entahlah.” Sahut Hyoga sambil mengangkat bahunya.
“Motimon pun jadi mengikutinya.” Kata Tsunomon.
“Tentu saja. Musashi kan tamernya.” Balas Koromon.
“Tapi kalau dipikir baik-baik, Musashi-kun ada benarnya juga.” Kata Sakura dibarengi anggukan Tanemon.
“Kita istirahat saja sebentar. Aku lelah sekali. Sudah tadi 1 jam lari mengejar Raph, jatuh pula di lubang jebakannya Kokichi.” Kata Sima Zhao sambil tiduran di hamparan rumput di lapangan tersebut. Sayangnya, baru saja ia ingin tidur, Pukamon malah menggigit hidungnya. “Aduh!” Ia berteriak. “Pukamon! Apa-apaan tadi itu?!”
“Jangan tidur sembarangan. Kita harus lanjut. Istirahatnya bisa nanti.” Balas Pukamon tajam. Sima Zhao sendiri langsung mengeluh mendengar balasan Digimonnya yang keras itu.
“Ayolah... sudah cukup Yuanji yang protes seperti itu, jangan pula kau ikut - ikutan.” Keluh sang pemuda berambut coklat ini. Responnya malah sukses membuat kesembilan temannya tertawa.
“Shou-senpai, kurasa Digimonmu tak mau kau jadi pemalas.” Kata Hayakawa.
“Lagipula pasti kita butuh bantuan satu sama lain dengan potensi yang kita punya.” Timpal Moonmon.
“Iya ya. Kalian semua pun juga jadi mirip Yuanji.” Kata Sima Zhao seraya ia berdiri. Yang lainnya akhirnya pun berjalan melanjutkan perjalanan, mengikuti saran dari Musashi tersebut. Memang benar juga, ini adalah wilayah yang sangat baru untuk mereka bersebelas, tetapi kalau mereka bertikai lagi, akan memakan waktu lama untuk beradaptasi di wilayah baru ini.
Ketika mereka masih berjalan, mereka melihat ada tumpukan batu aneh yang terletak di tengah-tengah lapangan. Perlahan-lahan namun pasti, mereka menghampiri tumpukan batu tersebut. Tiba-tiba mereka menemukan sebuah benda yang berbentuk seperti “lampu sorot”. Insting Raph pun memerintah tubuhnya untuk berjalan mendekati benda itu.
“Koromon, kau tunggu di sini.” Kata sang remaja berambut merah itu. Koromon mengangguk, membiarkan tamernya mendekati benda itu.
“Raph, kau jangan ke sana. Kau kan tidak tahu kalau itu benda yang berbahaya atau tidak.” Larang Sakura sambil menjitak kepala Raph.
“Sakura benar! Terlalu beresiko jika kau langsung bertindak tanpa berpikir!” Timpal Mai. Raph langsung menatap Sakura dengan tatapan kesal.
“Dengar ya. Kita tidak akan tahu kalau kita tidak mencari tahu. Aku akan tetap menyentuh benda itu.” Kata Raph. Kali ini, giliran Hyoga menjitak kepala Raph. “Hei!”
“Seandainya itu bom atau racun, kau mau apa? Kami tidak bisa menolongmu kalau kau hangus atau tewas karena kecerobohanmu.” Tukas Hyoga.
“Masih bagus kami peduli padamu.” Musashi menambahkan.
“Kalian semua berisik! Biar bagaimana pun, aku akan menyentuhnya!” Protes Raph sambil berjalan setengah berlari ke arah benda itu. Beberapa kali mereka berusaha untuk menghalanginya, namun usaha mereka tetap tidak berhasil. Karena bukan Raph namanya kalau dia tidak bersikeras melakukan apa yang ia ingin lakukan. Ketika ia menyentuh benda itu, tiba-tiba munculah sosok kakek tua yang disinari cahaya warna-warni dari “lampu sorot” tersebut. Sosok kakek itu sepertinya pernah dilihat sebelumnya oleh mereka. Tidak salah lagi, kakek tua itu adalah Gennai, “orang” yang memanggil mereka untuk masuk ke Dunia Digital. Karena mereka semua pernah melihat kakek itu, mereka langsung menyusul Raph dan berdiri di dekatnya. Sayangnya, mereka heran kenapa kakek itu di sini. Setelah itu, Gennai menundukkan kepalanya sedikit sebagai salam penghormatan. Spontan, kesebelas orang itu mengikuti hal yang sama sebagai tanda hormat mereka kepadanya. Setelah itu, Hayakawa pun membuka suara.
“Uhm... siapa kakek ini? Bukannya tadi kita sempat bertemu dengannya saat kita pertama kali masuk kemari?” Tanya gadis berkacamata itu.
“Kalau kuingat-ingat, benar juga. Tadi kita kan disambut olehnya.” Kata Sima Zhao. “Dia pun tadi sempat memperkenalkan diri, tapi aku tidak begitu memperhatikannya karena kita sudah panik duluan dan sibuk dengan Digimon kita.”
“Yang anehnya, kenapa dia muncul dari benda aneh ini ssu?” Tanya Kise penasaran sambil menunjuk benda aneh itu. Kokichi berdecak angkuh mendengar pertanyaan remaja bermata coklat madu itu.
“Ryouta-chan, kau tahu kalau itu hologram kan? Kau kan tinggal di wilayah modern. Masa’ kau tidak tahu hologram sih?” Ejek sang ditaktor D.I.C.E itu. Ia pun tak mempedulikan rengekan Kise yang mengatakan “Hidoi ssu...” berkali-kali.
“Kise benar. Untuk apa dia harus muncul dari benda aneh itu? Kenapa ia tidak langsung bicara pada kita langsung dengan tatap muka?” Tanya Musashi dengan serius. Soma mengangguk setuju.
“Kurasa ia punya tujuan.” Kata sang pemuda asal Rumania itu.
“Di satu sisi, Asuka-kun juga benar. Kenapa kakek itu tidak datang saja langsung ke sini kalau urusannya dengan kita terdengar penting?” Timpal Kiku. Mendengar kesebelas orang itu ribut dan bertanya-tanya antara satu dengan yang lain, Gennai akhirnya memilih untuk memperkenalkan dirinya.
“Salam kenal, anak-anak terpilih. Kurasa ini kedua kalinya kita bertemu. Tadi pada saat aku sudah bertemu dengan kalian, mungkin kalian tidak memperhatikanku sehingga kalian tak tahu siapa aku. Namaku Gennai.” Kata kakek itu. Kesebelas orang itu membalas salam dari kakek itu. Hal yang berbeda terjadi pada para Digimon yang sebelas orang itu pegang. Mata mereka tiba-tiba berbinar-binar karena takjub.
“Astaga! Akhirnya aku bisa bertemu Kakek Gennai secara langsung.” Kata Tsunomon.
“Senangnya! Aku sangat kagum denganmu.” Sambung Koromon.
“Uh... kalian kenal dengan kakek ini?” Tanya Mai bingung.
“Masa’ kalian tidak tahu sih? Dia ini Kakek Gennai, satu-satunya “manusia” yang tinggal di Dunia Digital!” Jelas Pyokomon.
“Wajar saja kami tidak tahu. Dia kan tinggal di Dunia Digital, sedangkan kami manusia Bumi.” Kata Musashi.
“Sekarang kalian tahu jadinya.” Kata Tokomon.
“Dan tujuan dia di sini untuk apa?” Tanya Hyoga.
“Biasanya kakek Gennai ingin menyampaikan sesuatu yang penting.” Jawab Motimon. “Hanya saja, dia tak bisa lama-lama.”
“Sekarang kita simak saja apa yang ingin ia sampaikan.” Usul Hayakawa. Akhirnya, mereka bersebelas kembali fokus untuk menyimak apa yang ingin Gennai sampaikan pada mereka.
“Pertama-tama, aku mengucapkan selamat datang di Dunia Digital. Kalian kuundang kemari karena kalian punya misi yang harus kalian jalani, yaitu menyelamatkan Dunia Digital dari kerusakan yang dibuat oleh “pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab” yang menyebabkan gangguan di Dunia Digital.” Penjelasan Gennai ini tentu membuat kesebelas orang itu bingung, bahkan bertanya-tanya.
“Kenapa harus kami? Kenapa bukan orang lain saja?” Tanya Sima Zhao.
“Aku ada turnamen basket 3 bulan lagi dan Akashicchi memintaku untuk latihan ekstra dan intensif sejak dua minggu lain. Aku tidak sanggup ssu.” Timpal Kise.
“Aku harus melatih Ryuuji lagi. Turnamen petinju antar wilayah juga sudah mau dimulai. Aku sebenarnya tak mau meninggalkan Ryuuji latihan sendiri.” Kiku menambahkan
“Kalian jangan egois dong~ kan kita di sini diundang olehnya. Kalian yakin mau menolak permintaan kakek tua seperti dia? Jahat juga ya...” Kata Kokichi. Yaamon pun ikut menggeleng seperti mengejek kedua orang yang sedang protes itu.
“Bos Kokichi saja bisa meninggalkan pekerjaannya demi hal ini. Masa’ kalian tidak bisa?” Sambung Yaamon. Sontak itu membuat Kise dan Kiku jengkel. Sakura dan Tanemon pun malah terbawa suasana.
“Kau bisa diam tidak, Yaamon?” Omel Tanemon.
“Rasanya aku ingin memukul wajahmu sekarang.” Tambah Sakura.
“Just let me do it, Sakura.” Kata Raph sambil mengepal tangannya, namun ia dihalang oleh Musashi.
“Jangan. Hiraukan saja dia.” Kata remaja berambut biru itu. Motimon tersenyum mendengar respon tamernya itu.
“Wah... Musashi dewasa ya.” Kata Motimon. Musashi pun hanya ber-“hmph” ria mendengar Digimonnya itu.
“Motimon, kau pernah mendengar pepatah “diam itu emas” bukan? Itu lah yang Musashi lakukan.” Kata Hyoga.
“Hei, sebaiknya kita fokus lagi ke Kakek Gennai.” Ajak Soma. Mereka pun kembali fokus memperhatikan Gennai.
“Kalian semua sejak semula sudah ditentukan menjadi tamer untuk Digimon kalian. Saat ini, Dunia Digital benar-benar dalam bahaya sehingga kami membutuhkan bantuan kalian dari serbuan para monster jahat. Untuk itu, aku sudah meletakkan Digivice pada diri kalian masing-masing.” Kata Gennai. Mereka terdiam dan mencoba memikirkan apa yang dikatakan oleh kakek tersebut.
“Moonmon, apa maksud Gennai jii-san itu ini ya?” Tanya Hayakawa pada Moonmon sambil mengambil Digivice dari kantong roknya.
“Iya, Hayakawa-dono. Benda itu yang Gennai maksud.” Jawab Moonmon. Sontak, tamers lain, kecuali Raph dan Sima Zhao, terheran-heran mendengar Moonmon memanggil Hayakawa dengan akhiran dono seperti itu.
“Tunggu sebentar! Hayakawacchi, kenapa kau dipanggil dengan embel - embel dono?” Tanya Kise penasaran.
“Iya. Yang biasa pakai embel-embel seperti itu kan anggota kerajaan, Hayakawa-chan.” Sambung Mai.
“Perlukah kuberitahu bahwa dia itu anggota kerajaan?” Tanya Kokichi dengan seringai.
“Jangan sok tahu!” Semprot Raph.
“Kalau tidak percaya, kau bisa tanya langsung pada Sima Zhao.” Balas Kokichi sambil terkekeh.
“Urusan ribut kalian bisa lanjutkan nanti saja. Ayo fokus!” Omel Soma.
“Kakek Gennai biasanya tidak punya waktu lama untuk memberitahukan hal penting! Jadi kita harus menyimak baik-baik setiap perkataannya” Timpal Sunmon. Akhirnya mereka fokus kembali dengan Gennai.
“Untuk bisa mengalahkan para monster itu, Digimon milik kalian harus memiliki kekuatan yang lebih lagi. Untuk mempunyai kekuatan yang lebih, mereka harus berevolusi, dan kalian akan membutuhkan Digivice sebagai medianya.” Kata Gennai menjelaskan. Semuanya mengangguk kepada Gennai, walaupun mereka semua belum paham sepenuhnya tentang pesan yang disampaikan olehnya. “Lalu perlu kalian ketahui, semua gelombang listrik dan sinyal yang ada di Bumi tidak dapat masuk ke Dunia Digital. Maka dari itu, semua alat elektronik yang kalian bawa dari Bumi tidak akan berfungsi di sini, termasuk telepon seluler kalian.” Di saat ungkapan itu terlontar dari mulut Gennai, Kise langsung panik dan mengambil telepon genggamnya dari dalam kantong celananya.
“Kise?” Nyaromon pun mulai cemas ketika melihat tamernya mulai menelpon orang dengan panik. Jeritan berlebihan keluar dari mulut Kise ketika ia mengetahui bahwa ia tidak bisa menelpon salah satu temannya.
“Bagaimana ini Nyaromoncchi? Akashicchi pasti membunuhku nanti...!” Sang remaja pirang itu langsung menggendong Nyaromon dan memeluknya sambil menangis.
“Kise, apa yang terjadi?” Tanya Sima Zhao.
“Dia tak bisa menelpon temannya. Telepon dari luar pun juga tidak bisa menghubungi telepon seluler kalian.” Jawab Pukamon.
“Yep, ini akan merepotkan.” Kata Musashi sambil menghela nafas. Lalu mereka semua menatap Gennai kembali.
“Tapi jangan khawatir. Nanti kalian semua akan ada waktu khusus dengan keluarga dan kerabat masing-masing sebelum misi kedua kalian itu.” Gennai melanjutkan perkataannya. “Lalu, tolong kalian periksa telepon seluler kalian. 2 di antaranya sudah kuberi program untuk navigasi dan untuk alat menganalisa Digimon.” Ada 8 orang yang langsung memeriksa telepon genggam mereka.
“Sakura-chan, kenapa kau tidak cek telepon genggammu?” Tanya Hayakawa.
“Aku meninggalkan telepon selulerku di rumah. Akan bahaya jika kubawa ketika sedang mencari obat-obatan.” Jawab gadis berambut pink itu.
“Iya juga. Lokasi obat-obatannya selalu di hutan. Sudah susah sinyal, belum lagi jatuh dan dicuri orang. Kan merepotkan kalau seperti itu.” Sambung Tanemon.
“Lalu Hyoga dan Musashi kenapa tidak ada telepon seluler?” Tanya Moonmon.
“Justru susah mendapatkan sinyal di Siberia. Untuk apa aku memakai benda yang jelas tidak berfungsi dengan baik.” Kata Hyoga.
“Kalau aku... banyak dari misiku tidak terlalu membutuhkan komunikasi jarak jauh.” Jawab Musashi menambahkan. Ketika masih memeriksa telepon seluler masing-masing, tiba-tiba Soma mengangkat telepon genggamnya.
“Punyaku ada fungsi navigasi.” Kata pemuda berambut perak itu.
“Baguslah! Kita sudah dapat navigator!” Sorak Mai. “Tinggal mencari alat penganalisa Digimon saja.”
“Kurasa Kise yang punya itu.” Kata Pyokomon sambil menatap Kise yang kebingungan dan bertanya pada Nyaromon mengenai cara pemakaian alat analisa Digimon.
“Tinggal mengarahkan saja kamera telepon genggammu ke arah Digimon tertentu. Pasti mereka akan langsung menganalisa dengan cepat.” Kata Nyaromon menjelaskan. Kise pun manggut - manggut karena paham penjelasan dari Digimonnya ini.
“Iya. kedua telepon seluler kalian berfungsi sebagai GPS dan data analyzer, sebagai pengganti peta dan untuk menganalisis Digimon asing yang akan kalian temui. Karena selama di perjalanan, kalian pasti akan menemui halangan dan rintangan yang memb....." Tiba-tiba, “lampu sorot” yang menyinari kakek Gennai menjadi redup seperti TV yang rusak. Terlebih lagi, dia menghilang begitu saja seperti ditelan Bumi. Mereka tertegun dan heran melihat kakek itu “sirna” begitu saja. Ternyata di balik itu semua, Raph langsung dengan percaya dirinya memutuskan bahwa dia dan teman-temannya harus bertualang.
“Oke. Kalau begitu, kita langsung jalan saja. Kita bisa bebas ke mana saja kan?” Tanya Raph tidak sabaran. Pertanyaan Raph itu langsung direspon dengan hantaman dari Koromon ke dagunya.
“Sabar sedikit, Raph!” Omelnya.
“Tidak usah menyerangku begitu dong!” Protes Raph.
“Koromon benar Raph.” Sahut Sunmon. Lalu ia menatap ke arah tamernya. “Soma, kita ke mana sekarang?” Tanyanya. Soma melihat ke telepon selulernya dan melihat tanda panah sebagai kompas di petanya, yang menuju ke arah utara.
Sontak Soma langsung menyahutnya, "Sepertinya kita harus mengikuti arah panah yang ditunjukkan di sini, aku yakin tanda ini berfungsi layaknya seperti kompas." Mendengar hal itu mereka semua menyetujui pernyataan si pemuda berambut perak itu dan berjalan ke arah tersebut. Setelah berjalan selama 1 jam, mereka melihat pantai dari jauh dan menduga bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan. Ternyata, jarum kompas itu masih tertuju ke arah utara. Setelah mereka berjalan selama sejam penuh dan mengetahui bahwa mereka belum sampai di tempat tujuan, mereka beristirahat sebentar di dekat pepohonan sambil tiduran.
“Lelah juga...” Kata Sima Zhao sambil rebahan dan memejamkan mata.
“Kita istirahat saja dulu. Lagipula perjalanan kita masih jauh.” Kata Raph sambil bersender di sebuah pohon. Beberapa dari mereka tertidur di sana karena kelelahan
Sekitar setengah jam mereka merebahkan diri, tiba-tiba muncul seekor serangga raksasa berwarna merah sedikit jingga yang bertangan empat dari bawah tanah dan menyerang mereka di tengah-tengah waktu istirahat mereka. Beruntung, mereka bisa menghindar.
“Kise! Keluarkan Digimon Analyzermu!” Seru Nyaromon. Sang remaja bermata coklat madu itu mengangguk. Langsung saja Kise mengambil telepon seluler miliknya dan membukanya. Seperti yang dikatakan oleh Kakek Gennai, benda itu langsung menjadi data analyzer untuk menganalisis makhluk raksasa yang menyerang mereka secara mendadak.
Kira-kira beginilah informasi yang mereka dapatkan dari data analyzer, "Kuwagamon, atribut virus, adalah Digimon jenis serangga tingkat Champion yang mempunyai capit besar di depannya. Senjata andalannya adalah Scissor Hands yang berasal dari keempat tangannya." Mereka benar-benar kaget melihat data analyzer tersebut bisa memberikan info yang detail mengenai Kuwagamon.
“Ini berbahaya, ssu! Kalau dibiarkan begini, kita bisa mati!!” Seru Kise. Setelah itu, mereka berpikir keras bagaimana cara mengalahkannya.
Tak lama setelah itu, Kuwagamon langsung mencondongkan kepalanya ke depan mereka dan mengarahkan capitnya yang besar. Secara refleks mereka langsung menghindari serangan itu.
“Tidak bisa dibiarkan! Kita harus menyerangnya!” Seru Raph sambil mengeluarkan sepasang sai yang selalu ia bawa. Dengan cepat ia berlari dan menyerang Kuwagamon dengan sainya. Sayangnya ketika tertusuk, Kuwagamon tak bereaksi seperti yang ia harapkan. Digimon kelas Champion itu tak merasa sakit sama sekali. Bahkan ia berhasil menyingkirkan Raph yang menusuk tubuhnya yang besar. Yang lain akhirnya ikut menyerang seperti Raph, kecuali Kise yang sibuk mengalihkan perhatian Kuwagamon supaya tidak menyerang Digidestinies yang lain. Mereka menggunakan serangan mereka masing-masing, bahkan terkesan di luar masuk akal, seperti Hyoga menggunakan Diamond Dust, Mai dengan serangan kipas apinya, Musashi dengan jurus andalan dari pedangnya, Soma dengan serangan dari skill Dominancenya, Kiku dengan tinju Boomerang Hook. Sakura dan Kokichi membuat jebakan kecil-kecilan setidaknya untuk melukai Kuwagamon dari belakang. Sima Zhao dan Hayakawa melempar apapun yang mereka lihat di depan mereka ke arah Kuwagamon, terutama bebatuan. Akan tetapi, serangan mereka tidak mempan terhadapnya seakan dia kebal oleh serangan-serangan tersebut.
“Bagaimana mungkin dia bisa bertahan dari serangan Diamond Dust?” Tanya Hyoga bingung.
“Dia bahkan tahan dari serangan dari Dominance!” Timpal Soma.
“Itu kan serangan terkuat yang kita punya di tim ini. Yang anehnya serangan tusukan sainya Raph seperti tidak ada rasa untuknya!” Sahut Sakura.
“Bahkan jebakan yang Sakura dan Kokichi buat rasanya bukan apa-apa baginya!” Kata Kiku.
“Kalian kan dari Bumi. Serangan dari tempat kalian tidak mempan kalau di sini!” Seru Tanemon.
“Semua kemampuan kalian yang tujuannya untuk menyerang itu hanya mempan pada Digimon kelas rookie. Tapi kalau serangannya ke Digimon kelas Champion ke atas, itu malah tidak ada apa-apanya untuk mereka!” Tambah Tsunomon.
“Itu berarti semua serangan kalian tadi punya hanya menggelitiknya tadi!” Kata Sunmon.
“Kalau kemampuan seperti milik Kise tadi, itu masih bisa dipakai karena tujuannya hanya untuk mengecoh!” Timpal Tanemon.
“Jadi serangan kita tadi hanya seperti jarum suntik menusuk kulitku ya?!” Tanya Raph geram.
“Tapi kenapa begitu ya?” Tanya Koromon curiga. Ketika mereka masih sibuk memikirkan cara mengalahkannya, Nyaromon langsung membuka mulutnya untuk menyampaikan pendapatnya.
“Kita pakai skill yang Kise punya saja! Setidaknya itu membantu kita!” Kata Digimon itu.
“Iya! Aku bisa pakai Vanishing Drivenya Kurokocchi setidaknya untuk 5 menit! Kalau dia lengah, di saat itu kalian bisa menyerangnya!” Kata Kise. Akhirnya semua setuju dengan usul Nyaromon. Kise akhirnya kembali mengecoh Kuwagamon dengan kemampuannya itu. Sayangnya, kali ini Kuwagamon sudah menghapal posisi Kise dan malah berhasil menyerangnya dengan waktu 2 menit. Beruntung, Kise berhasil menghindar dan berhasil lari ke arah teman-temannya. Tanpa menunggu waktu lama, Kuwagamon mengarahkan keempat tangannya ke arah mereka dan mengeluarkan jurus pamungkasnya, yaitu Scissors Hands. Mereka sempat menghindar, tapi terkena luka sedikit darinya.
“Cih, sialan!” Umpat Raph. Mereka sekarang benar-benar tidak berdaya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang. Pasrah bahkan menjadi opsi terakhir yang mereka punya dan berharap saja ada yang mau membantu mereka.
“Kita harus membantu mereka!” Ajak Koromon. Digimon lain setuju. Mereka berlari maju ke depan kesebelas tamer mereka. Tentu saja, kesebelas orang itu terkejut melihat Digimon mereka sudah ada di hadapan mereka.
“Apa yang kalian lakukan?!” Tanya Kokichi saking kagetnya.
“Melindungi kalian, terutama kau, Bos Kokichi!” Jawab Yaamon dengan percaya diri yang tinggi.
“Kalian tahu kan kalau kalian kalah tingkat dengannya?!” Tanya Sima Zhao.
“Jangan mengambil tindakan bodoh!” Musashi memperingatkan saking ia khawatir dengan Motimon.
“Nanti kalian terluka bagaimana?” Sahut Hayakawa.
“Kami kan jumlahnya banyak!” Jawab Pukamon.
“Lebih banyak, lebih baik kalau kata pepatah dari tempatnya Raph.” Timpal Moonmon.
“Kami akan baik-baik saja! Jangan khawatir!” Tambah Motimon. Kesebelas Digimon itu menyerang dengan serangan Frosty Spit, Pink Bubble, dan bahkan ada yang lari dan menyerang maju dengan serangan fisik ke Kuwagamon. Sayangnya, serangan itu tak mempan pada Digimon tingkat Champion itu. Bingung karena memikirkan akan langkah apa yang harus mereka ambil, tiba-tiba Digivice yang ada pada mereka langsung bercahaya. Mereka langsung mengambil Digivice mereka dari dalam kantong masing-masing.
“H-Hei. Benda ini bercahaya...” Kata Mai. Mereka mencoba mengarahkan Digivice mereka ke semua arah untuk mencari tahu fungsi Digivice yang Kakek Gennai sampaikan tadi. Ketika mereka mengarahkan Digivice mereka ke arah Digimon mereka, di saat itulah Digimon mereka berevolusi. Koromon menjadi Agumon, Tsunomon menjadi Gabumon, Pyokomon menjadi Biyomon, Tanemon menjadi Palmon, Motimon menjadi Tentomon, Pukamon menjadi Gomamon, Tokomon menjadi Patamon, Nyaromon menjadi Salamon, Yaamon menjadi Impmon, Moonmon menjadi Lunamon, dan Sunmon menjadi Coronamon.
Kesebelas tamer mereka terkejut melihat Digivice yang bersinar dan para Digimon mereka yang berubah wujud.
“J-Jadi ini maksudnya Kakek Gennai dengan evolusi ya?” Tanya Kiku karena masih terpukau dan terkejut secara bersamaan. Kesebelas Digimon itu mengangguk.
“Tenang saja, Kiku. Kali ini pasti Kuwagamon tidak akan tahan dengan serangan kami!” Kata Patamon percaya diri.
“Okay. Do whatever you wanna do!” Kata Raph dengan semangat. Beberapa saat kemudian, Kuwagamon terbang dan mengeluarkan Scissors Handnya di udara. Segera saja mereka menghindar lagi, dan kesebelas Digimon itu mengeluarkan jurus mereka masing-masing. Kesebelas tembakan mereka menyatu di udara, dan langsung menghajar serangga raksasa tersebut sehingga dia jatuh ke tanah dan tergeletak tak berdaya. Tanpa mempedulikan dia, mereka semua langsung kabur dari tempat tersebut dan pergi terus ke arah utara, dan sudah hampir sampai ke pantai.
“Tadi itu keren ya.” Kata Mai. Biyomon mengangguk senang tanda ia setuju dengan tamernya.
“Nah, sekarang kita sudah di mana Soma?” Tanya Coronamon. Ketika mereka sampai ke pantai yang dituju, telepon seluler Soma langsung berbunyi dan tertulis di atas panah kompas tersebut "Pulau File".
“Di sini tertulis Pulau File. Tapi aku tidak yakin bahwa ini tempatnya." Kata Soma.
“Bagaimana bisa kau ragu dengan tempat tujuan? Pasti Pulau File itu letaknya di sini, sesuai kompasmu itu.” Tukas Raph.
“Pulau File itu kan ada di seberang pantai ini, Raph. Dulu aku pernah ke sana saat masih jadi Koromon.” Jawab Agumon. Kesebelas orang itu terkejut.
“Terus bagaimana kita bisa menyebrang? Tidak mungkin kan aku naik Gomamon. Dia terlalu kecil untuk badanku.” Ungkap Sima Zhao. Gomamon menggelengkan kepalanya.
“Ya tidak mungkin lah. Aku tidak kuat membawamu.” Sahut Digimon air itu.
“Seandainya ada perahu...” Gumam Sakura. Palmon langsung melihat sekitarnya dan menemukan ada banyak pohon Kelapa yang mengelilingi pantai tersebut.
“Sebelum memikirkan itu, bagaimana kalau kita minum terlebih dahulu? Kebetulan ada banyak sekali buah kelapa di sini, dan aku haus sekali.” Katanya kepada sang gadis berambut pink itu. Sakura pun baru sadar bahwa apa yang dikatakan Palmon benar adanya, terlebih dia sendiri juga kehausan.
Dia menyetujui Digimonnya dan membalas, “betul juga, aku pun merasa haus karena belum minum seteguk air sejak kita datang ke dunia Digital.” Ia pun memanggil teman-teman barunya. “Hei, teman-teman, kita rehat sejenak. Aku dan Palmon sudah kehausan dan akan mengambil buah kelapa yang ada di sini. Apakah kalian ingin membantu kami?” Sebagian besar dari mereka semua setuju dan ingin segera membantu mereka berdua. Sayangnya Musashi, Hyoga, dan Soma ragu dan masih menaruh rasa curiga kepada pantai itu dan sekelilingnya.
“Kalian yakin akan mengambil kelapa-kelapa itu?” tanya Soma.
“Memangnya bisa dikonsumsi begitu saja? Kita kan tidak tahu apakah itu beracun atau tidak. Lagipula, kelapa di sini pasti berbeda dengan yang ada di Bumi.” Hyoga menambahkan.
“Hmph, aku tahu bahwa kita semua pasti merasakan dahaga yang sudah menusuk tenggorokan. Tapi aku pertimbangkan dulu soal mengambil semua kelapa itu. Terlebih lagi, pantai ini sangat asing bagiku.”
Mendengar pernyataan sang tamer, Tentomon langsung terbang menghampirinya dan berkata, “biarkan aku membantu mereka, dan aku yakin semua kelapa itu aman untuk dikonsumsi. Aku sendiri pun akan mencobanya.” Spontan Gabumon dan Coronamon mengangguk kepada tamer mereka masing-masing. Sebelum ketiga pemuda itu menghentikan para Digimon mereka, semuanya sudah terlanjur pergi dan mengambil kelapa-kelapa yang ada. Satu orang mengambil satu buah. Setelah terkumpul 22 buah, para 11 Digimon tidak bersabar untuk memapas semua Kelapa tersebut.
Tiba-tiba, Musashi menghentikan mereka dan menghunus pedangnya sambil berkata, “biar aku saja yang memapasnya”. Tak mau kalah dengannya, Hyoga dan Soma pun ikut mengambil peran.
“Kami juga, karena kami tidak membantu kalian mengambil kelapa-kelapa itu.” Kata pemuda berambut pirang dan perak itu. Dengan cepat, Mereka memapas semua kelapa dengan jurus mereka.
Musashi dengan tebasan kilatnya, Hyoga dengan Diamon Dust dan memotong bagian atasnya dengan memukulnya, dan Soma dengan memanggil Valkyrie. Hanya dalam hitungan kurang dari 10 detik saja, mereka memapas semua kelapa (masing-masing 7), sehingga tersisa satu Kelapa lagi. Pada saat yang bersamaan, mereka bertiga menatap dan saling mengangguk satu sama lain. Spontan mereka bertiga langsung berlari cepat dan menghampiri buah itu, dan Musashi lah yang berhasil memapasnya. Melihat atraksi mereka bertiga, yang lainnya langsung tepuk tangan dan menyoraki mereka karena kagum akan kemampuan mereka. Tanpa menunda-nunda waktu, kesebelas Digimon mereka mencicipi air Kelapa itu dan ternyata tidak beracun. Langsung saja mereka mengambil bagian mereka satu per satu, sambil duduk meminum Kelapa mereka yang rasanya lezat sekali.
“Aku tak pernah meminum kelapa seenak ini ssu.” Puji Kise sambil meminum air kelapa itu.
“Hanya di Dunia Digital yang punya kelapa seperti ini.” Sahut Salamon.
“Setelah ini, kita harus lanjutkan perjalanan. Kalau tidak, kita tidak akan sampai-sampai.” Kata Mai. Biyomon mengangguk setuju.
“Kita harus cari cara untuk lanjut. Setidaknya kita sudah mengisi cairan tubuh dulu untuk sementara.” Sambung Digimon bertubuh pink itu. Setelah itu, mereka melihat ke seberang mereka. Pulau File terletak di sana. Sesegera mungkin, mereka harus ke sana. Petualangan mereka harus berlanjut.
Notes:
*Kokichi dipanggil Kise dengan Kocchi karena menurutnya bakalan aneh jika Kokichi dipanggil dengan tambahan cchi di belakangnya
OK, di akhir aku ingin mengucapkan makasih banget untuk reader yang baca fanfic ini dan terimakasih banget buat Bang Patuan yang menyumbangkan ide untuk fanfic ini buat bantuin aku ketika lagi keder kena writter block
Chapter 3: Greymon: Hero when the Rest Time
Summary:
Setelah mengalahkan Kuwagamon, Raph dan yang lainnya harus beristirahat. Sayangnya, psrsediaan untuk mengisi mereka hari itu belum ada. Setelah mencari persediaan untuk hari itu, apa yang terjadi selanjutnya?
Notes:
Makasih banget lagi buat Bang Patuan ngebantuin aku lagi untuk ide Digimon battle di fanfic ini. Masih bau kencur hayati di fandom Digimon. Semoga para readers nggak kelamaan nunggu chap. 3nya. Semoga kalian suka dengan chap. 3 ini.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Setelah mereka selesai meneguk air kelapa yang rasanya enak nan lezat, ke 11 Digimon beserta dengan tamer mereka masing-masing merasa segar kembali, bahkan beberapa orang di antara mereka sudah siap untuk meneruskan perjalanan. Akan tetapi, Hyoga, Soma, dan Musashi tidak menyetujui hal itu berhubung pantai tempat dimana mereka berada adalah tempat yang sangat asing.
“Tunggu dulu!” Seru Hyoga. Kedelapan tamer lainnya langsung menatap remaja asal Rusia itu. “Kita tidak boleh ceroboh. Kita harus perhatikan sekitar kita, dan menemukan cara atau petunjuk untuk menyeberangi pantai ini.”
“Itu benar, dan kita harus waspada akan segala kemungkinan yang terjadi. Tempat ini masih asing bagi kita.” Soma menambahkan.
Menanggapi kedua orang tersebut, Musashi mengangguk sedikit sambil memejamkan matanya. “Lagipula, kita sudah diserang mendadak oleh Kuwagamon pada saat kita sedang lengah tadi. Jadi, kita tidak tahu apakah pantai ini berbahaya atau tidak.” Katanya. Setelah menyimak perkataan mereka bertiga, mereka semua mulai berpikir keras untuk mencari solusi yang tepat.
“Hmm, bagaimana kalau kita mencari sesuatu dengan cara mengelilingi pantai ini?” Tanya Agumon tak lama setelahnya.
“Betul juga, barangkali kita bisa menemukan benda atau alat yang berguna buat kita.” Timpal Gabumon.
“Tapi, apakah tidak berbahaya jika kita mencarinya dengan berpencar?” tanya Biyomon.
“Kalau berpencar memang berbahaya, lebih baik kita berkelompok saja.” Jawab Tentomon.
“Ide bagus, kita harus membuat 4 kelompok. Masing-masing berjumlah 3 orang.” Usul Palmon.
“Tunggu dulu, bagaimana dengan kelompok yang satunya lagi? Yang tersisa kan tinggal 2 orang saja di kelompok itu. Jadi siapa anggota yang bersedia di kelompok itu?” tanya Gomamon penuh ragu. Beberapa saat kemudian, Raph berjalan ke arah Gomamon sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Biarkan aku sendirian saja dengan Agumon. Aku siap menghadapi apapun yang ada di depan mataku.” Jawabnya dengan penuh percaya diri dan seringaian penuh percaya diri itu. Tentu itu membuat Agumon menepuk wajahnya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Kiku menggeleng mendekat ke samping Raph dan berkata, “biar aku yang menemaninya, agar dia tidak gegabah dalam bertindak.”
Patamon pun setuju dengan gadis berambut cokelat itu. Dia menambahkan, “tenang saja, aku akan selalu di samping mereka.” Raph pun langsung jengkel mendengar perkataan Kiku dan Patamon itu.
“Hei! Aku tidak menandatangani kontrak kalau kita jadi satu tim!” Kata Raph kesal.
“Justru aku tidak mau kejadian yang tidak diinginkan terjadi padamu, Hamato-kun! Terlalu berbahaya.” Semprot Kiku tak mau kalah dari remaja asal Amerika itu.
“Baiklah kalau begitu. Kelompok satu sudah ditentukan siapa saja anggotanya. Untuk kelompok 2, yang jadi anggotanya adalah aku, Zhao, dan Sakura.” Kata Mai dengan suara lantangnya, sampai mereka semua terkejut melihat gadis berambut panjang dan bertubuh seksi tersebut. Sima Zhao dan Sakura langsung menggeleng.
“Kami tidak mau satu tim denganmu!” Sakura menggerakkan tangannya mengisyaratkan dia menolak.
“Kita tidak ada persetujuan jadi satu tim!” Timpal Sima Zhao. Mai pun langsung sweatdrop mendengarnya.
“Ayolah…” Keluh Mai.
“Untuk kelompok 3 yaitu aku, Hayakawa, dan Musashi.” Balas Hyoga dengan suaranya yang tenang namun tegas.
Hayakawa langsung mengangguk dan membungkuk hormat. “Mohon bantuannya ya, Hyoga-senpai dan Musashi-senpai.”
“Dan untuk kelompok 4 sendiri adalah aku, Kise, dan Kokichi yang akan jadi anggotanya.” Timpal Soma dengan nada bicaranya yang serius. Wajah remaja asal SMP Teiko itu langsung memucat mendengar siapa kawan satu timnya. Ia tidak masalah dengan Soma, tapi kalau dengan Kokichi itu beda cerita.
“Boleh ganti tim?” Tanya Kise. Soma langsung menggeleng.
“Tidak bisa untuk saat ini, Kise. Aku mengerti kau kurang suka dengan Kokichi, tetapi kesampingkan dulu rasa tidak sukamu.” Kata Soma. Kokichi yang mendengar respon dari Soma itu langsung cekikikan.
“Kau tidak bisa lari dari pemimpin diktaktormu ini, Ryouta-chan.” Ujar Kokichi dengan seringaian khasnya. Yang ada malah Soma menjitak kepalanya.
“Tidak ada yang namanya pemimpin diktaktor di sini.” Omel pemuda asal Rumania itu. Kokichi mengelus kepalanya yang sakit itu.
“Nah kalau begitu, kita mulai saja pencariannya. Kita nanti berkumpul lagi di sini setelah kita menemukan sesuatu yang berguna selama kita di sini.” Kata Kiku. Semua setuju dan langsung memulai pencarian mereka.
Di kelompok pertama, Raph dan Kiku menjelajahi area yang dekat dengan kumpulan karang-karang bersama Digimon mereka. Ketika sampai, Raph melihat sebuah hutan lebat di dekat mereka.
“Kiku, kita coba masuk ke dalam saja. Siapa tahu kita dapat kayu besar untuk membuat perahu.” Ajak Raph. Kiku langsung menggeleng tidak setuju.
“Maaf Hamato-kun, tapi aku tidak bisa membiarkanmu seenaknya sekarang.” Kata Kiku sambil menarik jubah di hoodie yang Raph pakai.
“Hei! Kau tahu kan aku bisa berjuang dan bertarung sendiri?! Aku tidak apa-apa!” Semprot Raph.
“Apanya yang tidak apa-apa kalau ketika pertarungan melawan Kuwagamon tadi, mainanmu malah dianggap jarum suntik di kulitnya?” Protes Kiku.
“Dengar ya! Pertama, mainan yang kau maksud itu adalah sais pemberian Master Splinter! Kedua, dia mungkin beruntung saja bisa tahan!” Balas Raph tak kalah kesal. Patamon mulai khawatir jika pertengkaran terjadi di sini.
“Uhm… Kiku. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan.” Ajak Patamon, agar tidak semakin parah api yang muncul di antara mereka berdua.
“Berhenti!” Teriak Agumon. Kedua tamer yang tengah cekcok itu langsung melihat ke arah Agumon. “Untuk kali ini Raph benar. Kita memang membutuhkan banyak kayu saat ini.” Katanya. Sontak, sang tamer langsung bersorak gembira. “Tapi bukan berarti tandanya kau bisa menelusuri sampai ke dalam, Raph!” Tambah sang Digimon berbentuk dinosaurus kecil itu yang sukses membuat Raph mengucapkan kata-kata kasar. Kiku tertawa kecil, diikuti cekikikan dari Patamon.
“Jadi tujuannya apa, Agumon?” Tanya Patamon.
“Kita akan ambil beberapa kayu untuk membuat kayu bakar, Setidaknya kita harus rehat malam ini, karena dari tadi kita belum menemukan kapal untuk menyebrang. Dengan kayu-kayu bakar itu, kita bisa memasak, menghangatkan diri, dan menjadikan api unggun itu untuk sumber penerangan pada malam hari.” Kata Agumon.
“Tapi kayu-kayu di mulut hutan ini kan kecil-kecil. Bagaimana mungkin bisa membuat api unggun dengan kayu kecil? Lalu sumber apinya nanti dari mana?” Tanya Kiku.
“Pasti ada kayu besar di hutan itu yang tergeletak atau ranting besar yang sudah jatuh dari pohonnya. Kalau untuk api, kita akan pakai apinya Agumon, Gabumon, dan Biyomon untuk menyalakan apinya. Kalau nyala, kita akan menambahkan api milik Coronamon.” Usul Raph. Patamon mengangguk setuju. Akhirnya mereka mengumpulkan banyak kayu yang bisa mereka pakai untuk membuat api unggun supaya mereka mendapatkan penghangat, sumber penerangan atau bahkan api untuk memasak nanti malam. Lalu, mereka membawa kayu-kayu tersebut ke tempat mereka berkumpul tadi.
Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok kedua sedikit lebih tidak menguntungkan. Dari tadi yang mereka temukan adalah kain-kain bekas. Tentu ini membuat Mai mengeluh dari tadi karena tidak menemukan apapun dan Sima Zhao protes karena melihat banyak sampah berbentuk kain tergeletak di pantai. Ia tak suka pencemaran di pantai.
“Kalian bisa berhenti mengeluh kan?” Tanya Biyomon jengkel.
“Kalian semakin menjengkelkan kalau begini.” Sahut Gomamon kesal. Di luar dugaan, Sakura dan Palmon malah memutuskan mengambil kain-kain itu. Sakura memikirkan apa yang bisa ia lakukan dengan kain-kain itu. Ia yakin bahwa kain itu masih layak untuk digunakan.
“Kau mau apakan kain-kain itu?” Tanya Mai curiga.
“Itu kan kain perca.” Sambung Sima Zhao.
“Ini bukan kain perca, Zhao. Ini kain masih layak untuk dipakai. Hanya saja, kain ini tergeletak sembarangan di pantai ini. Kita bisa pakai ini untuk tenda. Bagaimana?” Tanya Sakura.
“Kita ikatkan saja ujung ke ujung untuk membuat tenda. Setidaknya kita ada tempat untuk istirahat.” Sambung Palmon. Mai dan Sima Zhao terdiam sebentar memikirkan cara mengikat kain-kain itu.
“Kalau tidak salah, Raph punya sepasang senjata tajam kecil kan?” Tanya Sima Zhao.
“Sais maksudmu kan? Itu tidak bisa dipakai.” Kata Gomamon sambil menggeleng.
“Hah? Kenapa?” Tanya Mai.
“Begini, itu kan bentuknya tiga cabang seperti trisula. Tidak mungkin kita pakai benda dengan tiga cabang untuk menjadi jarum.” Jawab Biyomon menjelaskan.
“Mungkin kunaiku bisa.” Sakura meronggoh tas persenjataannya dan mengambil senjata yang ia maksud. Senjata itu adalah semacam pisau lempar.
“Kurasa lubangnya akan kebesaran, Sakura.” Kata Palmon sambil mengamati senjata itu.
“Kalau kita pakai usulnya Zhao tadi, kita hanya bisa pakai ujung senjatanya dari cabang tengah yang panjang. Setelah berlubang, kita bisa susun tenda dengan kain yang penuh lubang-lubang itu.” Mai mengusulkan idenya.
“Bisa, Mai. Permasalahannya senjatanya Raph hanya sepasang, sedangkan jumlah kita 11 orang. Tidak mungkin kan hanya dua orang bekerja membangun tenda?” Tanya Biyomon dengan curiga.
“Sebenarnya bisa. Sakura mungkin akan meminjamkan stok senjatanya pada yang lain. Beberapa ada yang bertugas untuk melubangi, ada yang menjahit, dan ada yang merangkai serta membangun tendanya.” Sima Zhao membalas.
“Tumben otakmu jalan, Zhao.” Sindir Gomamon yang diikuti tawa geli Sakura, Palmon, Mai, dan Biyomon. Sima Zhao menghela nafasnya berat karena ia disindir seperti itu.
“Kau memang seperti Yuanji ya, Gomamon.” Keluh Sima Zhao. Lalu mereka membawa kain-kain tersebut ke tempat berkumpul mereka.
Untuk kelompok ketiga, mereka sedang asik menatap laut dengan beberapa ikan melompat dari dalam air. Sayangnya, itu bukan ikan yang bisa dimakan. Itu adalah sekumpulan Betamon. Tidak mungkin juga mereka akan memakan Digimon.
“Lalu stok makanan kita bagaimana? Tadinya aku berniat ingin memancing, tapi kelihatannya semua ikan di sini tidak bisa dimakan.” Kata Hyoga.
“Seharusnya kelapa-kelapa tadi bisa kita ambil, Hyoga.” Usul Gabumon.
“Kita tidak mungkin selamanya makan kelapa, Gabumon. Bisa mabuk kelapa nanti.” Kata Hayakawa. Lunamon menatap tamernya dan memanggil nama Hayakawa.
“Kita coba keliling sebentar. Siapa tahu kita menemukan buah selain kelapa.” Usul Digimon itu.
“Jangan kau coba-coba untuk memencar sendirian, Hayakawa. Kau tidak tahu bahaya apa nanti akan menimpamu.” Larang Musashi.
“Musashi benar. Bagaimana kalau ada Digimon jahat nanti melukaimu...?” Tentomon pun ikut memperingatkan Hayakawa dengan khawatir. Sang gadis asal keluarga Hojo itu hanya tersenyum manis sebagai responsnya.
“Aku akan baik-baik saja. Aku jamin. Kalian jangan khawatir.” Kata gadis berambut coklat itu. Lunamon pun mengangguk.
“Aku tahu Hayakawa-dono pasti kuat menghadapi bahaya. Dia pasti bukan gadis lemah seperti omongan kasar laki-laki soal gadis bangsawan.” Sambung Digimon milik Hayakawa itu.
“Baik, kumpulkan saja buah-buah yang bisa kau ambil. Setidaknya tolong dipilah dulu mana yang bisa dimakan dan mana yang tidak. Kalau jumlahnya banyak atau ada musuh datang, panggil kami saja.” Kata Hyoga.
“Kita akan menghajar siapapun yang mengganggumu nanti, Lunamon.” Sambung Gabumon yang langsung disambut cubitan di pipi dari Hyoga. “Hei! Sakit tahu, Hyoga!” Respon kesakitan Gabumon itu malah menjadi candaan kecil untuk Hayakawa, Tentomon, dan Lunamon untuk sedikit hiburan, sementara Musashi tidak peduli dengan itu dan memilih diam. Akhirnya Hayakawa dan Lunamon masuk ke dalam wilayah yang penuh dengan pohon buah di pantai itu dan mengambil buah-buahnya. Hyoga dan Musashi mengutip kelapa-kelapa yang mereka rasa layak untuk dikonsumsi bersama dengan Gabumon dan Tentomon. Sekitar 2 jam, setidaknya mereka berhasil mengumpulkan buah-buahan untuk persediaan mereka seharian nanti.
“Setidaknya ini cukup untuk mengganjal perut kita.” Kata Hayakawa. Lunamon mengangguk setuju.
“Ayo kita bawa ini ke tempat berkumpul kita tadi.” Ajak Tentomon. Akhirnya mereka kembali dengan membawa buah-buahan yang sudah mereka kumpulkan tadi.
Di kelompok terakhir, bukannya kerja sama yang terlihat, tetapi percekcokan yang tampak antara Kise dan Kokichi. Soma terpaksa harus berdiri di antara mereka berdua agar percekcokan tak semakin parah. Begitu juga dengan Salamon dan Impmon yang terpaksa harus dilerai oleh Coronamon.
“Daripada kalian ribut, sebaiknya kalian pikirkan apa yang harus dikumpulkan untuk dibawa ke tempat kita berkumpul tadi.” Usul Soma.
“Iya, kalian berisik jadinya.” Tambah Coronamon. Baik Kise maupun Kokichi sama-sama memalingkan wajahnya.
“Kalau saja Kocchi tidak mengerjaiku duluan, aku tidak akan marah-marah begini.” Ujar Kise.
“Siapa suruh cepat tersinggung, Ryouta-chan?” Balas Kokichi sambil menjulurkan lidahnya. Tentu Kise langsung jengkel dan mereka malah ingin berkelahi di tempat. Beruntung, Soma langsung menjitak kepala mereka berdua.
“Kalian ini seperti anak umur 4 tahun yang terjebak di tubuh anak remaja.” Omel Soma dengan tegas.
“Somacchi hidoi ssu.” Rengek Kise mendengar omelan pemuda asal Rumania itu. Tidak jauh berbeda dengan tamer mereka, kejadian serupa pun sedang berlangsung pada Digimon mereka. Salamon dan Impmon nyaris saja ingin saling menyerang. Beruntungnya, Coronamon langsung datang melerai mereka dan langsung menjitak kepala mereka.
“Hei! Kalian jangan berkelahi di sini!” Omel Coronamon.
“Habis Impmon membakar pantatku tadi!” Kata Salamon protes.
“Kau enak sih untuk diganggu.” Balas Impmon dengan terkekeh. Soma dan Coronamon langsung facepalm.
“Sebaiknya kita kumpulkan saja beberapa daun-daun kelapa di sini. Siapa tahu banyak yang perlu.” Bisik Soma ke Digimonnya. Coronamon mengangguk saja. “Hanya saja, bagaimana dengan mereka berempat?” Tanya sang pemuda berambut perak itu.
“Biarkan saja mereka berkelahi. Siapa tahu setelah ini mereka mau ikut membantu kita nanti kalau mereka bosan berkelahi.” Balas Digimon bertubuh jingga itu. Akhirnya mereka berdua langsung mengumpulkan daun-daun kelapa yang tergeletak di bawah pohon-pohon kelapa yang berada di dekat mereka, sementara Kise dan Salamon masih asik berkelahi dengan Kokichi dan Impmon. 15 menit kemudian, Soma dan Coronamon berhasil mengumpulkan banyak daun-daun yang dibutuhkan.
“Hei kalian berempat! Apa kalian bisa membantu kami?” Panggil Soma. Kise, Salamon, Kokichi, dan Impmon langsung menatap ke arah Soma dan Coronamon yang tengah mengutip daun-daun kelapa.
“Kalian sedang apa?” Tanya Kise curiga.
“Kau bisa lihat sendiri, Kise.” Jawab Coronamon jengkel. “Daripada kalian tidak ada kerjaan dan malah berkelahi, lebih baik kalian membantu kami mengutip daun-daun ini.” Sambungnya. Kise dan Kokichi saling menatap mendengar ungkapan dari Coronamon. Yang terjadi adalah mereka saling menjulurkan lidah.
“Aku tak mau kerja bareng dia!” Protes Kise.
“Aku juga tak mau kerja denganmu!” Balas Kokichi.
“Baik tamer maupun Digimonnya sama-sama menyebalkan!” Omel Salamon.
“Itu yang dikatakan Digimon yang punya tamer yang super menjengkelkan!” Ejek Impmon. Karena tak tahan dengan perkelahian mereka, Soma dan Coronamon melanjutkan mengumpulkan daun-daun kelapa itu. Setelah terkumpul sangat banyak, mereka melihat ternyata Kokichi dan Kise masih berkelahi.
“Bagaimana caranya untuk melerai mereka?” Tanya Coronamon. Soma mengambil setumpuk daun kelapa dan berjalan ke arah Kokichi.
“Kokichi, daripada kau sibuk ribut, lebih baik kau bantu aku membawa ini.” Kata Soma dan langsung memberikan tumpukan daun kelapa itu ke Kokichi. Kise langsung tertawa melihat Soma menghukum Kokichi seperti itu, namun Soma belum selesai. Ia kembali mengambil setumpuk daun kelapa dan langsung menyerahkannya pada Kise. “Jangan kira kau tidak kena! Kalian berdua sama sekali tidak membantuku.” Omel sang pemuda asal Rumania itu. Kise langsung merajuk karena Soma ternyata juga menghukumnya. Coronamon pun melakukan hal yang sama kepada Salamon dan Impmon, seperti yang Soma lakukan pada tamer mereka.
“Ayo, kita harus kembali.” Ajak Coronamon yang diikuti tamernya, sementara Kise dan Kokichi mengikuti mereka berdua dari belakang sambil membawa beberapa tumpuk daun kelapa bersama Digimon mereka dengan ekspresi jengkel.
Setelah mereka semua berkumpul di area tempat mereka berkumpul. Mereka melaporkan masing-masing tentang apa yang mereka temukan. Waktu pun menunjukkan bahwa sekarang sudah sore. Sudah saatnya mereka harus istirahat.
“Oke, kalau begitu kita istirahat semalam saja di sini. Kuharap kita tidak mengalami gangguan.” Kata Hyoga.
“Berarti sekarang kita membangun tenda dulu… tapi, aku tidak yakin kayu-kayu yang kukumpulkan bisa untuk membangun tenda besar kalau kita lihat kain yang timnya Mai bawa.” Kata Raph. Musashi mengambil beberapa kayu yang tertumpuk setelah ia mengobservasi kayu-kayu yang dibawa kelompok pertama.
“Beberapa kayu dianggap layak untuk membangun tenda. Sayangnya, kita hanya bisa membuat 2 tenda ukuran sedang. 1 untuk tenda para wanita, 1 lagi untuk kalian, anak laki-laki yang masih SMP.” Musashi menjelaskan.
“Baiklah, kita pakai saja kayu-kayu yang sudah dipilah Musashi. Sisa kayu lainnya untuk kayu bakar.” Kata Kiku.
“Untung saja Agumon dan aku mengambil kayu-kayu besar itu. Aku yakin nanti pasti berguna.” Kata Patamon dengan bangga. Kiku langsung mengelus kepala Digimonnya itu karena bangga atas inisiatif Digimonnya.
“Kerja bagus, Agumon- hei! Apa yang kau lakukan?!” Seru Raph ketika ia melihat Agumon mengambil seperempat dari stok makanan mereka yang diambil Hayakawa.
“Astaga! Aku capek mengambil itu tahu!” Protes Lunamon. “Itu kan untuk seharian nanti!”
“Maafkan aku, semuanya. Aku lapar lagi. Kelapa tadi kurang cukup. Jadinya aku mengambil ini.” Kata Agumon dengan nada menyesal. Raph merasa iba melihat Digimonnya masih kelaparan.
“Ya sudah, kau makan saja. Anggap saja makan malamku nanti itu spesial untukmu. Itu hadiah atas inisiatifmu.” Kata remaja berambut merah itu. Agumon pun senang mendengar pernyataan tamernya itu. Sayangnya, itu sedikit membuat kesal yang lain. Untung saja untuk Agumon, kalau tidak, Raph bisa dipukuli habis-habisan. Tentu saja itu tidak baik.
Tak lama setelah Agumon menyelesaikan makannya, mereka mulai membangun tenda. Kiku, Mai, dan Kise melubangi kain-kain yang dikumpulkan kelompok kedua tadi. Lalu Sakura dan Hayakawa bertugas untuk menyambungkan kain-kain itu dengan beberapa daun kelapa yang dikumpulkan kelompok keempat. Yang lainnya bertugas untuk merangkai dan membangun kerangka tenda. Di tengah pekerjaan mereka, Salamon melihat gelembung air dalam jumlah banyak muncul di dekat mereka.
“Teman-teman, sepertinya ada yang datang!” Seru Salamon sambil lari ke arah Kise.
“Salamoncchi, ada apa?” Tanya Kise bingung. Mai langsung menunjuk gelembung air di dekat mereka.
“Lihat!” Serunya. Biyomon mencoba mendekati pesisir pantai itu. Ia yakin ini pasti serangan dadakan.
“Semuanya waspada! Ini pasti serangan dadakan!” Seru Digimon burung itu. Benar saja, dari dalam air, muncullah Digimon besar bertubuh pink dengan rambut berbentuk seperti rumput laut di kepalanya. Tubuhnya dilindungi kerang layaknya siput atau keong.
“Digimon apa itu?!” Tanya Hyoga. Raph pun langsung mengambil sais miliknya yang sedang dipakai untuk melubangi kain.
“Apapun itu, pasti ia mau merusak istirahat kita!” Ujar remaja asal Amerika itu. Kise langsung meronggoh telepon selulernya dari kantong celananya dan mengarahkannya ke Digimon yang mereka lihat itu. Data analyzer langsung bekerja menganalisis Digimon itu.
“Shellmon, atribut data, adalah Digimon sejenis keong laut tingkat Champion yang mempunyai cangkang untuk melindungi tubuh lembeknya. Serangan andalannya adalah Aqua Blaster dan rambut hijaunya yang berfungsi sebagai tentakel.” Itulah hasil analisis mengenai Digimon tersebut. Shellmon mengerang keras ke arah Digidestineds baru itu, sampai-sampai memecah kesunyian dan terdengar oleh yang lainnya walaupun mereka lumayan jauh dari tempat Shellmon berada sekarang.
Otomatis, para tamer beserta Digimon mereka merasa aneh dan curiga mendengar erangan Shellmon dan mereka langsung kembali ke pantai sembari membawa semua benda yang mereka temukan di tempat masing-masing dan mencari tempat persembunyian.
Tak lama setelah itu, Shellmon menyerang mereka dengan cara melompat jauh dan berusaha keras menimpa Raph, Agumon, Hyoga, Gabumon, Mai, Biyomon, Soma, dan Coronamon. Karena Shellmon membutuhkan jeda waktu sekitar 5 detik untuk mendarat dan menimpa mereka, keempat tamer berserta Digimonnya menghindari serangan sang keong pink raksasa tersebut.
“Untung saja aku melawan siput! Jadi sedikit lebih mudah!” Raph berlari ke arah Digimon itu dan langsung menyerangnya dengan sais miliknya. Sialnya, itu tidak melukai Shellmon sama sekali. “Hei! Kau ini kan siput! Bagaimana mungkin tubuh lembek berlendirmu tahan dari serangan sais tajamku?!” Tanya Raph bingung.
“Bukannya sudah dibilang tadi kalau seranganmu itu tidak mempan pada Digimon?” Omel Agumon.
“Harusnya berhasil!” Balas Raph. Ternyata, tanpa ia tahu, Shellmon malah menyerangnya dengan melemparkannya ke dalam air yang sedikit lebih dalam dari pantai itu.
“Raph!” Teman-temannya berteriak, berharap remaja asal Amerika itu baik-baik saja.
“Biar aku tangani!” Seru Gabumon dan langsung menyemburkan Blue Flare ke arah Shellmon. Ternyata, tembakan api biru dari serigala biru berbulu lebat dan bertanduk itu juga tidak mempan terhadap tubuh sang keong raksasa itu yang keras seperti batu karang.
“Bagaimana mungkin serangan Gabumon malah cukup lemah untuknya?!” Tanya Hyoga bingung. Ternyata Digimon lainnya mencoba menyerang Shellmon dengan serangan andalan mereka masing-masing, namun tidak berhasil. Raph pun keluar dari air dan mencoba menyerang Shellmon. Ia berhasil menancapkan saisnya di tubuh lunak Shellmon.
“Raph, apa yang kau lakukan?!” Jerit Agumon.
“Mencoba melukai Shellmon!” Jawab Raph. Tentunya Shellmon mengerang, bukan karena kesakitan, tetapi untuk melepaskan Raph dari tubuhnya.
“Aku coba serang!” Agumon menyemburkan Pepper Breath tepat ke arah Shellmon. Ternyata serangan dari Agumon tadi berhasil melukai Shellmon pada bagian mata dan membuat Raph terlempar kembali ke air saat sang remaja berambut merah itu melepaskan tancapan saisnya dari Shellmon ketika Digimon level Champion itu mengerang kesakitan. Raph berenang ke permukaan air dan langsung menghampiri Agumon.
“Kerja bagus, Agumon!” Puji Raph kepada Digimonnya. Agumon mengangguk mendengar pujian dari tamernya itu.
“Raph, kau basah kuyup.” Kata Agumon.
“Sehabis ini nanti kukeringkan,” lalu sang remaja asal Amerika itu melihat pakaiannya yang sudah basah itu, “sialan juga aku tidak bawa pakaian dalam ganti.” Keluh Raph.
“Bagaimana mungkin Agumon bisa menyerang Shellmon tetapi Digimon kita yang lain tidak?” Tanya Sakura.
“Kau tadi tidak lihat Agumon memakan seperempat stok makanan kita? Walaupun ia bertindak tidak gegabah, Agumon itu memiliki kebiasaan buruk, yaitu cepat lapar.” Jawab Palmon.
“Pantas saja dia masih bisa bertahan. Ternyata dia ini Digimon yang nafsu makannya sangat tinggi.” Kata Kokichi.
“Aku penasaran apa tamernya juga begitu.” Sambung Impmon.
“Raph, sebaiknya kau pikirkan strategi untuk menyerang Shellmon! Kalau kau bergerak sendirian seperti tadi malah membawa bahaya untuk yang lain!” Seru Kiku. Dengan gerakan yang lumayan cepat, Shellmon melompat lagi ke arah Raph dan Agumon, sehingga mereka berdua menghindar lagi ke arah yang berbeda juga. Akan tetapi, sang keong raksasa itu langsung memanjangkan rambutnya yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai tentakel dan mengarahkan tentakel tersebut ke arah remaja berambut merah itu, dan melilit tubuhnya.
“Apa? Apa-apaan ini?! Hei, lepasakan aku! Aaaaargh, sial! Di saat genting seperti ini, aku malah tertangkap olehnya!” Jerit Raph. Ia berusaha melepaskan diri dari lilitan tentakel dari rambut milik Shellmon, tetapi tak berhasil karena lilitannya cukup kuat.
“Raaaaaph!” teriak semua tamer dan para Digimonnya yang berada di dekat Raph, terlebih terkejut karena melihat temannya dililit oleh Shellmon. Seketika itu juga, sang keong raksasa itu mengerang lagi dengan suara kerasnya sampai mereka menutup telinga masing-masing. Beberapa saat kemudian, dia langsung mengeluarkan 2 Aqua Blaster ke arah mereka, dari arah kiri dan kanan. Spontan saja, mereka semua terpental jauh. Setelah itu, para tamer yang kembali dari “persembunyian” mereka, masing-masing melihat teman-teman mereka terpental dan segera menolong mereka. Dengan penuh rasa heran, mereka bertanya kepada teman-teman mereka yang terpental oleh jurus pamungkas Shellmon itu. Dengan singkat, mereka menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan mereka segera bergagas untuk menyerang Shellmon dan menolong Raph dari cengkeraman tentakelnya yang melilit tubuh sang remaja berambut merah tersebut.
“Tunggu! Biarkan aku ikut!” Mereka kaget mendengar kata-kata sang dinosaurus kuning yang berusaha bangkit berdiri dengan susah payah itu. Mereka menghampiri Agumon, dan berkata bahwa hal itu terlalu berbahaya bagi dirinya. Akan tetapi, dia bersikeras dan mengatakan, “aku tidak bisa membiarkan Raph dililit olehnya terus menerus! Aku harus menolongnya, karena dia adalah tamerku! Aku harus menolongnya, karena dia adalah temanku!” Takjub akan perkataan Agumon, mereka membantunya berdiri dan berlari tertatih-tatih menghampiri Shellmon. Ketika itu Agumon berteriak, “Raaaaaph! Tenang saja, aku akan menolongmu!”
“Agumon! Jangan mendekat!” Teriak Raph yang berusaha keras melepaskan tubuhnya dari cengkeraman tentakel Shellmon. Sontak sang keong bertubuh besar dan bercangkang keras seperti batu karang itu mengerang keras lagi, sehingga para tamer dan Digimon yang membantunya menutup kupingnya karena erangannya yang memekakkan telinga itu. Akan tetapi, Agumon tidak menutup telinganya seolah dia sudah terbiasa dengan erangan itu.
“Agumon! Bagaimana mungkin kau tahan dengan teriakan keras itu?!” Tanya Sima Zhao dengan suara keras.
“Jangan terlalu dekat, Agumon!” Teriak Gomamon memperingatkan.
Agumon tidak peduli dengan Sima Zhao dan Gomamon saat ini. Meskipun ia tahu soal teriakan Shellmon itu, ia tetap harus menolong tamernya yang sedang dililit Shellmon itu tanpa terkecuali. Malahan, dia langsung menembakkan Pepper Breathnya sehingga mengenai leher Shellmon. Tanpa menunda-nunda, Shellmon langsung membalas serangannya dengan 2 Aqua Blasternya ke arah Agumon, tetapi semua tamer dan para Digimon lainnya melindunginya dengan berdiri tepat di depannya. Alhasil, mereka terpental ke arah samping kiri dan kanan Agumon. “Kalian semua, kalian telah melidungiku.” Teriak Agumon penuh haru bercampur emosi.
“Cepatlah! Kau harus bantu Raph!” Seru Hyoga.
“Kau yang punya kekuatan sekarang untuk mengalahkan Shellmon!” Timpal Gabumon.
Oleh karena itu, amarahnya langsung memuncak dan hampir saja dia menembakkan Pepper Breathnya ke arah Shellmon. Sayangnya, hal itu segera terhenti taktakala Shellmon menggerakkan tentakel yang melilit Raph ke arah Agumon dengan liciknya, sebagai “perisai” kedua bagi dirinya selain dari cangkangnya. Agumon pun langsung menghentikan aksinya, dan memukul kakinya dengan tangannya tanda kekesalannya dan tak tahu harus berbuat apa.
“AAAAAGUMOOON! Jangan pedulikan aku! Tembak dia dengan Pepper Breathmu!” Seru Raph dengan teriakan dan intonasi yang putus asa.
Mendengar pernyataan sang tamer, Digimon miliknya itu marah tanda dia tidak menyetujui keputusannya itu dan berteriak dengan suara lantang dan berkata “Dasar bodoh! Aku tidak mungkin melakukan hal seceroboh itu padamu! Aku ini Digimonmu, dan kau adalah tamerku! Kita semua adalah teman, karena Digimon dan tamer adalah teman sejati yang tak terpisahkan oleh rintangan seberat apapun! Oleh karena itu, aku pasti akan menolongmu!” Di tengah-tengah situasi yang kritis seperti itu, suara Agumon terdengar oleh semua tamer dan para Digimonnya. Mereka pun sadar dan terharu bercampur salut oleh kata-katanya. Mereka tak menyangka, bahwa Agumon yang tukang makan itu ternyata adalah Digimon yang peduli akan nasib tamernya.
Beberapa saat kemudian, Shellmon menembakkan Aqua Blaster ke arah Agumon. Para tamer dan Digimon lainnya yang sudah terkapar melihat hal serupa dan berteriak supaya Agumon menghindar dari semprotan air yang deras seperti alat jet streamer tersebut. Kenyataannya, sang dinosaurus kuning itu tidak menghindar, bahkan ia tetap menghadapi Aqua Blaster Shellmon itu dengan tubuhnya yang kecil itu. Dia berusaha mati-matian agar tubuhnya tidak terdorong oleh arus air berkekuatan tinggi itu.
“Aku merasa lemah sekarang... seharusnya aku tidak boleh membiarkan diriku terlihat lemah oleh Agumon... seharusnya aku bisa....!!!” Gumam Raph kesal dalam hati. Di saat itu lah, sang remaja asal Amerika itu langsung berteriak keras untuk mencoba melepaskan diri sekali lagi. Tiba-tiba saja, Digivice milik Raph bersinar terang dan dia sangat terkejut melihat Digivice miliknya. Selang beberapa detik kemudian, tubuh Agumon juga bersinar seperti Digivice milik Raph dan berubahlah dia menjadi seekor dinosaurus jingga bertubuh raksasa dan bertanduk.
Raph langsung kaget setengah mati melihat Agumon berubah wujudnya menjadi dinosaurus raksasa yang berukuran sama besarnya dengan Shellmon, bahkan para tamer yang lainnya pun tidak menyangka hal itu. Raph berkata, “jadi ini evolusi yang dimaksud Kakek Gennai? Hebat sekali!”
Setelah itu, Kise langsung mengeluarkan Data Analyser dan alat itu langsung memberikan informasi sebagai berikut, “Greymon, atribut vaksin, adalah Digimon sejenis dinosaurus tipe Champion yang mempunyai sepasang tanduk yang besar. Senjata pamungkasnya adalah Nova Blast.”
“Ini keren ssu! Kalahkan dia, Greymon!” Seru Kise.
“Ayo, Greymon!” Sorak Salamon.
Tanpa menunggu waktu lama, Greymon menggunakan tanduknya untuk melepaskan Raph dari tentakle Shellmon yang melilitnya. Akhirnya, Raph pun terlepas dan berlari ke arah Greymon. Katanya, “terima kasih, Greymon.”
Sang dinosaurus besar itu membalasnya, “sama-sama, Raph.” Lalu ia mengambil Raph dan menaruhnya di atas bahunya.
Langsung saja Greymon menghampiri Shellmon dan menyerangnya dengan cakarnya, dan Shellmon pun menyerangnya menggunakan kepalanya sehingga serangan mereka berdua beradu dalam waktu yang cukup lama. Setelah berapa lama beradu kekuatan, ternyata tenaga mereka seimbang. Greymon mundur sambil melompat sedikit dan Shellmon juga mundur beberapa langkah. Beberapa saat kemudian, Greymon menarik nafas dan maju ke arah Shellmon dengan gencarnya. Sehingga Shellmon pun harus menahan serangan dari tangan Greymon yang kecil dan pendek dengan kedua tangannya yang besar. Alhasil, tangan Greymon tidak selemah ukurannya yang terlihat kecil dan pendek sehingga dia meremas kedua tangan Shellmon yang jauh lebih besar, bahkan Shellmon sempat kesakitan karena tangannya diremas oleh tangan Greymon yang mempunyai cakar yang sangat tajam seperti kuku besi ninja.
Oleh karena itu, Shellmon menjulurkan tentakelnya dan menampar pipi Greymon. Dengan gigihnya, Greymon langsung menggigit tentakel Shellmon sehingga dia teriak kesakitan sampai mundur lumayan jauh dari musuhnya. Selesai menahan sakit, Shellmon langsung menembakkan Aqua Blaster ke arah Greymon mengenai tubuhnya. Greymon sempat kesakitan, tapi dia menahannya dengan berlari ke arah Shellmon dan disundulnya sang keong pink besar tersebut dengan tanduknya sampai terdorong belasan meter ke belakang, sembari merintih kesakitan. Kemudian, sang dinosaurus besar berwarna jingga itu memegang Shellmon, mengangkatnya, lalu membantingnya. Tanpa menunggu waktu lama, Greymon mengangkat lagi tubuh Shellmon, lalu melemparnya jauh ke atas. Segera saja, dia mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu Nova Blast dari mulutnya.
Pada saat bola api besar itu menghantam tubuh Shellmon yang terpental, terdengar suara ledakan yang lumayan dahsyat pertanda serangan akhir darinya tepat sasaran dan langsung mengalahkan sang keong pink bertubuh besar itu. Mereka semua berteriak kegirangan karena Greymon berhasil mengalahkan Shellmon dan Raph pun diturunkan dari bahunya. Lalu, ia menepuk kaki Digimonnya tersebut dan berkata, “kau hebat, Greymon. Tadi itu sungguh luar biasa, spektakuler! Kau bisa jadi pegulat yang tangguh. Mungkin kau bisa ajari aku nanti.”
“Raph, syukurlah kau tidak terluka. Aku khawatir sekali, aku pikir aku tidak akan berhasil menyelamatkanmu. Berkat teman-temanmu yang telah melindungiku, aku bertekad bahwa aku harus melindungi kau dan teman-temanmu.” Kata Greymon sambil tersenyum.
“Sekali lagi, terima kasih banyak, Greymon. Aku berhutang budi padamu. Aku minta maaf atas kecerobohanku tadi. Kalau saja aku tidak gegabah seperti tadi, aku tidak perlu membahayakan diriku, kau, dan juga semuanya.” Kata Raph dengan nada menyesal.
“Sama-sama, Raph. Kau tidak perlu berkecil hati. Karena kau telah membuatku jadi sekuat ini berkat keberanianmu. Lagipula, itu sudah menjadi tugasku untuk melindungimu dan semua teman-temanmu.” Kata Greymon dengan tawa kecil. Tak lama kemudian, tubuh Greymon tiba-tiba menyusut dan kembali lagi menjadi Agumon.
“Hei, kenapa Greymon menyusut?” Tanya Hayakawa.
“Agumon masih belum terbiasa dengan Digivolve. Biasanya Digivolve memakan energi yang banyak. Wajar saja ini hal yang baru untuk Agumon. Kalau energinya habis, Greymon yang kita lihat tadi akan menyusut menjadi Agumon kembali.” Kata Lunamon menjelaskan.
“Sebaiknya kita harus melanjutkan membangun tenda tadi. Kita harus istirahat malam ini.” Kata Musashi. Akhirnya mereka melanjutkan pekerjaan mereka dan setelah sejam berlalu, 2 tenda untuk tempat istirahat dan api unggun untuk penerangan telah selesai dibuat setelah serangan mengerikan dari Shellmon
Notes:
OK, di akhir aku ingin mengucapkan makasih banget untuk reader yang baca fanfic ini. Jangan lupa kripik dan santannya demi kemajuan fanfic ini. See ya di the next chapter~!
Chapter 4: Garurumon: The Wolf that Roars for the Night
Summary:
Setelah pertarungan melawan Shellmon, para Digidestineds yang baru beserta Digimon mereka terpaksa beristirahat untuk persiapan di hari esok. Sayangnya, bukan istirahat yang menyenangkan yang mereka terima karena keributan hal sepele bahkan soal makanan dan minuman. Apa yang terjadi selanjutnya?
Notes:
Makasih banget lagi buat Bang Patuan ngebantuin aku lagi untuk ide Digimon battle di fanfic ini. Masih bau kencur hayati di fandom Digimon. Semoga para readers nggak kelamaan nunggu chap. 4nya. Semoga kalian suka dengan chap. 4 ini.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Waktu sudah menunjukkan bahwa sekarang sudah malam. Pertarungan melawan Shellmon sebelumnya benar-benar menguras tenaga para Digidestineds dan Digimon mereka. Meski lelah begitu, mereka tetap melanjutkan membangun tenda dan membuat api unggun supaya mereka dapat beristirahat malam itu. Dalam waktu 1 jam, mereka akhirnya selesai membangun tenda dan api unggun agar mereka bisa beristirahat malam itu.
“Lelah juga.” Kokichi melakukan sedikit stretch untuk merenggangkan sedikit ototnya.
“Akhirnya selesai juga.” Ujar Impmon senang.
“Ngomong-ngomong kalian sudah lapar belum?” Tanya Kise. Semua pun mengangguk, kecuali Raph.
“Kalau begitu kita makan buah yang kita kumpulkan tadi saja.” Usul Hayakawa. Semuanya mengangguk. Mereka pun akhirnya menikmati buah-buahan yang telah dikumpulkan itu. Tenaga mereka mulai terisi. Raph memilih untuk tidak makan.
“Kau tidak lapar, Raph?” Tanya Sakura. Sang remaja berambut merah itu menggeleng.
“Aku tidak lapar. Kau sendiri kenapa tidak makan buah-buah itu? Setidaknya mengisi perutmu dulu. Kau butuh tenaga lebih.” Kata Raph sambil membuka pakaiannya hingga tersisa boxernya. Lalu ia letakkan baju itu tergantung di dekat api unggun. Tujuannya agar pakaiannya bisa cepat kering.
“Tidak apa-apa Raph. Aku masih kenyang. Lagipula, tadi siang aku makan kelapa cukup banyak. Jadinya aku bisa diet malam ini. Aku terbiasa tidak makan malam.” Sakura menjelaskan. Raph menghela nafasnya.
“Bukannya meremehkanmu, tetapi kau justru lebih butuh banyak makan, sementara aku ini tadi sudah menghabiskan seperempat jatah makan bersama untuk kuberikan pada Agumon.” Kata remaja asal Amerika itu. “Tidak adil rasanya jika aku makan jatah lagi.” Tiba-tiba Gomamon berjalan ke pesisir pantai. Ia menatap air laut itu dengan tatapan lekat.
“Hei, Gomamon! Sedang apa kau di situ?” Tanya Sima Zhao.
“Aku penasaran apa ada ikan di sini atau tidak. Kasihan kalau Raph tidak makan. Jatahnya malah ia berikan ke Agumon. Memangnya kalian tidak merasa hati kalian tidak enak kalau melihat teman kalian tidak makan?” Omel Gomamon dengan nada sedikit halus.
“Masalahnya kami waktu itu ingin memancing di sini, tetapi yang kutemukan malah Betamon.” Jawab Hyoga.
“Tidak mungkin kan kita makan Digimon?” Timpal Gabumon.
“Kalian tadi hanya periksa dari permukaan laut saja. Makanya kalian tidak menemukan ikan apapun selain Betamon di permukaan laut. Oleh karena itu, aku akan periksa ke dalam laut” Ujar Gomamon. Lalu ia pergi ke dalam air untuk mencari ikan yang dapat dikonsumsi Raph. Sementara itu, Raph sudah mulai bersin-bersin karena kedinginan.
“Raph, seharusya kau tidak usah buka baju tadi.” Soma menasihati.
“Kalau tidak buka baju, kapan keringnya semua pakaianku?” Tanya Raph jengkel. Agumon merasa kasihan melihat tamernya sedang kedinginan itu.
“Raph, kau dekatkan tubuhmu dengan api unggun. Mungkin itu cukup menghangatkanmu.” Usul sang Digimon berbentuk dinosaurus kecil itu. “Lagipula, kau kan pake boxer.” Raph akhirnya mendekatkan diri dengan api unggun itu. Tentunya ia memberi jarak dengan api unggun itu supaya ia tak terbakar. Mereka masih menunggu kedatangan Gomamon.
“Ternyata lama juga ya.” Keluh Mai.
“Menangkap ikan bukan pekerjaan mudah, Mai.” Omel Biyomon.
“Kira-kira, apa nanti Gomamon akan banyak bawa ikan ya?” Tanya Lunamon.
“Kalau misalnya banyak, kita masak untuk ramai-ramai, tapi kalau hanya 1-2 ekor, kita berikan pada Raph saja. Dia tenaganya yang paling banyak terkuras.” Kata Salamon menjelaskan.
“Iya, pertarungannya dengan Shellmon nyaris merenggut nyawanya. Kalau perutnya tidak terisi dengan cukup makanan, ia pasti kewalahan esok hari.” Sambung Tentomon.
“Seandainya dia juga tidak main asal maju, ini juga tak akan terjadi.” Kata Musashi dengan dingin.
“Whoa... tahan di situ, Asuka-kun. Memang benar kalau Raph asal maju seperti itu berbahaya. Permasalahannya Shellmon sendiri juga menyerang kita duluan.” Omel Kiku.
“Uhm... Kiku, Shellmon tidak suka wilayahnya diganggu. Itu lah kenapa ia menyerang kita tadi.” Patamon menjelaskan.
“Tapi terlalu ekstrim juga main asal serang hanya karena teritori terganggu.” Kata Palmon.
“Kita umpamakan saja seperti sebuah negara di tempat kalian. Tentu, setiap negara punya batas. Jika ada yang melewati batas tanpa ijin, negara yang menjadi negara tujuan orang yang melewati batas tersebut akan menghukum orang itu.” Coronamon menjelaskan.
“Ah... aku mengerti. Ternyata ribet juga ya sistem hukum manusia ya?” Keluh Impmon sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Tentu. Makanya, pemimpin diktaktor seperti itu benci aturan terlalu mengikat tanpa kebebasan berarti untuk warganya~ ah... kasihan juga mereka.” Kata Kokichi memanas-manasi.
“Sebaiknya kau diam saja ya, Kokichi! Kalau kau mulai lagi, kubekukan mulutmu!” Ancam Hyoga. Kokichi menarik nafas terkejut, meski itu tentu saja pura-pura.
“Alorvsky-chan... kau mengancamku? Manis sekali ya. Aku tidak mengganggu ketenangan kalian kok~” Kokichi terkekeh dengan tawa “Nishishi~” khasnya.
“Sudah lah. Kalian mengganggu istirahatku saja.” Keluh Sima Zhao. Tak lama kemudian, Gomamon muncul dari permukaan air dan menghampiri tamernya serta teman-temannya. Ia membawa sejumlah ikan dalam jaring buatan yang ia buat dengan daun kelapa. “Oh, dia sudah datang.” Agumon dan Biyomon langsung menghampiri Gomamon.
“Keren sekali kau Gomamon!” Seru Agumon.
“Banyak sekali ikan yang kau dapatkan!” Sambung Biyomon.
“Setidaknya ini cukup.” Kata Gomamon. Lalu ia meminta Sakura dan Hayakawa memasakkan ikan-ikan tersebut untuk Raph. Kedua gadis itu langsung memasak ikan-ikan itu dengan cara menancapkannya ke ranting kayu, dan dibakar di api unggun yang telah mereka buat. Lalu mereka memberi 2 ekor ikan yang sudah matang itu pada Raph.
“Raph, kau makan ini saja. Enak lho.” Bujuk Hayakawa. Sang remaja asal Amerika itu menatap ikan tersebut dengan tatapan lekat.
“Kalian dapat ikan itu dari mana?” Tanya Raph.
“Gomamon menangkap ikan-ikan ini. Ini aman kok untuk dimakan.” Jawab Sakura.
Raph pun menatap Gomamon dan bertanya padanya, “Gomamon, ini ikan apa yang kau tangkap?” Yang ditanya menatap Raph dan mengingat kembali jenis ikan yang ia tangkap tadi berhubung jumlahnya banyak.
“Seingatku, yang dimasak Sakura dan Hayakawa itu Digi Trout. Ikan itu lumayan cukup besar dan aku jamin itu aman untuk dimakan.” Jawab Gomamon. Raph pun memakan ikan itu dan matanya terbelalak setelah ia menggigit ikan itu.
“Ini enak sekali...” Katanya. Sakura dan Hayakawa bersorak senang karena masakan mereka ternyata enak.
“Ah, padahal tadi aku juga mau ikut kalian memasak.” Kata Mai. Palmon dan Lunamon tertawa kecil melihat Mai mengeluh seperti itu.
“Kalau begitu, Mai masak ikan lainnya saja.” Usul Palmon.
“Siapa tahu bisa membantu Hayakawa-dono dan Sakura.” Sambung Lunamon. Akhirnya, dengan bantuan Mai, Sakura dan Hayakawa memasak ikan-ikan itu dan memberikannya pada teman-temannya serta Digimon mereka dan untuk mereka sendiri serta Digimon mereka sendiri juga. Setelah mereka puas memakan ikan-ikan itu, Hyoga membawa sebuah bambu besar yang berisi air dalam jumlah yang banyak, sedangkan Gabumon membawa seikat bambu panjang yang ukurannya lebih kecil. Para Digimon beserta tamer yang lainnya heran melihat mereka membawa bambu- bambu itu.
“Banyak sekali, darimana kalian dapatkan bambu-bambu itu?” tanya Sima Zhao.
“Kami menemukan air dan semua bambu dari hutan kecil yang letaknya lumayan jauh dari sini.” Jawab Hyoga.
“Hmph, untuk apa bambu berisi air itu? Lagipula, kita kan bisa mencuci tangan dengan air pantai.” Musashi menanyakan dengan penuh ragu akan air yang mereka bawa bukanlah air yang bisa diminum.
“Justru air yang kami bawa ini adalah air yang berasal dari mata air yang berada di hutan kecil yang kami telusuri tadi, dan ini aman untuk diminum.” Gabumon menjawab Musashi dengan tenang.
“Wah, kebetulan sekali. Aku sudah haus sejak aku menghabiskan 2 ekor ikan yang kusantap tadi.” Raph merespon serigala biru berbulu lebat itu dengan tidak sabar karena dia tidak dapat menahan dahaganya. Seketika itu juga, semuanya langsung tertawa terbahak-bahak, kecuali Musashi.
“Dasar bodoh, kau pikir hanya kau saja yang haus setelah makan ikan?!” Kata sang pemuda berambut biru itu sambil sedikit menghardik Raph.
“Apa katamu? Jadi kau ingin menantangku berkelahi, hah?!” Raph membalasnya dengan emosi. Langsung saja Agumon dan Tentomon menarik celana mereka agar mereka tidak berkalahi. Kemudian Mai dan Kiku langsung melerai mereka saat itu juga.
“Sudah, sudah. Kalian ini, hanya karena perkara bambu dan air saja bertengkar.” Timpal Mai.
“Iya, hentikan pertikaian kalian yang tidak berguna ini. Lebih baik, kalian gunakan kemampuan kalian untuk memotong bambu-bambu kecil ini, dan membagi-bagikan air ini.” Timpal Kiku
“Ide bagus, akhirnya keahlianku dengan sai ini berguna juga di sini.” Kata pemuda berambut merah itu.
“Baiklah, aku juga tidak akan kalah denganmu.” Balas Musashi tersebut.
Seketika itu juga, mereka memotong bambu-bambu kecil yang panjang itu dengan lincahnya layaknya ninja dan pesamurai yang melakukan atraksi kecil-kecilan. Sesaat setelah itu, mereka berhasil membuat bambu-bambu itu menjadi 22 potong dan berbentuk seperti gelas minum. Para tamer dan Digimon lainnya pun takjub melihat atraksi mereka, dan langsung saja mereka bertepuk tangan. Kemudian, mereka mengambil gelas masing-masing dan meminum air yang sangat segar itu. Akhirnya, mereka semua bisa meregangkan tubuh mereka sebentar sebelum mereka tidur.
1 jam kemudian, waktu sudah menunjukkan mereka untuk istirahat. Raph yang langsung mengambil pakaiannya, langsung memakai pakaiannya kembali karena sudah kering dalam waktu yang singkat berhubung api yang dipakai asalnya dari api milik Coronamon dan Agumon.
“Oke, kami tidur duluan.” Kata Kiku yang langsung masuk ke tenda khusus para Digidestineds perempuan lainnya, diikuti Digimon mereka.
“Raph, kau tidak tidur?” Tanya Sima Zhao.
“Aku di luar saja. Kalau aku di dalam, aku khawatir kalau Kise akan tahan lama tidur denganku.” Kata Raph.
“Lho? Memangnya kenapa?” Tanya Salamon.
“Aku mendengar banyak cerita dari Raph saat masih di dunianya. Dia suka mendengkur sewaktu tidur.” Jawab Agumon.
“Itu kan bukan masalah, Hamato-chan.” Ujar Kokichi.
“Kecuali kalau dengkurannya Raph itu keras bukan main.” Kata Hyoga.
“Nah, itu masalah utamanya.” Kata Raph.
“Pantas saja kau mau tidur di luar.” Kata Musashi.
“Wah, kalau begitu ceritanya, aku tidak mau tidur bareng Raphcchi. Bukan bermaksud menyinggung, tapi kalau mendengar Aominecchi mendengkur ketika tidur itu keras sekali, sampai membuatku tidak bisa tidur. Aku tidak mau kejadian yang sama terulang ssu.” Kata Kise.
“Kalau kita perhatikan juga, Raph sepertinya hobi bergadang. Jadi tidur sebentar bukan masalah.” Kata Gabumon.
“Ya sudah, kalau begitu Zhao, Kise, Kokichi, dan Hyoga di dalam saja. Aku, Musashi, dan Raph akan berjaga-jaga di sini. Kami akan bangunkan kalian kalau ada masalah.” Kata Soma memberitahu. Akhirnya, keempat orang yang Soma sebutkan tadi masuk ke tenda bersama Digimon mereka, sementara Soma, Raph, dan Musashi duduk di atas bebatuan dekat dengan tenda untuk berjaga-jaga akan apa yang terjadi di sekitar tenda. Mata mereka sebenarnya sudah mau redup karena kelelahan, tapi mereka menahan rasa kantuk itu untuk menjaga teman-teman mereka yang sudah istirahat duluan. Terlebih lagi, Soma masih berpikir kenapa dua Digimon besar sebelumnya menyerang mereka. Dia merasa aneh dan curiga akan apa yang terjadi pada Dunia Digital, dan mengkaitkan hal ini kepada kakek Gennai yang meninggalkan pesan yang aneh bagi dirinya. Dia terus memikirkan hal ini sampai-sampai Raph yang duduk di sampingnya menyikut pria berambut perak itu.
“Hei, Soma, apa yang kau pikirkan? Tanya Raph penuh heran.
“Oh, tidak. Aku hanya berpikir apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan alasan kenapa kita diserang oleh 2 Digimon besar yang kuat.” Jawab Soma
“Aku juga tidak mengerti kenapa, tapi suatu saat pasti kita akan menemukan jawabannya. Yang jelas, kita harus siap menghadapi bahaya.” Timpal Raph.
“Itu sudah pasti. Tapi, kita juga harus menemukan motif sebenarnya dari musuh untuk menyerang kita” Musashi menambahkan.
“Ya, kau benar sekali. Dan untuk menemukan motif dan penyebabnya, kita harus melanjutkan perjalanan kita esok pagi.” Tambah Soma. “Aku juga penasaran siapa otak di balik ketidak-tenangan di Dunia Digital.’
“Lebih baik, malam ini kita harus berjaga-jaga. Kita tidak tahu kapan akan ada musuh yang ingin menyergap kita.” Balas Raph.
Soma dan Musashi menyetujui pernyataan Raph, walaupun kantuk sudah menyerang mereka bertiga. Agar bisa tidur sebentar, Soma memanggil 2 *soul yaitu **Persephone dan **Imp supaya menggantikan mereka berjaga dan membangunkan dalam waktu 3-4 jam, sehingga mereka bertiga bisa tidur sebentar sembari 2 soul itu menggantikan mereka. Pada saat yang bersamaan, semua tamer dan Digimon yang di tenda sudah tertidur pulas.
4 jam kemudian, angin mulai kencang dan ombak pun datang menghampiri bibir pantai. Sontak kedua soul yang dipanggil Soma membangunkan tuannya beserta dengan kedua temannya, untuk menggantikan mereka. Mereka bertiga merasa curiga dan mengawasi pantai dengan seksama. Setelah hampir 1 jam mengamati dan mengawasi, tidak ada yang aneh selain dari angin yang kencang dan deru ombak yang membasahi pasir pantai. Akan tetapi, 5 menit setelah itu, ketiga pemuda itu melihat seperti ada sosok binatang laut yang aneh dan besar diikuti dengan deru ombak. Sosok itu mendekat dengan perlahan, dan mereka sudah bersiap-siap. Seketika itu juga, sosok itu menampakkan dirinya di dekat mereka dengan teriakkan yang keras sehingga membangunkan orang-orang yang tidur di tenda.
“Raph! Gangguan apa kali ini?!” Tanya Gabumon cemas.
“Entahlah! Yang pasti Digimon tingkat Champion seperti 2 Digimon sebelumnya yang menyerang kita!” Jawab Raph.
“Dari besar badannya sudah dipastikan lawan kita ini tingkat Champion!” Tambah Agumon.
“Sebentar semuanya. Biar kita analisa dulu Digimon apa ini!” Kata Kise dan ia langsung mengambil Data Analyzer.
Data yang didapatkan sebagai berikut, “Seadramon, atribut data, adalah Digimon kelas Champion berbentuk naga air raksasa. Senjata pamungkasnya adalah Ice Blast dan Water Shock.”
“Gawat! Lawan kita termasuk berat juga!” Seru Salamon.
Seadramon langsung menyerang mereka dengan terbang di atas mereka, sehingga membuat tenda-tenda tidur mereka nyaris terbang. Setelah Seadramon terbang tepat di atas mereka, Sakura langsung memanggil Raph yang Digimonnya berhasil berevolusi sebelumnya.
“Raph! Sebaiknya Agumon evolusi dulu!” Seru gadis berambut pink itu. Raph langsung mengambil Digivicenya dan mengarahkannya ke arah Agumon, sayangnya tidak ada reaksi.
“Sialan! Digiviceku rusak ya?!” Sang remaja asal Amerika ini mulai geram.
“Bukan rusak.” Agumon menggelengkan kepalanya. “Aku masih terlalu lelah. Jadi untuk evolusi, aku belum bisa. Kalau Digimon terlalu lelah dan tidak ada energi, ia tidak bisa bertarung... dan itu yang sedang kualami.” Sambung Digimon berbentuk dinosaurus itu. Langsung saja, Agumon, Gabumon, Biyomon, dan Tentomon menembakkan Pepper Breath, Blue Blaster, Spiral Twister, dan Super Shocker ke arah Seadramon. Sayangnya, serangan tersebut tidaklah mempan, bahkan Seadramon membalas mereka dengan Water Shock yang sangat deras dan kencang seperti air terjun sehingga membuat mereka terpental. Tamer keempat Digimon itu langsung berlari menyusuli keempat Digimon yang terpental tersebut.
“Agumon!” Raph langsung menggendong Digimonnya. “Kalau begini, kita tidak bisa bertarung dengannya...” Katanya.
“Mungkin situasi tidak berpihak pada kita, namun aku ada cara membuat kita kabur setidaknya untuk jangka pendek.” Kata Hyoga sambil menggendong Gabumon.
“Bagaimana caranya?” Tanya Gabumon. Hyoga langsung membuat pose jari menunjuk.
“***Koltso...!” Embun es keluar dari telunjuknya Hyoga. Embun itu mengarah ke arah Seadramon, tetapi usaha sang remaja berambut kuning itu tidak berhasil. Seadramon langsung mengerang kencang sembari terbang ke arah Hyoga dan Gabumon. Alhasil Hyoga dan Gabumon terpental ke samping kiri dan kanan. Melihat itu, Sakura, Kiku, Kise, Kokichi, Hayakawa, Soma, beserta dengan para Digimon mereka berlari menghampiri mereka berdua. Sakura berusaha memopong Hyoga, sementara Palmon memopong Gabumon.
“Kalian tidak apa-apa?” tanya Sakura.
“Ya, terima kasih telah menolong kami” Balas Hyoga.
“Sekarang, kita harus menemukan cara untuk mengalahkan Seadramon.” Kata Gabumon.
“Ya benar sekali. Kita harus menggabungkan kekuatan.” Palmon menambahkan.
Sesaat setelah itu, Kiku dan kokichi menyuruh Patamon dan Impmon untuk menembakkan Boom Bubble dan Bada Boom. Akan tetapi, kedua tembakan itu tidak mempan sama sekali terhadap Seadramon. Tanpa menunggu waktu lama, sang naga besar itu membalas tembakan mereka dengan Water Shock ke arah mereka. Dengan cepatnya, Impmon dan Patamon menghindar. Setelah itu, Palmon menyerang Seadramon dengan cakar Poison Ivy diikuti dengan Luna Claw, Corona Knuckle, dan Sledge Crash dari Lunamon, Coronamon, dan Salamon.
Sayangnya, semua serangan mereka tidak juga berhasil. Malahan, Seadramon langsung terbang menabrak keempat Digimon itu dan mementalkan mereka ke arah yang berbeda. Spontan, keempat tamer mereka masing-masing mengejar Digimon mereka.
“Seadramon kejam juga!” Kata Kise sambil menggendong Salamon.
“Dia terlalu kuat!” Kata Hayakawa sambil menggendong Lunamon.
“Kalau dibiarkan, nanti porak-poranda semua...!” Sahut Soma sambil menggendong Coronamon.
Pada saat itu juga, Hyoga berlari ke arah Seadramon dengan cepatnya.
“Hei, kemari kau!” Kata remaja berambut kuning itu.
“Hyoga, tunggu aku!” Gabumon berlari cepat mengejar tamernya. Sekian detik kemudian, Seadramon langsung menengok ke belakang dan menembakkan Water Shock. Hyoga membalas serangan itu dengan Diamond Dust. Kedua jurus itu saling beradu kekuatan selama 15 detik, dan tembakan air dari naga besar itu terdorong jauh ke arah naga besar itu. Mereka semua senang karena mengira tembakan es dari Hyoga berhasil, namun Seadramon langsung menembakkan Water Shock yang berbentuk bulat seperti bola air besar yang menggumpal dan memecahkan tembakan es sang remaja berambut kuning tersebut. Tentu saja, itu membuat kesepuluh tamer lainnya kaget.
”Sial, padahal tinggal sedikit lagi aku berhasil menghajarnya! Setidaknya untuk memberi waktu untuk menghajarnya lebih jauh!” timpal Hyoga dengan kesalnya.
“Jangan putus asa, aku akan membantumu!” kata Gabumon. Dengan gencarnya, Gabumon maju ke arah Seadramon. Akan tetapi, dia tidak sendirian karena Agumon, Biyomon, Tentomon, Patamon, dan Impmon juga mendekati Seadramon dengan posisi mengepungnya dari berbagai sisi, seperti membentuk sebuah lingkaran. Agumon, Gabumon, Biyomon, dan Tentomon menembakkan tembakan mereka secara serentak. Seadramon sempat bergeming sedikit, dan Gomamon langsung menyerangnya dari air dengan pasukan ikannya. Sehingga mengenai punggungnya, dan langsung “disambut” dengan dua tembakan dari Patamon dan Impmon. Sesaat kemudian, Seadramon sempat meringis kesakitan. Kepala dan lehernya diselimuti oleh asap hasil dari tembakan keenam Digimon tersebut, dan mereka mengira bahwa mereka berhasil mengalahkan Seadramon.
“Kali ini dia pasti kalah!” Seru Raph.
“Serangan dari kita cukup kuat tadi. Pasti kita sudah menang!” Timpal Mai.
“Nishishi~ jadinya kita tidak perlu buat jebakan lagi!” Kata Kokichi sambil terkekeh.
Setelah asap tersebut lenyap, mereka terkejut setengah mati karena Seadramon masih siuman.
“Hah?! Dia masih bisa bertahan?!” Tanya Sima Zhao tidak percaya.
“Itu tidak mungkin...!” Timpal Musashi.
Sang naga raksasa itu pun marah besar dan berteriak sekeras mungkin, sampai-sampai mereka menutup telinga mereka masing masing. Seadramon langsung menembakkan Water Shock dengan arus air yang lebih kencang dari sebelumnya, dan menembak ke 7 Digimon itu satu per satu dengan membelokkan kepala dan tubuhnya. Dibalik serangan itu, dia pun langsung menghampiri Mai, Sakura, Musashi, Sima Zhao, dan Kiku.
“Brengsek! Dia malah mau menyerang orang lain!” Umpat Raph.
“Awas!!!” Jerit Hayakawa.
“Kami bisa tangani ini!” Seru Kiku. Ia langsung memberitahu Mai dan Sakura untuk menyerang Seadramon terlebih dahulu. Dengan gigihnya, Mai dan Sakura melemparkan kipas dan kunai ke arah Seadramon. Ternyata, kipas dan Kunai tersebut menghajar mata kiri Seadramon. Langsung saja gadis berbaju merah nan seksi itu mengeluarkan api dari tubuhnya dan berlari sambil melompat ke arah naga besar tersebut. Tetapi Seadramon langsung menabrakkan kepalanya ke Mai sehingga dia terjatuh.
“Aduh!” Ringis sang gadis berambut coklat panjang itu. Seketika itu juga, Seadramon langsung melilit Mai.
“Dia melilit Maicchi!” Jerit Kise. Berusaha menolong teman mereka, Sakura berusaha menendang naga besar itu. Musashi pun ikut menyerangnya dengan menebas tubuh Seadramon, Sima Zhao melempar apapun yang ia lihat, dan dibarengi dengan tinju Boomerang Hook dari Kiku. Mirisnya, semua serangan itu tidak mempan sehingga Seadramon menghajar mereka semua.
“Dia terlalu kuat...!” Seru Sima Zhao.
“Oh tidak... dia bergerak ke arah kita...” Kata Sakura sambil meringis.
Pada saat nereka berlima jatuh terkapar, Seadramon langsung melilit mereka berlima dengan tubuhnya. Mereka berteriak kesakitan, dan para Digimon mereka membuka mata mereka Sehingga mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bahwa tamer mereka membutuhkan pertolongan. Tapi apa daya, mereka masih terkapar kesakitan sehabis dihajar oleh Seadramon. Hyoga langsung mengepalkan tangannya karena kesal. Ia merasa tidak berguna saat itu.
“Cih, di saat seperti ini, aku tak bisa menolong mereka! Memalukan Sekali aku ini!” kata Hyoga dengan kesal dan merasa menyesal.
Ditengah-tengah keputusasaan Hyoga, Gabumon maju dengan dengan gencarnya mendekati Seadramon. “Lepaskan mereka semua, dan hadapi aku!” teriak Gabumon dengan lantangnya. Dia pun menembakkan api birunya ke Seadramon. Naga besar itu langsung membalasnya dengan Ice Blast, dan langsung mementalkan tembakan dari Gabumon. Beberapa detik setelah itu, Gabumon kesakitan dan menggigil terkena tembakan es dari Seadramon.
“Gabumon! Bertahanlah! Aku akan segera menolongmu!” teriak Hyoga sembari mendekati Digimonnya. “Aku tidak bisa membiarkan Gabumon berjuang sendirian seperti ini! Aku harus membantunya...!” Katanya bertekad dalam hati. Tiba-tiba saja, muncul cahaya dari dalam Digivice miliknya. Beberapa saat setelah itu, Gabumon pun akhirnya berevolusi menjadi seekor serigala raksasa berbulu biru putih. Semuanya tertegun melihat hal itu, dan Kise pun langsung mengeluarkan Data Analyzer. Kira-kira, beginilah keterangannya: “Garurumon, atribut vaksin, adalah Digimon kelas champion berbentuk serigala bertubuh besar. Senjata pamungkasnya adalah Fox Fire.”
“Hyoga! Kau berhasil!” Seru Raph senang.
“Kau pasti bisa mengalahkannya, Garurumon!” Timpal Agumon.
Dengan kedua kaki depannya yang mempunyai cakar yang kuat, Garurumon menghancurkan es yang hampir membekukan tubuhnya dan langsung menggigit leher Seadramon. Seadramon pun kesakitan, tetapi dia langsung menampar Garurumon dengan kedua insangnya. Garurumon pun jatuh sebentar, tapi langsung bangkit berdiri.
“Garurumon, kau tidak apa-apa?” Tanya Hyoga khawatir. Garurumon mengangguk.
“Aku tidak apa-apa.” Jawab Garurumon. Setelah itu, keduanya saling bertatapan dan memasang kuda-kuda untuk menyerbu. Seadramon maju dengan kecepatan penuh, dan Garurumon melompat keatas dan berusaha mencakar kepala Seadramon. Tetapi naga besar itu dengan cepatnya menghindar ke bawah dan menabrakkan kepalanya ke arah Garurumon. Dengan refleks yang cepat, Garurumon menahan sundulan itu dengan cakarnya dan melompat ke atas. Langsung saja serigala besar itu melompat ke arah pantai dan menunggu lawannya itu berbalik arah. Setelah itu, Seadramon pun menoleh ke belakang dan langsung menembakkan Ice Blast. Garurumon langsung menghindar dengan cepatnya, sembari Seadramon terus berupaya menembak dan ingin membekukan serigala besar tersebut. Akhirnya, Garurumon pun maju menyerangnya, tetapi terkena tembakan es dari Seadramon sehingga dia mulai membeku perlahan-lahan. Tetapi siapa sangka, Garurumon langsung membalas tembakan es Seadramon dengan Fox Fire, yaitu tembakan api biru yang melelehkan es yang menyelimutinya tersebut. Sampai pada akhirnya, tembakan es dari Seadramon meleleh sedikit demi sedikit dan akhirnya menghajar naga besar tersebut. Seadramon yang terkena serangan Fox Fire tepat di tubuhnya itu langsung membuat Digimon naga itu terkapar tidak berdaya. Otomatis, kelima tamer yang dililit itu lepas dari lilitan Seadramon.
“Sugee! Kau keren sekali, Hyoga-kun!” Puji Mai. Kelima Digimon yang tamernya dililit oleh Seadramon tadi langsung menghampiri tamer mereka masing-masing dan memeluk mereka.
“Sakura, syukurlah kau tidak apa-apa.” Kata Palmon senang.
“Iya. Aku baik-baik saja.” Kata Sakura tersenyum. Sementara itu, Hyoga menyaksikan sendiri Garurumon menyusut kembali menjadi Gabumon dan nyaris pingsan. Beruntung, sang remaja asal Rusia itu langsung menangkap Gabumon sebelum jatuh ke pasir.
“Terimakasih, Gabumon.” Kata Hyoga. “Kau keren sekali tadi.”
“Hyoga juga keren.” Kata Gabumon sambil tertawa kecil.
“Ya... semuanya baik-baik saja beruntungnya.” Kata Impmon sambil tertawa.
“Semua, kecuali tenda kita.” Timpal Kokichi. “Aku tidak mau capek membangun tenda lagi.” Sontak itu membuat kesepuluh tamer lainnya memelototi remaja bermata ungu itu. Kokichi langsung menghela nafas berat. “Baiklah, kalian menang. Aku akan bantu kalian.”
“Nah, begitu dong!” Kata Hayakawa bersemangat. Akhirnya, mereka membangun ulang tenda yang sempat diporak-porandakan karena pertarungan melawan Seadramon tadi lalu beristirahat dan tidur untuk memulihkan tenaga mereka kembali.
Notes:
*Soul di sini berasal dari Dominance milik Soma.
**Persephone sama Imp adalah dua dari Dominance yang Soma punya
***Koltso adalah salah satu jurusnya Hyoga yang ngeluarin es untuk bekuin lawan untuk waktu yang sebentarOK, di akhir aku ingin mengucapkan makasih banget untuk reader yang baca fanfic ini. Jangan lupa kripik dan santannya demi kemajuan fanfic ini. See ya di the next chapter~!
Chapter 5: Birdramon and Kabuterimon: The Flying Protector
Summary:
Setelah serangan Seadramon, para Digidestineds bersama Digimon mereka memutuskan untuk mengungsi ke tempat di mana Hyoga dan Gabumon mengambil air. Setelah itu, Sakura mengusulkan mengambil Digi Tea bersama Mai dan Musashi. Mereka kira semua aman terkendali, tapi apa benar seperti itu?
Notes:
Makasih banget lagi buat Bang Patuan ngebantuin aku lagi untuk ide Digimon battle di fanfic ini. Battlenya awal itu aku bikin rada cheesy pas evolusi, tapi dibantuin editan lagi sama dia. Plus, beberapa adegan di fanfic dia ngebantu banget. Thanks banget. Untuk readers, karena lama update, aku mohon maaf. Tapi semoga kalian suka sama chapter 5 ini.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Setelah pertarungan melawan Seadramon yang cukup menguras tenaga dan tentu saja mengganggu istirahat mereka, para Digidestined beserta Digimon mereka membangun tenda mereka kembali yang sempat hancur karena diporak-porandakan Seadramon. Setengah jam kemudian, tenda mereka akhirnya berhasil dibangun. Setelah itu, mereka memutuskan untuk kembali tidur di dalam tenda, dengan Raph, Soma, dan Musashi berjaga di luar tenda bersama Digimon mereka.
Pagi harinya, mereka terbangun karena Digimon mereka membangunkan tamer masing-masing dengan cara mereka masing-masing. Mulai dari cara yang lembut seperti Lunamon dan Coronamon membangunkan Hayakawa dan Soma dengan hanya menggoyangkan tubuhnya, Palmon membangunkan Sakura dengan bau-bau bunga dari kepalanya, Gabumon membangunkan Hyoga hanya dengan ucapan saja, hingga Patamon dan Tentomon membangunkan Kiku dan Musashi dengan menarik-narik pakaian mereka dengan perlahan. Ada juga yang membangunkan tamernya dengan cara unik. Agumon membangunkan Raph dengan mengigit kaki tamernya, Sima Zhao dibangunkan Gomamon dengan disemprot air dari mulutnya, Mai dibangunkan dengan patukan dari Biyomon, Impmon membangunkan Kokichi dengan memakai Bada Boom tepat di bokong tamernya yang membuat Kokichi lari tunggang langgang mencari air untuk memadamkan api di celananya, hingga Salamon yang harus merengek di depan Kise sampai membuat tamernya terbangun dan ikut merajuk bersamaan dengan Digimonnya.
Setelah mereka terbangun, mereka mulai berkemas-kemas dan menurunkan tenda yang sudah mereka bangun. Selagi mereka menurunkan tenda, Raph tiba-tiba mempunyai akal yang cukup aneh supaya mereka dapat menyebrang dari tempat mereka sekarang. Tujuannya agar mereka cepat tiba di Pulau File. “Bagaimana kalau Agumon dan Gabumon berevolusi untuk menyeberangi kita agar sampai di Pulau File? Pasti lebih nyaman dan menghemat waktu. Tentunya minim serangan Digimon tingkat Champion yang dapat menyerang kita.” Usul sang remaja asal Amerika itu. Sayangnya, yang ia terima malah gelengan kepala dan bahkan jitakan super menyakitkan dari Sakura dan Kiku.
“Kami menolak!” Kata Kiku dan Sakura bersamaan. Sontak, itu membuat Raph meringis kesakitan karena jitakan mereka berdua.
“Raph, aku setuju dengan mereka berdua. Aku tak yakin Greymon dan Garurumon bisa mengangkut kita bersebelas menyeberangi tempat ini sampai ke Pulau File.” Kata Soma.
“Aku juga tidak tahu lautnya sedalam apa itu jika kita sudah di tengah perjalanan. Takutnya, lautnya terlalu dalam.” Sambung Coronamon.
“Bukannya kita semua di sini bisa berenang semua?” Tanya Raph curiga.
“Aku ragu kalau kalian semua bisa berenang. Maksudku, pasti sebagian dari kalian tidak bisa berenang.” Kata Agumon.
“Kalau Raph sudah pasti bisa. Kita lihat sendiri pertarungannya dengan Shellmon, ia dilempar terus nyaris ke tengah laut dan dia bisa berenang dengan baik. Hyoga juga bisa karena waktu awal aku bertemu dengannya, dia habis berenang ke dasar laut es hanya untuk ziarah ke makam ibunya.” Kata Gabumon.
“Kalau aku bisa berjalan di atas air. Chakraku bisa dialirkan ke kakiku supaya aku bisa berjalan di permukaan air.” Kata Sakura.
“Teknik ninjanya keren sekali, Sakura.” Puji Palmon.
“Aku bisa berenang. Mungkin tidak bisa dari sini sampai ke pertengahan laut ini.” Kata Hayakawa.
“Aku juga bisa kalau itu. Hanya saja, aku sanggup berenang lebih jauh sedikit darimu, Hayakawa.” Timpal Sima Zhao.
“Jelas saja, Zhao. Kau kan laki-laki, sedangkan Hayakawa-dono itu perempuan!” Protes Lunamon sambil menggembungkan pipinya karena kesal.
“Lagipula, bukan hanya dari jenis kelamin saja aku yakin kau sanggup berenang lebih jauh. Badanmu dan staminamu juga berpengaruh.” Timpal Gomamon.
“Yang lain bagaimana?” Tanya Agumon lagi.
“Jawabanku sama dengan Zhao.” Kata Musashi.
“Aku bisa berenang. Yah, mungkin tidak sejauh Zhao tapi bisa melebihi Hayakawa-chan.” Kata Mai.
“Hmm... berarti tersisa Soma, Kise, Kiku, dan Kokichi.” Kata Tentomon.
“Tapi kurasa Kiku bisa berenang deh.” Sambung Biyomon. Kiku mengangguk.
“Iya, setidaknya aku bisa sampai jaraknya Mai, tetapi lebih sedikit.” Jawab sang gadis dengan rambut coklat dikepang dua itu.
“Kiku kan pelatih. Pasti dia sanggup untuk berenang.” Kata Patamon
“Kalau Soma... aku yakin dia sanggup.” Kata Coronamon. Ternyata, ia disambut anggukkan dari tamernya.
“Iya. Aku bisa berenang kok untuk jarak cukup jauh. Kise sepertinya juga sama.” Kata Soma.
“Bagaimana bisa? Badan dia saja tergolong cukup kecil begini.” Kata Coronamon.
“Kata teman-teman, aku punya stamina tertinggi di tim basketku ssu. Jadi tidak mungkin aku tidak bisa berenang untuk jarak cukup jauh.” Kata Kise.
“Hmm... kalau begitu, bisa kita asumsikan Kokichi tidak bisa berenang.” Kata Salamon. Ternyata, ia malah disambut sambaran api yang keluar dari telunjuk Impmon, langsung mengenai bokongnya. Impmon langsung tertawa melihat Salamon lari sambil berteriak kepanasan.
“Hei, itu tidak lucu tahu!” Protes Kise dengan kesal.
“Ini menyenangkan. Aku mau lagi!” Kata Impmon sambil terkekeh
“Nee... Ryouta-chan, kau tahu kan Impmon hobi bermain. Sepertinya dia sedang bosan.” Kata Kokichi. Tentu itu membuat sang remaja berambut pirang ini jengkel.
“Tapi bukan begitu caranya ssu!” Balas Kise.
“Terus bagaimana cara Ryouta-chan bisa membuat Impmon tidak bosan? Nishishi~ kau mudah sekali tersinggung ya, Ryouta-chan.” Kata Kokichi. Akibatnya, kedua tamer ini berkelahi, begitu juga dengan Digimon mereka.
“Soma, jadi ini yang kau hadapi ketika kau mengumpulkan daun-daun kelapa itu?” Tanya Hyoga. Yang ditanya hanya menghela nafas dan mengangguk.
“Aku tidak tahu lagi bagaimana cara melerai mereka. Aku terpaksa harus memberi tugas agar mereka berhenti berkelahi.” Kata Soma. Tak diduga, Musashi memukulkan pedang kayunya ke tanah lalu mengalirkan listrik kecil yang sukses menyetrum kedua remaja itu beserta Digimon mereka, sehingga mereka berempat berhenti berkelahi.
“Hentikan tindakan kalian itu!” Ancam Musashi, “atau kalian kena akibatnya jika kalian masih lanjut!”
“M-Musashi, jangan terlalu kasar begitu.” Tentomon memberi nasihat yang ternyata hanya direspon “hmph” dari tamernya.
“Sebaiknya, kita memikirkan cara untuk bertahan hidup dulu.” Kata Biyomon.
“Tentu juga untuk masalah mandi dan pakaian. Aku tak tahan jika seharian kita tidak mandi dan berganti pakaian. Menjijikkan.” Keluh Mai.
“Hyoga, Gabumon, tempat kalian mengambil air tadi malam di mana?” Tanya Sakura. Gabumon langsung menunjuk ke arah hutan kecil yang ternyata agak dekat dengan tempat istirahat mereka tadi malam.
“Di sana. Memangnya ada apa?” Tanya Gabumon.
“Mungkin Sakura ingin tahu apa ada tempat khusus untuk mengumpulkan beberapa stok persediaan makanan dan atau air selama kita nanti melakukan perjalanan seharian ini.” Jawab Palmon.
“Kebetulan ada danau. Siapa tahu, Gomamon bisa memancing dan mencari ikan di sana.” Kata Hyoga.
“Stok makanan kita usahakan jangan hanya buah saja. Lauk seperti ikan juga kita butuh.” Kata Raph.
“Kalau saja ada ladang daging.” Kata Agumon. Tentu itu membuat para tamer itu terkejut.
“Ladang daging? Maksudmu like literally dagingnya bisa kita panen seperti tanaman padi begitu?” Tanya Raph bingung sekaligus kaget. Agumon mengangguk.
“Aku pasti kebanyakan minum air. Rasanya itu mustahil.” Celetuk Sima Zhao. Sontak, celetukannya itu disambut tawa geli dari teman-temannya dan Digimon mereka.
“Kalau begitu, kita masuk saja ke dalam. Sekaligus kita bangun tenda kita tadi untuk bermalam lagi. Sementara kita tidak bisa lanjut jalan keluar.” Kata Kiku.
“Aku takut kalau Digimon lain menyerang kita.” Sambung Patamon.
“Rasanya Digimon lain bisa menyerang kita kapan saja deh.” Kata Hayakawa.
“Kita juga tidak tahu tempat Hyoga dan Gabumon mengumpulkan air itu betul-betul aman atau tidak.” Sambung Lunamon.
“Sementara kita asumsikan saja kalau tempat itu aman.” Usul Gomamon. Akhirnya, semuanya menyetujui saran dari Gomamon itu dan memasuki hutan yang sempat dimasuki Gabumon dan Hyoga itu. Setibanya di sana, mereka mulai membangun ulang tenda mereka. Gomamon dan Sima Zhao bertugas untuk memancing di danau kecil dekat sumber mata air. Hayakawa, Lunamon, Kise, dan Salamon bertugas untuk mengambil buah-buahan. Sakura, Palmon, Soma, dan Coronamon bertugas untuk mengupulkan kayu bakar. Raph dan Agumon bertugas membuat semacam pagar pelindung dan lonceng buatan kecil-kecilan terbuat dari batu yang langsung mengenai besi yang terbengkalai di tempat itu ketika batu itu mengenai besi tersebut. Tujuannya untuk memberitahu kalau ada penyusup masuk ke tempat mereka. Hyoga, Kiku, Patamon dan Gabumon bertugas untuk mengumpulkan air minum. Sisanya membangun tenda. Setelah 2 jam bekerja, akhirnya tugas mereka selesai.
“Melelahkan juga ya.” Kata Raph.
“Duh, aku ingin mandi. Apa ada tempat pemandian di sekitar sini?” Tanya Mai.
“Sayangnya tidak ada Mai. Lagipula, jika kau mandi, aku yakin pria-pria di sini nanti terpesona melihat tubuhmu.” Celetuk Digimonnya Mai dengan tawa kecil.
Celetukan Biyomon tadi langsung disambut teriakan “enak saja!” dari para tamer laki-laki, walaupun sebagian besar dari mereka sebenarnya benar-benar tertarik hanya dengan membayangkan bentuk tubuh Mai yang molek dan seksi, kecuali Musashi yang memang tidak peduli dengan kisah romansa hidupnya. Hanya saja, mereka berusaha untuk tidak menunjukkan rasa ketertarikan itu pada wajah mereka. Mendengar kata-kata Biyomon, Mai langsung menatap dengan mata tajam serta ekspresi wajah yang kesal kepada para pria yang ada di dekatnya. Para pria pun langsung agak ketakutan dan berusaha mundur beberapa langkah. Dia mengetahui betul bahwa para pria sebenarnya betul-betul tertarik dengannya.
“Kalau memang apa yang diucapkan oleh Biyomon itu benar, awas kalian! Aku tidak akan segan-segan untuk menghajar kalian dengan kipas atau jurusku jika kalian coba-coba berani mengintipku pada saat aku mandi! Camkan itu!” Ancam Mai sambil mengeluarkan kipasnya lalu ditodongkan ke arah para tamer laki-laki itu.
“Oh, tidak. Jangan pukul aku, Maicchi! Aku sama sekali tidak mempunyai niat untuk melakukan hal seperti itu ssu! Aku masih SMP!” Teriak Kise sambil terbujur ketakutan.
“Hiiiii, Shiranui-chan ternyata seram juga ya. Aku tidak menyangka bahwa dia bisa galak seperti ini.” Kata Kokichi dengan bersandiwara dengan cara pura-pura ketakutan.
“Haaaaah? Kau ini kenapa, Mai? Ternyata kau bisa juga paranoid seperti ini ya. Mana mungkin aku melakukan hal itu? Lagipula, pasti akan ada yang memara-,” sekian detik setelah itu, Hayakawa langsung datang ke samping Sima Zhao dan menjewer kupingnya, “aaaaaw! Adududududuh! Sakit! Apa yang kau lakukan, Hayakawa? Lepaskan aku!”
“Shou-senpai, berjanjilah padaku kalau kau tidak akan mengintip Mai-san, atau aku tidak akan melepaskan jeweranku ini dari kupingmu!” ancam Hayakawa.
“Aduuuuuh, baiklah. Aku berjanji. Tapi tolong lepaskan aku terlebih dahulu!” Pinta Sima Zhao. Seketika itu juga, sang gadis berpakaian layaknya seperti seragam ala putri itu melepaskan Sima Zhao. “Fiuuuuuh, akhirnya aku bebas.”
“Ingat janjimu, senpai!”
“Iya iya. Akh, Cuma segitu saja kau langsung marah padaku, padahal aku belum sempat menyelesaikan omonganku.” Seketika itu juga, Hayakawa langsung mencondongkan kepalanya ke depan Sima Zhao dengan muka marah.
“Apa kau bilang?”
“Eh, iya iya iya. Ampun, aku cuma bergurau. Aku tidak bermaksud serius dengan kata-kataku tadi! Ampun!” Sima Zhao langsung membungkuk layaknya meminta ampun pada Hayakawa.
Melihat mereka berdua bertengkar, para Digimon dan tamer mereka masing-masing terdiam dan diakhiri dengan tertawa terbahak-bahak. Termasuk Gomamon, Lunamon, dan Mai, yang sebelumnya sempat emosi pun ikut tertawa terpingkal-pingkal.
Beberapa menit setelah itu, Biyomon, Tentomon dan Palmon ingin mencari daun teh yang ada di hutan tersebut. Nama daun the itu adalah Digi Tea. Ketika mereka bilang bahwa mereka ingin pergi mencari daun teh tersebut, Mai, Musashi, dan Sakura ikut pergi menemani mereka. Tepat sebelum mereka pergi mencari daun teh tersebut, Soma bertanya kepada mereka, “tunggu sebentar, apakah kalian yakin ingin pergi begitu saja? Memangnya daun teh seperti apa yang kalian cari di hutan ini? Apakah tidak berbahaya jika kalian pergi begitu saja? ”
“Daun teh yang kami cari adalah daun Digi Tea, yang biasanya tumbuh di hutan yang ada danau atau airnya. Terlebih lagi, Digi Tea itu berkhasiat untuk memulihkan stamina pada saat kita letih seperti sekarang ini. Jadi, sangat bermanfat bagi kita untuk mencarinya.” Jawab Palmon.
“Lagipula, kami kan tidak sendiri. Jadi, kau tidak perlu mengkhawatirkan kami.” Biyomon menambahkan.
“Tapi, aku merasa tidak enak dengan hutan ini. Sepertinya ada yang janggal di sini.” Kata Kiku dengan sedikit khawatir.
“Kalau begitu begini saja, 2 orang tamer lagi harus menemani mereka bertiga mencari Digi Tea. Tentunya bersama dengan kedua Digimon mereka.” Usul Raph.
“Ide bagus, dan sisanya menunggu di sini sambil berjaga-jaga jika ada yang aneh.” Hyoga menambahkan.
“Baiklah kalau begitu. Kise, Hayakawa, Salamon, dan Lunamon, kalian ikut dengan kami.” Kata Mai dengan pedenya.
“Apa? Yang benar saja, Maicchi. Bukankah kau tadi marah denganku?” Tanya Kise penuh heran.
“Tenang saja, aku bukanlah “singa” yang akan menerkam ataupun “memakanmu” tanpa sebab. Lagipula, kan ada Hayakawa yang menemanimu.” Bujuk Mai.
“Iya, tenang saja. Mai-san tidak akan menghajarmu hanya karena kau ikut menemaninya bersama kami.” Hayakawa menambahkan.
“Wah, Ryouta-chan. Sepertinya kau sedang dilanda situasi yang gawat ya. Nishishi~.” Ejek Kokichi, diikuti tawa Impmon.
“Huh, baiklah. Aku akan menemaninya. Dasar Kocchi, kau pikir aku selemah yang kau pikirkan?”
“Hei, sudahlah. Kalian ini bertengkar terus. Lebih baik, kita berangkat sekarang saja.” Usul Sakura menenangkan mereka berdua. Akhirnya, berangkatlah mereka mencari daun Digi Tea. Pada saat memulai pencarian, mereka melihat ke sekitar rumput, semak, dan pohon manakala ada daun Digi Tea. Dan benar saja, Palmon menemukan beberapa daun dan pucuk teh itu di dekat rumput dan semak. Sakura heran melihat daun serta pucuk teh itu dan bertanya kepada Digimonnya itu, “aneh sekali. Daun dan pucuk teh ini tidak tumbuh di perkebunan teh seperti layaknya teh di Bumi. Palmon, apakah kau yakin ini aman untuk direbus dan diseduh?”
“Tenang saja, Digi Tea aman untuk dikonsumsi kok. Memang daun serta pucuk dari Digi Tea bisa tumbuh di dekat rerumputan ataupun pepohonan, tidak harus di kebun teh khusus ataupun teh pada umumnya. Terlebih lagi, aku bersama teman-temanku pernah meminumnya beberapa kali. Khasiatnya pun mujarab untuk memulihkan stamina, apalagi jika kita meminumnya pada masa pemulihan dari sakit. Jadi, kau tak perlu khawatir, Sakura.”
“Tetapi, bagaimana bisa daun beserta pucuk dari teh ini tumbuh begitu saja tanpa ada yang mengurusnya? Seolah-olah, mereka itu seperti rumput liar saja.” Tanya Musashi penuh keraguan.
“Asalkan hutan ini dekat dengan danau atau sumber air, Digi Tea pasti bisa tumbuh alamiah seiring dengan ekosistem alam, walaupun musim berganti.” Jawab Tentomon.
“Wah, ajaib sekali. Aku tidak menyangka akan menemukan daun dan pucuk teh yang unik seperti ini.” Ujar Mai.
“Hihihi. Kau bersemangat sekali, seperti kau saja yang pertama kali menemukan daun dan pucuk Digi Tea, Mai, padahal Sakura dan Palmon yang melakukannya.” Timpal Biyomon sambil menahan tawa dengan menutup mulut serta matanya
Spontan mereka tertawa mendengar ucapan si burung pink itu. Mai pun jadi kesal dan berkata pada Digimonnya itu, “Uuuuurgh, Biyomon. Kau ini malah berkata seperti itu kepada Tamermu sendiri.” Tiba-tiba, mereka melihat 2 sosok besar yang terbang di atas langit. “Oh, tunggu dulu. Benda apa itu yang terbang di atas sana?” Mai bertanya sembari mengarahkan telunjuknya ke atas, tepatnya ke sebelah timur tempat mereka berdiri.
“Hmmmm, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Tapi sepertinya, kedua benda itu seperti bergerak ke arah kita.” Jawab Kise.
“Tunggu dulu, apa itu adalah Digimon yang akan membantu kita di sini?” Sakura bertanya dengan penuh heran, sementara benda terbang yang mereka sebutkan itu semakin mendekat ke arah mereka.
“….. Aku tidak yakin, Sakura-chan. Malah aku merasa tidak enak akan hal ini.” Jawab Hayakawa.
Tepat seperti yang dikatakan oleh Hayakawa barusan, dan Kiku sebelumnya ketika sesaat sebelum mereka pergi, ternyata kedua benda yang terbang ke arah mereka itu adalah Digimon serangga bertubuh besar yang ingin menyerang mereka.
“Sepertinya mereka terbang dengan kecepatan tinggi dan suara getaran sayap yang lumayan kencang, bersiaplah untuk menghindar!” teriak Musashi dengan tegas. Pada saat kedua Digimon itu sudah hampir menabrak mereka, Musashi langsung menghindar dengan cepatnya sementara Sakura langsung merangkul Hayakawa, dan Mai merangkul Kise karena kedua gadis itu tahu bahwa Hayakawa dan Kise tidak bisa bergerak secepat mereka. Seketika itu juga, kedua Digimon serangga besar itu terbang melewati mereka dan membalikkan tubuh mereka.
“Apa itu? Besar sekali! Oh iya, Data Analyzer.” Kata Kise. Ia langsung mengeluarkan telepon genggam dari saku celananya.
“Flymon, atribut virus, adalah Digimon kelas champion yang berbentuk seperti tawon dan ngengat besar. Senjata pamungkasnya adalah Brown Stingers dan Poison Powder.” Sementara, untuk yang satu lagi, beginilah penjelasannya :
“Snimon, atribut vaksin, adalah Digimon kelas Champion yang berbentuk seperti belalang sembah raksasa. Senjata pamungkasnya adalah Twin Sickles dan Green Sickle Cut.
“Sial! Mereka berdua langsung menyerang kita sekaligus!” Kata Musashi.
“Hati-hati, Musashi! Flymon dan Snimon itu sangat cepat dan senjata mereka sangat berbahaya!” Teriak Tentomon.
“Apa? Sial! Kalau begini, kita tidak boleh sembarang bertindak, Tentomon!” Umpat sang tamer.
“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?” Tanya Hayakawa dengan khawatir.
“Kita tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua!” Kise menambakan.
“Kalau begitu, kalian berdua harus pergi dari sini dan beritahu mereka semua yang sedang menunggu kita!” Jawab Mai.
“Mai benar. Biar kami yang tangani mereka untuk sementara waktu, selagi kalian pergi dan memberitahu yang lainnya!” Sakura menambahkan.
“Kami berdua akan menjaga mereka nanti!” Ujar Salamon, diikuti anggukan Lunamon.
“Pantas Raph dan Hyoga meminta kita untuk ikut. Ternyata kita dilanda oleh kondisi kritis seperti ini, hanya mereka berdua yang posisinya tidak aman. Aku rasa copy skillnya Kise sementara ini sedang tidak bisa bekerja. Karena kemampuan itu muncul kalau benar-benar terdesak dan kalau kondisi Kise benar-benar memadai. Sekarang ini, dia masih kelelahan, jadi tidak bisa.” Salamon menjelaskan. Sementara itu, kedua tamer mereka masih khawatir dengan Sakura, Mai, dan Musashi.
“Tapi, apa kalian akan baik-baik saja? Aku benar-benar mengkhawatirkan kalian.” Tanya Hayakawa.
“Bagaimana kalau kalian terluka parah oleh mereka? Aku tidak bisa pergi membiarkan kalian begitu saja ssu.” Kise menambahkan.
“Pergilah! Kalian harus pergi, dan beritahu yang lainnya! Jangan khawatirkan kami, karena kami sudah siap menghadapi ini, apapun resikonya. Oleh karena itu, Kalianlah yang harus pergi dan memanggil teman-teman yang lainnya!” Mai menjawab semua kekhawatiran Kise dan Hayakawa dengan suara yang keras dan lantang.
“Baiklah, kami akan pergi. Tapi aku mohon, kalian harus tetap hidup sampai kami kembali dengan teman-teman yang lainnya”. Kata Hayakawa.
“Tenang saja. Lagipula, kami cukup lihai kok untuk bergerak secepat angin. Karena kami juga petarung.” Timpal Sakura dengan penuh percaya diri. Akhirnya, Hayakawa dan Kise langsung berlari meninggalkan 3 tamer itu sambil menggendong Lunamon dan Salamon.
“Mai, Sakura, Biyomon, Tentomon, Palmon, bersiaplah! Mereka datang!” Teriak Musashi.
Seketika itu juga, Flymon dan Snimon menyerang mereka bertiga dengan terbang ke depan mereka dengan kecepatan tinggi. Tidak mau terkena serangan dari kedua Digimon serangga raksasa tersebut, mereka menghindar dengan cepatnya. Setelah itu, Biyomon langsung menyerang Flymon dengan tembakan Spiral Twister dan Tentomon dengan Super Shocker ke arah Snimon. Kedua tembakan itu mengenai sayap mereka berdua, tetapi mereka sama sekali tidak kesakitan. Justru yang terjadi adalah, kedua serangga raksasa itu berbalik arah dan langsung terbang jauh ke atas langit.
“Tidak mempan!” Seru Biyomon panik.
“Serangan kita tidak cukup kuat untuk melukai mereka!” Tambah Tentomon.
“Hei! Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka ingin melarikan diri dari kita?” Tanya Mai penuh heran ketika melihat Flymon dan Snimon terbang ke langit. Akan tetapi, Flymon dan Snimon langsung terbang menukik seperti pesawat terbang yang akan jatuh dan menabrak mereka.
“Awaas!” Teriak Biyomon, Tentomon, dan Palmon. Dengan sigapnya, Mai, Sakura, dan Musashi langsung menghindar lagi sementara Flymon dan Snimon kembali terbang ke atas langit.
“Sial! Ternyata mereka itu cerdik juga! Kita sama sekali tidak boleh lengah!” Teriak Musashi karena kaget dan kesal akan serangan itu.
“Apakah ada cara untuk menyerang mereka?” Tanya Sakura penuh heran ke Palmon.
“Sayangnya, belum ada caranya. Selama mereka masih terus menyerang kita dari udara, kita tidak akan bisa menyerang mereka.” Jawab Palmon.
“Baiklah! Kalau begitu, kita harus menunggu mereka turun terlebih dahulu! Pada saat itulah, baru kita serang mereka!” Usul Mai.
Tanpa menunggu waktu lama, Snimon langsung turun ke darat dan mengangkat kedua tangannya yang tajam seperti sabit. Pada saat yang bersamaan pula, Flymon mengawasi rekannya dari atas langit sembari memantau pergerakan para ketiga Digidestined itu bersama dengan Digimonnya masing-masing.
“Ayo! Kita serang dia!” Teriak Musashi kepada Mai dan Sakura. Dengan lihainya, Musashi mengeluarkan pedang kayunya dan mengalirkan listrik ke pedangnya itu. Sementara itu, Mai mengeluarkan kipasnya, dan Sakura mengeluarkan kunainya. Hanya dalam hitungan beberapa detik saja, mereka langsung menghujam serangga hijau raksasa tersebut dengan serangan mereka secara bersamaan dan mengenai kakinya. Sialnya, serangan tersebut tidak menyebabkan sedikit efek pun padanya.
“Gawat! Tak ada pengaruhnya!” Teriak Sakura. Setelah itu, Snimon langsung menghajar balik mereka bertiga dengan Green Sickle Cut dari kedua tangannya. Mereka bertiga sempat melompat mundur, tetapi mereka kalah cepat dengan Snimon sehingga terpental ke belakang. Buruknya lagi, Musashi terkena luka sayatan pada perutnya karena terkena sabetan tangan Snimon yang tajam. Sesaat setelah itu, Palmon, Tentomon, dan Biyomon datang menangkap tamer mereka masing-masing.
“Musashi, kau terluka! Apa kau baik-baik saja?” Teriak Tentomon.
“Aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku, Tentomon. Lagipula, lukanya tidak begitu dalam.”
“Sial! Ternyata tangan monster hijau yang satu ini betul-betul tajam seperti pedang! Kita harus jaga jarak dengannya!” Kata Sakura karena melihat Musashi terkena serangan dari Snimon.
“Sekarang giliranku mencoba menahan Snimon. Kalian serang nanti setelah ia terjebak! Tunggu aba-abaku.” Sahut Palmon. Sang Digimon hijau berbentuk tanaman itu melompat ke arah Snimon serta mengeluarkan jurus Poison Ivy dari kuku tangannya. Dia memanjangkan kukunya itu seperti tentakel yang lumayan panjang sampai mengikat tangan kanan serangga hijau raksasa itu.
“Sekarang! Tembak!” Teriak Palmon meneriaki Tentomon dan Biyomon. Kedua temannya itu pun langsung menembaki Snimon pada bagian kepalanya. Serangga hijau raksasa itu langsung berteriak, dan keluarlah asap hasil tembakan dari Biyomon dan Tentomon.
“Berhasil!” Teriak para ketiga Tamer itu. Akan tetapi, sekitar 10 detik setelah itu, Snimon masih berdiri.
“Ini tidak mungkin, mereka baru saja menembak kepalanya!” Teriak Mai. Yang lebih buruknya lagi, Flymon turun sedikit ke arah Snimon dan mulai menembaki Mai dengan Brown Stinger.
“Mai, awas!” Teriak Musashi. Dalam sekejap, Gadis seksi berbaju merah itu langsung melompat menjauhi jarum sengat Flymon yang besar dan beracun itu.
“Nyaris saja.” Mai menghela nafas lega.
“Syukurlah kau cekatan, Mai.” Kata Biyomon selagi ia terbang menghampiri tamernya.
“Ini bahaya! Kita tidak boleh terkena sengat itu!” Kata Tentomon
“Memangnya kenapa?” Tanya Sakura penuh heran kepada serangga merah kecil itu.
“Jika kita terkena sengat itu, kita akan terkena racun yang akan membuat tubuh kita lumpuh!” Jawab Palmon.
“Jadi sengat itu menghasilkan racun semacam racun pelumpuh saraf?” Sakura bertanya untuk memastikan.
“Benar sekali, dan efek dari racun itu bisa bertahan dalam tubuh kita selama beberapa hari. Jika tidak diobati, kita bisa mati olehnya.” Timpal Biyomon.
“Cih, kurang ajar! Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Tentomon. Musuh kita kali ini sangat berbahaya!” kata Musashi dengan keringat yang mulai menetes dari pipinya.
“Tapi aku yakin sebentar lagi teman-teman kita akan datang kemari untuk menolong kita!” Jadi, kita harus bertahan sampai mereka tiba!” Mai berkata dengan suaranya yang tegas dan lantang, meyakinkan mereka semua agar jangan menyerah pada keadaan dan nasib.
Takjub akan perkataan Mai, mereka semua menatap sang gadis seksi berbaju merah itu dan menganggukkan kepala mereka masing-masing sebagai tanda bahwa mereka menyetujuinya. Selang berapa detik kemudian, Snimon langsung menembaki mereka dengan Twin Sickles sementara Flymon mengeluarkan Brown Stinger. Tanpa menunda-nunda, mereka semua menghindar ke arah yang berlainan selama beberapa kali dikarenakan kedua Digimon serangga raksasa itu menghujani mereka dengan semua tembakan mereka.
Tak jauh dari tempat mereka berada, kedelapan Tamer lainnya beserta Digimon mereka berlari ke arah dimana para ketiga Tamer itu berada. Sambil berlari, Kise berkata, “kita harus cepat menolong mereka! Karena musuh kita kali ini sangat berbeda dari sebelumnya ssu!”
“Benar sekali! Karena mereka berdua adalah lawan yang kuat dan tangguh!” Hayakawa menambahkan.
“Aku penasaran seberapa tangguhnya mereka, karena bisa jadi konteks tangguhnya Ryouta-chan beda dengan konteks bahayanya Cruz-chan.” Kata Kokichi sambil menyeringai. Tak lama, ia mendapat jitakan manis dari Kiku.
“Sekarang, apapun konteks tangguhnya itu sama! Digimon besar bisa menyerang kapan saja!” Seru sang gadis dengan rambut dikepang dua itu.
“Kalau boleh tahu, seperti apa mereka?” Tanya Soma memastikan.
“Serangga besar. Kalau menurut analyzernya Kise, nama kedua Digimon itu adalah Snimon dan Flymon.” Jawab Hayakawa.
“Jadi mereka bertiga sekarang diserang dua Digimon serangga sekaligus?! Itu terlalu beresiko!” Sela Hyoga karena terkejut.
“Lebih mengerikannya, Snimon dan Flymon punya serangan berbahaya seperti tangannya yang berbentuk seperti sabit tajam yang bisa ditembakkan dari jarak jauh dan racun yang membuat Digimon lemas, lumpuh, bahkan mematikan jika tidak ditangani dalam hitungan beberapa hari.” Sambung Gomamon.
“Astaga, kalau begini kita tidak bisa santai.” Kata Sima Zhao sambil menghela nafas.
“Sial! Agumon, apa kau bisa berubah menjadi Greymon?” Tanya Raph
“Maaf, Raph. Tenagaku belum cukup kuat untuk berevolusi.” Jawab dinosaurus kecil berwarna kuning itu.
“Bagaimana denganmu, Gabumon? Apakah tenagamu sudah cukup pulih untuk berubah?” Hyoga bertanya kepada Digimonnya itu. Namun sayang, serigala kecil berbulu lebat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Kalau begini, situasinya benar-benar merepotkan...” Kata Kiku.
“Sekarang harapan kita hanya pada Digimon yang sekarang bisa evolusi.” Sambung Patamon.
“Masalahnya sejauh ini, kita hanya tahu 2 Digimon yang baru bisa evolusi sampai tingkat Champion.” Bantah Coronamon.
Sekitar 5 menit setelah itu, akhirnya Kise dan Hayakawa mendengar suara getaran sayap Flymon dan Snimon yang terdengar lumayan kencang dari tempat mereka berada. Sehingga sampailah mereka semua ke tempat di mana ketiga orang teman mereka berada. Mereka semua tercengang melihat pemandangan di mana Mai, Sakura, dan Musashi sedang bertarung dengan Flymon dan Snimon dengan gigihnya. Tiba-tiba saja, Kise dan Hayakawa berlari menghampiri Mai, Sakura, dan Musashi. Mereka amat mengkhawatirkan kondisi ketiga teman mereka itu. “Hei, kalian tidak apa-apa ssu?” Teriak Kise.
“Kami khawatir dengan kalian! Teman-teman sudah datang!” Sambung Hayakawa. Tanpa mereka berdua sadari, setelah mendengar teriakan mereka, Snimon dan Flymon langsung menoleh ke arah mereka dan serangga hijau raksasa itu terbang serta menembakkan Green Sickle Cut.
“Bahaya! Kalian, menghindarilah!” teriak Soma. Walaupun mereka tidak sempat menghindar, Salamon dan Lunamon menabrak tamer mereka sampai terpental jauh dan menghindari serangan dari Snimon. Akan tetapi, kedua Digimon tersebut langsung disambut dengan Poison Powder yang dijatuhkan oleh serangga kuning besar yang sudah terbang di atas mereka. Serbuk beracun itu langsung melekat pada tubuh Salamon dan Lunamon, dan langsung membuat kedua Digimon itu lemas seketika dan demam tinggi. Hayakawa dan Kise langsung menjerit terkejut dan khawatir, lalu mendekati kedua Digimon mereka, dan memegang tubuh mereka.
“Astaga! Badannya panas sekali!” Seru Kise sambil memegang kepala Salamon.
“Lunamon, bertahanlah...” Kata Hayakawa sambil memeluk Lunamon
“Syukurlah kalian selamat.” Kata Salamon lemas.
“Lain kali, kalian harus hati-hati...” Sambung Lunamon. Seketika itu juga, Flymon menembakkan Brown Stinger ke arah kedua tamer tersebut beserta para Digimon mereka.
“Bahaya! Menyingkirlah dari sana!” Teriak Mai, Musashi, dan Sakura. Seketika itu juga, Kise dan Hayakawa menoleh ke arah mereka bertiga dan perlahan melihat ke atas. Pada saat itu, jarak sengat beracun yang ditembakkan oleh Flymon sudah dekat dengan mereka.
“Kyaaaaa! Tidaaaaak!” Teriak Hayakawa.
"Hayakawacchi!!" Di saat itu pula, Kise berusaha memeluk temannya itu demi melindunginya dari sengat beracun itu. Walaupun dia sendiri sebetulnya takut sekali.
“Oh, tidak! Hayakawaaaaa!” Teriak Sima Zhao dari jauh sembari dia berusaha lari untuk menyelamatkannya, tetapi ditahan oleh teman-temannya yang lainnya.
Tiba-tiba saja, muncul 2 sosok makhluk yang tinggi menepis Brown Stinger Flymon dengan kedua senjata mereka. Makhluk yang satu berbentuk seperti singa tetapi mempunyai badan seperti manusia, sedangkan yang satunya lagi berbentuk seperti manusia berwarna hijau tetapi mempunyai 2 tanduk. Kise, Hayakawa, dan semua orang beserta para Digimon mereka terkejut setengah mati melihat kedua makhluk bertubuh tinggi itu melindungi mereka berdua berserta Digimonnya. Spontan, para Digimon meneriaki nama mereka.
“Leomon, Ogremon.” Kata para kesebelas Digimon.
“Hampir saja, kalian tidak apa-apa?” Tanya Leomon kepada Kise dan Hayakawa sambil membalikkan badannya.
“Ya, kami tidak apa-apa.” Kise menjawab dengan suara lemas dan masih kaget oleh kedatangan mereka.
“Tapi kedua Digimon kami sudah kena serbuk beracun dari Flymon.” Timpal Hayakawa.
“Leomon, lebih baik kau bawa mereka pergi menjauh dari sini.” Perintah Ogremon. Setelah mendengar kata-kata teman sekaligus rivalnya itu, Leomon langsung merangkul mereka berdua bersama dengan Digimonnya serta membawa mereka kepada keenam tamer yang lainnya.
“Kalian akan aman bersama mereka, dan kalian berenam, tolong jaga teman-teman kalian ini. Biar kami yang tangani mereka berdua.” Kata Leomon.
“Tunggu dulu. Ngomong-ngomong, kau ini siapa? Kenapa kau rela menolong kami?” Hayakawa bertanya kepada Leomon dengan penuh heran sembari memeluk Lunamon.
“Maaf, aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Aku harus pergi membantu temanku.” Jawab Leomon dengan tenang tapi tegas. Setelah itu, singa bertubuh seperti manusia itu pun langsung pergi untuk membantu temannya tersebut. Pada saat itu juga, Kise langsung mengeluarkan Data Analyzer sambil memeluk Salamon, lalu mengarahkan pada Leomon. Informasinya seperti berikut:
“Leomon, atribut vaksin, adalah Digimon kelas Champion yang berbentuk seperti singa besar bertubuh manusia. Serangan pamungkasnya adalah Fist of the Beast King dan pedang Beast Sword.” Setelah itu, Kise mengarahkan Data Analyzer ke Ogremon. Beginilah informasinya:
“Ogremon, atribut virus, adalah Digimon kelas Champion yang berbentuk seperti siluman yang bertubuh besar. Serangan pamungkasnya adalah Pummel Whack dan gada Bone Cudgel.”
Setelah Leomon sampai, dia bertanya kepada Ogremon. “Ogremon, kau siap?” Tanya Leomon. Ogremon pun mengangguk, tanda dia menyetujuinya. Tanpa menunda-nunda waktu, Leomon langsung melompat jauh ke atas dan bersiap untuk menebas Flymon dengan pedangnya. Sementara Ogremon melompat jauh ke arah Snimon untuk memukulnya dengan gadanya. Akan tetapi, Flymon dan Snimon menghindari serangan kedua Digimon tersebut. Kemudian, mereka kembali turun dan menunggu kedua musuhnya itu turun ke darat.
“Sial, kita tidak bisa menyerang mereka jika mereka terus-menerus di udara!” Kata Ogremon sedikit kesal!
“Kalau begitu, kita harus memancing mereka untuk turun ke darat!”
Pada saat yang bersamaan, Mai, Sakura, Musashi, beserta Digimon mereka langsung menghampiri kedua Digimon bertubuh besar itu.
“Kami akan membantu kalian. Karena sepertinya kalian berada di pihak kami.” Kata Mai dengan pedenya.
“Benar. Terlebih lagi, kami sudah punya strategi untuk menyerang mereka.” Sakura menambahkan.
“Walaupun aku tidak tahu siapa kalian sebenarnya, tapi aku percaya pada kalian.” Pinta Musashi.
“Apa kalian yakin ingin mempercayaiku begitu saja? Walaupun kami berdua berteman, aku ini juga rival dari Leomon.” Balas Ogremon.
“Sekarang bukan saatnya untuk bicara seperti itu, Ogremon!” Kata Leomon dengan suara tegas sembari menatap tajam ke arah Ogremon. Sang Digimon siluman bertubuh besar itu pun agak takut melihat respon teman sekaligus rivalnya tersebut.
“Iya iya, aku Cuma bercanda kok. Ngomong-ngomong, apa strategi kalian untuk memancing mereka?” Tanya Ogremon kepada ketiga Tamer tersebut beserta para Digimonnya. Di saat itu juga, Snimon dan Flymon turun ke darat dan bersiap untuk menyerang mereka.
“Wah wah wah, sepertinya kita tidak perlu memancing mereka lagi.” Kata Leomon.
“Kalau begitu, kami akan membantu kalian dari jauh. Biyomon, terbanglah ke arah samping kiri Leomon dan bersiap untuk menyerang dari udara!” Kata Mai dengan suara kerasnya.
“Baiklah. Tentomon, kau terbang ke samping kanan Ogremon dan lakukan seperti apa yang Mai katakan kepada Biyomon!” Timpal Musashi dengan suaranya yang tegas. Kedua Digimon mereka mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Tamer mereka.
“Lalu, bagaimana dengan aku, Sakura?” Tanya Palmon dengan penasaran.
“Kau tunggu saja bersamaku di sini dan lihat situasinya. Jika kita menemukan celah untuk menyerang Flymon dan Snimon, baru kau bergerak dan serang mereka.” Digimon berbentuk tanaman tersebut langsung menyetujui dan menunggu dengan sabar. Setelah setengah menit berlalu, belum ada satu pun dari mereka yang bergerak termasuk Flymon dan Snimon. Karena mereka sama-sama menunggu siapa yang akan maju terlebih dahulu. Dibalik itu semua, Raph sudah tidak sabar untuk membantu Leomon, Ogremon, dan ketiga temannya beserta dengan para Digimon mereka masing-masing.
“Sial! Mereka sama sekali tidak bergerak! Kalau begitu, biar aku yang maju dengan Agumon!” Kata Raph dengan emosinya.
“Jangan! Sebaiknya kau dan Agumon tetap di sini dengan kami! Lagipula, kita harus melidungi Kise dan Hayakawa.” Tegur Hyoga sambil menahan Raph.
“Itu benar. Lagipula, sepertinya mereka sudah siap untuk menyerang.” Kiku menambahkan. Ternyata sesuai dengan dugaan gadis berambut kepang dua itu, Flymon dan Snimon langsung terbang dengan kecepatan penuh ke arah Leomon dan Ogremon sementara mereka berdua menyambut mereka dengan melompat ke depan mereka. Flymon mencakar Ogremon dengan keempat tangannya yang pendek, sementara Snimon menghajar Leomon dengan Green Sickle Cut. Akan tetapi, Leomon dan Ogremon menangkis semua serangan mereka dengan senjata mereka dan terjadilah saling adu serangan antara mereka berempat. Adu serangan itu terjadi lumayan lama, sehingga Mai dan Musashi menemukan celah untuk menyerang kedua serangga raksasa tersebut.
“Biyomon, Tentomon, sekarang! Tembak mereka!” Perintah kedua tamer mereka. Kedua Digimon mereka langsung menembak ke arah Flymon dan Snimon. Di saat yang bersamaan pula, Leomon dan Ogremon melompat mundur sedikit agar tembakan dari kedua Digimon itu mengenai kedua serangga raksasa itu. Pada saat kedua tembakan itu mengenai kepala mereka, Leomon dan Ogremon langsung mengeluarkan jurus Fist of the Beast King dan Pummel Whack. Setelah menerima semua serangan, Flymon dan Snimon berteriak kesakitan dan sempat jatuh sebentar.
“Horeeeee, Berhasil!” Teriak kesebelas tamer dan para Digimonnya, kecuali Salamon dan Lunamon yang lemas karena racun. Tetapi, kedua serangga raksasa itu segera bangkit berdiri.
“Apa? Mereka masih bisa bergerak? Kuat sekali mereka!” Kata Ogremon. Tidak lama setelah itu, Flymon dan Snimon langsung terbang menghampiri Kise dan Hayakawa, beserta dengan keempat Tamer lainnya. Flymon menjatuhkan Poison Powder dari sayapnya dengan perlahan, tetapi mereka berhasil menghindarinya. Pada saat Leomon dan Ogremon ingin melindungi mereka, Snimon mencegah kedua Digimon itu dengan menembakkan Twin Sickle sehingga mereka pun terkena sabit terbang tersebut. Akan tetapi, leomon dan Ogremon langsung bangkit berdiri setelah sempat terjatuh. Tidak ingin incarannya kabur, Flymon menembakkan Brown Stinger berkali-kali ke arah Kise, Hayakawa, dan keenam Tamer lainnya beserta dengan para Digimon mereka. Raph, Hyoga, Soma, dan ketiga Digimon mereka berhasil menghindari dengan melompat ke arah yang berlawanan sedangkan Patamon terbang menjauh dan Kiku berguling di balik rumput dan semak. Akan tetapi, tiba-tiba saja Sima Zhao mendorong Hayakawa sedangkan Kokichi mendorong Kise agar mereka berdua tidak terkena sengat beracun itu.
“Aaaaakh, sial!” Zhao dan Kokichi meringis kesakitan karena mereka terkena sengat beracun dari Flymon dan langsung jatuh seketika, pertanda racun pelumpuh dari Flymon sudah bekerja.
“Shou-senpaaaaaiiiii!” Teriak Hayakawa dengan penuh kekhawatiran.
“Zhaooooo!” Gomamon pun berteriak sembari melompat menghampi tamernya.
“Booooos!” Impmon bergegas berlari ke arah tamernya.
Marah karena Kise, Kokichi, Salamon, dan Lunamon disakiti oleh Flymon, Mai berkata, “Kurang ajar! Mereka telah melukai teman-temanku! Tidak bisa dimaafkan! Aku tidak akan memaafkan mereka!” Tiba-tiba saja, Digivice milik Mai bercahaya. Di saat itulah, Digimon bertubuh pink tersebut ikut bercahaya. Biyomon berevolusi menjadi burung raksasa bertubuh oranye dan dipenuhi api di sekujur tubuhnya.
“Mereka akan menerima balasannya!” Kata Musashi dengan suara tenang namun tegas, diikuti dengan Digivice miliknya yang bercahaya. Di saat itu juga, tubuh Tentomon bercahaya dan berubah menjadi serangga raksasa berwarna biru. Kise yang terpukau melihat Tentomon dan Biyomon berubah wujud, langsung mengeluarkan Data Analyzer dari saku celananya.
“Birdramon, atribut vaksin, adalah Digimon kelas Champion yang berbentuk burung besar dengan tubuh dipenuhi kobaran api. Serangan pamungkasnya adalah Meteor Wing.” Setelah mendapatkan data dari Birdramon, Kise langsung mengarahkan Data Analyzer ke arah Digimon serangga raksasa yang sekarang berada di depan Musashi.
“Kabuterimon, atribut vaksin, adalah Digimon insectoid kelas Champion yang memiliki pertahanan yang kuat seperti kumbang tanduk dan kekuatan seperti semut. Serangan pamungkasnya adalah Electro Shocker dan Beetle Horn Attack.”
“Ini keren ssu! Maicchi dan Musashicchi sebaiknya bertarung bersama mereka!” Seru Kise dari kejauhan.
“Justru itu yang akan kami lakukan, Kise!” Mai langsung melempar kipas apinya ke arah Snimon. Karena terganggu akibat kipas itu, Snimon langsung terbang ke arah Mai. Beruntung, Birdramon berhasil menyelamatkan tamernya dengan terbang ke arahnya dengan kecepatan tinggi, sampai Mai berada di atas burung api itu.
“Hampir saja. Terima kasih, Birdramon.” Kata Mai kepadanya. Sang burung api tersebut mengangguk sedikit kepada tamernya sembari terbang melesat di udara.
“Kabuterimon, aku punya ide untuk menyerang mereka.” Musashi berkata dengan wajah yang serius, sampai Kabuterimon menoleh kepada Tamernya. Kemudian, dia menatap Sakura.
“Sakura, sebaiknya kau tolong Kokichi dan Zhao. Semampumu saja.” Sakura yang mendengar itu langsung mengangguk. Ia dan Palmon langsung berlari ke arah kedelapan tamer lainnya. Ternyata, itu menarik perhatian Flymon. Sang Digimon serangga itu langsung terbang menukik ke arah Sakura dengan cepat. Beruntung, gadis berambut pink itu dapat menghindar bersama Digimonnya. Rupanya taktik Musashi kali ini sedikit membahayakan teman-temannya. Dengan jarinya, Musashi memberi kode pada Leomon agar menyerang Flymon dari belakang tanpa diketahui targetnya sama sekali.
“Rasakan ini, Flymon! Fist of the Beast King!” Leomon berteriak sambil mengeluarkan tinju jarak jauhnya, berhubung Flymon posisi terbangnya tadi sudah mendekati tanah karena mengejar Sakura barusan. Flymon langsung terhuyung ketika terkena tinju dari Leomon tanpa ia ketahui sama sekali. Di saat Digimon serangga itu dalam posisi terkapar, Kabuterimon langsung terbang ke atas dan mengarahkan Beetle Horn Attacknya ke arah Flymon sambil terbang menukik ke arah Digimon berbentuk tawon itu. Sayangnya, Flymon dapat menghindar meski kondisinya sedang terhuyung akibat serangan Leomon tadi.
“Sial, dia masih bisa menghindar!” Kata Kabuterimon sedikit terkejut melihat lawannya berhasil menghindar.
“Biar aku tangani dia!” Seru Birdramon dari atas. Ia mengambil ancang-ancang untuk menyerang dan memperhitungkan keberhasilan serangannya. Setelah ia yakin, ia merenggangkan sayapnya dan menembakkan Meteor Wing ke arah Flymon. Digimon berbentuk tawon itu tak menyadari akan ada serangan bertubi-tubi dari lawannya, sehingga serangan dari Birdramon tadi mengenainya. Flymon langsung terpental sampai jatuh tergeletak dan tubuhnya terbakar karena tembakan api Birdramon tadi yang sangat panas dan kuat, ditambah lagi serangan dari Leomon. Digimon berbentuk burung api raksasa itu langsung terbang mendarat ke tanah menghampiri tamernya.
“Yeah! Kau berhasil, Birdramon!” Seru Mai bangga sambil memeluk Digimonnya itu.
“Tanpa ia sadari, Snimon sekarang sudah ada tepat di belakangnya dan Birdramon. Ia menembakkan Twin Sicklesnya ke arah Birdramon sembari terbang menukik ke arah Birdramon.
“Pummel Whack!” Tiba-tiba saja, Ogremon langsung melayangkan tinju jarak jauhnya ke belakang Snimon. Karena terkena tinju cukup kuat dari belakang dan mengenai kepalanya, Snimon pun terhuyung dan jatuh perlahan, tetapi dia berusaha menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh.
“Sebaiknya kau jangan menyerang dulu Mai. Biarkan aku dan Kabuterimon yang menangani ini.” Kata Musashi. Kabuterimon langsung terbang mengarah ke arah Snimon dan menyerangnya menggunakan serangan Electro Shocker dari jauh. Karena tidak menyadari serangan tersebut, Snimon akhirnya terlempar dan kesetrum akibat tembakan listrik dari Kabuterimon itu.
“Akhirnya kita berhasil Musashi!” Seru Musashi dengan bangga. Kabuterimon mengangguk kepada Tamernya, dan remaja ahli pedang itu pun tersenyum bangga kepada kumbang tanduk besar itu. Ia tahu, ia tak melakukan itu sendirian. Bersamaan dengan itu, Birdramon dan Kabuterimon menyusut menjadi Biyomon dan Tentomon kembali karena kehabisan energi.
“Kalian berdua keren sekali. Andai saja Musashi bisa memberitahukan rencananya juga.” Kata Mai sedikit ketus, membuat Musashi hanya bisa terdiam dan memilih mencuekinya.
“Kerja bagus, kalian berdua.” Kata Leomon dengan bangga sambil menghampiri Mai dan Musashi, diikuti Ogremon. Sayangnya, sorak gembira itu harus terhenti sementara ketika Sakura menjerit panik. Sontak Leomon, Ogremon, Mai, Musashi, beserta kedua Digimon mereka langsung menghampiri Sakura yang sedang panik.
“Ada apa?” Tanya Tentomon.
“Aku tak bisa mengobati Kokichi dan Zhao, setidaknya untuk membuat mereka bisa menopang diri sendiri.” Jawab Sakura dengan panik. Ogremon langsung memeriksa Sima Zhao dan Kokichi dengan teliti, sedangkan Leomon memeriksa Salamon dan Lunamon.
“Hmmmm, mereka terkena sengat Brown Stingers. Jadi tubuh mereka menjadi lumpuh dan sama sekali tidak bisa bergerak. Ditambah lagi, sebelumnya ada dua Digimon yang keracunan oleh juga ya?” Tanya Ogremon.
“Itu Digimonku, Lunamon. Sedangkan yang satunya lagi Salamon, Digimon Kise. Mereka terkena Poison Powder dari Flymon.” Jawab Hayakawa.
“Gawat, mereka harus ditangani secepatnya. Nyawa mereka sekarang di ujung tanduk, karena suhu tubuh mereka sangat tinggi dan keringat mengucur deras dari tubuh mereka.” Kata Leomon khawatir.
“Kau tahu cara mengobatinya?” Tanya Raph tergesa-gesa karena khawatir.
“Sejauh ini, belum ada obat penawar racun untuk kedua serangan Flymon itu di Dunia Digital.” Kata Agumon menambahkan.
“Baiklah. Kalau sudah begini, lebih baik aku akan membawa kalian semua ke tempatku dan Ogremon. Jaraknya sekitar satu jam dengan berjalan kaki dari sini, dan kalian akan aman di sana.
“Ya, usul yang bagus, Leomon. Karena akan berbahaya jika kita semua tidak lekas pergi dari hutan ini.” Ogremon menambahkan.
“Sebelumnya, aku dan Palmon mau ambil beberapa pucuk daun Digi Tea dulu. Kami ingin membuat the supaya kami setidaknya bertenaga lagi.” Kata Sakura dan diikuti anggukan Palmon. Beruntunglah, Ogremon dan Leomon mengijinkan mereka. Akhirnya keduanya berhasil mengumpulkan daun Digi tea yang jumlahnya lebih dari cukup. Setelah itu, kesebelas tamer itu memilih untuk percaya kepada kedua Digimon yang telah menolong mereka itu sehingga mereka pergi ke tempat dimana Leomon dan Ogremon tinggal, tentunya diakhiri dengan mengucapkan terimakasih. Setelah kedua Digimon yang telah menolong mereka mengangguk ke arah 11 tamer itu serta para Digimon mereka, Leomon langsung merangkul Sima Zhao dan Ogremon merangkul Kokichi. Sementara itu, Salamon dan Lunamon digendong oleh tamer mereka masing-masing. Jarak tempat tinggal mereka berdua yang lumayan jauh dari hutan itu tidak menyurutkan niat dan mereka untuk sampai ke tempat tujuan, dimana mereka bisa mencari tempat untuk berlindung dan menyembuhkan teman-teman mereka. Setelah melakukan perjalanan yang panjang, akhirnya sampai jugalah mereka di tempat yang dimaksud.
“Kita sudah sampai, ini tempat tinggal kami.” Kata Leomon sambil mencondongkan kepalanya. Ternyata, tempat tinggal mereka adalah sebuah desa yang besar dan luas, penuh dengan kebun, ternak, ladang sawah, dan pepohonan yang rindang. Mereka bersebelas terkagum-kagum melihat pemandangan di desa itu, karena mereka sama sekali tidak mengira bahwa masih ada tempat yang aman dan damai di duna Digital yang sudah mengalami krisis seperti yang melanda sekarang ini.
“Wah… indahnya.” Puji Kiku karena kagum.
“Aku tidak percaya wilayah ini benar-benar damai meski banyak bahaya melanda Dunia Digital.” Timpal Patamon. Tak lama mereka mengagumi lingkungan tersebut, mereka dikejutkan dengan rintihan Salamon yang sukses membuat Kise panik.
“Salamoncchi!” Seru sang remaja asal SMP Teiko itu.
“Kise… sakit…” Rintih Salamon.
“Sebaiknya kita ke rumahnya Leomon secepatnya.” Kata Soma. Akhirnya mereka segera bergegas ke rumah Leomon, setidaknya untuk mengungsikan Sima Zhao, Kokichi, Salamon, dan Lunamon.
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic~!
Chapter 6: Ikkakumon and Togemon: The Beginning of the Mysterious Kidnapping
Summary:
Setelah pertarungan melawan Flymon dan Snimon, 2 Digimon dan 2 orang tamer terluka. Para Digidestined dibawa ke rumahnya Leomon untuk mengobati mereka. Akan tetapi, Sakura nekad akan pergi ketika malam hari supaya dapat mengobati semua. Zhao tidak mau membiarkan dia berangkat sendiri. Apa yang terjadi selanjutnya?
Notes:
Kesibukan menghadang, jadinya lama kelar dah chap 6 ini.
Makasih banget lagi buat Bang Patuan ngebantuin aku lagi untuk ide Digimon battle di fanfic ini. Battlenya awal itu aku bikin rada cheesy pas evolusi, tapi dibantuin editan lagi sama dia. Plus, beberapa adegan di fanfic dia ngebantu banget. Thanks banget. Untuk readers, karena lama update, aku mohon maaf. Tapi semoga kalian suka sama chapter 6 ini.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Perlahan tapi pasti, para Digidestined beserta Digimon mereka berjalan menyusuri desa kecil yang indah dan damai itu menuju ke rumah Leomon. Akan tetapi, banyak penduduk desa (sebagian besar dari mereka adalah kelas in-training dan baby) yang bingung, penasaran, bahkan ada yang takut akan kehadiran tamu-tamu asing yang bersama Leomon dan Ogremon. Dengan singkat, Leomon berkata bahwa mereka tidak perlu khawatir. Karena mereka adalah new Digidestined.
Sesampainya mereka di rumahnya Leomon, para sebelas Digidestined langsung terkagum-kagum melihat apa yang ada di sekitar rumahnya Leomon. Ternyata rumah itu dipenuhi Digimon kelas in-training yang masih tidak punya kemampuan bertarung lebih baik. Tentu saja, beberapa dari mereka ada yang mengatakan “awww…” saking tidak kuat dengan keimutan Digimon-digimon kecil itu.
“Astaga, mereka menggemaskan sekali.” Kata Sakura dengan kagum. Mai yang memang suka dengan sesuatu yang lucu langsung berlari mendekati kumpulan Digimon kecil itu. Sontak, para Digimon kelas In-training tersebut langsung berlari berhamburan karena ketakutan.
“Hei! Mereka kasar sekali. Aku kan ingin berkenalan dengan mereka!” Ujar Mai dengan kesal. Soma langsung facepalm mendengar ucapan dari Mai itu.
“Shiranui-san, mereka itu takut kalau bertemu orang baru.” Jawab Kiku dengan sedikit desahan keluar dari mulutnya.
“Pikir saja, Mai. Jika kau bertemu orang baru, lalu tiba-tiba kau dipeluk begitu saja , apa kau merasa tidak nyaman?” Tanya Soma sambil menggeleng. Mai mengangguk pelan.
“Itu lah yang Digimon kecil itu rasakan sekarang ketika kau nyaris memeluk mereka secara mendadak.” Sahut Hyoga.
“Shiranui-chan harus banyak belajar soal privasi.” Kata Kokichi sambil terkekeh dan suara lemas.
“Kau masih sakit, masih bisa saja mengejek orang.” Omel Raph.
“Sudah. Sebaiknya kita rebahkan Ouma-kun dan Shou-senpai dulu.” Kata Hayakawa.
Tak lama setelah itu, Leomon dan Ogremon merebahkan tubuh Kokichi dan Zhao perlahan di ruang belakang, berdekatan dengan kedua Digimon mereka. Kemudian, Digimon singa kekar itu langsung menyuruh 2 orang diantara para Digidestined bersama kedua Digimon mereka untuk mengambil selimut yang ada di kamarnya, yang kecil dan sederhana, juga ember, air, dan handuk-handuk kecil yang ada di kamar mandi. Segera sesudah diambilkan semua yang diperlukan, dia bersama dengan Digimon hijau bertanduk itu menyelimuti mereka dan mengkompres mereka.
Selesai melakukan itu semua, Leomon dan Ogremon meninggalkan ruang belakang. Rupanya mereka mau memotong kayu bakar untuk menyalakan tungku api untuk memasak. Otomatis para Digidestined beserta Digimon mereka membantu kedua Digimon itu mengambil kayu bakar yang ada di belakang kebun. Setengah jam kemudian, mereka berhasil menyalakan tungku api dan air panas.
Sesaat setelah itu, Leomon membawakan 1 gentong besar berisi air putih dan Ogremon membawa gelas-gelas. Awalnya, para Digidestined ragu bahwa air tersebut bisa diminum apa tidak. Langsung saja Leomon menjelaskan bahwa air itu berasal dari mata air di gunung dekat desa mereka, bersih dan jernih. Bahkan, mereka langsung mengambil gelas mereka masing-masing dan air itu, kemudian meneguknya untuk menghilangkan haus yang sudah sampai ke kerongkongan mereka. Tanpa ragu-ragu, para Digidestined beserta Digimon mereka pun langsung minum. Dan benar saja, dahaga mereka hilang sekejap dan mereka merasa segar kembali.
“Perjalanan hari ini melelahkan juga.” Kata Raph sambil menghela nafasnya.
“Setidaknya kita bisa istirahat sebentar.” Timpal Agumon. Sakura menatap khawatir kedua temannya yang sedang terbaring itu dan Digimon milik dua teman lainnya yang juga sudah lemas.
“Aku merasa tak berguna saat itu. Aku minta maaf.” Kata gadis berambut pink itu dengan nada menyesal.
“K-Kenapa Harunocchi? Kau sudah berusaha kok.” Kata Kise sambil tersenyum lemas. Ia mengelus kepala Salamon yang masih lemas itu. “Kalau tadi Harunocchi tidak berusaha mengalihkan perhatian Snimon dan Flymon, rencananya Asukacchi pasti tidak bisa berjalan dengan lancar.”
“Lagipula, kau juga sudah berusaha menyembuhkan teman-teman kita, meski tak begitu berhasil. Setidaknya kau mencoba dan tidak jadi beban untuk kita.” Sambung Soma sambil mengelus bahu Sakura. Hayakawa yang melihat itu wajahnya langsung memerah karena tersipu. Ia melihat sosok Soma sebagai pemuda yang sangat baik dan tentu banyak wanita pasti jatuh hati dengannya. Ia bahkan tahu Sakura pasti menganggap Soma layaknya kakak sendiri.
“Memangnya kenapa kau merasa kau itu hanya jadi beban? Kau malah banyak membantu selama di sini.” Tanya Kiku penasaran.
“Aku... dulu sebelum bertemu kalian, aku terlalu bergantung pada teman-temanku. Ya, mungkin kalian tahu kira-kira seperti apa maksudnya.” Kata Sakura. Palmon menggeleng dan memeluk tamernya itu dengan hangat.
“Tidak kok. Aku melihat Sakura sudah berubah. Kau menunjukkan kau bisa mandiri. Kau kuat, bahkan bisa mengikuti Mai.” Kata Palmon.
“Kau ninja yang keren, Sakura. Belum ada ninja yang pintar dalam perkara medis sepertimu.” Timpal Agumon, “bahkan Raph saja kalah.”
“Hey! Medis itu bukan bidangku!” Protes Raph. Sementara itu, Gabumon terdiam dan melihat ke arah tamernya dengan tatapan bingung.
“Ada apa, Gabumon? Sesuatu mengganggumu?” Tanya Hyoga.
“Itu... Tadi Sakura dipanggil sama Kise itu pakai nama keluarganya. Biasanya dia memanggil orang itu dengan nama panggilan mereka.” Jawab Gabumon.
“Oh... itu. Sebenarnya Kise itu nama keluargaku dan nama depanku itu Ryouta.” Kata Kise menjelaskan.
“Berarti selama ini kita memanggil nama keluarganya.” Kata Musashi.
“Musashi kan memanggil orang biasanya dengan nama depannya.” Timpal Tentomon.
“Ya, sebagian dari kita seperti itu, kecuali Kokichi dan Kiku. Mereka memanggil kita dengan nama keluarganya.” Sambung Coronamon.
“Ooh... seharusnya aku memanggil Kise-chan dong. Nishishi, sudah masuk catatan.” Kata Kokichi.
“Daripada kalian mengurus cara memanggil orang, lebih baik kalian mencari obat untuk mengobati Zhao, Kokichi, Salamon, dan Lunamon.” Protes Gomamon.
“Benar juga. Kondisi Salamon dan Lunamon sepertinya sudah gawat.” Kata Biyomon. Baik Hayakawa maupun Kise, sudah menunjukkan wajah khawatir mereka. Mereka takut kedua Digimon mereka mati.
“Hei, aku tak mau kalian repot keluar dulu. Lebih baik kalian bermain saja. Lagipula, Ogremon dan Leomon belum memberitahu lokasi obatnya di mana dan jenis obatnya seperti apa.” Kata Zhao dengan mantap.
“Simacchi, jangan bicara seperti itu. Kau tak ingat apa efek serangan Flymon yang mengenaimu dan Oumacchi?” Tanya Kise khawatir.
“Tidak segera diobati tandanya nyawa akan melayang. Jika kau mati, aku tak apa-apa, tapi jangan sampai bos yang mati.” Kata Impmon dengan sedih.
“Impmon menyebalkan sekali.” Gerutu Patamon.
“Biarkan saja. Lagipula dia tak mengganggu siapapun saat ini.” Kata Mai.
“Aku di sini saja membantu Ogremon dan Leomon. Aku tidak mau jadi beban lagi.” Kata Sakura.
“Begitukah?” Tanya Leomon dengan nada datar tapi serius. Sang gadis berambut pink itu mengangguk.
“Aku juga akan membantu.” Kata Palmon bersemangat.
“Baiklah. Kalian membantu kami memasak saja. Setidaknya mereka harus makan nanti, terutama teman-temanmu yang sakit.” Kata Ogremon. Ternyata Kise dan Hayakawa pun juga memutuskan untuk tinggal di dalam untuk menjaga kedua Digimon mereka. Yang lainnya akhirnya keluar rumah, tentunya ditemani Leomon. Sakura dan Palmon memasak makanan di rumah, dibantu juga oleh Ogremon.
Sementara di luar, Leomon memperkenalkan beberapa Digidestineds yang kebetulan main ke luar, ke beberapa Digimon kelas In-training yang sempat Mai temui tadi. Beberapa dari mereka sebenarnya masih ketakutan karena Mai tiba-tiba memeluk mereka, namun akhirnya mereka bisa terbuka setelah Leomon memberitahu bahwa mereka bukan orang jahat.
“Aku mau tanya, apa dunia manusia itu berbahaya?” Tanya Digimon berwarna hijau kecil bernama Gummymon.
“Uh... bisa dibilang begitu, tapi terkadang juga tidak.” Jawab Raph.
“Oh iya. Leomon bilang seharusnya kalian bersebelas, tapi kenapa hanya enam yang terlihat?” Tanya Gigimon.
“Yang satu membantu Ogremon memasak.” Jawab Agumon.
“2 orang sakit.” Timpal Biyomon.
“2 orang lagi menjaga Digimon mereka yang sakit.” Sambung Mai.
“Waduh... sakit apa?” Tanya Chibimon.
“Kena racun dari Flymon.” Jawab Hyoga.
“Mereka sepertinya kesakitan...” Kata Upamon dengan sedih.
“Yah kurang lebih... kedua Digimon itu menyerang teman-teman kami.” Sahut Tentomon dengan sedih.
“Tapi akhirnya Biyomon dan Tentomon berhasil mengalahkan mereka, setelah mereka berubah.” Kata Gabumon dengan senang.
“Terlebih lagi, Leomon dan Ogremon juga membantu mereka.” Agumon menambahkan.
“Seandainya saja Agumon dan aku bisa Digivolve, sayangnya kekuatan kami sedang tidak cukup.” Para Digimon bayi itu langsung serempak berkata, “yaaah...!” ke Digimon serigala itu.
“Hmph... lagipula itu karena motivasi kami juga tak tega melihat orang seperti Zhao terluka.” Kata Musashi dengan dingin. Digimon-digimon bayi itu langsung terkagum-kagum dengan mereka.
“Kalau sudah besar, aku mau jadi seperti Biyomon.” Kata Poromon dengan semangat. Keenam Digidestined itu mengangguk mendengarkan ungkapan Digimon bayi berbentuk burung itu.
Sementara itu, di dalam rumah Leomon, Sakura masih sibuk memasak bersama Ogremon. Dengan bantuan Palmon juga, akhirnya masakan mereka dapat selesai dalam waktu cukup cepat. Kebetulan juga, ketika mereka selesai memasak, Kise dan Hayakawa dimintai oleh Sakura untuk keluar dari rumah karena ia mau melakukan pemeriksaan medis kepada kedua Digimon mereka. Setelah itu, ia menatap Ogremon dengan tatapan sedikit khawatir. “Ogremon, kira-kira apa kau tahu obat untuk mengobati racun dari Flymon?” Tanyanya khawatir.
“Leomon yang tahu lebih banyak. Seingatku, Digi Tea cukup ampuh untuk menyembuhkan racun di tubuh mereka. Hanya saja untuk mendapatkannya, butuh waktu yang lama dan jalan kesana cukup berbahaya. Apalagi pada malam hari.” Jawab Ogremon. Mendengar jawaban itu, Palmon langsung bergegas mengambil kotak yang berada di atas meja kamar tempat Lunamon, Salamon, Kokichi, dan Zhao beristirahat. Setelah itu ia membawakan kotak itu ke Ogremon. Digimon kelas Champion itu pun langsung membuka tutup kotak itu dan betapa terkejutnya ia ternyata ada beberapa helai daun Digi Tea di dalam kotak itu. “Aku panggilkan Leomon sebentar. Kau tunggu di sini.” Ia pun langsung bergegas keluar dari rumah.
“Palmon, apa yang kau berikan tadi?” Tanya Sakura.
“Persediaan Digi Tea kita. Tadi kan Ogremon bilang bahwa Digi Tea ampuh untuk menyembuhkan racun di tubuh teman-teman kita.” Jawab Palmon. Tamernya langsung mengambil kotak itu dan mengecek seberapa banyak daun Digi Tea yang mereka punya.
“Sepertinya untuk 2 Digimon dan 2 manusia... stok kita tidak cukup.” Kata Sakura dengan nada penyesalan. “Seharusnya tadi, aku ambil lebih banyak.”
“Bukan salahmu kok Sakura. Lagipula, ini kan tidak terprediksi.” Kata Palmon menyemangati. Alhasil, senyuman kecil terlukis di wajah gadis berambut pink itu.
“Terimakasih sudah menyemangatiku, Palmon.” Kata Sakura. Tak lama kemudian, Leomon pun masuk bersama dengan Ogremon. Palmon langsung menceritakan semua apa yang dibicarakan oleh Tamernya dan Ogremon mengenai obat penghilang racun itu.
“Kau punya daun Digi Tea, Sakura?” Tanya Leomon. Sakura mengangguk.
“Hanya saja... aku tak yakin ini cukup untuk semuanya.” Kata gadis berambut pink itu. “Perkiraanku, ini hanya cukup untuk Lunamon dan Salamon saja.” Sang Digimon berbentuk manusia setengah singa itu terdiam. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ia tahu hal ini.
“Hm... sementara ini kau bisa tanyakan Ogremon mengenai cara merebus daunnya. Aku akan ke kamar mereka dan memberitahukan hal ini.” Kata Leomon sambil beranjak ke kamar tidur. Sakura pun langsung bergegas untuk menanyakan cara merebus daun Digi Tea pada Ogremon.
Kemudian, setelah bertemu dengan Digimon hijau bertubuh besar itu di dapur, Ogremon berkata, ”Oh, ternyata kau. Apakah Leomon mengatakan sesuatu padamu?”
“Ya. Dia memintaku agar menanyakan padamu cara merebus daun Digi Tea.” Jawab Sakura.
“Baiklah kalau begitu, kau tunggu di sini. Aku harus mengambil 1 gentong besar lagi untuk merebus daun Digi Tea.” pinta Ogremon.
“Apakah ada yang bisa kami bantu?” Tanya Sakura dan Palmon.
“Hmmmm, mungkin kau bisa menyuruh teman-temanmu yang di luar untuk membantu mengangkat kayu bakar dalam jumlah yang banyak. Karena daun Digi Tea harus direbus dengan suhu yang sangat panas, sehingga memerlukan api yang besar.” Jawab Ogremon.
“Baiklah kalau begitu, aku akan memanggil mereka semua.” Balas Sakura dengan penuh semangat. Tanpa menunda-nunda waktu, Sakura langsung berlari cepat disusul oleh Palmon. Kemudian didapatinya keenam tamer lainnya beserta dengan Digimon mereka sedang duduk di halaman dan berbicara kepada para Digimon kecil penghuni desa.
“Teman-teman, aku butuh bantuan kalian.” Kata Sakura.
“Ada apa, Sakura? Kenapa kau tergesa-gesa?” Tanya Hyoga dengan penasaran.
“Apakah ada musuh yang berusaha menyerang kita?” Mai menambahkan.
“Tidak, bukan begitu. Ogremon menyuruhku memanggil kalian supaya kalian membantuku dan Palmon mengangkat kayu bakar, dan kita butuh persediaan yang banyak.” Ujar Sakura.
“Kukira tadi ada apa, Sakura.” Kata Musashi ketus.
“Baiklah kalau begitu, ayo kita bantu mereka!” Pinta Raph dengan percaya diri.
“Tapi, apa kau tau dimana tumpukan kayu bakar itu disimpan?” Kiku bertanya dengan heran.
“Kita tanyakan saja pada Leomon, pasti dia yang menyimpannya di suatu tempat di rumah ini.” Jawab Palmon dibalas dengan anggukan dari mereka semua.
Setelah itu, mereka pergi menemui Leomon. Kata Sakura kepada Leomon, “Leomon, dimana kau menyimpan tumpukan kayu bakar?”
Leomon menjawab dari dalam kamar, “Semua tumpukan kayu bakar itu ada di gudang belakang, kalian hanya perlu berjalan ke kebun belakang. Di dekat situ, ada gudang kecil tempat aku menyimpan kayu bakar.”
“Terima kasih, Leomon.” Jawab Sakura. Setelah menyusuri kebun belakang, mereka melihat gudang kecil yang jaraknya tak jauh dari situ. Pintu gudang pun akhirnya dibuka, dan mereka menemukan banyak sekali kayu bakar. Dengan kompaknya, mereka mengambil sebagian dan langsung dibawa ke dapur sembari dilihat oleh Ogremon. Melihat hal itu, Ogremon langsung menumpukkan kayu-kayu bakar itu di atas gentong besar berisikan daun Digi Tea.
Sementara itu, Leomon yang sudah di dalam kamar, ia bergegas melihat kondisi Lunamon dan Salamon makin memburuk.
“Sepertinya racunnya semakin merusak sistem kekebalan tubuh mereka.” Kata Gomamon khawatir.
“Daripada memikirkan mereka, lebih baik pikirkan saja bosku dan bosmu.” Omel Impmon.
“Kau egois sekali. Mereka kan juga teman kita!” Protes Gomamon. Impmon hanya membalasnya dengan menjulurkan lidahnya.
“Sudahlah, kalian jangan berkelahi. Leomon sudah di dalam kamar ini.” Kata Zhao dengan malas.
“Memangnya kau ingin bilang apa, Leomon?” Tanya Kokichi dengan lemas tapi penasaran.
“Sakura ternyata sudah punya obat penawar racunnya. Sayangnya, obat itu hanya bisa untuk mengobati kedua Digimon yang terkapar di sana.” Jawab Leomon.
“Hmm... jika tak cukup... akan aku ambilkan. Aku akan bujuk Zhao supaya ikut.” Kata Gomamon dengan tekad penuh. Sayangnya, sang tamer tak setuju.
“Gomamon, kau tahu kan aku sedang sakit saat ini? Kau tak peduli padaku ya?” Tanya Zhao dengan malas sambil menahan sakit di kepalanya.
“Bukan begitu. Masa’ kau tidak mau sembuh?” Tanya Gomamon.
“Ya sudah, obati saja mereka dulu. Aku dan Kokichi nanti saja.” Kata Zhao dengan malas. Kokichi pun memutuskan untuk tidur. Tanpa mereka sadari, Sakura dari tadi menguping. Lalu, ia masuk ke kamar itu perlahan-lahan.
“Lho, sedang apa kau di sini, Sakura?” Tanya Gomamon.
“Kebetulan, Ogremon sudah selesai merebus daun tehnya. Ano... jika tak keberatan, aku saja yang mengambilkan Digi Tea yang lain. Aku tidak mau membebani orang lain.” Kata Sakura.
“Itu berbahaya. Apalagi ini sudah sore, dan pada malam hari sangatlah berbahaya untuk masuk ke hutan itu. Pikirkan itu baik-baik!” Kata Leomon dengan khawatir.
“Leomon benar, Sakura. Kalau pun kau ngotot ke sana, biar aku temani. Tidak baik kau berjalan sendirian, apalagi di malam hari. Biarkan aku menemanimu, Sakura.” Kata Palmon.
“T-Tapi...”
“Sudah, ikuti saja kata Digimonmu itu. Gadis sepertimu tak aman pergi sendiri. Lagipula, hutan itu masih sangat asing bagi kita semua.” Kata Zhao dengan lemas. Sakura pun akhirnya menghela nafas pelan.
“Baiklah... aku akan pergi bersama Palmon.” Katanya. “Kalau begitu, kita susul yang lain saja yang sedang di luar.” Ajak Sakura pada Digimonnya itu. Palmon pun mengangguk dan meninggalkan rumah itu untuk bermain bersama kedelapan teman mereka yang sedang berada di luar. Gomamon sendiri terdiam dan berpikir mengenai stok daun teh itu.
“Ada apa, Gomamon?” Tanya Zhao dengan lemas.
“Aku curiga kalau daun itu cukup untuk 2 Digimon. Setahuku itu bisa untuk 2 Digimon... dan 1 manusia.” Kata Digimon berbentuk singa laut kecil itu.
“Dari mana kau tahu itu?” Tanya Zhao curiga.
“Tunggu sebentar. Leomon, bisakah kau periksa air daun Digi Tea itu? Aku ingin tahu, cukup untuk berapa banyak?” Pinta Gomamon.
“Kebetulan sekali, Gomamon. Aku juga sekalian ingin meramu air teh itu agar bisa jadi teh yang mujarab.” Kata Leomon. Ia pun keluar dari kamar itu. Beberapa menit kemudian, ia mencampurkan sedikit garam dari dapur ke dalam air rebusan teh dan mengaduknya. Kemudian dia menuangkan air teh itu ke dalam 1 gelas berukuran lumayan besar dan 1 gelas berukuran sedang. “Ternyata kau benar, Gomamon. Yang di gelas berukuran lumayan besar ini untuk 1 manusia dan yang di gelas sedang ini untuk 2 Digimon.” Katanya. Ternyata kecurigaan Gomamon memang benar adanya. Zhao merasa bersalah karena membiarkan Sakura berjalan keluar sendirian. Bantuan Palmon saja tidak cukup. Ia merasa bertanggung jawab soal Sakura memilih untuk keluar malam-malam nanti dengan Digimonnya berdua.
Akan tetapi, karena kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah karena racun, dia tak bisa berbuat apa-apa selain berbaring dengan lemas. Pada saat yang bersamaan, Sakura dan Palmon menemui kedelapan tamer lainnya beserta dengan Digimon mereka. Tiba-tiba, dia mengatakan ingin pergi ke hutan yang sebelumnya mereka datangi itu untuk mengambil Digi Tea lagi karena kurang persediaan. Kedelapan tamernya beserta Digimon mereka tidak menyetujui hal itu karena hutan itu sangat berbahaya, dan hari sudah mulai gelap. Akan tetapi, gadis berambut pink itu tetap konsisten dengan tekadnya yang sudah bulat itu. Kemudian Soma mendekati dia dan Palmon. Berkatalah dia.
“Kalau begitu, izinkan aku dan Coronamon ikut dengan kalian. Lagipula, aku merasakan ada aura gelap yang sangat jahat dan kuat dari dalam hutan itu. Apalagi sebentar lagi, malam akan tiba. Kita tidak tahu makhluk apa yang akan muncul dari dalam hutan itu.”
Sakura dan Palmon pun setuju dengan usul Soma, dan akhirnya mereka semua kembali masuk ke rumah Leomon. Sesaat kemudian, mereka melihat Leomon menyuguhkan Digi Tea kepada Salamon dan Lunamon yang terbaring lemas. Dengan perlahan, mereka menyeruput teh itu.
“Terima kasih, Leomon.” Kata kedua Digimon itu sambil mereka melawan rasa sakit di tubuh mereka.
“Sama-sama. Setelah ini, kalian harus istirahat dulu agar cepat sembuh.”
Pada saat yang bersamaan, Zhao ingin meminum Digi Tea dengan usahanya sendiri. Namun apa daya, dia langsung jatuh karena tak berdaya menahan rasa sakit sehingga Gomamon dan yang lainnya berusaha memopang tubuhnya.
“Kau masih belum kuat untuk berdiri, rebahkanlah dirimu untuk sesaat.” Kata Orgemon. Segera setelah itu, Ogremon langsung menyuguhkan Digi Tea kepada Zhao. Diminumnya perlahan teh itu, dan mereka kembali beristirahat.
“Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada kalian.” Timpal Zhao.
“Akh, sudahlah. Itu sudah kewajiban kami untuk menolong sesama.” Balas Ogremon.
Tak lama kemudian, mereka bertiga kembali tertidur dan Leomon menyuruh para Tamer lainnya dengan Digimon mereka untuk meninggalkan ruangan.
“Khasiatnya akan muncul beberapa jam lagi, jadi biarkan mereka istirahat dulu.” Kata Leomon.
“Lebih baik, kita ke ruang tamu saja.” Ogremon menambahkan. Sembari berjalan ke ruang tamu, Gomamon, Kise, dan Hayakawa mengucapkan terima kasih kepada kedua Digimon itu. Sesampainya mereka di ruang tamu, mereka terdiam sejenak. Kemudian dibalik keheningan sesaat, Sakura berkata,
“Aku sudah memutuskan, aku dan Palmon akan pergi ke hutan itu lagi untuk mengambil Digi Tea.”
“Kau tahu? Hutan itu sangat berbahaya, apalagi di malam hari. Nekat sekali kau ingin pergi kesana.” Balas Ogremon sambil berdiri, dan Leomon pun menahan teman sekaligus rivalnya itu dengan tangannya.
“Biarkan dia pergi, lagipula masih ada 1 orang teman mereka yang sakit. Tapi, bukan saat ini juga. Sebab, kau bersama dengan yang lainnya harus makan dulu. Jika perut kalian kosong, kalian tidak akan bisa bertempur.” Timpal Leomon.
“Kruuuuuk!”
Bunyi itu berasal dari perut Raph yang ternyata sudah lapar.
“Akh, sial! Tahan sedikit, hei perutku yang manja!” Kata Raph dengan kesal, sembari mereka semua tertawa terbahak-bahak karena mendengar itu. Kemudian Leomon menyuruh para laki-laki untuk mengangkut panci masakan yang sangat besar dan teko berisi air putih, sedangkan Ogremon menyuruh para perempuan untuk mengambil piring dan gelas. Beberapa menit kemudian, mereka makan bersama. Terlebih lagi, masakan yang mereka masak rasanya sangat enak dan lezat. Sehingga mereka makan dengan lahap.
Sekitar setengah jam kemudian, mereka selesai makan dan beristirahat sejenak. Akan tetapi, Leomon dan Ogremon sudah menyiapkan 4 porsi makanan sebelumnya untuk Zhao, Salamon, Lunamon, dan Kokichi. Mereka menyimpan keempat piring itu di dalam buffet. Sakura pun langsung membantu Leomon dan Ogremon dengan mengantarkan keempat piring itu ke 2 Digimon dan 2 Digidestined yang sedang sakit itu.
Malam pun akhirnya tiba. Waktu telah menunjukkan sekitar jam 7, Sakura pun sudah bersiap-siap untuk berangkat ke hutan itu bersama Palmon. Soma pun juga sudah siap untuk berangkat bersama Coronamon untuk menemani gadis berambut pink itu.
“Ryouta, aku pinjam data analyzermu dong.” Pinta Sakura. Kise pun langsung meminjamkan telepon selulernya ke Sakura.
“Oke, ayo berangkat.” Ajak Soma. Saat mereka sudah mau berangkat, mereka tiba-tiba mendengar ada yang berteriak, “tunggu dulu!” dari jauh. Sontak, mereka menatap ke arah sumber suara dan ternyata suara itu milik Zhao. Ia dan Gomamon sedang berjalan mendekati mereka.
“Hah? Kau serius Zhao? Kau masih sakit.” Ujar Mai.
“Hei, aku gak mau gadis seperti dia bergerak sendiri. Kalau Soma, sebaiknya dia menjaga di sini.” Kata Zhao.
“Aku ikut!” Kata Ogremon, namun Leomon melarangnya.
“Tidak bisa, kawan. Kau harus menjaga Digimon-Digimon bayi di sini! Kalau aku sendirian saja, aku tak mampu. Biarkan Zhao dan Gomamon ikut.” Kata Leomon. “Dan Zhao, kau tidak bisa membiarkan Soma tinggal di sini. Kondisimu tidak begitu baik dan Sakura tak mungkin bertarung sendirian untuk melindungimu.” Sambungnya.
“T-Tapi...”
“Leomon benar, Zhao. Kau boleh ikut, tapi jika hanya kau dan Sakura saja, ditambah dengan kondisimu yang seperti itu, situasi jadi semakin berbahaya.” Kata Soma. Zhao akhirnya menghela nafas pasrah.
“Baiklah.” Akhirnya, sang remaja asal Tiongkok itu setuju dengan usulan Soma.
“Oke. Ayo kita pergi.” Ajak Sakura.
“Tunggu dulu! Ada sesuatu yang ingin kuberikan kepada kalian!” Teriak Leomon, sembari dia masuk ke rumah dan mengambil sesuatu dari lemari di ruang tamu. Lalu diberikannya benda itu kepada Soma.
”Apa ini, Leomon?” Tanya Soma.
”Itu adalah kembang api, kalian akan membutuhkan itu ketika kalian tersesat atau dalam bahaya. Sehingga Kami akan tau persis lokasi dimana kalian berada. Kalian hanya tinggal menyalakan, kemudian mengarahkannya ke atas.” Jawab Leomon.
“Mirip sekali seperti kembang api di Bumi. Terima kasih, akan kusimpan baik-baik kembang api ini.” Kata Soma.
“Kalian semua, berhati-hatilah!” Kata Mai.
“Kembalilah dengan selamat!” Kiku menambahkan. Sakura, Soma, Zhao, bersama Digimon mereka pun meninggalkan rumahnya Leomon. Leomon pun memperingatkan mereka agar lebih hati-hati.
Di perjalanan, Sakura merasakan hawa aneh di sekitarnya semakin mencekam. Mereka sekarang di hutan ketika malam hari dengan situasi sangat mencekam, membuat gadis berambut pink itu merinding.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Palmon. Tamernya hanya menggeleng.
“Aku harus akui, tempat ini memang seram ketika malam. Ini mengingatkanku pada perjalananku dulu ketika aku pergi jurit malam di perkemahan kampus.” Kata Soma.
“Masih jauh ya?” Tanya Gomamon.
“Kurasa begitu.” Jawab Zhao.
“Iya, ini masih jauh. Aku masih ingat persis rutenya.” Kata Coronamon. Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka.
“Aku pergi sebentar ya, kalian tunggu di sini.” Kata Sakura.
“Aku ikut.” Seru Palmon dan mengikuti tamernya mencari daun Digi tea, sementara Zhao, Gomamon, Soma, dan Coronamon berjaga-jaga kalau-kalau ada yang datang dan menyerang mereka.
“Aneh sekali. Padahal sewaktu berada di rumah Leomon, aku sempat merasakan aura gelap yang sangat jahat dan kuat yang berasal dari hutan ini. Tapi kenapa aura itu tiba-tiba menghilang?” Gumam Soma penuh heran.
“Aura gelap? Kau bicara apa, Soma? Jangan menakut-nakuti kami seperti itu!” Kata Zhao.
”Aku tidak bermaksud seperti itu, Zhao. Ya mudah-mudahan, itu hanya perasaanku saja.” Soma menjawab kekhawatiran Zhao. Tidak begitu jauh dari tempat dimana mereka berada, ada sosok bayangan hitam yang mengintai pergerakan mereka. Bentuk bayangan misterius itu seperti kelelawar, tetapi mempunyai tubuh seperti manusia dan tinggi. Tak lama kemudian, Soma menyadari akan adanya kehadiran bayangan itu sehingga dia menengok ke arahnya dan berteriak,
“Siapa itu?” Secepat Soma menegok, secepat itu pula bayangan itu menghilang begitu saja.
“Apa tadi ada orang di sana? Biar aku dan Gomamon melihatnya, barangkali ada yang menyusul kita.” Kata Zhao.
“Tidak! Jangan coba-coba kau ke sana! Aku benar-benar merasakannya, perasaan tidak enak yang sangat mencekam ini! Seolah-olah, ada aura gelap yang sangat kuat, yang berusaha menelan kita!” Jawab Soma.
“Benar sekali, lebih baik kita jangan berpencar kemana-mana! Karena hutan ini benar-benar angker sekali.” Coronamon menambahkan.
“Lebih baik, kita susul Sakura dan Palmon. Aku jadi khawatir dengan mereka.” Usul Gomamon, dan mereka pun menyetujuinya. Akhirnya, berlarilah mereka ke tempat di mana Sakura dan Palmon berada.
Akan tetapi, bayangan misterius yang hilang sesaat itu muncul kembali dari balik pohon. Dengan suara yang menyeramkan, dia berkata, “Hm, jadi mereka para Digidestined yang baru? Hehehe, menarik sekali. Dengan begini, aku bisa menjalankan rencanaku untuk melenyapkan mereka secara perlahan-lahan!” Beberapa saat kemudian, bayangan hitam itu menghilang seperti ditelan kabut.
Sementara itu, Soma, Zhao, Coronamon, dan Gomamon berjalan mencari Sakura dan Palmon yang tadi pergi sendirian. “Sakura, Palmon, dimana kalian?” Teriak mereka berempat, tapi tidak ada jawaban sama sekali sehingga mereka terus berlari lebih jauh. Sekitar 5 menit setelah itu, mereka mendengar suara teriakan seorang perempuan yang sangat keras.
“KYAAAAA! TOLOOOOONG!” Ternyata itu suara Sakura, tetapi suaranya semakin menjauh. Mereka yang menyadari itu berlari, mencari sumber suara itu.
”Sakura! Dimana kau!” Teriak Zhao.
“Sial! Kalau saja, kita tak membiarkan mereka pergi begitu saja. Ini tidak akan terjadi.” Pinta Soma dengan kesal. Lumayan jauh dari situ, mereka melihat Palmon tergeletak pingsan sendirian. Mereka berempat langsung menghampirinya.
“Palmon! Palmon! Sadarlah, Palmon!” Teriak Soma sambil memegang Digimon hijau berbentuk tanaman itu.
Akhirnya, Digimon tanaman itu pun siuman dan langsung berkata, “aduh, kepalaku sakit sekali.” Keluh Palmon sambil memegang kepalanya.
“Syukurlah, kau sudah sadar. Ada apa sebenarnya? Di mana Sakura?” Tanya Soma dengan panik dan heran.
“Pada saat aku dan Sakura menemukan Digi Tea, kami mengambil dan memasukannya ke dalam tas Sakura. Tetapi, selang berapa saat, seperti ada yang menghantam kepalaku dari belakang sehingga aku kehilangan kesadaran.
“Sial! Jangan-jangan dia diculik oleh makhluk aneh yang ada di hutan ini!” Kata Soma. Dibalik kekhawatiran mereka, Coronamon melihat seperti ada tumpahan garam dan lada dan dia menghampiri dan mengendusnya.
“Sepertinya ini garam dan lada yang berasal dari rumah Leomon.” Kata Coronamon.
“Oh iya, aku baru ingat. Sewaktu aku dan Sakura membantu Ogremon memasak, Sakura meminta garam dan lada. Lalu dia memasukannya ke dalam kantong plastik kecil. Pasti itu tumpahan garam dan lada darinya, sebagai jejak bahwa dia lewat jalan sini.” Palmon menerangkan kepada mereka.
”Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kita harus pergi mengikuti jejak tumpahan garam dan lada itu!” Tegas Zhao dengan nada serius. Seketika itu juga, mereka mengangguk setuju dan langsung berlari ke arah dimana tersebar tumpahan garam dan lada di semak-semak dan pepohonan. Sekitar 5 menit mereka berlari, tampaklah sebuah rumah tua yang besar, yang letaknya tak jauh dari tempat mereka melihat.
Di dalam rumah itu, muncul sosok bayangan hitam misterius dari balik tembok rumah itu, yang sama persis seperti yang muncul di dalam hutan. Kemudian muncul pula sosok bayangan putih yang melayang di udara menghampiri sosok bayangan hitam tersebut. Bayangan putih itu berkata dengan suara rendah kepada bayangan hitam, ”Tuanku, adik-adikku sudah berhasil membawa 1 orang Digidestined. Sebentar lagi, mereka akan tiba di siniiiii.”
“Bagus, Bakemon! Laksanakan sesuai dengan yang aku perintahkan tadi! Ingat! Jangan sampai gagal!” Kata bayangan hitam itu kepadanya.
“Baik, tuanku.” Balas bayangan putih itu. Setelah itu, bayangan hitam misterius itu menghilang disusul dengan suara-suara aneh dari luar rumah itu. Ternyata mereka adalah sekumpulan sosok hantu berwarna putih, dan mereka juga menggotong Sakura yang mereka culik di hutan tadi.
“Merekaaaaa sudah daaaaataaaaang, saaaaatnya untuk membuka piiiiintuuuuu!” Sahut sosok hantu putih yang ada di dalam rumah, dan dia pun keluar untuk melihat para saudaranya.
“Kakaaaaak, kami sudah membawa salah 1 dari merekaaaaa.” Kata sekumpulan hantu yang membawa Sakura.
“Bagus seeeeekaliiiii! Periksa barang-barang yang ada di tasnyaaaaa!” Perintah sang hantu yang keluar dari rumah tua itu.
“Hei! jangan lakukan itu! Atau kalian akan ku…”
“Apaaaaa yang bisa kau lakukan dengan tangan dan kaki terikat seperti ituuuu?” Tanya salah satu hantu yang merogoh tas gadis berambut pink itu. Yang pertama didapatinya adalah Data Analyzer.
“Sial! Padahal aku ingin sekali mengetahui makhluk apa mereka ini! Tapi mereka malah mengambil Data Analyzer itu!” Pinta Sakura dalam hatinya. Akan tetapi, alat itu aktif dengan sendirinya karena alat itu mendeteksi keberadaan mahkluk asing yang memegangnya. Begini kira-kira penjelasannya,
”Bakemon, atribut virus, adalah Digimon hantu kelas champion yang kepalanya diselimuti oleh kain putih. Senjata pemungkasnya adalah Dark Claw dan Ghost Chop.”
”Ternyata mereka ini Digimon hantu. Gawat! kalau sampai Palmon dan yang lainnya datang kesini, mereka akan mengalami kesulitan sepertiku!” Gumam Sakura dalam hatinya. Para Bakemon itu juga menemukan daun Digi Tea yang dimasukkan ke dalam kantong plastik, tapi ditaruhnya kembali daun teh itu ke tas beserta dengan Data Analyzer. Lalu mereka menutup resleting tas itu.
”Kelihatannya tidak ada benda yang berbahaya bagi kita di dalam tas iniiiii.” Kata Bakemon yang memeriksa tas milik Sakura.
”Baiklah kalau begituuuuu, masukkan dia ke dalam rumaaaaah!” Perintah Bakemon yang paling tua, dan mereka pun segera memasukkan gadis berambut pink itu ke dalam rumah tua yang ternyata adalah sarang mereka sendiri.
Tak jauh dari lokasi rumah tua itu, Soma, Zhao, dan ketiga Digimon yang mengikuti mereka melihat rumah tua itu. Kemudian, Zhao berkata, “Sakura pasti disekap di dalam rumah itu. Ayo, kita harus masuk untuk menyelamatkannya!”
”Tunggu sebentar!” Sahut Soma sambil mengambil kembang api pemberian Leomon dari dalam saku jaketnya.
“Soma, mau apa kau?” Tanya Zhao dengan bingung.
“Sebentar Zhao. Aku mau menyalakan kembang api ini dulu. Coronamon, pinjamkan aku sedikit apimu.” Sahut Soma. “Aku harus mengabari Leomon dan yang lainnya, karena kita butuh pertolongan mereka.” Jawab Soma yang sedang menyalakan kembang api itu. Saat kembang api itu sudah dinyalakan dan luncuran kembang api yang keluar berlangsung selama 2 menit, mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah itu dengan hati-hati.
Di lain tempat, ternyata para Digidestined dan Digimon mereka masing-masing (kecuali Kokichi, Hayakawa, dan Kise) baru saja kelar mandi di pemandian air panas yang berada dekat dari rumah Leomon. Mereka mengenakan baju ganti sementara yang sudah disediakan sebelumnya oleh Leomon.
“Hiuh, selesai mandi jadi segar kembali.” Kata Raph
“Iya. Dan air panasnya sangat enak sekali. Pegalku langsung hilang seketika.” Mai menambahkan
“Tapi bagaimana dengan Sakura dan yang lainnya ya?” Tanya Kiku dengan khawatir. Sebelum yang lainnya menjawab pertanyaan darinya, terdengar suara kembang api dari kejauhan. Leomon dan Ogremon langsung keluar rumah, dan para Digidestined beserta Digimon mereka yang baru saja mandi langsung melihat kembang api itu dan menghampiri kedua Digimon bertubuh besar itu.
“Tunggu, apakah kembang api itu…?” tanya Musashi dengan curiga.
“Ya, sepertinya itu Soma dan yang lainnya. Aku yakin, mereka mencoba mengirim sinyal untuk meminta bantuan dari kita.” Jawab Ogremon.
“Jika begini keadaannya, kita semua harus pergi ke hutan itu!” Kata Raph dengan wajah serius.
“Tunggu, akan berbahaya jika tidak ada yang tinggal di sini! Biar aku dan Ogremon yang pergi!” Sahut Leomon.
“Tapi kami tak bisa membiarkan teman-teman kami dalam bahaya, kami harus menolong mereka.” Balas Hyoga dengan tegas dan disambut anggukan keempat Digidestined lainnya.
“Baiklah kalau begitu, aku akan membagi kalian menjadi 2 kelompok. Raph, Hyoga, Kiku, Agumon, Gabumon, dan Patamon, kalian ikut dengan kami berdua.” Tegas Leomon.
“Baiklah.” Sahut mereka berenam.
“Kemudian Mai, Musashi, Biyomon, Tentomon, kalian tetap di sini dan jaga Hayakawa, Lunamon, dan Salamon beserta para Digimon Infant.”
”Siap!” balas mereka berempat.
”Sekalian tolong kalian panggilkan Ryouta, karena dia harus ikut kami.” Setelah itu, mereka memanggil Kise dan Kise pun akhirnya berpamitan dengan Salamon yang masih terbaring lemas dengan Lunamon.
“Ryouta, berjaga-jagalah. Sebab aku merasa ada yang janggal dengan hutan itu.” Salamon berpesan padanya.
“Tenang saja, Salamoncchi. Aku pasti akan kembali dengan selamat.” Balas Kise sambil tersenyum lemas.
“Hati-hati,” pesan Hayakawa kepada remaja berambut kuning itu. Akhirnya, berangkatlah mereka.
Sementara itu, Soma dan yang lainnya membuka pintu rumah tua itu lebar-lebar dan didapatinya rumah itu gelap tanpa ada lampu yang meneranginya. Hanya cahaya bulan purnama dari jendela-jendela rumah tua itulah satu-satunya penerang mereka.
“Aku merasakan hawa tak enak di sini...” Kata Coronamon.
“Aduh... situasinya semakin tidak enak...” Timpal Palmon.
“Semakin ke dalam, situasinya semakin membuatku merinding...” Gomamon menambahkan.
“Seharusnya aku tetap tinggal saja tadi...” Kata Zhao.
“Siapa yang menyuruhmu ikut tadi?” Tanya Soma sedikit menantang.
“Aku kan tak tega gadis sepertinya jalan sendirian. Lagipula, aku belum menunjukkan kebolehanku secara penuh pada Digimon-digimon yang menyerang kita tadi.” Balas Zhao dengan malas.
“Sudahlah! Kalian jangan berkelahi terus! Kita harus mencari Sakura!” Omel Palmon. Ketika mereka sedang menggeledah seisi rumah, Zhao mendengar suara seperti suara gema teriakan perempuan dari dalam dapur. Ia pun heran dan memutuskan menuju ke dapur. Soma, Coronamon, Gomamon dan Palmon mengikuti Zhao. Sayangnya karena mereka tak tahu denah rumah itu, ditambah rumah itu besar, akhirnya mereka langsung berpencar begitu saja. Soma berpencar bersama Coronamon dan Palmon, sedangkan Zhao bersama Gomamon.
“Ah sial, kita sudah terpencar!” Umpat Coronamon.
“Zhao dan Gomamon ke mana sih?” Tanya Palmon.
“Sepertinya ke arah dapur. Entah kenapa instingku mengarahkan diriku ke lantai dua.” Kata Soma.
Di lain tempat, Zhao dan Gomamon sudah sampai di dapur. Mereka melihat sebuah panci yang sangat besar tepat di depan mereka.
“Apa mungkin Sakura ada di dalam situ?” Tanya Gomamon.
“Bisa jadi.” Zhao membuka tutup panci dan...
“KEJUTAAAAAN!!” Sang pemuda asal Tiongkok yang tidak siap dengan sejumlah Bakemon yang keluar dari panci itu, malah terjatuh. Gomamon sudah siap dengan posisi bertarungnya.
“Sial! Itu Bakemon bersaudara! Seharusnya aku menyadarinya...” Umpat sang Digimon singa laut itu dengan kesal.
“Bakemon?” Zhao yang bingung langsung melihat ke arah bayangan itu. Tanpa menunggu-nunggu, para Bakemon itu langsung mengerumuni Zhao.
“Biar aku tangani mereka!” Gomamon langsung bergegas dan menyundul sekumpulan Bakemon itu. Sayangnya, ia gagal dan malah berhasil dikalahkan oleh Digimon hantu itu.
“Gomamon!” Seru Zhao panik dan langsung berlari ke arah Digimonnya, namun ia malah dikerumuni oleh sekumpulan Bakemon itu.
“Maaaaaaf yaaaa. Kaaau haruuus iiiikut kaaami!” Mereka langsung menangkap Zhao tanpa ragu lagi, tetapi mereka meninggalkan Gomamon yang tergeletak pingsan karena kepalanya dicakar oleh Bakemon.
Sementara di lantai 2, Soma mendengar ada suara rintihan minta tolong dari salah satu ruangan yang terletak di bagian paling belakang dan paling atas di rumah itu. Letaknya juga sangat jauh, di ujung lorong lantai 2. Saat Soma melihat bagian ujung lorong itu, betapa terkejutnya ia dan kedua Digimon yang bersamanya melihat sosok perempuan berbaju merah dan berambut pink, yang menyerupai Sakura. Mereka pun menyimpulkan bahwa sosok itu adalah Sakura. Lalu sosok perempuan itu membuka pintu kamar paling ujung, dan masuk ke dalam kamar itu.
“Sakura, tunggu aku!” Teriak Palmon dari kejauhan sembari mereka berlari ke arah kamar itu.
Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di dalam kamar itu. Ternyata Sakura terikat dengan posisi seperti hewan yang siap untuk dibakar, dan terbangun dari tidurnya yang sesaat.
“Palmon, Soma, Coronamon…” Sahut Sakura agak lemas.
“Apa-apaan ini? Bukannya kau baru saja masuk ke kamar ini? Bagaimana kau bisa terikat di sini?” Tanya Soma dengan heran dan kaget.
“Sakura!” Palmon langsung bergegas ke arah tamernya.
“Kami akan menolongmu!” Kata Coronamon dan langsung berlari ke arah Sakura bersama Palmon dan Soma. Mereka berusaha membuka talinya, sayangnya ikatannya terlalu keras sehingga mereka kesulitan melepaskan Sakura.
Baru menyadari bahwa ini merupakan perangkap, Sakura langsung berkata dengan suara keras kepada mereka, “jangan! Ini adalah jebakan untuk mengundang kalian kesini! Sebab yang kalian lihat tadi adalah…” Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, sosok gadis yang menyerupai Sakura tadi tiba-tiba muncul dan berdiri tepat di belakang mereka. Perempuan itu pun membuka topengnya dan memperlihatkan wujud aslinya. Ternyata dia adalah Bakemon yang menyamar menjadi Sakura dengan topeng yang menutupi wajahnya.
Sakura pun menjerit ketakutan karena itu, sementara Bakemon yang menyamar itu membuka topengnya dan gadis berambut pink itu juga melihat sekumpulan Bakemon bergerak menuju ke arah mereka. Dari belakang, mereka berhasil membuat Palmon, Soma, dan Coronamon pingsan hanya dengan mengerumuni mereka.
“Hei! Lepaskan mereka!” Ujar Sakura dengan geram.
“Tiiidaaak mauuuu!” Balas kumpulan Bakemon itu dan mereka sukses menangkap Soma dan kedua Digimon yang akan menolongnya sambil membawa mereka keluar kamar itu. Sakura menundukkan kepalanya sedih. Lagi-lagi ia merasakan dirinya adalah beban untuk teman-temannya, bahkan sampai membuat mereka ikut tertangkap juga seperti dirinya. Lalu para Bakemon itu membawa mereka ke dapur, tempat dimana Gomamon berada. Mereka melempar Palmon dan Coronamon ke arah Gomamon.
“Kita tinggalkan sajaaaaa mereka bertiga di kamar ini! Kita hanya butuh daging manusiaaaaa untuk menu makan malam kiiiiitaaaaa!” Kata Bakemon yang tadi menyamar sebagai Sakura palsu, dan adik-adiknya pun menuruti kata-katanya.
Sementara di hutan, Leomon, Ogremon, Raph, Hyoga, Kiku, beserta Digimon mereka bergegas dengan cepat ke tempat dimana sumber kembang api itu ditembakkan.
“Jika kita terus berlari terus lewat jalan ini, kita akan sampai dalam waktu setengah jam .” Ogremon menerangkan.
“Sepertinya memang kembang api itu ditembakkan dari arah rumah tua yang angker itu, aku yakin sekali.” Leomon menambahkan.
“Rumah tua yang angker? Apakah ada rumah di tengah-tengah hutan seperti ini?” Tanya Raph.
“Iya, ada. Terlebih lagi, rumah itu sangat besar dan bersemayam pula roh jahat disana.” Jawab Leomon.
“Tunggu kami, Sakura! Kami pasti akan menolongmu!” Kata Hyoga dengan wajah serius.
Sekitar 15 menit kemudian, di dalam rumah tua sarang Bakemon, Palmon baru saja siuman dan berusaha membangunkan kedua temannya yang masih pingsan dengan mengguncangkan badan mereka.
“Gomamon, Coronamon, sadarlah! Gomamon, Coronamon!” Teriak Digimon tanaman itu.
“Urgh, kepalaku masih sakit.” Keluh Gomamon.
“Tunggu dulu, kemana Soma dan yang lainnya?” Tanya Coronamon sambil memegang kepalanya yang masih sakit.
“Aku rasa, mereka telah diculik oleh para Bakemon.” Jawab Palmon.
“Sial! Kalau saja tadi aku tidak lengah, aku pasti bisa melindungi Zhao dari para hantu sialan itu!” Sahut Gomamon dengan penuh penyesalan.
“Jangan salahkan dirimu, Gomamon. Aku sendiri tidak menyangka bahwa kita telah diserbu secara mendadak.” Pinta Coronamon.
“Itu benar. Terlebih lagi, kita harus mencari cara untuk menyelamatkan mereka.” Usul Palmon. Tanpa ragu-ragu, mereka berdua menyetujui hal itu dan keluar dari kamar. Perlahan tapi pasti, mereka mengendap-endap di lorong rumah tua itu agar tidak ketahuan jika ada beberapa Bakemon yang sedang berjaga. Ternyata benar saja, ada 1 Bakemon yang tak sengaja melihat mereka bertiga dari ujung lorong dan langsung menghampiri mereka.
“Naaaaah, tertangkap basaaaaah! Kalian tidak akan bisa lolos darikuuuuu!” Teriak Bakemon itu.
“Memangnya siapa yang berniat untuk meloloskan diri darimu? Ayo, Palmon, Coronamon!” Teriak Gomamon. Palmon dan Coronamon pun mengangguk dan berlari, dan Digimon tanaman itu langsung menggunakan cakar Poison Ivy yang memanjang, sehingga kedua temannnya bergelantung di bawahnya. Melihat itu, Bakemon terkejut dan tak sempat menghindar dari cakar Claw Attack dan tinju Corona Knuckle dari Gomamon dan Coronamon.
“ARGH! KURANG AJAR!” Teriak Bakemon.
Merintih kesakitan karena diserang oleh kedua musuhnya, Bakemon langsung mundur beberapa jarak dan melemparkan beberapa buah pisau Ghost Chop. Dilemparkannya pisau-pisau itu, tapi Gomamon dan Coronamon menghindar dengan lihainya dan mereka melompat mundur ke belakang. Sementara itu, Palmon berlari ke arah kedua temannya.
“Kita harus menyerangnya secara serentak! Dengan begitu, kita pasti bisa melumpuhkan dia!” Usul Palmon. Mereka pun mengangguk setuju. Dengan cepat, Coronamon memegang kaki Palmon dan melemparkannya ke udara, sementara Bakemon mengeluarkan jurus Dark Claw dengan memanjangkan kedua tangannya ke arah Palmon. Dengan cerdiknya, Palmon memanjangkan cakar dari tangan kirinya sehingga dia memantul dan menghindari serangan Bakemon. “Sekarang! Ayo serang dia!” Teriak sang Digimon tanaman itu.
Pada saat yang bersamaan, Coronamon melempar Gomamon ke arah Bakemon dan singa laut itu menyudul hantu putih itu dan ia terpental kebelakang. Tanpa menunda waktu, Coronamon langsung menembakkan Corona Flame disusul dengan Poison Ivy dari Palmon. Akhirnya, mereka berhasil melumpuhkan Bakemon itu.
“Kita berhasil!” Teriak Gomamon dengan senang.
“Ayo cepat, kita harus keluar dari rumah ini dan menyelamatkan Soma dan yang lainnya!” Usul Coronamon.
Mereka pun langsung bergegas ke arah ujung lorong, dan mereka melihat pintu masuk yang terbuka lebar dan berlari menuju pintu itu. Pada saat mereka keluar dari rumah angker itu, mereka mendengar suara para Bakemon dari arah belakang rumah. Mereka pun berlari ke arah sana, dan langsung terkejut melihat bahwa ketiga Tamer mereka diikat di tiang dekat kolam kecil dan di dekat kaki mereka ada tumpukan kayu bakar.
“Sakura, Zhao, Soma, kami datang!” Teriak ketiga Digimon mereka sambil berlari, sampai mengejutkan ketiga orang itu dan para Bakemon. Dengan trik yang mereka gunakan sebelumnya, mereka berhasil melepaskan tali yang mengikat ketiga Tamer mereka.
“Syukurlah, kalian selamat.” Kata ketiga Digimon itu.
“Kalian telah menyelamatkan kami, terimakasih.” Balas Soma.
“Bagaimana kalian bisa ke sini? Tadi kan ada 1 Bakemon yang sedang berjaga di dalam.” Kata Sakura cemas.
“Itu tidak penting. Sekarang yang penting adalah kita tidak jadi bahan makanan Bakemon sialan tadi.” Tukas Zhao.
Para Bakemon yang melihat aksi mereka tidak terima dan geram. Mereka mulai berkumpul dan berkata, “Karena kalian telah merusak rencana kaaaaamiiiii, sekaranglah saatnya untuk memanggil TUAN BAAAAAKEMOOOOON!” Satu per satu, tubuh mereka mulai menyatu dan semakin membesar.
“Apa? Tubuhnya mulai membesar, ini tidak mungkin!” Kata Zhao.
”Sepertinya, dia akan bertumbuh terus sampai semuanya selesai menyatu!” Sakura menambahkan.
“Bersiaplah, kawan-kawan! Kita akan segera menghadapinya!” Usul Soma. Beberapa saat setelah itu, para Bakemon selesai menyatu dan berkata,
“Akulah Lordbakeeeeemooooon, dan aku akan menghabisi kalian semua DENGAN TANGANKU SENDIRIIIII!” Dengan cepatnya, Lordbakemon langsung mengeluarkan Dark Claw, tetapi mereka semua berhasil menghindar dari cakarnya. Seketika itu juga, Coronamon menembakkan Corona Flame, disusul oleh gerombolan ikan Fish Power dari Gomamon dan Poison Ivy dari Palmon. Semua serangan itu mengenai Lordbakemon, tapi sama sekali tidak mempan. Kemudian hantu berbadan besar itu mengeluarkan 6 pisau Ghost Chop, dan melemparkannya ke arah Sakura, Zhao, Soma, beserta ketiga Digimon mereka. Mereka pun melompat untuk menghindar, tetapi Lordbakemon langsung menyerang Palmon, Gomamon, dan Coronamon dengan kedua cakarnya.
“Hehehehehe, sekarang kalian ada dalam genggamankuuuuu!” Kata Lordbakemon.
“Palmon, Gomamon, Coronamon!” Teriak ketiga tamer mereka secara bergantian. Tak lama setelah itu, Lordbakemon mencengkeram mereka untuk beberapa saat dan melempar mereka bertiga ke arah Tamer mereka.
“TAMATLAH RIWAYAT KALIAAAAAN!” Teriak Lordbakemon. Dengan sigapnya, ketiga orang itu menangkap Digimon mereka masing-masing dan berteriak memanggil mereka. Spontan ketiga Digimon itu berkata bahwa mereka baik-baik saja, walapun sudah agak lemas.
Sementara itu, di salah satu gudang tua yang besar di dekat rumah tua yang angker itu, sosok bayangan hitam misterius muncul dan berkata, “Hehehe! Mereka semua tidak tahu bahwa mereka akan kedatangan 1 tamu tak diundang! Monzaemon, Kemarilah!” Setelah bayangan hitam itu berkata demikian, muncullah sosok beruang kuning besar bermata merah yang berdiri di depannya. Beberapa detik setelah beruang kuning itu muncul, bayangan hitam itu langsung memberi perintah, “Monzaemon, ayo bantu Lordbakemon dan habisi mereka! Tapi ingat, kau hanya boleh bergerak pada saat mereka mulai melukai dia!”
Beruang kuning itu berkata, “baiklah, tuanku! Monzaemon siap lasanakan perintah!” Sesaat kemudian, bayangan hitam itu menghilang dan beruang kuning itu langsung meninju dinding kayu gudang tua itu sehingga hancur. Sakura, Zhao, Soma, dan ketiga Digimon mereka terkejut setengah mati menoleh ke arah gudang tua yang dihancurkan oleh beruang kuning itu.
“Makhluk apa lagi itu?!” Tanya Zhao.
“Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia muncul bukan sebagai teman kita.” Jawab Soma. Langsung saja, Sakura mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi mengenai beruang kuning itu,
“Monzaemon, atribut vaksin, adalah Digimon kelas ultimate yang berbentuk seperti boneka beruang kuning. Senjata pamungkasnya adalah Hearts Attack dan Bang Bang Punch.”
Sang pemuda asal Rumania itu memperhatikan Monzaemon dengan sangat jeli. Sepertinya ada yang tidak beres. “Beruang kuning itu gerakannya sangat aneh, seperti apa yang mengendalikan dia.” Gumam Soma dalam hatinya.
“Lordbakemon, aku datang untuk membantumu!” kata Monzaemon.
“Monzaemon, kau tak perlu membantukuuuuu! Akuuuuu sendiri bisa menghabisi merekaaaaa!” Balas Lordbakemon.
”Tuan menyuruhku melakukan ini, dan aku hanya akan mengawasi mereka dari sini.” Pinta Monzaemon.
”Baiklah kalau begituuuuu, aku sendiiiiriiiii yang menangani mereeeee…” Belum selesai berkata, Soma dan Sakura berlari ke samping kiri dan kanan Lordbakemon untuk menyerangnya. Sakura melompat dan melemparkan beberapa kunai ke arah Lordbakemon, tetapi serangan tersebut berhasil ditepis oleh Digimon hantu bertubuh besar itu. Setelah itu, Soma langsung bergegas ke depan Bakemon dan menyerang dia dengan jurus Hellfire dari balik jaketnya. Ternyata, serangan tersebut mempan dan Lordbakemon langsung merintih kesakitan. Akan tetapi, Lordbakemon langsung melemparkan pisau Ghost Chop ke arah Soma. Pemuda berambut perak itu sempat melompat untuk menghindari pisau itu, tetapi jarak mereka terlalu dekat sehingga tangan dan kaki kirinya terkena sayatan pisau itu.
“Argh, sial!” Teriak Soma menahan sakit di tangan kirinya.
“Soma! Soma!” Coronamon meneriaki sembari menghampiri tamernya yang terluka itu. Akan tetapi, tepat sebelum Digimon berbentuk kucing api itu sampai kepada tamernya, Monzaemon melompat ke atas dan mengeluarkan jurus Hearts Attack. Hati terbang berwarna biru itu tepat mengenai Digimon berbentuk kucing api itu dan dia terkurung di dalamnya.
“Coronamon! Coronamon! Argh, kalau saja aku tidak terluka!” Kata Soma dengan kesal dan menahan kesakitannya. Seketika itu juga, Gomamon, Palmon, dan Sakura berusaha menyerang Lordbakemon yang lengah sementara Zhao menopang Soma yang sedang berjalan tertatih-tatih.
“Soma, ayo kita mundur dulu untuk sementara!” Kata Zhao. Pada saat yang bersamaan, Palmon mencakar Lordbakemon dengan Poison Ivy, disusul dengan lemparan kunai dari Sakura dan gerombolan ikan Fish Power dari Gomamon.
Serangan itu sempat mempan sebentar, tapi Lordbakemon langsung berkata dengan geramnya, “kalian pikir serangan seperti itu bisa melukaiku dengan teeeeelaaaaak? JANGAN HARAAAAAP! ENYAHLAH KALIAAAAAN!” Lordbakemon langsung menampar mereka bertiga dengan kedua tangannya, sehingga mereka terpental jauh ke arah yang berbeda.
“Gomamon! Palmon! Sakura!” Teriak Zhao dari kejauhan.
Tanpa menunda nunda waktu, Lordbakemon memanjangkan kedua tangannya dan mencengkeram Palmon dan Gomamon dan berkata, “kalian para Digimon adalah duri penghalang bagi kaaaaamiiiii! Sekarang, kalian berdualah yang harus maaaaatiiiii terlebih dahuluuuuu!”
“Palmon! Gomamon!” Teriak kedua tamer mereka. Sakura berdiri kembali sembari Zhao dan Soma menghampiri gadis berambut pink itu.
”Sakura, tolong kau jaga Soma! Biar aku yang akan menyelamatkan mereka berdua dan juga Coronamon!” kata Zhao.
”Jangan mendekat, Zhao! Jika kau mendekati aku, kau juga akan terkurung di dalam ”hati” terbang ini!” Coronamon meneriakinya dari jauh.
”Kau sudah kehilangan akal ya? Kau akan terbunuh oleh hantu raksasa itu! Lihatlah Soma, dia sudah berusaha menghindar dari serangannya, tapi tetap saja terluka! Jangan ceroboh, Zhao!” Omel Sakura.
”Tapi aku tidak bisa diam begitu saja, melihat mereka merintih kesakitan!” Tanpa menghiraukan nasihat Sakura, Zhao langsung berlari ke arah Lordbakemon dan berteriak, “hei hantu jelek, lepaskan kedua Digimon itu! Ayo, serang aku kalau kau bisa!”
“Dasar booooodoooooh!” Teriak Lordbakemon. Akhirnya, hantu bertubuh besar itu memanjangkan tangannya ke arah Zhao, sambil tetap mencengkeram Palmon dan Gomamon yang teriak kesakitan. Zhao menghindar ke samping kiri, tetapi Lordbakemon langsung menghajarnya dengan tangan kirinya sehingga dia terpental.
“Zhao!” Panggil Sakura dengan panik. Air mata mengalir dari matanya. Dengan tertatih-tatih, sang remaja asal Tiongkok itu berusaha berdiri, namun ia terjatuh lagi.
“Sial... kita benar-benar terpojok...!” Umpat Soma kesal.
“Aku... tak bisa menyerah di sini...!” Seru Zhao dengan geram. Di tengah-tengah putus asa yang melanda mereka semua, Digivice milik Sakura dan Zhao bersinar dan mereka berdua tercengang melihatnya. Terlebih lagi, tubuh Palmon dan Gomamon mulai bersinar.
“AAAAARGH! TANGANKU, PANAAAAAS!” Lordbakemon meringis kesakitan, dan dia melepaskan Palmon dan Gomamon dari tangannya. Tidak lama kemudian, Palmon berevolusi menjadi Togemon dan Gomamon berevolusi menjadi Ikkakumon. Terkejut karena melihat kedua Digimon itu berubah wujud, Sakura mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi mengenai mereka berdua,
“Togemon, atribut data, adalah Digimon kelas champion yang berbentuk seperti kaktus besar. Senjata pamungkasnya adalah Needle Spray dan Lightspeed Jabbing.”
“Ikkakumon, atribut vaksin, adalah Dogimon kelas champion yang berbentuk seperti singa laut besar. Senjata pamungkasnya adalah Harpoon Torpedo dan Heat Top.
“Oke! Ini kesempatan besar kita! Sakura, lancarkan serangan!” Seru Soma. Sakura pun mengangguk.
“Baiklah kalau begitu! Togemon, serang dia!” Sorak Sakura dengan bersemangat. Setelah mereka berevolusi, Togemon langsung melompat dan meninju Lordbakemon sampai terpental. Tetapi Monzaemon tidak tinggal diam.
Dia langsung melompat dan meninju Togemon dan berkata, “tidak akan kubiarkan kau menghajar Lordbakemon lagi! AKULAH LAWANMU!”
“Siapa takut? Rasakan ini!” Togemon langsung melancarkan tinju Lightspeed Jabbing dan mengenai pipi Monzaemon, tetapi beruang kuning itu meninju lawannya balik sehingga adu tinju pun terjadi diantara mereka. Di lain pihak, Lordbakemon terbang menghampiri Ikkakumon dan mengeluarkan Dark Claw dan serta mencengkeram singa laut besar itu. Pada saat Lordbakemon hampir melempar Iawannnya ke depan, Ikkakumon menyundul kedua tangan Lordbakemon yang mencengkeramnya dengan serangan Heat Top, yaitu ujung tanduknya yang tajam. Karena kesakitan, Lordbakemon langsung melepas cengkeramannya.
“Togemon, beruang kuning itu seperti dikendalikan oleh sesuatu! Kau harus cari titik lemahnya!” Kata Soma sambil menahan sakitnya.
”Aku pun merasakan hal yang sama. Kalau memang dia berniat ingin menghabisi kita, mana mungkin dia menahan diri untuk tidak menyerang kita sejak awal? Togemon, jangan sampai kalah! Berjuanglah!” Timpal Sakura.
“Aku tidak akan kalah darimu, Monzaemon! Rasakan tinju UPPERCUTKU INI!” Teriak Togemon sambil meninjunya.
“Argh! Kau pikir aku selemah itu? TERIMALAH HOOK KANANKU INI!” Balas Monzaemon sembari meninju balik. Tetapi Togemon membalas lagi dengan tinju ke depan dan mengeluarkan jurus Needle Spray. Beruang kuning itu berteriak kesakitan, terpental, dan dari punggungnya keluarlah roda gerigi hitam yang telah mengendalikan dia dan pecah. Di saat bersamaan, “hati” yang mengurung Coronamon pecah dan Digimon kucing api itu berhasil lolos. Monzaemon pun jatuh pingsan setelah gerigi dari dalam tubuhnya keluar.
”Ikkakumon, ayo serang hantu itu!” Teriak Zhao. Mendengar itu, Ikkakumon langsung menembakkan Harpoon Torpedo ke arah Lordbakemon. Tetapi Lordbakemon menangkis rudal itu dengan kedua tangannya. Dengan cepatnya, Lordbakemon langsung mengeluarkan banyak pisau Ghost Chop lalu melemparkan satu per satu ke arah Ikkakumon. Tidak mau kalah dengan lawannya, Ikkakumon pun menembakkan Harpoon Torpedo dalam jumlah yang banyak. Alhasil, sebagian besar rudal itu menghancurkan pisau-pisau itu dan 2 rudal sisanya menghantam perut Lordbakemon sehingga meledaklah dia.
“Phew... tadi itu nyaris saja.” Kata Soma sambil memeluk Coronamon.
“Syukurlah kau aman Soma.” Kata Coronamon dengan senang. Sakura dan Zhao langsung menghampiri Digimon mereka masing-masing yang sudah berevolusi itu.
“Kau keren sekali, Togemon.” Puji Sakura sambil mengelus tubuh Togemon.
“Aku yakin Sakura juga keren. Kau benar-benar membantu kita di sini. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri..” Kata Togemon sambil tersenyum.
“Hihi! Kalau saja aku bisa tiduran di sini, pasti enak ya, Ikkakumon.” Celetuk Zhao.
“Kau ini... malah berpikir untuk malas-malasan...” Kata Ikkakumon sambil faceclaw ke wajahnya dan menggelengkan kepalanya. Mereka berdua pun tertawa setelah itu. Tak lama kemudian, badan Togemon dan Ikkakumon mengecil dan berubah menjadi Palmon dan Gomamon.
“Kita harus pergi.” Ajak Soma dan diikuti anggukan Coronamon.
“Lalu dia bagaimana?” Tanya Sakura khawatir sambil menunjuk Monzaemon.
“Tinggalkan saja.” Jawab Zhao mantap.
“Dia tadi kan menyerang kita.” Timpal Gomamon.
“Tidak... tadi aku lihat sesuatu keluar dari tubuhnya. Seperti gerigi hitam.” Protes Palmon.
“Apa mungkin benda itu yang mengendalikan beruang itu ya?” Tanya Sakura curiga.
“Bisa jadi. Berarti kecurigaanku benar. Sebaiknya kita menunggu dia siuman dulu baru kita akan lontarkan pertanyaan penting untuknya.” Kata Soma. Akhirnya ketiga tamer itu beserta Digimon mereka duduk di sebelah Monzaemon yang terkapar pingsan. Semoga saja saat ia bangun, misteri bahaya di Dunia Digital ini semakin jelas terjawab.
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next chapter and fanfic~!
Chapter 7: The Incoming of Gazimon Brothers, Tailmon Has Arisen
Summary:
Setelah pertarungan melawan Monzaemon dan LordBakemon, para Digidestined ternyata dikejutkan dengan kedatangan sosok yang Leomon dan Ogremon ingat pada masa lalu. Siapakah sosok yang dimaksud? Bagaimana situasi desa juga yang hanya dijaga Mai, Musashi, dan Hayakawa bersama Digimon mereka?
Notes:
Maaf lama update karena skripsi dan laporan magang XD Anyway, chapter 7 akhirnya sudah selesai. Again, makasih banyak buat Abang Patuan yang benar-benar ngebantuin banget untuk pengerjaan Chapter 7 ini :D Semoga kalian suka. Ternyata, ini jadi chapter terpanjang sepanjang aku nulis fanfic X'D
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
Chapter Text
Setelah pertarungan melawan Monzaemon dan Lordbakemon, ketiga tamer yang melawan mereka memilih untuk beristirahat sebentar. Sakura pun mengobati luka-luka bekas serangan Lordbakemon di tangan kiri dan kaki kiri Soma.
"Nah. Setelah dibersihkan dan diberi obat, tinggal diperban saja." Kata Sakura.
"Terima kasih, Sakura. Aku berhutang budi padamu." Pinta Soma.
"Ah, tidak juga. Kau kan sudah berusaha menyelamatkanku tadi bersama Palmon, Zhao, Gomamon, dan Coronamon. Jadi, kita impas." Bantah Sakura dengan halus.
"Tapi ini semua kesalahanku. Jika saja aku tidak membiarkanmu pergi berduaan saja dengan Palmon, ini tidak akan terjadi." Soma berkata dengan menyesal.
"Benar sekali, dan aku juga bersalah atas hal itu. Seharusnya, kami juga ikut menemani kalian." Zhao menambahkan.
"Sudahlah, tak perlu disesali lagi. Yang penting, kita semua selamat. Itu sudah lebih dari cukup." Palmon menenangkan mereka berdua.
"Yang dikatakan oleh Palmon itu benar sekali." Gomamon menambahkan.
“Tapi Soma, apakah Leomon dan yang lainnya tahu lokasi rumah tua ini? Hutan ini kan luas sekali, dan banyak jalannya.” Tanya Sakura khawatir.
“Kebetulan, Soma menyalakan kembang api pemberian Leomon sebagai sinyal darurat. Pasti Leomon mengetahui dimana kita berada, dan mereka semua pasti juga tahu jalan menuju kesini. ” Jawab Zhao.
“Bicara soal Leomon,” Soma menatap sosok Monzaemon yang masih terkapar pingsan di hadapan mereka, “aku tidak tahu apa dia mengetahui apa atau siapa yang telah memanfaatkan beruang ini. Dari tadi aku merasakan kalau dia ini dikendalikan.”
“Benar yang Soma katakan waktu itu, Sakura. Sepertinya Monzaemon telah dikendalikan oleh sesuatu. Hanya saja, kita harus menunggu Leomon dan yang lain ke sini agar kita sama-sama mengetahui hal ini.” Timpal Palmon.
“Kalau begitu, posisi mereka di mana?” Tanya Gomamon. Coronamon menatap ke arah tamernya.
“Sepertinya alat navigasimu bisa melacak lokasi keberadaan seseorang, Soma.” Kata Coronamon. Sang pemuda asal Rumania itu pun mengeluarkan telepon selulernya dan mengaktifkan navigasi. Benar saja, ada fitur yang mereka tak sadari sama sekali, yaitu fitur mendeteksi orang.
“Kau benar, Coronamon. Alat navigasi ini kebetulan bisa mendeteksi letak Digivice kita. Coba kita lihat.” Soma mengajak Sakura dan Zhao ke alat navigasinya. “Pertama, ini mendeteksi lokasi Digivice kita sedang di sini. Lalu ada 4 Digivice menuju kemari dan kemungkinan itu milik Raph, Hyoga, Ryouta, dan Kiku.” Kata pemuda berambut putih itu menjelaskan.
“Yang lain bagaimana?” Tanya Zhao penasaran.
Jari Soma menunjuk ke area paling atas di peta itu sambil menjelaskan, "keempat orang lainnya beserta Salamon dan Lunamon berada di desanya Leomon, mungkin mereka berjaga-jaga jikalau ada sesuatu di sana.”
“Lokasi 4 Digivice yang menuju ke arah kita itu, apakah jauh dari kita?” Tanya Sakura.
“Tidak, sudah lumayan dekat.” Jawab Soma. Tak lama kemudian, Gomamon terlihat dengan posisi ingin bertarung.
“Gomamon, ada apa?” Tanya Palmon. Gomamon terkejut melihat beruang kuning yang terkapar itu siuman sambil memegang kepalanya karena pusing.
“Gah! Sepertinya dia ingin menyerang kita!” Seru Gomamon panik. Ketiga tamer itu terkejut, namun ketika mereka memasang posisi ingin bertarung, Monzaemon bangkit berdiri perlahan.
“Eh? Kau tidak menyerang kami?” Tanya Sakura bingung.
“Tunggu dulu! Aku bukan Digimon jahat. Aku tidak suka menyerang Digimon lain.” Kata Monzaemon.
“Ternyata benar..., ia dikendalikan sebelumnya.” Kata Soma.
“Tapi siapa yang menyerangmu?” Tanya Coronamon penasaran.
“Iya! Jika kau bukan Digimon jahat dan kau jadi jahat karena dikendalikan, kau pasti ingat siapa penyerangmu.” Timpal Palmon.
“Sayangnya aku tidak tahu.” Kata Monzaemon.
“Bagaimana mungkin kau bisa tidak tahu? Seharusnya kau kan bisa melihat pelakunya jika diserang seperti itu.” Kata Gomamon curiga.
“Bagaimana ceritanya aku bisa tahu wajah pelaku yang menyerang aku, kalau aku langsung pingsan begitu saja dalam sekejap?" Jawab Monzaemon dengan sedikit menggerutu.
“Kalau seseorang diserang secara mendadak dan cepat, ia tidak akan sempat melihat siapa yang meyerangnya. Begitulah kira-kira gambarannya seperti yang dialami oleh Monzaemon.” Timpal Sakura.
“Kalau begitu, sebaiknya kita menunggu yang lain saja. Raph dan yang lain sedang dalam perjalanan kemari. Terlebih lagi, mereka pasti bersama Leomon dan Ogremon.” Soma menambahkan. Monzaemon pun terkejut.
“Kalian kenal Leomon?” Tanya Monzaemon.
“Iya. Kebetulan kami rehat sejenak di rumahnya. Dua Digimon dan satu teman kami sedang sakit karena terkena sengat beracun dari Flymon, dan Leomon beserta Ogremon lah yang telah menolong kami. Memangnya ada apa?” Kata Sakura.
“Kebetulan sekali, aku kenal dengannya. Mungkin saja dia bias mengetahui siapa pelaku yang menyerangku.” Kata Monzaemon. Tidak lama setelah itu, Leomon, Ogremon, beserta yang lainnya sampai di lokasi tempat dimana Sakura, Zhao, Soma, dan ketiga Digimon mereka berada. Setelah terlihat oleh mereka dari jarak dekat, Raph, Hyoga, Kiku, Kise, dan ketiga Digimon yang bersama dengan mereka langsung menghampiri mereka berenam.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya Raph dengan penasaran.
"Kami semua baik-baik saja. Hanya Soma yang terluka karena terkena pisau dari Lordbakemon, tapi sudah kuobati." Jawab Sakura
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Hyoga bertanya.
"Apakah kalian baru saja selesai bertarung?" Tanya Kiku dengan penuh heran. Mendengar pertanyaan dari mereka berdua, mereka pun mulai menceritakan satu per satu rentetan peristiwa yang menimpa mereka.
"Awalnya Sakura dan Palmon sedang pergi sebentar mencari daun Digi Tea. Tak lama kemudian, dia diculik oleh gerombolan hantu." Terang Zhao.
"Gerombolan hantu itu adalah Bakemon bersaudara, dan mereka juga yang menyerang kepalaku sehingga aku pingsan dan terpisah dari Sakura." Palmon menambahkan.
"Setelah kami berhasil menemukan Palmon, kami memutuskan untuk pergi ke tempat dimana Sakura disekap." Gomamon meneruskan.
"Maaf karena aku memotong pembicaraan kalian, tapi bagaimana caranya kalian bisa tahu bahwa Harunocchi disekap di rumah tua itu?" Kise bertanya sambil mencondongkan kepalanya ke rumah tua sarang Bakemon.
"Aku melihat jejak tumpahan garam dan lada yang tersebar di hutan, dan aku berpikir bahwa pasti Sakura yang melakukannya.” Jawab Coronamon.
"Jadi akhirnya kami langsung bergegas mengikuti jejak tersebut, dan sampailah kami di depan rumah tua yang angker ini. Sehingga aku menyalakan kembang api, sebagai sinyal darurat bahwa kami butuh pertolongan." Soma Menambahkan. Setelah kira-kira hampir 5 menit mereka bercerita, mereka semua takjub bahwa Palmon dan Gomamon telah berevolusi dan berhasil mengalahkan Lordbakemon, juga menyelamatkan Monzaemon dari pengaruh aura gelap yang berasal dari Black Gear yang misterius itu.
"Monzaemon? Tunggu dulu, apakah yang kalian maksud Monzaemon itu adalah Digimon beruang kuning yang besar itu?" Tanya Raph sambil menunjukkan tangannya ke arah Monzaemon.
"Ya, benar sekali. Dia adalah Monzaemon, sang beruang kuning yang selalu memberikan balon kepada para Digimon yang masih kecil." Jawab Leomon sambil menghampiri teman lamanya itu.
"Leomon, jadi kau betul-betul Leomon?" Tanya Monzaemon sambil tercengang dan menghampiri Digimon singa itu. Akhirnya, mereka berpelukan sampai terharu satu sama lainnya. Bahkan para Digidestined pun ikut terharu melihat mereka berpelukan.
"Ya ampun, aku pikir kau sudah mati. Ke mana saja kau selama ini?" Tanya Leomon.
"Aku sendiri tidak menyangka, bahwa aku bisa bertemu denganmu lagi, dan juga Ogremon." Jawab Monzaemon. Dengan perlahan, Ogremon menghampiri beruang kuning itu dan berkata,
"Jadi kau juga merindukanku, Monzaemon?" Ogremon bertanya dengan heran dan malu, karena dia sadar akan masa lalunya yang suka membuat masalah.
"Tentu saja, kau kan juga temanku. Walaupun dulu kau suka membuat masalah, tapi kau beserta dengan teman-teman yang lain berani melindungi anak-anak terpilih yang sebelumnya." Jawab Monzaemon.
“Anak-anak terpilih sebelumnya? Jadi sudah ada yang pernah kemari sebelum kita ssu?” Tanya Kise penasaran. Kiku meresponnya dengan mengangkat bahunya.
"Aku tak menyangka, bahwa kau masih mengingat hal itu." Kata Ogremon sambil terharu pula. Akan tetapi, tiba-tiba Leomon bertanya kepada Digimon beruang kuning itu.
"Ngomong-ngomong, apakah yang sebenarnya terjadi padamu?" Leomon bertanya dengan penasaran dan penuh heran.
"Entahlah, aku tidak mengingat apa-apa karena aku mendadak pingsan begitu saja setelah diserang." Jawab Monzaemon.
"Diserang? Apakah kau melihat wajah pelaku yang menyerangmu?" Tanya Leomon.
"Sayangnya, aku tidak sempat melihat wajah sang pelaku yang telah menyerang aku. Karena kejadian itu berlangsung cepat sekali."
"Sebelum kau diserang, apakah kau melihat sesuatu yang aneh?" Leomon kembali bertanya.
"Sesuatu yang aneh? Hmmmm, coba kuingat-ingat dulu... Oh iya, aku baru ingat. Sesaat sebelum aku diserang, aku melihat sosok bayangan hitam yang tinggi dan menyeramkan. Rupa bayangan itu seperti kelelawar, tetapi mempunyai bentuk tubuh seperti manusia." Monzaemon menjelaskan dengan rinci.
"Apa kau bilang? Bayangan itu berwujud seperti kelelawar bertubuh manusia?" Tanya Leomon sambil teriak karena terkejut setengah mati mendengar kesaksian dari Monzaemon.
"Tunggu dulu, Leomon. Jika apa yang dilihat oleh Monzaemon itu benar, berarti..." Belum selesai melontarkan kata-katanya, Ogremon menoleh perlahan-lahan ke arah Leomon sehingga Digimon singa itu pun mengangguk dan berkata,
"Iya, besar dugaanku bahwa dia telah bangkit kembali dari kematian. Kemungkinan besar juga, kali ini dia jauh lebih kuat dan ganas dari sebelumnya." Seketika itu juga, mereka sempat terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba, di balik keheningan tersebut, terdengarlah suara ketawa yang sangat menyeramkan entah darimana asalnya.
"HEHEHEHEHE!!!!! HAHAHAHAHA!!!!! Akhirnya kalian mengetahui juga siapa pelaku yang menyerang teman kalian!" Kata suara yang menyeramkan itu.
"SIAPA ITU? KELUAR KAU KALAU BERANI! TUNJUKKAN DIRIMU YANG SEBENARNYA!" Soma berteriak menghardik suara aneh itu, padahal teman-temannya sudah ketakutan, terutama Kise dan Sakura. Raph, Kiku, Zhao dan Hyoga mencoba menjadi berani, tetapi tetap saja tidak bisa.
"Hehehehehe, tenanglah wahai pemuda berambut putih! Tidak perlu terburu-buru, karena aku sebenarnya ada di dekatmu!" Akhirnya dengan perlahan-lahan, suara aneh itu mulai menampakkan wujudnya dengan cara menembus dinding rumah tua yang angker itu.
"KYAAAAA! SETAAAAAN!" Sakura berteriak ketakutan.
"Ma-makhluk apa dia ini? Bagaimana caranya dia bisa menembus dinding rumah tua itu?" Raph bertanya sambil menahan takut.
"A-apakah dia juga yang telah merencanakan penculikan Sakura?" Hyoga menambahkan dengan khawatir.
"Jadi kau benar-benar bangkit kembali dari kematian, Devimon!" Kata Leomon. Spontan, para Digidestined menoleh ke arah Leomon dan berkata,
“Devimon?”
Sakura pun mengeluarkan Data Analyzer untuk mengetahui sosok Digimon kelelawar setan bertubuh tinggi itu. Beginilah informasi yang didapat,
"Devimon, atribut Virus, adalah Digimon kelas champion yang memiliki bentuk tubuh seperti kelelawar dan manusia. Dia bisa menghilang dan menciptakan bayangan, serta memiliki kekuatan sihir yang kuat. Senjata pamungkasnya adalah Touch of Evil dan Dead Hand."
"Jadi dia ini, sosok yang telah mengawasiku sejak aku ingin pergi ke hutan menemani Sakura?" Soma bertanya kepada dirinya sendiri.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa kau telah diawasi olehnya?" Kiku bertanya kepada Soma sambil melawan rasa takut dari dalam dirinya.
"Sebenarnya, aku tidak tahu pasti sebelumnya seperti apa wujud dari sosok yang mengawasiku. Tapi aku merasakan aura gelap yang jahat dan kuat, yang sama persis seperti yang dia miliki. Jadi, pasti dia inilah yang mengikuti dan mengawasiku beserta dengan yang lainnya." Jawab Soma sambil mengeluarkan Claimh Solais miliknya.
"Hati-hati, teman-teman! Sepertinya, dia ingin menyerang kita!" Teriak Kise. Benar saja, dengan cekatan Devimon menyerang mereka dengan serangan Touch of Evil. Beruntungnya, Soma menahan serangan itu dengan pedangnya diikuti dengan serangan balasan Corona Knuckle dari Coronamon. Akan tetapi, tinju dari Coronamon sama sekali tidak membuat Devimon kesakitan. Bahkan, Devimon berkata dengan angkuhnya,
“Oh, terasa geli. Enyahlah kau, lalat!” Devimon langsung menampar Coronamon sehingga dia terpental.
“Coronamon!” Teriak Soma sambil menghampiri Digimonnya itu.
“Cih! Tidak ada pilihan!” Kata Raph kesal sambil menahan rasa takutnya. “Agumon, bersiaplah!”
“Gabumon, persiapkan dirimu!” Timpal Hyoga. Kedua Digimon yang dimaksud pun mengangguk. Di saat itu, mereka berevolusi menjadi Greymon dan Garurumon.
“Oke! Jangan buang waktu lagi! Kita harus mengalahkan dia!” Kata Raph sambil mengeluarkan Saisnya. Ia berlari menuju Devimon. Sayangnya, kakinya gemetaran karena ia sebenarnya takut menghadapi Devimon yang adalah Digimon berwujud setan.
“Baik, Raph!” Greymon pun mengeluarkan serangan Nova Blast dari mulutnya, namun dengan mudahnya Devimon mengelak tembakan milik Greymon, kemudian berhasil mencengkeram Raph dan langsung melemparnya jauh.
“Raph!” Seru Kiku panik. Greymon pun akhirnya diserang oleh Devimon dengan jurus tembakan Dead Hand, sehingga dia terpental.
“Aku akan membantu kalian!” Patamon langsung terbang menuju Devimon dan menyerangnya dengan Boom Bubble, diikuti serangan Boomerang Hook dari Kiku. Sayangnya, kedua serangan itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa terhadap Devimon, sehingga Digimon setan kelelawar itu menyerang Patamon dan sukses membuatnya terlempar ke tamernya. Untung saja, Kiku berhasil menangkapnya.
“Kali ini kau tidak bisa lolos, Devimon!” Seru Hyoga yang berlari mendekati Devimon dan langsung menyerangnya dengan Aurora Thunder Attack, diikuti serangan Ice Canon dari Garurumon. Serangan itu sempat berhasil membekukan sang target. Namun sayang, itu sifatnya sementara. Devimon berhasil memecahkan es yang membekukan tubuhnya itu dan menyerang Hyoga dan Garurumon, sehingga keduanya langsung terpental dan lemas tak berdaya.
“Kurang ajar! Tak akan kubiarkan kau bertindak lebih jauh! Hadapi aku, Devimon!” Teriak Leomon sembari berlari sambil mengeluarkan pedangnya.
“HAHAHAHAHA!!!!! Bagus! Itu baru Leomon yang aku kenal! Kemarilah! Aku sudah tak sabar ingin bermain denganmu!” Sahut Devimon. Seketika itu juga, Leomon berusaha menebas Devimon beberapa kali, namun Devimon menghindari semua tebasan itu dan berkata,
“Kenapa, Leomon? Hanya segini kah kekuatanmu, hah? Kau Payah!”
“Rasakan ini! Fist of the Beast King!” Teriak Leomon sambil mengeluarkan jurus tinju api yang berbentuk kepala singa itu, tapi Devimon langsung menghindar dengan lihainya.
“Leomon, aku bantu kau!” Teriak Ogremon sambil memegang gadanya dan berlari menghampiri kedua Digimon yang sedang bertarung itu. Beberapa saat kemudian, Ogremon melompat ke atas dan berkata, “Terimalah ini, Devimon! Pummel Whack!” Akan tetapi, Devimon langsung menghilang begitu saja..
“Sial! Kemana perginya dia?” Kata kedua Digimon itu.
“HAHAHAHAHA!!!!! Boleh juga seranganmu yang tadi, Ogremon! Tapi sayang sekali, permainan kalian harus berakhir di sini!” Teriak Devimon. Beberapa detik setelah itu, dia muncul dari dalam tanah, tepatnya pas di belakang Leomon. Menyadari bahwa temannya dalam bahaya, Ogremon menoleh ke Leomon.
“Leomon, awaaaaas!” Teriak Ogremon sambil mendorong temannya itu.
“Kena kau! HAHAHAHAHA!!!!!” Sahut Devimon, sembari mencengkeram punggung Ogremon dengan Touch of Evil, dan memasukkan sekitar 2-3 Black Gear ke dalam tubuhnya.
“Uwaaaaargh!” Ogremon mengerang kesakitan akibat dicengkeram oleh Devimon.
“Ogremon! Cih, sial! Seharusnya aku yang menjadi target, bukan dia!” Teriak Leomon dengan kesal.
“Leomon, apa yang dilakukan Devimon kepada Ogremon?” Tanya para Digidestined.
“Perhatikan baik-baik! Dia berusaha membuat Ogremon menjadi jahat dengan kekuatan kegelapannya yang berasal dari Black Gear!” Jawab Leomon.
“Apakah tidak ada cara untuk menghentikannya?” Sakura bertanya dengan cemas.
“Hanya ada satu cara, kita harus mengalahkan Devimon. Tapi sayangnya…” Baru saja Leomon ingin menyelesaikan penjelasannya, Coronamon menambahkan,
“Kekuatan kita tidak akan cukup untuk mengalahkannya, Sial! Seandainya saja, aku dan Patamon bisa berevolusi di saat seperti ini… ”
“Ryouta! Secepatnya kau kabur bersama Zhao! Panggil Mai dan Musashi! Aku, Sakura, Palmon, dan Coronamon akan menahan Devimon di sini!” Ujar Soma. Kise pun mengangguk dan ia pun kabur bersama Zhao dan Gomamon.
“Kalian tidak akan bisa lari dari sini! Matilah!” Devimon berteriak sambil mengeluarkan jurus Touch of Evil ke arah mereka, tetapi Soma dan Sakura berhasil menghindar sedangkan Kise dan Zhao sempat terpental karena serangan dari tangan Devimon yang menghancurkan tanah tempat mereka berpijak. Akan tetapi, dengan cepat pula Sakura langsung merangkul Kise dan Soma merangkul Zhao. Kemudian, Sakura memberikan Data Analyzer kepada remaja berambut kuning itu.
“Bawa ini, dan cepatlah lari ke desa Leomon! Aku khawatir akan mereka semua. Lagipula Salamon dan Lunamon masih di sana.” Pinta Sakura.
“Lalu bagaimana dengan kau dan yang lainnya? Apa kau pikir aku tega meninggalkan kalian begitu saja?” Tanya Kise sambil ketakutan.
“Dasar bodoh! Lihat baik-baik! Kita semua bukanlah lawannya! Dan lagipula, kau bisa bantu apa jikalau kami semua tidak berdaya menghadapinya?” Sakura membentak Kise dengan kesal karena remaja berambut kuning itu tidak mendengarkan perintahnya.
“Ta-tapi…”
“Aku mohon, pergilah!” Perintah gadis berambut pink itu.
“Ba-baiklah. A-aku akan pergi.” Jawab Kise dengan terbata-bata.
“Tunggu! Jika kau kembali dan mendapati mereka dalam keadaan aman, tolong bawa Mai, Musashi, Biyomon, dan Tentomon kemari. Tapi jika mereka juga diserang, kau, Zhao, dan Gomamon harus melindungi mereka.” Pesan Sakura.
“Baiklah. Tapi aku mohon padamu, jangan sampai kau mati olehnya!” timpal Kise
”Ya, tenang saja. Aku tidak akan membiarkan Devimon merenggut nyawaku begitu saja!” Kata Sakura sambil mengeluarkan kunainya.
“Ryouta, ayo cepat!” Sahut Zhao.
“Baik.” Balas Kise.
“Oh, jadi kalian berusaha kabur dariku, hah? Rasakan ini!” Devimon kembali mengeluarkan Touch of Evil, Tapi Monzaemon langsung melompat dan melindungi mereka sehingga dia terpental karena terkena cakar dari Devimon.
“Argh!” Teriak Monzaemon karena kesakitan.
“Monzaemon!” Teriak Zhao, Kise, dan Gomamon.
“Aku tidak apa-apa, cepat lari!” Perintah Monzaemon kepada mereka, dan mereka pun langsung berlari dengan cepat.
Di lain tempat, Mai, Musashi, dan Hayakawa sedang menunggu semua temannya dengan khawatir. Sementara itu, Kokichi masih terbaring lemas. Akan tetapi, kondisi Salamon dan Lunamon berangsur-angsur pulih, sehingga mereka semua terkejut karena tidak menyangka bahwa efek dari ramuan Digi Tea sangat cepat. Tak lama kemudian, kedua Digimon itu bangun dari tidurnya. Salamon berkata, “Panas di tubuhku sudah hilang, ototku juga sudah tidak sakit lagi.”
“Rasanya sulit dipercaya, aku pun tidak merasa sakit lagi.” Lunamon menambahkan.
“Lunamon, syukurlah kau sudah sehat. Aku sangat khawatir sekali.” Kata Hayakawa sambil memeluk Digimonnya itu. Mereka pun terharu karena melihat keduanya saling berpelukan. Dibalik semua itu, Salamon bertanya kepada semua orang di situ tentang keadaan Kise.
“Hm, aku tidak tahu pasti bagaimana keadaan dia. Tapi yang jelas, aku yakin dia bersama dengan yang lainnya sedang dalam perjalanan pulang ke tempat ini.” Jawab Musashi dengan nada serius.
“Ya, aku pun berpikir demikian. Karena dia sudah pergi lumayan lama, dan dia telah berjanji akan kembali.” Timpal Mai.
“Kau tidak perlu khawatir, Salamon. Lagipula, kan ada kami disini.” Lunamon menguatkan temannya itu sambil memegang punggungnya.
“Itu benar, kami akan selalu menemanimu... mengingat kau juga sedikit cengeng di sini.” Kokichi menambahkan dengan suara lemas dan terbatuk-batuk karena tubuhnya masih menahan sakit dan racun dari Flymon.
“Kau jangan bicara dulu. Sebaiknya kau beristirahat saja.” Kata Hayakawa cemas. Kokichi pun terpaksa mematuhi anjuran dari temannya itu. Karena lama menunggu, akhirnya mereka pun tertidur karena tubuh mereka sudah letih. Akan Tetapi, sekitar 10 menit setelah itu, terdengarlah suara gaduh dari arah luar desa Leomon, tepatnya dari arah pintu gerbang desa. Lagipula, suara itu seperti suara pintu yang didobrak.
Risih karena suara tersebut, Impmon terbangun dan berusaha membangunkan Biyomon dan Tentomon. Tetapi mereka berdua masih tertidur pulas, sampai-sampai dia mengeluarkan Bada Boom ke arah mereka.
“Argh! Panas! Apa yang kau lakukan, Impmon?” Teriak kedua Digimon itu.
“Aku berusaha membangunkan kalian, tapi kalian tak kunjung bangun. Jadi, aku tembak saja kalian.” Jawab Impmon.
“Urgh, ya sudah. Tapi, lain kali kau pakai cara lain untuk itu. Memangnya ada apa?” Tanya Tentomon.
“Dengar baik-baik, ada suara aneh dari pintu gerbang desa. Seperti suara pintu yang didobrak.” Jawab Impmon. Beberapa saat kemudian, mereka pun mendengar suara itu dan segera membangunkan Mai, Musashi,Hayakawa, beserta Salamon dan Lunamon. Beberapa saat setelah itu, mereka tidak berani keluar rumah dan tetap berjaga-jaga.
“Begini saja, biarkan aku yang mengintai diam-diam ke pintu gerbang desa. Karena aku curiga, jangan-jangan ada yang mau menyerbu masuk ke dalam desa ini.” Usul Impmon.
“Tunggu, apakah itu tidak bahaya? Bagaimana jika itu adalah gerombolan Digimon jahat yang ingin menghabisi kita semua?” Timpal Biyomon.
“Lagipula, kau kan ingin mengintai mereka sendirian. Jika kau ketahuan dan dikepung oleh mereka, apa kau sanggup melawan mereka semua?” Tentomon menambahkan.
“Tunggu sebentar, aku punya ide.” Kata Salamon, sambil mereka semua menoleh ke arahnya. Akhirnya, dia pun menjelaskan ide dan strateginya. Beginilah kira-kira strategi dari Salamon, “Aku, Lunamon, dan Hayakawa akan pergi menemani Impmon mengintai ke gerbang desa. Sedangkan Biyomon, Tentomon, Mai, dan Musashi, kalian pergilah ke setiap rumah para Digimon Infant. Bangunkan mereka semua dan ungsikan mereka ke rumah Leomon. Akan lebih aman jika kita mengumpulkan mereka semua di sini, daripada kita harus menjaga mereka di luar rumah mereka masing-masing.”
“Ide bagus, Salamon. Kalau begitu, kita pergi sekarang juga.” Respon Impmon.
”Tunggu sebentar. Hayakawa, apakah tidak lebih baik kau bersama dengan Mai, Musashi, Biyomon, dan Tentomon saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu jika kau ikut denganku.” Kata Lunamon.
”Tidak apa-apa, Lunamon. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku ini kan tamermu. Jadi aku harus ikut denganmu, apapun yang terjadi. Lebih dari itu, Mai dan Musashi juga bisa bertarung untuk melindungi para Digimon infant bersama dengan Biyomon dan Tentomon.” Jawab Hayakawa, sambil memegang Digimonnya.
”Baiklah kalau begitu, aku janji akan melindungimu dari para gerombolan Digimon jahat itu.” Timpal Lunamon.
”Tenang saja, kami akan datang membantu kalian jika kalian dalam kesulitan.” Kata Mai.
“Itu benar. JIka kalian membutuhkan pertolongan, kami akan memberikan kode kepada Tentomon dan Biyomon, sehingga mereka akan langsung terbang ke arah kalian.” Musashi menambahkan, sembari Tentomon dan Biyomon mengangguk ke arah mereka.
“Oke, kita pergi sekarang. Ingat, jangan membuat suara berisik ataupun gaduh.” Kata Mai.
“Kita lakukan ini diam-diam seperti ninja yang menguntit, agar para penyusup itu tidak tahu dimana posisi kita.” Musashi menambahkan. Tapi siapa sangka, ternyata Kokichi mendengar semua percakapan dari mereka dan berkata kepada mereka Impmon sambil terkantuk-kantuk,
“Impmon, Berhati-hatilah.”
“Baik, bos. Kau tidak apa-apa kan jika kami tinggal sendiri untuk sementara waktu?” Tanya Impmon.
“Tenang saja, aku akan baik-baik saja di sini. Kan aku kuat.” Jawab Kokichi sambil batuk.
“Tunggu, biar aku ambilkan air hangat dulu untukmu.” Kata Hayakawa.
“Aku ikut.” Lunamon menambahkan. Setelah diambil air hangat dari ceret beserta sebuah gelas, Hayakawa memberikan air hangat itu kepada Kokichi.
“Terima kasih, Hojo ojou-sama.” Kata Kokichi.
“Di saat seperti ini, dia masih saja seperti itu, Hayakawa-dono.” Kata Lunamon sweatdrop.
“Sama-sama, Kokichi. Istirahatlah, Kami akan pergi sekarang juga.” Kokichi mengangguk, dan kembali beristirahat.
Akhirnya, mereka pun pergi. Mai, Musashi, Biyomon, dan Tentomon berpencar ke setiap rumah para Digimon Infant. Didapati oleh mereka para Digimon itu yang ternyata sudah bangun dan ketakutan, sehingga mereka semua disuruh untuk tetap tenang dan pergi ke rumah Leomon.
Sementara itu, Salamon, Lunamon, Impmon, juga Hayakawa berjalan pelan-pelan ke arah pintu gerbang desa. Pada saat mereka sampai di samping pintu gerbang desa itu, mereka mendengar suara dobrakan dari pintu itu. Sambil berbisik, Impmon berkata kepada Salamon,
”Ternyata memang benar dugaanku. Para penyusup itu ingin mendobrak, bahkan menghancurkan pintu gerbang ini.”
”Lalu bagaimana strategi kita selanjutnya? Apakah kita akan diam menunggu mereka masuk di sini saja?” Tanya Salamon.
“Tidak, aku akan naik ke menara pengawas yang berada di ujung sebelah kiri. Sedangkan kalian, pergilah ke menara yang berada di ujung sebelah kanan itu. Agar kita semua tahu seperti apa rupa musuh kita, dan berapa banyak jumlah mereka. Nanti aku akan memberikan kode untuk kalian.” Jawab Impmon. Mereka pun langsung bergegas ke arah kedua menara pengawas, dan memanjatinya. Setelah mereka sampai di puncak menara, mereka melihat ke bawah. Ada segerombolan Digimon berbentuk seperti anjing berwarna ungu, dan bentuk kuping mereka seperti sayap kecil. Mereka semua sedang memegang batang pohon kayu raksasa, dan menggunakannya untuk mendobrak pintu gerbang desa.
“Ayo cepat! Kita harus terus mendobrak pintu ini agar kita bisa masuk!” Kata salah satu dari mereka.
“Tapi kak, Kami sudah lelah. Berapa kali lagi kita harus mendobrak pintu gerbang ini?” Tanya yang lain kepadanya.
”Dasar bodoh! Apa kalian mau kita semua dihukum oleh bos? Ini adalah perintah darinya! Ayo cepat, lanjutkan!” Jawabnya kepada mereka.
“Hiiii! Baik, kak.” Jawab mereka sambil ketakutan, mengingat bos mereka yang sadis dan kejam.
Pada saat yang bersamaan, Impmon memberikan isyarat dengan tangannya agar mereka semua turun dari menara dan berkumpul di bawah. Tak lama kemudian, mereka berempat berkumpul dan berkatalah Impmon,
“Ternyata jumlah mereka sangat banyak, dan ini bisa gawat jika mereka berhasil masuk.” Kata Impmon.
“Lalu bagaimana selanjutnya? Apa kau punya strategi untuk menghadapi mereka?” Tanya Lunamon.
“Hm, kita jelas kalah jumlah dibandingkan mereka. Sayangnya, aku pun masih memikirkan cara itu.” Jawab Impmon.
“Kan ada Biyomon dan Tentomon yang sudah bisa berevolusi, jadi aku berpikir kita pasti bisa mengalahkan mereka.” Kata Hayakawa.
“Tapi mereka baru saja bertarung dengan sengit tadi siang, jadi mereka pasti belum mempunyai kekuatan yang cukup untuk berubah.” Timpal Salamon.
“Kau benar. Kita tidak boleh bergantung sepenuhnya kepada mereka, mengingat kondisi mereka yang seperti itu. Aku harap, Leomon, Ogremon beserta dengan yang lainnya segera kembali dan membantu kita.” Impmon menambahkan.
“Apakah sebaiknya kita kembali ke rumah Leomon saja?” Usul Lunamon.
“Idemu cemerlang, Lunamon. Ayo, kita kembali ke rumah Leomon. Bosku juga pasti sedang menunggu kita.” Seketika itu juga, mereka langsung berjalan perlahan ke arah rumah Leomon. Sewaktu mereka setengah sampai, Salamon melihat Mai, Musashi, Biyomon, dan Tentomon memandu para Digimon infant ke rumah Leomon. Spontan dia langsung berteriak dan berkata,
“Lihat! Mereka sedang memandu para Digimon itu.” Impmon dan Lunamon langsung menutup mulut Salamon dari belakang, dan Hayakawa pun berkata dengan suara pelan,
“Sshhh, jangan ribut! Nanti mereka akan tahu bahwa kita ada di sini.” Kata Hayakawa.
“Maafkan aku, aku tidak sengaja.” Jawab Salamon.
“Ternyata kau sama saja berisiknya dengan tamermu.” Kata Impmon sambil cekikikan tanpa memperdulikan ekspresi marah Salamon. Tentu saja, kalau pun Impmon menyadarinya, ia pasti merespon Salamon dengan menjulurkan lidahnya tanda ia mengejek.
“Yang penting, kita harus segera sampai di sana dan membantu mereka.” Lunamon menambahkan, sembari Impmon mengangguk pelan.
Di lain pihak, salah seekor dari Digimon anjing berwarna ungu yang sedang mendobrak pintu mendengar suara Salamon dan yang lainnya. Berkatalah dia,“Sepertinya aku mendengar suara dari balik pintu ini, berarti ada yang bangun dan berada di luar rumah.”
“Kalau begitu, ayo kita dobrak lagi pintu gerbang ini! Pasti sebentar lagi akan terbuka!” Kata Digimon yang satunya, diikuti oleh suara teriakan penggugah semangat dari yang lainnya.
“AYOOOOO!!!!! KITA DOBRAK TERUS!!!!!” Teriak para gerombolan Digimon itu.
“Gawat! Kita ketahuan! Kita harus berlari secepat mungkin ke rumah Leomon!” Sontak Impmon. Akhirnya semuanya berlarian masuk ke dalam rumah Leomon. Biyomon, Mai, Tentomon, dan Musashi langsung menyuruh para Digimon Infant masuk secepatnya. Beberapa saat kemudian, mereka bersembunyi sembari berdiri tepat di belakang pintu masuk rumah Leomon dengan posisi siap bertarung. Akan tetapi, Mai membuka pintu rumah sejenak dan memerintah Hayakawa, Lunamon, Salamon, dan Impmon supaya mereka masuk secepatnya.
“Hayakawa, ayo cepat masuk! Lindungi para Digimon Infant! Kami akan menahan mereka di sini.” Perintah Mai. Hayakawa pun paham dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah milik Leomon bersama ketiga Digimon yang ikut bersamanya. Setelah beberapa kali dobrakan, pintu gerbang desa akhirnya berhasil terbuka dengan dobrakan yang cukup kasar sehingga pintu gerbang itu rusak parah. Sekumpulan Digimon anjing berwarna ungu itu akhirnya berhasil menerobos masuk ke dalam desa.
“AYO!!!!! SERBU!!!!! GELEDAH SEMUA RUMAH, DAN CULIK SIAPAPUN YANG ADA DI DALAMNYA!!!!! JANGAN SISAKAN SEEKORPUN!!!!!” Kata salah seekor Digimon berbentuk anjing itu, yang paling tua.
Merespon apa yang barusan didengarnya, Mai merasa kesal dan ingin menyerang para Digimon anjing berwarna ungu itu dengan tidak sabaran.
“Kurang ajar! Kalau begitu, aku akan menghajar mereka sekarang!” Kata Mai.
”Jangan! Itu terlalu berbahaya! Ingat, jumlah mereka banyak sekali. Lagipula, mereka sedang berpencar menyerbu setiap rumah yang ada di desa ini.” Impmon merespon Mai.
“Benar sekali. Lagipula, kau tidak ingin jadi bulan-bulanan mereka, kan? Musashi menambahkan.
“Tentu saja tidak! Tapi, aku ada ide konyol untuk menyerang mereka secara perlahan tapi pasti.” Jawab Mai.
“Begitukah? Kalau begitu, cepat jelaskan.” Timpal Musashi.
“Begini kira-kira ideku, pssst…” Mai berbisik-bisik kepada mereka.
“Hah? Apa kau yakin akan berhasil?” Tanya Hayakawa dengan suara pelan dan penuh ragu.
“Tenang saja, aku yakin pasti berhasil. Serahkan padaku.” Jawab Mai dengan percaya diri.
“Urgh, kedengarannya konyol sekali. Tapi biarlah, karena kita sedang terpojok.” Kata Musashi. Setelah selesai berbisik-bisik, terdengar dari luar suara para gerombolan Digimon anjing berwarna ungu itu. Mereka berkata kepada sang kakak yang memimpin mereka untuk sementara,
“Kak, kami sudah menggeledah semua rumah. Tidak ada seekor Digimon pun disana, bahkan para manusia yang datang pun tidak ada.”
“Aneh, padahal kita baru saja mendengar suara Digimon dan suara seperti manusia tak lama sebelum kita berhasil mendobrak pintu gerbang.” Kata sang Digimon biru yang paling tua itu. Setelah itu, dia memperhatikan sekeliling dan melihat sebuah rumah yang letaknya paling jauh di belakang, yang ternyata adalah rumah Leomon. Seketika itu juga, dia tersenyum dengan bangga dan puas. Kemudian, berkatalah dia,
“Hmmmm, hehehehehe. Aku tahu sekarang, dimana mereka berada!”
“Dimana kak?” Tanya adik-adiknya.
“Di dalam rumah yang letaknya paling jauh di belakang itu, mereka pasti disana!” Jawab sang kakak.
“Kalau begitu, kita serang mereka sekarang juga!” Kata adik-adiknya dengan nafsu yang membara.
“Tunggu dulu! Mungkin ini adalah jebakan. Lebih baik kita kepung mereka dari luar rumah itu, nanti aku akan memberi instruksi lagi.” Timpal sang kakak.
“Baiklah, kak.” Jawab adik-adiknya. Dengan cepat, mereka semua berlari ke arah rumah Leomon dan sampai di halaman luar rumah itu. Oleh karena suara yang mereka buat, semua yang berada di dalam rumah Leomon mengetahui bahwa musuh mereka sudah di depan mata. Mai, Musashi, Hayakawa, beserta Digimon mereka masing-masing menyuruh para Digimon Infant untuk tidak bersuara sedikitpun. Kemudian, para Digimon anjing berwarna ungu itu bertanya kepada sang kakak dengan berbisik-bisik juga,
“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, kak?”
“5 dari kalian, masuklah ke dalam secara perlahan-lahan!” Akhirnya, 5 dari mereka maju perlahan mendekati pintu masuk rumah Leomon yang berada di teras rumah itu. Sementara yang lainnya menunggu di luar rumah.
“Baik, kini giliranku.” Gumam Mai dalam hati, sambil membuka pintu perlahan-lahan. Terkejutlah 5 ekor Digimon berwarna ungu yang maju itu, karena mereka baru pertama kalinya melihat gadis seksi seperti Mai.
“Wooow, dia cantik sekali! Aku tak menyangka, musuh sekaligus tawanan kita secantik ini!” Kata mereka berlima, dan mata mereka melotot sebesar-besarnya sampai-sampai jantung mereka berdegup kencang.
“Oh, kumohon kepada kalian. Jangan kalian hancurkan desa ini. Lebih baik kalian jadikan aku sebagai sandera sekaligus pelayan kalian, dan berjanjilah bahwa kalian tidak akan menyerang desa ini lagi.” Kata Mai dengan wajah pura-pura sedih, memelas dan iba.
“Tentuu sajaa, nona manis! Kami tidak akan sungkan untuk membawamu ke tempat kami!” Mereka mendekat dengan polos dan lugunya. Sewaktu jarak kelima Digimon itu sudah sangat dekat dengan Mai, dia langsung berkata dengan tatapan mata yang tajam,
“Kena kalian!” Mai langsung mengubah raut wajah dan tatapan matanya menjadi serius, dan menyerang mereka dengan kipas dan jurus apinya, sehingga mereka berlima terpental keluar rumah. Sang kakak beserta adik-adiknya yang menunggu di luar melihat kelima dari saudaranya terpental jauh.
“Apa? Kenapa mereka bisa terpental seperti itu?” Teriak mereka, dibarengi oleh Musashi, Biyomon, dan Tentomon yang keluar dari rumah dan langsung bersiap pada posisi mereka di sebelah Mai.
“Digimon apa itu?” Tanya Musashi sambil mengeluarkan Ogonken.
“Gazimon.” Jawab Biyomon.
“Mereka pasti ke sini atas perintah.” Timpal Tentomon.
“Apapun alasannya, kita tetap harus mencegah mereka masuk!” Kata Mai. Setelah mereka mendengar salah satu Gazimon memerintahkan rombongannya untuk menyerang, ia, Musashi, Biyomon, dan Tentomon langsung dengan cepat berlari menuju rombongan itu. Musashi menyerang mereka dengan serangan listrik dari pedangnya. Mai menyerang mereka dengan serangan kipas dan jurus apinya. Biyomon menyerang dengan Spiral Twister dan Tentomon menyerang dengan Super Shocker. Sebagian ada yang berhasil tertahan, namun sebagian lagi lolos dari serangan mereka berempat termasuk sang kakak yang paling tua.
“Gawat! Mereka masuk ke rumah!” Seru Musashi. Sementara itu, Gazimon yang berhasil masuk langsung menyerbu siapapun yang di dalam rumah itu.
“HAJAR MEREKA SEMUA!!!!!” Perintah Gazimon yang paling tua.
“Akan kulindungi mereka!” Hayakawa mengambil sapu yang tergeletak di rumah itu dan mengambil barang-barang kecil di dekatnya dan dipukulnya layaknya bola kriket. Lunamon pun ikut membantu tamernya dengan serangan Luna Claw. Impmon pun langsung berdiri di depan Kokichi yang masih beristirahat dengan serangan Bada Boom. Salamon pun berusaha membantu dengan serangan Puppy Howling, namun tak dapat membantu banyak.
Di luar, Kise, Zhao, dan Gomamon baru sampai di desa Digimon dan betapa terkejutnya mereka bahwa pintu gerbangnya sudah terbuka dan rusak.
“Kurang ajar, ada yang menerobos masuk!” Umpat Zhao.
“Sebaiknya kita susul yang lain!” Usul Gomamon. Mereka pun masuk ke desa dan melihat Mai dan Musashi bertarung bersama Biyomon dan Tentomon melawan sekumpulan Gazimon.
“Digimon apa itu?” Kise langsung mengeluarkan Data Analyzer ke arah kumpulan Digimon itu dan didapatkan,
“Gazimon, atribut Virus, adalah Digimon kelas Rookie yang memiliki bentuk tubuh seperti anjing dan mempunyai cakar yang besar dan tajam. Senjata pamungkasnya adalah Electric Stun Blast dan Pitfall.”
“Ryouta, kau masuk ke dalam saja. Biar aku dan Gomamon membantu Mai dan Musashi.” Kata Zhao.
“Hati-hati ya.” Ujar Kise dan langsung mereka bergegas. Zhao dan Gomamon membantu Mai, Musashi, dan kedua Digimon mereka, sedangkan Kise berlari menuju rumah Leomon. Pada saat Kise masuk dan berlari menghampiri Salamon yang sedang bertarung dengan Impmon, Lunamon, dan Hayakawa, datanglah seekor Gazimon menghampirinya dan berkata.
“Sekarang juga, kau milikku! Terimalah ini!” Gazimon itu berusaha mencakar Kise, Tetapi Salamon langsung menghajarnya dengan jurus Sledge Crash sehingga terpentallah dia.
“Kau baik-baik saja, Ryouta?” Tanya Salamon.
”Aku tidak apa-apa. Terima kasih, Salamoncchi.” Di depan mereka, Impmon, Lunamon, dan Hayakawa masih bertarung dengan gigihnya melawan gerombolan Gazimon bersaudara. Tanpa menunda-nunda, Kise dan Salamon maju ke arah mereka. Tetapi sang kakak, alias Gazimon yang paling tua tiba-tiba muncul di belakang mereka.
“Kejutan!” Kata Gazimon itu langsung mengeluarkan jurus cakar Pitfall untuk menggali lubang perangkap untuk Kise dan Salamon.
“Uwargh!” Teriak Kise dan Salamon. Sontak, situasi di dalam rumah menjadi tenang seketika karena mereka semua kaget melihat remaja berambut kuning itu jatuh ke dalam lubang jebakan bersama dengan Digimonnya itu.
“Kise-kun, Salamon! Kami akan menolong kalian!” Teriak Hayakawa.
“Dasar bodoh! Rasakan ini! Electric Stun Blast!”Gazimon mengeluarkan tembakan listrik dari mulutnya, dan berhasil mengenai Hayakawa, Lunamon, dan Impmon.
“Argh, tubuhku tak bisa bergerak!” Keluh Hayakawa.
“Sial, kami juga tak bisa menggerakkan tubuh kami!” Lunamon dan Impmon menambahkan dengan kesal.
“Hehehehehe! Itu karena kalian kena tembakanku yang melumpuhkan semua objek yang dikenainya! Terlebih lagi, Ini semua akibat kalian berani melawanku dan semua adik-adikku!” Kata Gazimon sambil terkekeh-kekeh.
“A-adik?” Tanya Lunamon.
“Ya, adik. Perkenalkan, kami adalah Gazimon bersaudara, dan aku adalah kakak tertua dari gerombolan Gazimon bersaudara. Kami datang kesini untuk menculik para Infant beserta dengan Digimon lainnya, juga tamer mereka.” Gazimon menjelaskan.
“Siapa yang menyuruh kalian melakukan ini? Apa tujuan kalian ingin menculik kami semua?” Tanya Impmon sambil merintih kesakitan.
“Kau tidak perlu tahu itu! Adik-adikku, serang mereka!” Perintah Gazimon itu.
“Siap, kak!” Mereka langsung menyerang Hayakawa, Lunamon, dan Impmon yang tak bisa bergerak dengan cakar mereka. Melihat ketiga teman mereka terpental jauh, Kise dan Salamon menjadi kesal sekaligus sedih.
“Sial! Ini benar-benar sial! Aku tidak bisa menolong mereka! Padahal, mereka membutuhkan pertolonganku. Kalau saja, aku punya kemampuan khusus untuk bertarung… SIAL!!!!!” Gumam Kise, sembari memeluk Salamon yang menangis sedih melihat Tamer serta pemandangan di dalam rumah Leomon. Akan tetapi, tiba-tiba saja, Digivice milik Kise bersinar mengeluarkan cahaya bersamaan dengan tubuh Salamon. Semua yang berada di dalam ruangan terkejut melihat cahaya tersebut.
“Aku akan menolong mereka! Aku pasti akan menolong mereka!” Teriak Salamon. Akhirnya, dia pun berhasil berevolusi menjadi Tailmon. Spontan para Gazimon bersaudara terkejut setengah mati melihat itu, juga Kise, Hayakawa, Lunamon, dan Impmon.
“Salamoncchi telah berubah? Aku tidak percaya ini.” Kata Kise sambil mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang dia dapat,
“Tailmon, atribut Vaccine, adalah Digimon berbentuk seperti kucing berwarna putih kelas Champion yang mempunyai cakar yang sangat tajam. Walaupun tubuhnya mungil, kecepatannya luar biasa dan dia mempunyai banyak jurus. Senjata pamungkasnya adalah Lightning Paw, Lightning Kick, dan Cat Laser.”
“Aku tak akan memaafkan kalian! Rasakan ini! Lightning Paw!” Tailmon langsung meninju beberapa ekor Gazimon yang menghajar Hayakawa, Lunamon, dan Impmon.
“Apa? Tangguh juga dia! Ayo, kita hajar dia secara bersamaan!” Teriak gerombolan Gazimon yang beberapa ekor lagi. Tetapi Tailmon langsung menghujani mereka dengan tendangan Lightning Kick.
“Sisanya tinggal kau saja, sang kakak tertua! Ayo, kita bertarung secara jantan!” Tailmon menantang Gazimon yang paling tua itu.
“Menantangku? Kau, ingin menantangku? Hahahahaha!” Balas Gazimon dengan ketawanya yang mengejek.
“Apanya yang lucu?” Tanya Tailmon.
”Coba saja kejar aku jika kau benar-benar ingin menantangku!”Gazimon langsung berlari dengan cepatnya keluar dan menelusuri halaman rumah Leomon yang terletak di sebelah kiri.
”Tunggu! Jangan kabur kau!” Teriak Tailmon sambil mengejar Digimon anjing berwarna biru itu.
”Tailmoncchi! Tunggu aku!” Kise berteriak sambil menyusulnya. Pada saat yang bersamaan, Mai, Musashi, Zhao, Biyomon, Tentomon, dan Gomamon berhasil mengalahkan semua gerombolan Gazimon yang berada di luar rumah. Karena mendengar suara Gazimon dan Tailmon yang saling kejar-kejaran, mereka menoleh ke belakang.
“Siapa Digimon kucing putih itu?” Tanya Musashi.
“Itu pasti Tailmon, perubahan dari Salamon.” Jawab Tentomon.
“Berarti dia telah berevolusi?” Tanya Mai.
”Benar sekali. Tapi sebaiknya kita susul dia!” Usul Biyomon, dan mereka pun menyusulnya.
Sementara itu, kejar-kejaran antara Tailmon dan Gazimon pun terjadi. Kise pun sedikit kewalahan mengejar Digimonnya itu. Beberapa kali, Tailmon menyerang Digimon berbentuk anjing itu dengan serangan Lightning Paw dan Cat Laser. Sayangnya, serangannya meleset. “Kemari kau! Jangan jadi pengecut seperti itu!” Seru Tailmon.
“Kehehe! Kucing memang selalu menyebalkan ya! Coba saja tangkap aku!” Ejek Gazimon sambil menjulurkan lidahnya.
“Tailmoncchi! Sampai berapa lama kau kejar-kejaran dengannya? Aku sudah lelah...!” Keluh Kise. Beruntungnya, Musashi, Mai, dan Zhao berhasil menyusul dan bahkan Musashi sampai merelakan diri untuk menggotong Kise agar mereka bisa menyusul Tailmon dan Gazimon.
Sesampainya di kebun belakang, Gazimon langsung menendang pintu belakang sehingga terbukalah pintu itu. Terlebih lagi, para Digimon Infant bersembunyi di ruang belakang tepat di balik pintu itu.
”Aaaaargh, itu Gazimon!” Teriak para Digimon Infant.
”Huehehehe! Kalian takkan bisa kabur lagi! Aku akan meminjam beberapa ekor dari kalian!” Timpal Gazimon sembari menculik 3 diantara maereka, yaitu Nyokimon, Bubbmon, dan Poyomon.
“Kyaaaaa! Tolong! Tolong kami!” Teriak ketiga Digimon itu. Seketika itu juga, Kokichi bangkit berdiri dan berusaha menolong mereka. Namun sayang, Gazimon langsung kabur dengan lihainya keluar. Sesampainya di luar, Gazimon berhenti berlari dan menengok ke belakang. Didapatinya Tailmon, beserta Kise, Mai, Musashi, Zhao, Biyomon, Tentomon, dan Gomamon juga berhenti berlari dan menatap tajam ke arah Digimon anjing berwarna biru itu.
“Berhenti! Kau sudah terkepung!” Kata Musashi tajam.
“Sekarang kau mau lari ke mana hah, Gazimon?!” Tantang Mai.
“Menyerahlah! Kau tak akan bisa kabur lagi!” Teriak Zhao menghardik Gazimon.
“Lepaskan ketiga Digimon itu!” Kise menabahkan.
“Hehehehehe, hahahahaha! Kalian pikir aku akan melepaskan mereka begitu saja? Kalian Naif!” Balas Gazimon.
“Kalau begitu, akan kurebut mereka dengan paksa!” Teriak Tailmon sambil mengejar Gazimon, diikuti oleh Biyomon, Tentomon, dan Gomamon. Akan tetapi, tiba-tiba saja muncul makhluk bertubuh besar berbentuk seperti tikus tanah dari bawah tanah tempat keempat Digimon itu berpijak.
“GRAAAAA!!!!!” Erang tikus tanah bertubuh besar itu.
“Uwaaaaa!” Keempat Digimon itu terpental kesana kemari, kemudian para Tamer mereka langsung menangkap mereka dan menjauhkan mereka dari tikus tanah bertubuh besar itu.
“Oh, Drimogemon. Ternyata kau ada di sini.” Kata Gazimon.
”Drimogemon?” Kata para Digidestined sembari Kise mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang didapat,
“Drimogemon, atribut Data, adalah Digimon kelas Champion yang berbentuk seperti tikus tanah raksasa yang memiliki kuku dan cakar berupa bor kecil. Dia selalu menggali lubang bawah tanah dan jarang sekali keluar. Senjata pemungkasnya adalah Drill Spin dan Bone Crusher.”
“Drimogemon itu jarang sekali keluar dari dalam tanah. Kenapa dia bisa begitu?” Tanya Tentomon.
“Terlebih lagi, dia menyerang kita. Ada apa ini sebenarnya?” Biyomon ikut bertanya.
“Black Gear, pasti dia kena Black Gear dari Devimon.” Jawab Gomamon.
“Black Gear? Apa itu?” Tanya Mai.
“Lagipula, siapakah Devimon yang kau maksud itu, Gomamon?” Musashi melanjutkan pertanyaan dari Mai.
”Penjelasannya nanti saja. Yang penting, kita harus siap-siap sekarang!” Zhao menerangkan.
Tiba-tiba saja, ada sosok makhluk bertubuh tinggi yang mengintip mereka semua dari atas bukit. Makhluk itu menyerupai api yang mempunyai bentuk tubuh seperti manusia. Tiba-tiba, dia berteriak dengan suara lantang dan melompat dari bukit ke arah desa Leomon.
“HEAAAAAH!!!!!”
”Makhluk apa lagi itu?” Tanya Zhao.
”Dia menuju kemari! Semuanya, menghindar!” Usul Musashi. Semua langsung melompat menghindar tanpa berpikir panjang ketika Meramon melompat ke arah mereka.
“Meramon, akhirnya kau datang juga.” Timpal Gazimon. Langsung saja, Kise mengeluarkan lagi Data Analyzer. Informasinya kira-kira seperti ini,
“Meramon, aribut Data, adalah Digimon kelas Champion yang mempunyai bentuk tubuh seperti siluman api. Seluruh bagian tubuhnya diselimuti oleh api, dan dia bisa menghanguskan apa saja yang disentuh olehnya. Senjata pamungkasnya adalah Blazing Flames dan Fire Fist.”
“Kau memang pantas untuk dipercaya, Gazimon.” Kata Drimogemon.
”Tapi sayangnya, adik-adikmu telah kalah semuanya, dan kau akan dikenakan sanksi karena itu.” Meramon menambahkan.
”Hiiiii! Ampun! Jangan hukum aku! Lagipula, aku kan sudah berhasil menculik setidaknya 3 Digimon.”
“Sudahlah, Meramon. Yang penting, rencana kita tidak sepenuhnya gagal.” Timpal Drimogemon.
“Baiklah kalau begitu, Drimogemon. Lebih baik, Kita habisi mereka semua!” Usul Meramon.
“Sial! Padahal tadi siang, kita baru saja melawan 2 Digimon yang tangguh. Sekarang muncul 2 lagi.” Kata Mai dengan kesal.
“Kita tidak boleh menyerah dalam situasi seperti ini! Kita harus siap menghadapi musuh, sekuat apapun mereka!” Seru Tailmon, dan dia pun langsung menyerang Gazimon dengan gencarnya. Akan tetapi, Gazimon pun tidak kalah lincah darinya dan langsung melompat untuk menghindar. Seketika itu juga, Meramon melempar beberapa bola api Blazing Flames ke arah Tailmon. Beruntungnya, Tailmon dapat menghindari semua bola api itu.
“Tailmon, berhati-hatilah!” Kise meneriakinya dari jauh. Langsung saja, Biyomon, Tentomon, dan Gomamon menyerang Meramon dengan Spiral Twister, Super Shocker, dan Fish Power. Sayangnya, semua serangan dari mereka dihisap oleh Meramon.
“Kuat sekali dia, bisa menghisap semua tembakan itu!” Kata Musashi.
Pada saat yang bersamaan, Drimogemon melempar Bone Crusher ke arah ketiga Digimon itu. Mereka berhasil menghindari tulang besar yang dilempar oleh tikus tanah bertubuh besar itu. Sementara itu, Tailmon masih berusaha mengejar Gazimon yang terus berlari.
”Hei, kemari kau! Jangan kabur terus!” Teriak Tailmon.
“Hahaha! Ayo tangkap aku kalau kau bisa!” Balas Gazimon.
Akan tetapi, Drimogemon langsung melompat ke arah kucing putih itu dan berusaha mencakarnya. Dengan gesitnya, dia menghindari serangan dari Drimogemon.
Sesaat setelah Biyomon, Tentomon, dan Gomamon menghindari serangan dari Drimogemon, Meramon kembali melemparkan bola api Blazing Flame dan bola api itu mengenai mereka bertiga.
“Argh!” Teriak Biyomon, Tentomon, dan Gomamon.
“Hehehe! Biar aku urus mereka, Meramon!” Kata Drimogemon sambil melompat ke arah Biyomon, tentomon, dan Gomamon sembari mencakar mereka. Tailmon yang terkejut melihat ketiga temannya terlempar langsung melompat dan ingin menolong mereka,
“Takkan kubiarkan kau mengganggu Drimogemon! Ayo, hadapi aku!” Teriak Meramon sambil melompat ke arah kucing putih itu dan mengeluarkan tinju Fire Fist. Dengan sangat terpaksa, Tailmon pun mengeluarkan tinju Lightning Paw dengan kekuatan penuh, sehingga mereka pun adu tinju.
“Hebat juga tinjumu, kucing kecil! Kalau begitu, aku tambahkan sedikit kekuatanku lagi! Fire Fist!” Teriak Meramon, dan keduanya masih saling adu tinju.
“Aku takkan kalah darimu, Meramon. Hiaaaaah! Lightning Paw!” Balas Tailmon. Akhirnya, kekuatan mereka berimbang dan keduanya terpental.
“Tailmoncchi!” Kise meneriakinya dari jauh dan menghampiri Digimonnya itu.
”Ryouta, jangan kesana! Bahaya!” Mai, Musashi, dan Zhao meneriaki remaja berambut kuning itu, karena mereka melihat Drimogemon berjalan cepat ke arahnya.
“Hehehe! Sekarang kau milikku!” Kata Drimogemon. Akan tetapi, Biyomon dan Tentomon langsung terbang dengan cepat tepat ke arah tikus tanah bertubuh besar itu.
”Tidak semudah itu! Rasakan ini, Spiral Twister!”
”Super Shocker!”
Kedua tembakan itu mengenai punggung Drimogemon, dan mereka melihat ada sedikit bagian dari Black Gear yang menempel di punggung tikus tanah bertubuh besar itu.
“Argh, sial! Boleh juga kalian!” Teriak Drimogemon sembari menoleh ke arah Biyomon dan Tentomon.
“Sepertinya memang benar apa yang dikatakan oleh Gomamon, dia terkena Black Gear.” Kata Biyomon.
“Iya, aku juga melihatnya. Tapi untuk mengeluarkan dan menghancurkannya, kita harus berevolusi. Karena kekuatan kita sekarang tidak akan bisa menghancurkannya.” Balas Tentomon.
“Kalian lengah! Bone Crusher!” Drimogemon melempar tulang besar itu dan menghajar kedua Digimon itu
“Uwargh!” Teriak mereka berdua.
“Biyomon! Tentomon!” Mai dan Musashi berlari menghampiri mereka, diikuti oleh Zhao dan Gomamon.
”Zhao, kau bantu mereka! Aku akan menyerang Drimogemon.” Kata Gomamon.
”Baiklah, hati-hati.” Balas sang Tamer. Seketika itu juga, Gomamon menyerang Dimogemon dengan Water Shot. Tembakan air itu tepat menghajar mata kanan Drimogemon, tetapi dia membalas serangan dengan menembakkan cakar bornya.
“Argh!” Teriak Gomamon terkena serangan dari Drimogemon.
“Gomamon!” Zhao pun menghampirinya. Tak lama setelah itu, ketiga Digimon itu akhirnya bisa evolusi.
“Oh, jadi mereka berevolusi ya? Menarik Sekali! Ayo, Meramon!” Kata Drimogemon, dan Meramon pun menyusul parternya itu.
”Sekaranglah saatnya untuk serius! Heaaaaah!” Tiba-tiba saja, tubuh Meramon membesar dan dia menjadi raksasa.
“Apa? Tubuhnya, tiba-tiba membesar!” Kata Musashi.
“Sial, kita tidak boleh lengah kali ini! Bersiaplah, Birdramon!” Timpal Mai. Pada saat yang bersamaan, Meramon melemparkan bola api Blazing Flames dalam jumlah yang banyak ke hampir setiap rumah yang ada di desa Leomon, sehingga rumah-rumah tersebut terbakar.
“Kurang ajar! Dia mencoba membakar semua rumah!” Umpat Zhao.
“Akan kami lindungi!” Kata Birdramon dan Kabuterimon, sembari mereka terbang ke arah tembakan api Meramon. Setelah menahan sebagian bola api yang dilempar oleh Meramon, Kabuterimon dan Birdramon maju ke arah Digimon api raksasa itu.
“Rasakan ini! Big Horn!” Kabuterimon menghajar Meramon dengan tanduknya, sehingga dia terpental lumayan jauh. Segera setelah itu, dia bangkit berdiri dan langsung melompat ke arah Digimon serangga besar itu.
“Fire Fist!” Meramon meninju Kabuterimon, dan dia sempat terpental.
“Kabuterimon, aku bantu kau!” Birdramon mencengkeram Meramon, dan membawanya terbang, kemudian melemparnya.
Melihat partnernya dilempar dari atas langit, Drimogemon tidak tinggal diam. Dia langsung maju dengan cepatnya ke arah Kabuterimon, tetapi Ikkakumon pun maju dan melindungi temannya itu.
“Beraninya kalian kepada Meramon! Rasakan ini! Drill Spin!” Bor besar yang ada di hidungnya berputar mengenai kepala Ikkakumon, tetapi Ikkakumon menghajar dia kembali dengan tanduknya. Kekuatan mereka terus beradu, sehingga Drimogemon mencakar Ikkakumon. Singa laut besar itu sempat terdorong, tapi dia langsung menabrak tubuh tikus tanah besar itu, sehingga dia pun terdorong. Beberapa detik kemudian, Kabuterimon terbang ke belakang Drimogemon dan menembakkan Electro Shocker. Tembakan itu tepat sasaran menembaki Black Gear di punggung Drimogemon, sehingga Black Gear itu keluar dari tubuhnya dan hancur. Dia pun berteriak kesakitan.
Sesaat setelah itu, Meramon berusaha bangkit berdiri. Tetapi Birdramon langsung terbang jauh ke atas dan menebaki Digimon api raksasa itu dengan Meteor Wing. Tembakan dari burung api itu berhasil tepat mengenai dada Meramon, dan dia berteriak kesakitan. Mencuat keluarlah Black Gear dari tubuhnya kemudian hancur.
“Sial! Black Gearnya hancur semua!” Umpat Gazimon sambil melihat ke atas langit.
“Jangan lengah!” Teriak Tailmon sambil meninju Gazimon dari belakang dengan kekuatan penuh dan dia terpental bersama dengan ketiga Digimon Infant yang diculiknya. Dengan cepatnya, Mai dan Musashi melompat untuk menangkap ketiga Digimon itu.
“Kau keren, Tailmoncchi!” Sorak Kise dengan bangga. Ia pun menghampiri Digimonnya dan langsung memeluknya.
“Ryouta, terimakasih telah menyemangatiku.” Kata Tailmon dengan senang.
“Urusan kita sekarang bukan itu. Sekarang kita harus cari cara memadamkan api ini.” Kata Musashi. Benar saja, api dari serangan Meramon menjalar cukup cepat, sehingga kebakarannya pun sudah besar. Dari dalam rumah Leomon, terdengarlah jeritan Hayakawa meminta pertolongan karena ia melihat kobaran api sudah mendekat ke rumah Leomon.
“Hayakawa, bertahanlah!” Zhao berusaha menerobos masuk ke dalam rumah itu. Sayangnya kobaran api sudah merambat tepat di depannya, sehingga menutup jalan masuk ke dalam rumah itu.
“Bagaimana ini?! Apa tidak ada cara untuk memadamkan apinya?!” Tanya Mai panik. Kise dan Zhao langsung mencoba memadamkan api dengan air yang ada di desa. Mai dan Musashi berhasil menerobos melewati api itu dengan melompati api itu, lalu masuk ke rumah Leomon dan mengambil persediaan air di rumahnya. Naas, apinya tetap tidak bisa dipadamkan sama sekali karena kobaran apinya sudah terlanjur besar.
“Sepertinya mustahil kalau apinya sebesar ini ssu.” Timpal Kise. Semuanya putus asa dengan situasi. Mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Tiba-tiba, mereka merasakan seperti hujan membasahi mereka. Perlahan, api di desa itu dan hutan sekitarnya mengecil.
“Hah? Hujan? Bagaimana mungkin?” Tanya Birdramon bingung. Mereka mencari sumber hujan itu dari mana, sampai Tailmon menunjuk sosok yang tentu mereka kenal. Sosok itu ternyata yang menyemburkan air dari mulutnya untuk memadamkan kobaran api di Desa itu.
“Seadramon?! Bukannya kita sudah pernah melawannya ya?” Tanya Zhao bingung.
“Mungkin ia ingin membantu kita.” Sahut Kabuterimon.
“Mungkin juga dia tidak setuju desa ini dibakar mengingat ada banyak Digimon kecil.” Timpal Ikkakumon. Setelah 5 menit menyemburkan Water Shock untuk memadamkan api di desa itu, seluruh kobaran api itu pun berhasil dipadamkan dengan cepat. Beruntungnya, Hayakawa yang sambil menggotong Kokichi, Impmon, Lunamon, dan para Digimon kelas Infant dan In-training, semuanya dalam kondisi baik-baik saja. Mereka pun keluar dari rumahnya Leomon dan menghampiri Mai dan yang lainnya.
“Kalian tidak apa-apa kan?” Tanya Mai khawatir.
“Kami baik-baik saja. Hanya saja, Ouma-kun sepertinya masih lemas.” Jawab Hayakawa.
“Sini, biar kugendong.” Kata Zhao sambil menggendong Kokichi di punggungnya. “Badannya masih panas juga.”
“Sementara itu, Kise menatap ke arah Seadramon. “Seadramoncchi, terimakasih atas bantuannya ya.” Seadramon langsung membalas ucapan terimakasih Kise dengan raungan senang. Para Digidestined tentu saja tidak tahu apa yang Seadramon ucapkan.
“Katanya ‘sama-sama. Maafkan aku juga telah menyerang kalian dadakan waktu itu di pantai. Itu aku tidak sengaja. Kukira kalian orang jahat dan mengikut dengan Devimon. Rupanya dugaanku salah. Sekali lagi, aku minta maaf.” Kata Tailmon menterjemahkan.
“Tidak apa-apa. Lagipula itu kan karena salah paham, jadi kami bisa memaafkanmu.” Kata Mai senang. Lalu, Seadramon langsung pergi meninggalkan lokasi kejadian. Tak lama, Ikkakumon, Birdramon, dan Kabuterimon menyusut kecil menjadi Gomamon, Biyomon, dan Tentomon.
“Sekarang, kita harus pergi. Raph dan yang lainnya dalam masalah.” Ajak Zhao.
“Lalu kau membiarkan desa ini tak terjaga? Yang benar saja, Zhao!” Omel Musashi. Tak lama kemudian, Drimogemon dan Meramon siuman dari pingsannya. Semuanya pun langsung memasang posisi berjaga-jaga kalau-kalau mereka ingin menyerang lagi.
“T-Tunggu! Kami tidak mau menyerang kalian! Maaf sudah membuat kalian panik!” Kata Drimogemon panik.
“Ternyata benar... Black gear benar-benar mempengaruhi mereka sehingga mereka dikontrol seperti itu.” Kata Gomamon.
“Uh... aku juga minta maaf karena membuat hutan terbakar seperti ini.” Tambah Meramon dengan nada menyesal.
“Hei, ini bukan salah kalian ssu. Ini salahnya Devimon.” Kata Kise mencoba menenangkan mereka berdua.
“Sebenarnya Devimon itu siapa? Kenapa kalian bilang kalau Drimogemon dan Meramon dikontrol oleh mereka?” Tanya Biyomon bingung.
“Aku bahkan baru dengar soal Devimon ini.” Timpal Lunamon.
“Kelihatannya dia mengacau lebih dari aku selalu mengerjai Sala- maksudku Tailmon ya.” Celetuk Impmon.
“Tidak ada waktu untuk bercanda, Impmon! sekarang kita harus menyusul ke tempatnya Raph dan yang lain!” Seru Tailmon. Kise memperhatikan Digimonnya dengan teliti. Ia penasaran mengapa Tailmon belum menyusut menjadi Salamon. Ini hal yang aneh. Sekarang, ia harus kesampingkan itu dulu dan fokus untuk menyelamatkan teman-temannya yang masih bertarung dengan Devimon.
“Kau ini bagaimana, Tailmon? Bosku masih sakit, aku harus tinggal di sini untuk menjaganya.” Omel Impmon.
“Benar apa yang dikatakan oleh Impmon. Lebih baik, dia menemani Kokichi sampai kita membawa pulang daun Digi Tea.” Timpal Tentomon.
“Lalu yang menjaga desa siapa?” Tanya Mai.
“Biarkan kami saja yang menjaga desa. Ini sebagai permohonan maaf sekaligus balas budi pada kalian yang sudah melepaskan pengaruh Devimon dari kami.” Kata Drimogemon, disusul anggukan dari Meramon. Dengan cepat, Drimogemon membuat lubang ke bawah tanah untuk tempat persembunyian para Digimon Infant, sedangkan Meramon langsung membuat barikade yang terbuat dari kayu-kayu yang diambilnya dari pohon di dekat gerbang desa, dan menaruhnya di pintu desa yang sudah rusak.
“Sudah selesai! Impmon, sekarang kau dan Tamermu bisa masuk ke lubang tempat persembunyian ini beserta dengan para Digimon Infant.” Kata Drimogemon.
“Terima kasih, Drimogemon.” Balas Impmon sambil masuk ke dalam lubang bersama dengan para Infant. Zhao pun masuk ke lubang sambil menggendong Kokichi, lalu setelah meletakkannya dalam lubang, ia langsung melompat keluar dari lubang itu.
“Baiklah! Barikadenya juga sudah selesai! Semuanya sudah aman! ” Seru Meramon.
“Terimakasih, Meramon. Ayo, kita harus pergi ssu.” Ajak Kise.
“Tunggu dulu, aku akan mengantar kalian ke atas bukit supaya lewat jalan pintas.” Timpal Meramon. Pada saat itu juga, tubuh Meramon membesar dan dia mengulurkan tangannya agar mereka bisa menumpang padanya.
“Apakah nanti kami akan terbakar oleh apimu?” Tanya Zhao?
“Tenang saja, apiku tidak akan membakar benda ataupun makhluk hidup selama aku bisa mengendalikan kekuatanku. Percayalah.” Jawab Meramon. Lalu mereka pun percaya. Langsung saja, Meramon melompat ke atas bukit. Setelah itu, Digimon api itu melepaskan mereka dan berkata, “Kalian tinggal telusuri terus jalan ini, pasti akan sampai di tujuan dalam waktu 10 menit.” Kata Meramon.
“Terima kasih, Meramon. Kami berutang budi padamu.” Seru Hayakawa.
“Aku mohon, selamatkan Leomon dan Ogremon.” Balas Meramon.
“Kami berjanji, kami pasti akan menyelamatkan mereka.” Jawab Musashi. Tak lama setelah itu, Meramon kembali ke desa Leomon sedangkan Kise pergi bersama Tailmon, disusul Mai, Biyomon, Musashi, Tentomon, Hayakawa, Lunamon, Gomamon, dan Zhao menyusul ke tempat Raph dan Digidestined yang lain yang sedang bertarung untuk menyelamatkan Leomon, Ogremon, beserta teman-teman mereka.
Chapter 8: Devimon's Second Arrival, the Beginning of the First Final Battle
Summary:
Selesai melawan Devimon, para Digidestined dihadapkan dengan pertarungan melawan Devimon, yang ternyata adalah musuh lama Leomon dan Ogremon sebelumnya. Kali ini ia jauh lebih kuat. Mampukah para Digidestined melawannya?
Notes:
Maaf lama update karena skripsiXD Anyway, chapter 8 akhirnya sudah selesai. Again, makasih banyak buat Abang Patuan yang benar-benar ngebantuin banget untuk pengerjaan Chapter 8 ini :D Semoga kalian suka. Ganti rekor, ini sekarang chapter terpanjang X'D
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Setelah pertarungan berat melawan Gazimon bersaudara, Drimogemon dan Meramon, 5 orang Digidestined pergi menuju tempat di mana Raph dan yang lainnya bertarung melawan Devimon. Kokichi terpaksa ditinggal di desa karena masih sakit bersama dengan Impmon dan yang lainnya. Beruntungnya, desa dijaga oleh Drimogemon dan Meramon. Kekhawatiran terlukis di wajah kelima Digidestined yang menyusul ke tempat Raph dan yang lainnya berada.
“Hei, urusan kita belum selesai. Siapa Devimon yang kalian katakan tadi itu?” Tanya Mai penasaran.
“Devimon itu Digimon jahat yang mengganggu Dunia Digital ssu.” Jawab Kise.
“Kalau begitu saja kami juga tahu, karena sudah ada beberapa yang meneror kita.” Ujar Musashi dengan ketus.
“Kise-kun, mungkin secara detilnya kau tahu?” Tanya Hayakawa.
“Mungkin aku bisa jelaskan. Devimon ini Digimon setan berwujud kelelawar setengah manusia. Terlebih lagi, Leomon tahu betul seperti apa kelicikan dan kekuatannya.” Jawab Zhao.
“Tapi, Devimon dulu sempat dikalahkan. Entah siapa yang mengalahkannya, aku sempat mendengar dulu ada yang pernah kemari sebelum kita.” Sambung Gomamon. Sontak semuanya terkejut.
“Siapa yang kau maksud itu, Gomamon?” Tanya Biyomon.
“Aku tidak tahu.” Jawab Gomamon
“Seperti apa mereka?” Tanya Lunamon.
“Aku tidak tahu persis seperti apa mereka, tapi kalau yang kudengar mereka itu anak-anak terpilih sebelumnya. Itu pun kejadiannya sudah lama, sekitar 10 tahun yang lalu.” Jawab Gomamon.
“Sekarang kita prioritaskan teman-teman kita dulu. Aku khawatir ada kejadian buruk yang menimpa mereka. Sudah cukup Ogremoncchi yang kena!” Kata Kise dengan kesalnya.
“Apa yang terjadi pada Ogremon?” Tanya Mai panik.
“Ogremoncchi terkena Black Gear, dan Black Gear itu pula yang membuat dia jadi jahat. Kalau kalian ingat Black Gear yang keluar dari tubuh Drimogemoncchi dan Meramoncchi, semuanya berasal dari kekuatan kegelapan milik Devimon.” Kise menjelaskan.
“Sial... jangan sampai Leomon juga kena...” Kata Musashi dengan kesal.
“Kita harus cepat!” Kata Hayakawa. Sesegera mungkin, mereka berlari menyusul di mana teman-teman mereka yang lain berada.
Di lain tempat, Leomon sedang bertarung melawan Ogremon yang sudah terkena pengaruh Black Gear. Digimon singa berbadan besar itu menangkis serangan gada dari teman sekaligus rivalnya itu, kemudian menyerang balik dengan pedangnya. Sehingga adu senjata antara mereka pun tak terelakkan. Karena Ogremon tidak juga berhenti menyerang Leomon, berkatalah Leomon kepadanya,
“Urgh! Ogremon, sadarlah! Kau bukanlah Digimon yang seperti ini! Sadarlah! Ogremon!” Seru Leomon dengan tegas.
“Akuuu haruuus membunuh anak-anak terpilih! Akuuu haruuus membunuh mereka semuaaa!” Balas Ogremon dengan suara pelan, tanda dia sudah seutuhnya dikendalikan oleh Black Gear.
“Cih. Kalau begitu, aku tak punya pilihan lain. Rasakan ini! Fist of the Beast King!” Leomon mengeluarkan jurus tinjunya, tetapi Ogremon langsung membalasnya dengan tinju Pummel Whack. Pada saat kedua jurus tersebut beradu, batu besar yang ada di samping kiri dan kanan mereka langsung hancur. Seketika itu juga, Raph, Greymon, Hyoga, Garurumon, Sakura, Palmon, Kiku, Patamon, Soma, dan Coronamon tercengang melihat pertarungan mereka berdua yang sengit.
“Kekuatan mereka luar biasa! Aku tak menyangka bahwa Leomon dan Ogremon sekuat itu!” Kata Raph.
“Kita tak bisa diam di sini begitu saja! Kita harus membantu Leomon!” Balas Hyoga.
“Tapi bagaimana caranya? Ogremon sudah kena Black Gear, dan satu-satunya cara adalah mengalahkan Devimon.” Sakura menambahkan.
“Terlebih lagi, Devimon sedang bersembunyi di suatu tempat. Jadi kita harus waspada, karena sewaktu-waktu dia bisa menyerang kita kapan saja.” Usul Kiku.
”HAHAHAHAHA!!!!! Kau Benar! Bersembunyi bukan berarti aku kabur dari kalian!” Devimon kembali muncul tiba-tiba di dekat para Digidestined. Kaget karena suara dari Digimon kelelawar tinggi itu, Soma langsung mengeluarkan pedang Claimh Solais.
“Kurang ajar! Rasakan ini, Devimon!” Soma langsung menebas Devimon, tetapi Devimon mengangkis serangan itu dengan kedua tangannya sambil berkata,
”Hehehe! Kau mempunyai kekuatan yang unik dibandingkan dengan teman-temanmu yang lain. Mengapa engkau tidak bergabung saja denganku? Supaya kita berdua bisa menguasai pulau ini?” Tawar Devimon. Soma menggelengkan kepalanya sebagai respon terhadap tawaran Devimon tersebut.
”Aku tidak akan pernah kembali ke jalan kegelapan! Jangan coba-coba membujukku dengan rayuanmu itu!” Soma menebas Devimon kembali, dan dia pun terpental.
“Hehehe! Sejak kau merasakan aura gelapku, aku pun bisa merasakan kekuatan yang kau miliki. Kau mempunyai kekuatan untuk mengendalikan para roh, dan itu merupakan perwujudan dari kekuatan kegelapan. Jadi mengapa engkau menolak tawaranku ini?” Devimon kembali bertanya.
”Sudah kukatakan padamu, aku tidak akan pernah kembali ke jalan kegelapan! Valkyrie!” Soma memanggil roh berbentuk ksatria wanita berbaju zirah dan berpedang. Kemudian, pemuda berambut putih itu menyerang Devimon kembali, tetapi Digimon kelelawar itu kembali menepis serangan itu. Langsung saja, Valkyrie menyerang Devimon dengan menebaskan pedangnya ke Devimon.
“Urgh, ternyata ada elemen cahaya dalam roh wanita itu! Boleh juga, rasakan ini! Touch of Evil!” Dengan tangannya yang memanjang, Devimon mencengkeram Valkyrie sehingga dia pun lenyap.
“Oh tidak, Valkyrie!” Teriak Soma. Karena melihat pertarungan mereka, Greymon langsung menembakkan Nova Blast. Devimon menghindar, tetapi langsung diterkam oleh Garurumon dari samping kiri.
“HAHAHAHAHA!!!!! Akhirnya kalian mulai serius juga!” Seru Devimon sambil menampar Garurumon, tetapi serigala biru yang sempat terpental itu langsung membalas dengan Howling Blaster. Dalam hitungan detik, Devimon langsung menghindar. Pada saat yang bersamaan, Leomon melompat menjauhi Ogremon dan mengeluarkan tinju Fist of the Beast King ke arah Devimon. Dengan cekatan, Devimon langsung menghilang dan berkata, “HAHAHAHAHA!!!!! Sepertinya permainan hari ini cukup sampai di sini saja! Kalau begitu, aku akan mengambil alih dirimu, Leomon!” Dengan cepatnya, Devimon muncul di belakang Leomon, mencengkeram punggungnya,mengeluarkan Black Gear dan memasukkannya ke tubuh Digimon singa bertubuh besar itu.
“AAAARGH!!!” Leomon berteriak kesakitan.
“LEOMON!!” Raph berteriak dengan amarah berapi-api ketika ia melihat apa yang terjadi dengan Leomon dan langsung saja ia berlari menuju Devimon sambil menggenggam erat kedua Sais miliknya dan tanpa ragu langsung menusuk Digimon kelelawar itu.
“HAHAHA!! Tusukan dari mainanmu tidak ada apa-apanya untukku! Enyahlah!” Devimon pun langsung menyerang Raph dan membuatnya terlempar jauh.
“Raph!!” Seru Greymon. Karena Devimon lengah, ia tak menyadari Hyoga sudah bersiap dengan salah satu serangannya. Kedua tangannya sudah ia satukan dan ia angkat ke atas.
“Aurora Thunder Attack!!” Serangan tersebut berhasil membekukan Devimon. “Teman-teman, sekarang saatnya!” Ujar Hyoga. Sakura, Soma, dan Kiku mengangguk dan menyerang Devimon langsung tanpa ragu.
“Boomerang Hook!” Kiku mengarahkan serangan pukulan hook kanannya dan keluarlah angin dari tangannya. Sakura dan Soma langsung melompat menuju Digimon setan yang telah dibekukan oleh Hyoga itu. Sang gadis berambut pink itu menyerang dengan bom kertas yang ia gantungkan di kunainya, sedangkan Soma menyerang langsung dengan pedang Claimh Solaisnya. Ternyata serangan mereka berhasil. Asap menutupi pandangan mereka karena serangan tersebut.
“Kalian keren sekali!” Raph pun bangkit dan langsung berlari menuju teman-temannya. Sakura juga bersorak senang.
“Tungu! Jangan senang dulu. Aku tak yakin kalau serangan kita tadi berhasil.” Kata Hyoga ragu-ragu. Benar saja, ketika asap yang menutupi pandangan mereka menghilang secara perlahan, Devimon ternyata sudah menghilang dari pandangan mereka.
“Menghilang?!” Soma terkejut melihat apa yang di depannya saat ini.
“Bagaimana mungkin? Serangan tadi cukup fatal dan bahkan dia tak mungkin bisa menghindar...!” Kata Kiku panik.
“KURANG AJAR!” Raph mengutuk dengan kesalnya dan memukul tanah karena marah dan kesal atas kegagalannya.
“Simpan amarahmu itu. Sekarang kita harus pikirkan cara untuk menyelamatkan Leomon dan Ogremon.” Kata Hyoga sambil memasang kuda-kudanya. Leomon dan Ogremon sudah bersiap menyerang mereka kapan saja karena pengaruh Black Gear yang ada di dalam tubuh mereka. Tanpa berlama-lama, Leomon mengambil ancang-ancang dan langsung menyerang ke arah kelima Digidestined itu. Soma langsung menahan serangan Leomon dengan pedang Claimh Solais. Ogremon langsung mengangkat gadanya dan berusaha menyerang Soma. Namun, Garurumon langsung berlari menuju Digimon besar bertubuh hijau itu dan langsung menggigitnya dengan erat. Tanpa berlama-lama, Coronamon pun membantu dengan tinju Corona Knuckle.
Sementara itu, Leomon yang masih sibuk melawan Soma, ternyata mendapat serangan Nova Blast dari Greymon, Poison Ivy dari Palmon, dan Boom Bubble dari Patamon. Karena semua serangan itu, Leomon sempat terpental. Akan tetapi, Digimon singa berbadan besar itu langsung membalas dengan Fist of the Beast King. Sontak Soma, Greymon, Palmon, dan Patamon langsung menghindar. Pada saat yang bersamaan, Ogremon memukul Garurumon dengan gadanya sampai terpental, kemudian dia mengeluarkan Pummel Whack. Sadar karena Ogremon mengeluarkan tinjunya, Garurumon bangkit berdiri dan membalas dengan Howling Blaster sampai kedua jurus tersebut beradu. Tak lama kemudian, Leomon melompat ke arah serigala biru itu dan mengeluarkan pedangnya. Garurumon pun langsung menyambutnya dengan terkaman, sehingga pada saat Leomon menebasnya, pedangnya tersangkut pada gigi Garurumon.
“Aaaanak-aaaanak terpilih, aku akan menghabisi mereka semuaaa!” Leomon memukul Garurumon dengan tangan kirinya, sehingga dia melepaskan gigitan pada pedang Digimon bertubuh besar itu.
“Garurumon!” Teriak Hyoga sewaktu dia menghampiri Digimonnya itu. Melihat temannya dalam kesulitan, Greymon maju ke arah Garurumon bersama Raph diikuti oleh Ogremon yang maju ke samping Leomon.
“Kau baik-baik saja, Garurumon?” Tanya Greymon.
“Aku tidak apa-apa, tenang saja.” Balas Garurumon.
”Sial, apa kita tak bisa berbuat sesuatu untuk menolong mereka? Hyoga, apa kau punya ide?” Tanya Raph sembari memegang kedua saisnya.
”Sepertinya aku punya ide, tapi aku tak tahu entah berhasil atau tidak.” Jawab Hyoga.
”Tidak ada salahnya untuk mencoba. Ayo, katakan idemu.” Perintah Raph.
”Garurumon dan Greymon, nanti tembakkan kedua api kalian setelah aku beri aba-aba. Sewaktu mereka menghindar, aku akan membekukan mereka. Setelah itu, kita serang mereka.” Usul Hyoga.
“Baiklah, ayo kita lakukan!” Seru Raph bangga. Menunggu isyarat dari Hyoga, Greymon, Garurumon, dan Raph pun diam sejenak sementara Leomon dan Ogremon mendekat perlahan-lahan ke arah mereka. Sekitar hampir semenit kemudian, remaja berambut kuning itu memberi isyarat untuk menyerang kedua Digimon itu pada saat jarak mereka sudah dekat. Greymon menembakkan Nova Blast, disusul oleh Howling Blaster dari Garurumon. Leomon dan Ogremon pun menghindar kesamping kiri dan kanan. Seketika itu juga, Hyoga melompat kemudian mengeluarkan Aurora Thunder Attack tepat di depan Leomon. Karena terkejut, Leomon tak sempat menghindar dan membeku karena terkena serangan itu. Ketika Ogremon masih melompat untuk menghindar, Raph langsung melompat untuk menyerang Ogremon.
“Raph, kami akan membantumu!” Seru Sakura, Kiku, Soma, beserta Palmon, Patamon, dan Coronamon. Tanpa menunda-nunda, mereka semua menyerang Ogremon dengan serentak sehingga dia merintih kesakitan dan terpental lumayan jauh. Pada waktu yang bersamaan pula, di dalam istana yang letaknya di puncak gunung yang jaraknya jauh dari mereka dan gelap, Devimon mengawasi mereka sambil berkata,
”Dasar anak-anak bodoh! Mereka dengan mudahnya tertipu oleh ilusi yang aku ciptakan, sehingga mereka mengira bahwa aku ada di sana! Hehehe! Kalau begitu, aku akan segera menghabisi mereka semua!”
Beberapa detik kemudian, terbanglah sekitar 10 buah Black Gear dari gunung itu menuruni lembah, dan sampai ke tempat dimana para Digidestined sedang bertarung. Di saat yang sama, Leomon memecahkan es yang membekukan tubuhnya sementara Ogremon bangkit berdiri. Lebih buruknya lagi,masing-masing 5 Black Gear masuk ke tubuh mereka melalui punggung mereka.
“AAAAAAAAAARGH!!!!!” Teriak Leomon dan Ogremon, dibarengi oleh keluarnya cahaya hitam yang gelap dari tubuh mereka.
“Ini bahaya! Semua Black Gear itu masuk ke dalam tubuh mereka! Ini bahaya!” Umpat Patamon.
“Kita harus jaga jarak! Jangan sampai kita kena serangan dari mereka!” Kiku menambahkan. Beberapa detik kemudian, tubuh kedua Digimon itu membesar, rambut mereka menghitam, dan bola mata mereka seperti hilang sembari kelima Digidestined beserta Digimon mereka mundur. Beberapa saat kemudian, mereka menatap ke arah Greymon dan Garurumon. Setelah itu, Leomon berjalan ke arah Greymon sedangkan Ogremon ke Garurumon.
“Bersiaplah, Greymon! Mereka datang!” Seru Garurumon.
“Tunggu, ada yang aneh. Lihat!” Ujar Greymon. Ternyata Leomon dan Ogremon berhenti sejenak. Digimon singa itu menyarungkan pedangnya, diikuti oleh temannya yang menaruh gadanya.
“Apa yang mereka lakukan?” Raph merasa heran melihat pemandangan itu. Akan tetapi, Leomon dan Ogremon langsung berjalan cepat ke arah Greymon dan Garurumon sambil mengeluarkan tinju Fist of the Beast King dan Pummel Whack.
“Sial! Kalian berdua, cepat tembak!” Teriak Hyoga. Tanpa menunda-nunda, Greymon dan Garurumon menembakkan Nova Blast dan Howling Blaster. Beradulah keempat jurus itu. Tetapi, dengan kekuatan dari Black Gear, tinju dari Leomon dan Ogremon berhasil menghancurkan tembakan dari Greymon dan Garurumon. Pada saat mereka menghindar, Digimon singa juga temannya itu kembali mengeluarkan tinjunya kembali dan mengenai Digimon dinosaurus dan serigala itu.
“Greymon! Garurumon!” Teriak Raph dan Hyoga, berlari menghampiri kedua Digimon mereka yang terpental jauh. Tiba-tiba saja, terdengar suara yang hanya bisa didengar oleh Leomon dan Ogremon. Ya, tak asing lagi, itu adalah suara yang berasal dari Devimon. Digimon setan itu memberi perintah kepada Leomon dan Ogremon,
“Bunuh semua Digimon dan anak-anak terpilih itu, dimulai dari gadis berambut cokelat dan pemuda berambut perak!”
”Gadis berambut cokelat dan pemuda berambut perak, siap!” Teriak Leomon dan Ogremon.
“Palmon, sini!” Sakura menarik Digimonnya itu ke pepohonan yang rindang sambil berlari secepat mungkin.
“Akh, Sakura. Kita mau kemana? Masa’ kita tinggalkan mereka?” Tanya Palmon.
“Sudah, ikut saja! Nanti aku jelaskan padamu.” Jawab Sakura. Selang beberapa saat, Sakura mulai bertanya kepada Palmon, “apa kau masih punya sisa tenaga untuk berevolusi?”
“Iya, aku masih punya cukup tenaga. Tapi aku tak yakin apa aku bisa menolong Leomon dan Ogremon.” Jawab Palmon.
“Itu tidak perlu, karena aku punya strategi lain yang akan kuberitahukan padamu nanti.” Kata Sakura.
“Baiklah, aku percaya padamu.” Umpat Palmon.
“Kalau begitu, berubahlah sekarang.” Sakura memberi instruksi dengan suara pelan dan mengarahkan Digivice miliknya ke arah Palmon, maka berevolusilah Digimon tanaman itu menjadi Togemon.
“Sekarang, apa yang harus kulakukan?” Togemon bertanya kepada Tamernya. Sebelum menjawab pertanyaan, gadis berambut pink itu melambaikan tangannya sebagai isyarat untuk Togemon agar mengikuti dia. Sampailah mereka ke pepohonan yang letaknya lumayan dekat dengan tempat dimana teman-teman mereka sedang bertarung.
“Aku menduga bahwa Leomon dan Ogremon akan menangkap Patamon dan Coronamon. Jadi, kita serang mereka pada saat mereka lengah.” Usul Sakura, diikuti oleh anggukan dari Togemon. Di lain pihak, Ogremon dan Leomon sedang berlari, mendekati target mereka.
“Sial! Mereka mendekat!” Umpat Kiku.
“Kiku, jangan serang mereka! Lebih baik, kita menghindar sewaktu mereka sudah dekat!” Saran Soma. Kiku pun menuruti saran dari temannya itu. Akan tetapi, Patamon dan Coronamon langsung maju ke depan Tamer mereka.
“Takkan kubiarkan kalian membunuh Kiku! Boom Bubble!” Patamon menembakkan tembakan udaranya ke Ogremon.
“Aku akan melindungimu, Soma! Corona Flame!” Coronamon mengeluarkan tembakan apinya ke Leomon. Akan tetapi, hal itu sia-sia saja mengingat kekuatan kedua Digimon tersebut terlalu tangguh karena banyaknya Black Gear yang masuk ke tubuh mereka. Perlahan tapi pasti, Leomon dan Ogremon berjalan mendekati sasaran mereka. Kedua Digimon itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun, walau mereka ditembaki berkali-kali oleh Patamon dan Coronamon. Melihat kedua Digimon bertubuh besar itu maju terus, Kiku dan Soma jadi takut menyerang mereka sampai-sampai Ogremon mencengkeram Patamon, disusul oleh Leomon yang mencengkeram Coronamon.
“Aaaaargh!” Teriak Patamon dan Coronamon.
“Patamon! Coronamon!” Seru Tamer mereka.
“Sekarang, Togemon! Serang Ogremon!” Perintah Sakura. Langsung saja Digimon kaktus besar itu melompat keatas dan meninju punggung Ogremon. Tak disangka-sangka, Kabuterimon pun muncul tiba-tiba dan menghajar Leomon dengan tanduknya, sampai terpentallah Leomon dan Ogremon karena serangan dari Togemon dan Kabuterimon. Kiku dan Soma pun langsung memegang kedua Digimon mereka yang terlepas dari cengkraman Ogremon dan Leomon.
“Patamon! Bertahanlah, Patamon!” Teriak Kiku sembari menepuk pipi Digimonnya beberapa kali.
“Aku pasti akan selalu melindungimu, Kiku.” Patamon berkata dengan suara pelan dan dia pun terbaring lemas di hadapan Tamernya.
“Coronamon! Bangunlah, Coronamon!” Soma meneriaki Digimonnya sambil mengguncang tubuhnya.
“Maafkan aku, Soma. Aku terlalu ceroboh.” Coronamon merespon dengan lesu.
“Teman-teman, kami datang!” Mai menghampiri kelima teman mereka bersama dengan, Zhao, Kise, Hayakawa, Gomamon, Tailmon, dan Lunamon, sementara Musashi menghampiri Kabuterimon. Pada saat yang bersamaan, Sakura melompat ke arah Togemon dan bertanya,
“Kau baik-baik saja, Togemon?” Digimon kaktus besar itu menjawab Tamernya dengan mengacungkan jempol padanya, dan gadis berambut pink itu langsung berkata kepada teman-temannya yang baru saja datang, “Akhirnya datang juga kalian, kami sudah menunggu dari tadi.”
“Yang jelas, sekarang kita harus menolong Leomon dan Ogremon.” Kata Zhao.
“Cih, tubuh mereka lebih besar dari sebelumnya. Aku yakin, kekuatan mereka pun jadi lebih kuat.” Umpat Gomamon.
“Bahkan dengan kekuatan kita yang sekarang pun, belum tentu kita bisa menyelamatkan mereka.” Tailmon menambahkan.
“Lalu bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Hayakawa. Dibalik kebingungan mereka, tiba-tiba bersinarlah cahaya dari Digivice milik Kise, Kiku, Hyoga, dan Raph.
“Di-Digiviceku bercahaya?” Kata Kise dengan heran.
“A-apakah itu berarti…”Sebelum Kiku menyelesaikan perkataannya, Raph langsung membalas,
“Teman-teman, aku ingat sekarang. Sebelumnya, Leomon pernah berpesan kepada kita bahwa cahaya dapat mengalahkan kegelapan.”Sahut Raph.
“Betul juga. Pada saat kita dalam perjalanan dari desa menuju ke hutan ini, Leomon memang berkata demikian.” Hyoga menambahkan, sambil mengingat pesan dari Leomon.
“Cahaya dapat mengalahkan kegelapan, walaupun kegelapan itu sangat kuat dan mencekam. Ingat itu baik-baik.” Itulah pesan Leomon kepada mereka semua, tepatnya ketika mereka pergi dari desa menuju ke hutan.
”Tapi, apa itu berarti kita bisa menolong mereka dengan Digivice kita yang bercahaya ini?” Kise bertanya kepada temannya.
“Soal itu, kita harus mencobanya dulu. Barangkali, cuma ini satu-satunya cara.” Jawab Kiku.
”Yakinlah, bahwa kita bisa melakukannya. Lagipula, cahaya ini kuat sekali.” Hyoga menambahkan.
”Baiklah kalau begitu…” Kata Raph. Lalu ia dan Hyoga menaruh Digivice milik mereka di kantung celana mereka, kemudian mereka maju ke arah Leomon.
”Hei, Leomon! Jangan sakiti mereka lagi! Kalau kau berani, ayo kemari dan hadapi kami!” Teriak Raph sambil berjalan dengan tenang namun serius.
”Anak-anak terpilih, akan kubunuh kalian!” Teriak Leomon.
“Rasakan ini!” Teriak Hyoga sembari mengeluarkan Digivice bersamaan dengan temannya dan menempelkannya ke perut Digimon singa bertubuh besar itu.
“AAAAAAAAAARGH!!!!!” Leomon berteriak kesakitan.
“Betul juga. Kiku, ayo! Kita juga!” Seru Kise, dibalas anggukan dari temannya itu. Setelah itu, mereka berlari cepat ke arah Ogremon.
“Aaaaakan kuhabisi kalian! Raaasakan iniii! Teriak Ogremon.
“Terimalah ini, Ogremon!” Seru Kiku, mereka pun mengeluarkan Digivice dan menempelkannya ke perut Ogremon.
“AAAAAAAAAARGH!!!!” Ogremon tak kuat menahan sinar dari kedua Digivice itu, sama halnya Leomon. Perlahan-lahan, Black Gear yang tertanam di tubuh mereka mulai keluar satu per satu sampai akhirnya semuanya mencuat keluar dari punggung mereka berdua, terlempar ke atas langit dan pecah.
“Berhasil!” Raph dan Hyoga berteriak gembira sambil berjabat tangan.
“Hore! Akhirnya kita berhasil!” Kiku dan Kise pun tak kalah senangnya, bahkan spontan mereka berpelukan. Sakura bertepuk tangan dan Zhao menepuk bahu Sakura dengan senang, Mai dan Hayakawa saling berpelukan, Musashi mengangguk ke arah Soma dan dibalas dengan senyum lembut dari Soma. Togemon, Greymon, Kabuterimon, dan Garurumon menyusut kembali menjadi Palmon, Agumon, Tentomon, dan Gabumon. Semua Digimon kelas Rookie itu bersorak dengan senang. Ogremon and Leomon terkapar tak lama kemudian karena efek Black Gear yang keluar dari tubuh mereka.
“Patamon selamat, dia tidak apa-apa.” Seru Kiku sambil memeluk Digimonnya dengan riang.
“Coronamon juga, sama sekali tak ada luka di tubuhnya.” Soma menyerukan dengan suara ceria sembari memegangnya.
“Syukurlah.” Balas semua teman-teman mereka.
Tiba-tiba, Kise terdiam dan melihat ke arah Digimonnya itu.
“Ada apa, Ryouta?” Tanya Tailmon.
“Kenapa kau tidak menyusut seperti Agumoncchi, Gabumoncchi, Tentomoncchi, dan Palmoncchi?” Tanya Kise. Tailmon terdiam, lalu ia tersenyum dengan senangnya.
“Karena aku punya sedikit keistimewaan. Energiku tersimpan cukup banyak dan bahkan Digi Tea menambah tenagaku lebih, makanya aku bisa tetap seperti ini.” Jawab Tailmon. Kise memeluk Digimonnya dengan bangga.
“Berarti, hanya Tailmon saja yang tetap Champion?” Tanya Agumon. Gabumon mengangguk.
“Jawabannya tadi sudah cukup meyakinkan.” Sambung Hyoga.
“Ah, aku jadi sedikit iri pada Tailmon.” Kata Lunamon.
“Kalau begitu, sebaiknya kita menunggu Leomon dan Ogremon sadar dulu.” Usul Tentomon. Musashi mengangguk tanda ia setuju.
“Aku akan ambil daun Digi Tea bersama Palmon.” Kata Sakura.
“Aku ikut.” Kata Coronamon sembari berjalan mengikuti gadis berambut pink itu.
“Berbahaya kalau kau sendirian. Ditambah lagi, siapa tahu Devimon muncul tiba-tiba dan melukaimu.” Timpal Soma.
“Baiklah, kalian boleh ikut.” Ajak Palmon. Keempatnya menyusuri hutan mencari Digi Tea bersama Digimon mereka, sembari menunggu Leomon dan Ogremon sadar yang dijaga oleh kedelapan tamer lainnya. Sesudah mereka mengumpulkan daun Digi Tea, Soma, Sakura, dan kedua Digimon mereka kembali ke rombongan mereka. Mai dan Biyomon memeriksa kondisi kedua Digimon yang tengah terkapar pingsan itu.
“Bagaimana keadaan mereka berdua?” Tanya Coronamon.
“Menurut Mai, mereka hanya terbaring lemas saja. Sebentar lagi mereka juga akan sadar.” Jawab Gabumon. Benar saja, Leomon dan Ogremon akhirnya siuman dari pingsan mereka.
“A-apa yang terjadi...?” Tanya Ogremon.
“Vy, rebyata, byli atakovany atakoy Chernykh mekhanizmov Devimon.” Jawab Hyoga. Gabumon langsung sweatdrop mendengar jawaban tamernya itu. Tidak hanya Hyoga, bahkan semua yang ada di situ langsung sweatdrop karena tak paham.
“Aduh, bahasa apa itu ? Aku tak paham ssu!” Protes Kise.
“Yang tadi itu Bahasa Rusia. Aku bilang kalau mereka tadi kena serangan Black Gear dari Devimon.” Kata Hyoga.
“Di mana Devimon? Apa kalian berhasil mengalahkannya?” Tanya Leomon dengan suara pelan.
“Nah... more like Devimon got away like a chicken.” Jawab Raph.
“Raph, jangan bicara dengan Bahasa yang orang tak mengerti.” Protes Agumon.
“Tidak juga. Kebetulan aku dan Gomamon paham apa yang Raph katakan. Iya kan, Gomamon?” Kata Zhao, tapi Gomamon bingung menanggapinya sambil menggaruk rambut di kepalanya.
“Aku juga begitu. Turnamen King of Fighters kan pakai Bahasa Inggris.” Sambung Mai.
“Yare-yare. Mendokusai.” Sakura menambahkan sambil menggelengkan kepala.
“Sakuraaaaa!” Palmon menggerutu dengan wajah kesal.
“Maaf, Palmon. Aku cuma bercanda kok.” Jawab Sakura dengan wajah tidak enak dan sweatdrop, dan semua menertawakan mereka karena hal itu kecuali Ogremon.
“Sebaiknya kita fokuskan ke hal utama dulu. Jangan bahas hal yang tak berguna.” Musashi protes dengan dingin. Lalu ia melihat ke arah Leomon. “Kau dan Ogremon kena pengaruh dari Black Gear juga. Lumayan banyak yang masuk ke tubuh kalian. Beruntunglah, semua Black Gear di dalam tubuh kalian berhasil dikeluarkan.” Sambungnya.
“Berarti... Ah, maafkan kami kalau begitu. Seharusnya kami cukup kuat untuk melawan pengaruh dari Devimon.” Kata Leomon dengan menyesal. Ogremon mengangguk disertai ekspresi penyesalan dari wajahnya.
“Hei, itu bukan salah kalian kok.” Kata Kiku.
“Ini semua gara-gara ulah Devimon, jadi kalian jangan menyalahkan diri sendiri.” Timpal Patamon dengan antusias.
“Ngomong-ngomong, bagaimana kondisi desa, Mai?” Tanya Leomon.
“Sempat ada gangguan... dan itu besar.” Jawab Mai.
“Maksudnya, tadi ada serangan dari Gazimon bersaudara sebelum kami bersepuluh kemari. Ditambah lagi Drimogemon dan Meramon turut membantu mereka. Mereka menyerang kami karena mereka juga terkena Black Gear.” Sambung Biyomon menjelaskan.
“Untung saja bisa diatasi.” Kata Hayakawa sedikit lega.
“Sayangnya kerusakan desa sangat parah karena banyak rumah yang terbakar. Bahkan kami harus mengungsikan Kokichi dan para Digimon Infant ke lubang bawah tanah sebelum kemari. Sementara ini, desa sedang dijaga Meramon dan Drimogemon.” Timpal Lunamon. Leomon pun bangkit dan melihat ke arah 10 tamer beserta Digimon mereka.
“Kalau begitu, ayo, kita pulang. Karena mereka semua pasti menunggu kita. Lagipula, ini sudah hampir tengah malam. Akan berbahaya jika kita terlalu lama di hutan ini.” Ajak Leomon. Para tamers mengangguk setuju, disertai sorakan bahagia Digimon mereka, kecuali Ogremon. “Ogremon, kau juga ikut dengan kami, kan?” Leomon bertanya dengan sedikit heran karena melihat temannya hanya duduk terdiam.
“Aku sudah tak pantas untuk pulang ke desa. Aku sudah melakukan hal yang buruk kepada kalian.” Jawab Ogremon dengan menyesal.
“Bicara apa kau? Itu bukan kesalahanmu, Devimon lah yang melakukan ini semua. Dengar, aku pun berbuat hal yang sama kepada mereka. Tapi itu semua diluar kendaliku, karena aku sendiri tak sadar." Bantah Leomon
“Lalu bagaimana dengan masa laluku? Dulu aku adalah “tangan kanan” Devimon, dan aku sudah sering meresahkanmu, teman-teman, para Infant, dan anak-anak terpilih sebelumnya. Apa kau pikir, aku pantas pulang dan bertemu dengan mereka semua?” Berupaya memulihkan kondisi mental temannya, Leomon mendekat dan memegang bahu Ogremon sambil berkata,
”Dengarkan aku baik-baik. Memang benar apa yang kau ucapkan itu. Tapi, tidakkah kau ingat bahwa kau juga berusaha keras melindungi mereka? Tidakkah kau ingat pertarungan melawan Metaletemon, pada saat tangan kananmu patah? Walaupun kondisimu tak memungkinkan kau untuk bertarung, tapi kau tetap bertarung bersamaku demi melindungi Mimi dan anak-anak lainnya. Atau tidakkah kau ingat pada saat Piedmon memanggil gerombolan Vilemon untuk mengepung mereka? Kau bersama dengan teman-teman kita yang lainnya ikut berjuang mati-matian demi melindungi mereka. Ingatlah, Ogremon! Kau yang sekarang bukanlah kau yang dulu!”
”Itu benar, Ogremon. Walaupun kami tak mengetahui masa lalumu, kau sudah banyak berbuat baik kepada kami semua.” Seru Patamon.
”Kau juga sudah membantu Leomon melindungi kami dari Flymon dan Snimon.” Coronamon menambahkan.
”Dan kau juga sudah melindungi Leomon dari Devimon dan Black Gear.” Palmon pun ikut mendukung.
”Ka-kalian semua…” Ogremon menatap ke arah mereka satu per satu, dan tak sanggup menahan rasa harunya karena mendengar kata-kata dari teman-temannya. Terlebih lagi, para Digidestined bersama Digimon mereka melihat Ogremon dengan tatapan ramah sebagai tanda terima kasih atas keberaniannya. Akhirnya, ia pun menangis seperti anak kecil yang polos. ”Te-terima kasih, teman-teman. A-aku tak tahu bagaimana aku bisa mengungkapkan hal ini dengan kata-kata.”
“Ayo, temanku yang keras kepala. Kita harus pulang, semua sudah menunggu.” Kata Leomon sambil membantunya berdiri.
“Te-terima kasih, kawanku yang galak.” Balas Ogremon.
“Ayo kita pulang.” Seru Raph dengan wajah ceria tak kepalang melihat kedua Digimon bertubuh besar itu, karena hal itu mengingatkan dia kepada saudaranya. Karena saking letihnya, tiba-tiba saja Sakura terjatuh. Mereka semua kaget melihat gadis berambut pink itu pingsan mendadak begitu saja.
“Sakura, Sakura!” Palmon mengguncang tubuh Tamernya, disusul oleh Mai dan Biyomon untuk memeriksa keadaannya.
”Dia hanya tertidur, kau tak perlu cemas.” Kata Mai.
”Dia terlalu memaksakan diri, begini jadinya.” Biyomon menambahkan.
”Biar aku bantu dia.” Seru Palmon.
”Jangan. Kau juga sudah lelah, biar aku saja yang menggendongnya.” Usul Mai. Tak lama setelah itu, Palmon pun hampir terjatuh karena kelelahan. Langsung saja Biyomon merangkul kawannya itu dan berkata,
”Apa kau masih kuat berdiri, Palmon?”
”Ya, aku masih kuat. Terima kasih ya, Biyomon.” Jawab Digimon tanaman hijau itu, dibalas oleh kedipan mata dari temannya itu sambil menopang tubuhnya. Teman-teman mereka sempat khawatir melihat kejadian itu, tetapi Mai dan Biyomon menjelaskan bahwa mereka baik-baik saja. Akhirnya, mereka berjalan pulang ke arah desa. Sekitar setengah jam mereka berjalan tanpa bercakap-cakap, Musashi mendekat ke Soma. Pada saat itu, Soma sedang mengingat momen ketika Devimon berbicara kepadanya.
Tak sadar akan kehadiran temannya itu, Musashi menepuk bahu pemuda berambut putih itu. Kemudian berkatalah dia, “Hei, ada apa? Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu.”
“Ah, tidak ada apa-apa. Hanya saja…” Sebelum Soma menyelesaikan omongannya, Musashi langsung menyela.
“Hanya apa?”
“Ah, sudahlah. Kau tak perlu mengetahuinya.” Jawab Soma.
”Baiklah kalau begitu, aku hanya menepuk bahumu karena kupikir kau sedang melamun.” Umpat Musashi.
”Terima kasih sudah mengingatkanku.” Balas Soma. Beberapa saat setelah itu, Musashi bertanya kembali kepada pemuda berambut perak itu,
“Oh iya Soma, aku ingin tahu soal Devimon. Siapa dia sebenarnya, dan Digimon seperti apakah dia ini?”
“Dia adalah Digimon setan yang sangat jahat, dan kuat. Wujudnya seperti setengah kelelawar setengah manusia, dan dia berupaya menghabisi kita semua. Terlebih lagi, dia juga bisa mengetahui kekuatan yang aku miliki, yang berhubungan dengan masa laluku.” Soma menjawab dengan tenang.
“Dia bisa mengetahui kekuatan yang kau miliki? Apa itu berarti, kekuatan kalian itu mirip?” Musashi kembali bertanya.
”Sayangnya, aku belum bisa menjawab pertanyaanmu itu. Terlebih lagi, aku tak bisa menceritakan masa laluku padamu.” Jawab Soma.
”Iya, tak masalah. Karena setiap orang punya masa lalu yang tak perlu diceritakan.” Ujar Musashi.
”Sekali lagi terima kasih, Musashi.” Seru Soma.
”Terima kasih kembali, Soma.” Balas Musashi. Tanpa terasa, mereka sampai di desanya Leomon. Sebagian besar dari para Digidestined dan para Digimon mereka tercengang melihat pemandangan desa yang banyak sekali rumah yang hangus dilahap si jago merah. Pintu gerbang pun sudah rusak total akibat didobrak secara paksa. Hanya rumah milik Leomon beserta gudang tuanya lah yang selamat. Sesaat kemudian, Zhao menjelaskan bahwa Kokichi, Impmon, beserta para Digimon Infant berada di lubang bawah tanah tempat persembunyian yang dibuat oleh Drimogemon. Mendengar itu, mereka langsung bergegas masuk ke lubang yang lumayan besar dan luas tersebut. Lubang tersebut tidak lah pengap, bahkan penampilannya lebih menyerupai terowongan yang ada lampunya. Tak jauh dari pintu masuk lubang itu, mereka mendapati Kokichi yang masih terbaring lemah.
“Maaf ya Sakura, biarkan aku mengambil daun teh Digi Tea yang ada di tasmu.” Mai berkata sambil membaringkan temannya itu, kemudian mengambil Digi Tea.
“Oh iya, kita lupa mengambil panci dan kayu bakar.” Seru Biyomon sembari menepuk jidatnya, diikuti oleh Mai.
”Jangan khawatir, Leomon dan Ogremon akan kemari dan membawa semuanya.” Jawab Agumon.
”Kita tunggu saja, sebentar lagi juga mereka datang.” Gabumon menambahkan. Benar saja, sesaat kemudian Leomon membawa panci masak beserta air di dalamnya, dan Ogremon membawa kayu bakar dalam jumlah yang lumayan banyak.
”Masukkan semua daun Digi Tea itu, Mai.” Ogremon memberi instruksi kepada gadis berbaju merah itu, dan dia pun langsung memasukkannya. Beberapa detik kemudian, Ogremon meletakkan semua kayu bakar itu disusul oleh Leomon yang menyalakannya dan direbusnyalah teh ajaib itu. Pada saat matang, kedua Digimon itu langsung menyajikannya dalam mangkuk bsear dan memberinya kepada Kokichi.
”Ini, minumlah. Kau harus menghabiskan teh ini semangkuk penuh, karena itu akan menghilangkan racun yang sudah bersarang hampir 1 hari di tubuhmu.” Umpat Leomon.
”Te-terima kasih, Leomon.” Balas Kokichi, Impmon pun membantu Tamernya bangkit dari rebahnya. Diminumnyalah teh itu perlahan- lahan.
”Bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanya Lunamon.
”Wah, ajaib sekali. Demamku sudah hilang, dan pusingku juga.” Jawab Kokichi dengan senang sambil mengangkat jempolnya, “rasanya manis luar biasa~” Tambahnya. Tentu saja Lunamon, Tailmon, dan Zhao sweatdrop karena jelas itu bohong.
“Manis dari mana? Pahit iya. Tidak bisa kah dia jujur pada fakta sekali ini.” Kata Tailmon jengkel.
”Bos, akhirnya kau sembuh juga.” Kata Impmon dengan senangnya, sambil memegang tangan Kokichi.
”Ah sudahlah, Impmon. Kau ini norak sekali, aku tidak apa-apa kok. Kan bosmu ini kuat. Nishishi~” Timpal Kokichi, Tapi Impmon menghiraukannya.
”Berterimakasihlah kepada Sakura dan Palmon, karena merekalah yang telah mengambilkan Digi Tea untukmu.” Coronamon berkata sambil menunjuk ke arah Sakura dan Palmon yang sudah tertidur. Tak bisa menahan letih, kantuk pun mulai menyerang mereka satu per satu.
”Tidurlah kalian semua di dalam rumahku, ini sudah larut malam.” Perintah Leomon.
”Lalu bagaimana denganmu, Leomon? Jika kami semua bersama para Infant tidur di rumahmu, di manakah kau akan tidur?” Tanya Kiku.
”Ada yang harus kami bereskan dulu sebelum kami istirahat, kalian tak perlu mengkhawatirkan kami.” Jawab Leomon.
”Baiklah kalau begitu, kami akan langsung istirahat.” Kata Hayakawa sambil mengantuk. Akhirnya, kesebelas tamer itu mengambil para Digimon Infant dan beberapa ada yang dipandu, pergi ke rumah Leomon. Setelah semuanya masuk, kantuk mereka tiba-tiba hilang karena sebagian dari mereka kaget sambil berteriak melihat Meramon yang sedang terjaga di ruang tamu.
“Uwa, siapa makhluk berbentuk siluman api itu?” Tanya Raph.
“Namanya Meramon, dialah yang telah membuat barikade sebagai pengganti pintu desa yang rusak.” Jawab Lunamon.
“Kukira dia itu Digimon jahat seperti Devimon.” Timpal Soma.
“Dia tidak jahat, hanya saja dia sempat kemasukan Black Gear seperti Leomon dan Ogremon.” Hayakawa menerangkan kepada teman-temannya.
“Tapi apa dia tidak berbahaya? Lihat baik-baik, tubuhnya diselimuti oleh api.” Umpat Hyoga.
“Api? Jangan-jangan kau yang membakar desa ini ya?” Raph bertanya dengan nada marah sembari mau mengambil Tsainya.
“Hei, hei, hentikan omong kosong ini! Meramon itu tidak jahat. Sudah dibilang kan, dia itu terkena Black Gear? Dia tidak sadar pada saat dia membakar desa dengan bola apinya. Jadi, jangan kalian berkata seperti itu kepadanya!” Mai memarahi Raph beserta Soma dan Hyoga yang mencurigai Meramon.
“Cih, sepertinya aku benar-benar tidak disukai di tempat ini. Lebih baik, aku pergi sekarang.” Kata Meramon sambil berlari dan melompat keluar dari rumah Leomon.
“Meramon, tunggu!” Musashi dan Mai mengejarnya, tapi Digimon api itu terlalu cepat untuk mereka susul. Tanpa disangka, Leomon dan Ogremon melihat Meramon, dan mencegatnya.
“Meramon, ada apa? Kenapa kau ingin meninggalkan desa?” Tanya Leomon.
“Ini sudah lewat tengah malam, bung. Berbahaya jika kau keluar desa, bisa-bisa Devimon menyerangmu.” Ogremon menambahkan.
“Aku tahu. Tapi, kehadiranku tidak disukai oleh anak-anak itu, jadi lebih baik aku pergi saja. Lagipula, memang aku kan yang membakar desa itu?” Seru Meramon dengan nada kesal. Sebelum Leomon menjawab temannya itu, Mai dan Musashi mendekat ke arah mereka diikuti oleh teman-teman mereka.
“Tunggu, ini hanya salah paham. Kami bisa menjelaskan ini semua.” Akhirnya, Musashi pun menjelaskan panjang lebar mengenai semuanya. Singkat cerita, Raph, Hyoga, dan Soma meminta maaf kepada Meramon.
“Kami minta maaf yang besar-besarnya.” Ungkap mereka bertiga.
“Sejujurnya, kami sudah letih sekali karena kami sudah diserang beberapa kali oleh musuh dalam 1 hari ini.” Raph menerangkan kepada Meramon.
“Oleh karena itu, kami jadi agak sedikit trauma akan semua itu.” Hyoga menambahkan.
“Kami hanya tidak ingin ada yang mengusik kami lagi hari ini.” Timpal Soma
“Baiklah kalau begitu, permintaan maaf kalian aku terima.” Meramon merespon mereka bertiga.
“Fiuh, akhirnya selesai juga persoalan kita hari ini. Hoahem, aku jadi ngantuk.” Zhao menguap dengan polosnya tanpa menutup mulutnya, sehingga seekor nyamuk masuk ke dalam mulutnya. “Puh, nyamuk sialan! Bisa-bisanya dia masuk ke mulutku!” Umpat Zhao dengan nada kesal sambil melepeh nyamuk itu, dan mereka semua tertawa melihat hal konyol itu. Sesaat kemudian, rasa lelah yang mereka hadapi hari ini membuat mereka mengantuk berat dan ingin sekali beristirahat. Masuklah mereka ke rumah Leomon, para tamer wanita tidur di kasur. Musashi dan Soma memilih tidur sambil duduk di lantai dan bersender di dinding. Kise, Kokichi, dan Zhao tidur di sofa besar. Hyoga tidur dengan posisi duduk di kursi dan kepalanya sedikit menunduk. Bagaimana dengan Raph? Dia membuat hammock dari kain dan ia ikatkan di dua tiang di rumah itu dan tidur di hammock tersebut. Sementara itu, semua Digimon mereka tidur bersama dengan Digimon Infant di ruangan khusus.
Paginya, para tamers dibangunkan oleh Digimon mereka masing-masing. Semuanya langsung bangun... kecuali Zhao dan Raph.
“Mereka ini tukang tidur atau bagaimana sih?” Omel Sakura.
“Biar aku yang urus. Musashi, tolong angkat aku.” Kata Gomamon datar. Musashi langsung menggendong Digimon berbentuk singa laut itu dan mengarahkannya ke wajah Zhao. Tiba-tiba, ia menyemburkan air keluar dari mulutnya.
“Gah! Gomamon, hentikan!” Zhao mengibaskan tangannya untuk menghentikan pancuran air yang keluar dari mulut Gomamon. Semua tertawa melihat kejadian tersebut, kecuali Musashi yang hanya menyunggingkan senyum kecil. Akhirnya, Gomamon menghentikan semprotan air dari mulutnya berhubung tamernya sudah bangun.
“Lalu cara membangunkan Raph bagaimana?” Tanya Gabumon.
“Dia itu susah untuk dibangunkan. Aku sampai sekarang belum menemukan cara efektif untuk membangunkannya.” Jawab Agumon sambil berpikir. Tiba-tiba, sebuah bola api kecil meluncur cepat menuju bagian bawah hammock, tepatnya di bagian pantatnya Raph dan sukses membakar hammock itu. Raph yang terkena api itu terkejut dan langsung berlari keluar dan memadamkan apinya.
“Coronamon, ini bukan ulahmu kan?” Tanya Soma sedikit tegas. Coronamon menggeleng.
“Cruzcchi, siapa lagi yang membangunkan orang dengan cara usil seperti itu selain ulah Impmonnya Oumacchi?” Protes Kise.
“Eh? Impmon tidak begitu kok padaku. Mungkin hanya padamu dan Tailmon saja, Kise-chan.” Balas Kokichi sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
“Kayaknya mustahil d-deh untuk Coronamon dan A-Agumon untuk melakukan hal itu...” Kata Tentomon dengan takut-takut. Mendengar jawaban itu, tangan Raph mendadak mengepal karena kesal. Tiba-tiba ia berlari ke arah Kokichi dengan kesal.
“I AM GONNA BEAT YOU INTO PULP, YOU LITTLE ROACH!!” Seru Raph dengan jengkel dan Kokichi berlari menjauh dari Raph sambil tertawa. Kejar-kejaran tersebut terjadi di dalam rumah Leomon.
“Dan... itu lah, tuan-tuan dan nona-nona... pentingnya kelas anger management diperlukan di segala situasi.” Kata Hyoga sedikit sarkas. Itulah moment yang terjadi pada pagi hari... di alam mimpi mereka. Ya, alam mimpi. Karena sebenarnya, mereka tertidur selama 2 hari berturut-turut akibat terlalu capek atas apa yang mereka hadapi selama seharian penuh. Dan siapa sangka, Kokichi dan Impmon lah yang bangun paling pertama bangun pagi itu diantara para Digidestined dan Digimon lainnya. Remaja berambut hitam keunguan itu langsung mengajak Impmon untuk cuci muka, maka pergilah mereka ke kamar mandi untuk membasuh wajah mereka masing-masing. Setelah cuci muka, mereka langsung ke teras rumah Leomon. Dilihatnya lah Leomon, beserta dengan yang lainnya sedang memperbaiki rumah-rumah yang ludes terbakar dengan kayu yang mereka bawa dari hutan.
”Leomon, biar aku bantu.” Kata Kokichi, diikuti oleh Impmon dari belakang.
”Lho, kalian sudah bangun? Bagaimana rasanya tidur 2 hari?”
“Dua hari?” Tanya Impmon.
”Iya, 2 hari. Kalian pasti terlalu lelah.”
”Ah, tidak juga.” Seru Kokichi sambil memegang kayu, diikuti oleh Impmon. Baru saja mereka mengangkut beberapa kayu dan paku, mereka langsung lapar.
”Bos, aku lapar sekali. Kita makan saja dulu, yuk.” Kata Impmon.
“Ah kau ini, baru segitu saja sudah mengeluh.” Balas Kokichi, sembari perutnya berbunyi tanda sudah lapar.
”Kau sendiri juga, bos. Itu buktinya.” Seru Impmon.
”Hahaha. Oh iya, Ogremon sedang memasak di dapur. Kalian boleh membantunya, sekaligus sarapan.” Kata Leomon. Segera saja Impmon pergi ke dapur.
“Hei, tunggu. Cih, dasar. Leomon, aku ke dapur dulu ya.” Seru Kokichi, dibalas anggukan oleh Leomon. Sampailah mereka di dapur, dan didapatinya Ogremon sedang memasak ayam goreng dan nasi kari.
“Wow, wangi sekali. Aku jadi semakin lapar nih.” Kata Impmon.
“Oh, kebetulan kalian sudah bangun. Tolong kalian lihat ayam gorengnya, sudah matang atau belum.” ujar Ogremon
“Sepertinya sudah matang. Impmon, ambilkan piring besar tempat lauk.” Perintah Kokichi.
“Baik, bos.” Impmon mengambil piring besar itu sambil tersenyum gembira karena dia sudah tak sabar ingin mencicipi ayam goreng yang dimasak Ogremon. Setelah itu, Kokichi langsung mengambil spatula dan mengangkat ayam goreng itu ke piring.
“Wah, ini dia yang aku tunggu-tunggu.” Tak kuasa menahan lapar, Impmon langsung ingin mengambil 1 potong ayam. Tapi baru saja disentuh sedikit dengan tangannnya, dia berteriak, “Aduh, panas sekali ayam ini!”
“Terang saja, itu kan baru matang. Kau ini gimana sih?” Tanya Kokichi dengan heran sambil menepuk jidatnya.
“Hahaha, sabarlah. Lagipula, masih ada ayam yang harus kau goreng.” Ujar Ogremon.
“Urgh, baiklah. Sekaligus menunggu ayam-ayam ini dingin juga.” Sahut Impmon.
“Daripada kau menggoreng ayam, lebih baik kau membantuku sedikit, Impmon. Kau tahu kan kalau banyak bawahan yang bekerja membantu bosmu ini akan lebih baik?” Kata Kokichi disertai dengan Sweatdrop dari Ogremon. Impmon menyeringai kecil dengan jahil, paham yang tamernya maksud. Sang Digimon berbentuk setan kecil itu langsung bergegas ke kamar tempat para tamer tidur. 15 menit setelah Kokichi meminta Digimonnya “melakukan tugas atas perintahnya”, terdengar suara jeritan dan teriakan panik dan ketakutan dari dalam kamar. Yang tidak kalah penting, teriakan penuh emosi dengan seruan “OU-MA KO-KI-CHI!!!” dengan keras dari dalam.
“Astaga, apa yang dia lakukan?” Tanya Ogremon bingung.
“Hanya tugas kecil yang penting untuk membantu kita semua.” Jawab Kokichi dengan senyum antusias sambil melanjutkan pekerjaannya membantu Ogremon memasak. Sang Digimon berbentuk Ogre hijau itu pun sedikit curiga. Di saat itu, kesepuluh tamer lain bangun dan keluar bersama Digimon mereka setelah Impmon keluar dari kamar tersebut dan berlari menuju Kokichi dan memeluknya.
“Nishishi! Ohayou!” Sapa Kokichi dengan tawa isengnya.
“SHUT YOUR GODDAMN GREETINGS! Impmonmu menaruh kumbang tanduk di wajahku!” Omel Raph dengan geram.
“Aku tidak tahu Raph yang paling ganas ternyata takut serangga.” Kata Ogremon terkejut.
“Bukan takut...” wajah Raph memerah karena ia malu, “...tapi ini phobia.”
“Sama saja itu, Raph.” Ujar Agumon.
“Kurang ajar sekali kau melempar api ke arah beberapa tamer dan Digimon lain termasuk aku dan Gabumon!” Protes Hyoga dengan jengkel.
“Aku benci laba-laba tahu! Tadi laba-laba itu merangkak ke tanganku tahu...! Hiiiy!!” Mai pun tidak kalah protes dengan gemetaran berhubung dia takut dengan laba-laba.
“Hidoi ssu yo, Oumacchi! Kau melempar cacing di atas mukaku!” Timpal Kise dengan air mata mengalir dari matanya.
“Sudah-sudah, dari pada kita protes, sebaiknya kita bantu Ogremon saja.” Usul Biyomon berusaha mendinginkan suasana.
“Biyomon benar. Ogremon sepertinya repot sekali memasak untuk kita.” Tambah Sakura.
“Ah, aku butuh 3 orang lagi untuk membantuku memasak. Sisanya ada yang membantu Leomon dan yang lain membangun desa. 1 atau 2 orang membantu menyembuhkan atau setidaknya menenangkan Digimon Infant yang ada di desa. Mereka tentunya masih trauma. Beberapa kutemukan terluka.” Kata Ogremon. Akhirnya, Kiku, Hayakawa, dan Mai turun tangan membantu Ogremon dan Kokichi memasak. Soma dan Sakura turun tangan membantu menyembuhkan Digimon Infant dan menenangkan mereka. Sisanya turun tangan membantu Leomon dan yang lain membangun desa. Zhao dan Gomamon mengambil beberapa perkakas dari bawah tanah dengan bantuan Drimogemon.
“Tolong jangan beritahu teman-temanmu yang lain kalau aku di sini.” Kata Drimogemon dengan wajah memerah dan tersipu karena malu.
”Memangnya kenapa, Drimogemon? Apa ada masalah antara kau dan mereka?” Tanya Zhao.
”I-itu ka-karena…” dibalik jawabannya yang terbata-bata, Gomamon langsung memotong.
”Aku mengerti. Zhao, Drimogemon itu sangat pemalu jika bertemu dengan banyak orang.” Sang tamer mengangguk tanda ia paham.
”Oh, oke. Aku paham, tenang saja.” Sahut Zhao.
Sedang Kise dan Tailmon membantu menggotong kayu-kayu yang sudah dipotong, Hyoga membuat pilar penahan rumah dengan jurus es dan Musashi mengalirkan aliran listrik untuk persediaan listrik desa dengan bantuan pedang Ogonken miliknya. Raph membantu memalu paku, menggergaji kayu, dan pekerjaan berat lainnya bersama Leomon dan Meramon. Setelah bekerja selama 2 jam, akhirnya sarapan pun sudah jadi.
“Makanan sudah siap!” Sorak Lunamon sambil membawa piring makanan bersama yang lainnya.
“Akhirnya makanan sudah tiba!” Seru Coronamon dengan senang.
“Kebetulan. Aku juga sudah lapar.” Kata Soma sambil menggendong Botamon di tangannya.
“Bukan hanya kau saja, kita semua tepatnya.” Timpal Palmon. Akhirnya semua bergegas menuju meja makan outdoor yang ada di desa. Mereka menikmati makanan itu dan bahkan memakannya dengan lahap.
“Siapa yang memasak seenak ini?” Tanya Tailmon.
“Ini resepnya Ogremon. Kami berdelapan hanya membantunya sedikit.” Jawab Hayakawa.
“Dia benar-benar koki yang handal lho.” Celetuk Patamon.
“Setelah ini, aku bisa minta resepmu ya, Ogremon. Ini untuk resep makanan adikku.” Timpal Kiku.
“Ah... kalian bisa saja.” Ogremon pun tersipu mendengarnya.
“Oh iya, rencana kalian sehabis ini apa?” Tanya Meramon.
“Menyerang Devimon!” Jawab Gabumon dengan percaya diri, namun kepalanya dijitak langsung oleh tamernya.
“Langsung menyerang Devimon itu langkah yang gegabah.” Kata Hyoga.
“K-Kita kan lihat sendiri kalau s-serangannya terlalu kuat...” Tambah Tentomon dengan takut-takut.
“Betul, tapi kita sudah ada 7 Digimon yang berhasil berevolusi. Itu saja cukup untuk mengalahkannya.” Kata Zhao. Gomamon menggeleng.
“Tidak cukup.” Kata Digimon berbentuk anjing laut itu.
“Dimana letak tidak cukupnya?” Tanya Raph penasaran.
“Perlu kuingatkan, Devimon yang kalian hadapi kemarin itu kekuatannya jauh lebih kuat dari sebelumnya.” Kata Leomon menjelaskan.
“Hanya Digimon tertentu yang bisa mengalahkannya. Hanya saja aku tidak tahu apa cara yang sama berlaku atau tidak.” Tambah Ogremon.
“Kalau begitu jadi susah ya...” Kata Agumon.
“Sebaiknya jangan terlalu pusingkan itu. Kalian sementara tinggal di sini saja dulu. Kalau kalian pikir kalian sudah siap untuk maju, di saat itulah kalian boleh pergi untuk mengalahkan Devimon.” Kata Monzaemon.
“Benar. Kita harus buat strategi dahulu. Tempat yang tepat untuk itu adalah di sini.” Kata Soma dan ditimpal anggukan dari Coronamon.
“Ya sudah. Kita habiskan dulu makanan kita sebelum dihabisi oleh Agumon jika telat beberapa detik.” Kata Kokichi sambil tersenyum iseng dan diikuti tawa iseng dari Impmon.
“Hey!” Agumon pun menggembungkan pipinya dan semuanya tertawa mendengar celetukan dari remaja berambut hitam keunguan itu.
“Oh iya Ogremon, masih adakah kira-kira 1 atau 2 porsi nasi kari?” Zhao bertanya sesaat sesudah mereka semua berhenti menertawai Agumon.
“Nasi karinya masih ada sekitar 5-6 porsi lagi.” Jawab Ogremon.
“Lalu bagaimana dengan ayam gorengnya?” Zhao kembali bertanya.
“Masih ada 10 potong lagi. Sepertinya kau ingin tambah lagi, biar kuambilkan.” Ogremon menjawab sambil berjalan ke dapur. Zhao dan Gomamon pun menyusulnya dari belakang, diikuti oleh sebagian Tamer dan Digimon mereka yang heran.
“Sebenarnya bukan untukku, tapi untuk Drimogemon.” Ujar Zhao dengan suara pelan.
“Astaga, aku pun hampir lupa kalau dia belum makan.” Sahut Ogremon sambil menepuk jidatnya.
”Oleh karena itu, biar kami bawakan untuk dia. Pasti dia sudah lapar.” Usul Gomamon. Karena mereka paham akan sifat Drimogemon yang sangat pemalu, mereka langsung ke dapur. Ogremon mengambil seporsi penuh nasi kari dan 2 potong ayam goreng juga seember air putih, diberikannya kepada Zhao dan Gomamon.
“Aku mau ke dapur sebentar. Biyomon, kau tunggu di sini.” Mai berdiri dan langsung berjalan ke arah dapur.
”Aku ikut. Tentomon, kau juga tunggu aku sebentar ya.” Sahut Musashi sembari berjalan cepat menyusul Mai. Semakin heranlah mereka semua yang ada di meja makan.
Dibalik kebingungan, Hayakawa berkata, ”Oh, apakah mungkin mereka ingin ke sana?”
“Ke sana? Kemana maksudmu?” Tanya Raph dengan jidat mengerut.
“Ke ruang bawah tanah.” Jawab Lunamon.
“Ruang bawah tanah? Bukankah mereka tadi ke dapur?” Hyoga bertanya dengan wajah semakin heran dari sebelumnya.
“Jika dugaanku benar, mereka pasti akan menuju kesana setelah dari dapur.” Jawab Tailmon.
“Tunggu dulu, sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian seperti merahasiakan sesuatu?” Sakura bertanya dengan perasaan sedikit kecewa.
“Begini. Sebenarnya ada 1 Digimon lagi yang belum hadir disini untuk makan ssu.” Jawab Kise.
“Digimon? Apa mungkin yang kau maksud itu Dri… akh, aku jadi lupa namanya.” Kiku menggaruk kepala.
”Drimogemon, dia pasti lapar karena belum makan dari tadi.” Kokichi menjawab pertanyaan dari Kiku.
”Dan kami menduga Drimogemon itu sangat pemalu.” Impmon menambahkan.
”Makanya dia tak kunjung naik untuk makan bersama kita.” Tegas Tailmon.
“Kalau begitu, aku akan ke sana untuk memberikan makanan padanya.” Ujar Raph.
“Raph, jangan ke sana.” Leomon berkata dengan suara tegas.
“Tapi Leomon, kita tak bisa membiarkan dia lapar begitu saja. Biar aku ke sana.” Raph pun langsung berdiri, namun ditahan Agumon.
“Raph. Sudah kubilang, jangan ke sana. Tadi mereka sudah bilang dengan jelas kalau Drimogemon itu sangat pemalu. Apa kau mau dia lari ketakutan jika kau dan yang lainnya pergi untuk melihatnya?” Sekali lagi, Leomon bertanya dengan suara tegas. Sang remaja berambut merah itu menghela nafasnya berat.
”Baiklah, Leomon.” Raph langsung lesu karena dia tidak diizinkan Leomon. Sebenarnya ia ingin sekali bertemu dengan Drimogemon.
“Lagipula, kan sudah ada beberapa yang ke dapur. Pasti mereka bawakan makanan untuk Drimogemon. Jadi kau tak perlu khawatir.” Hayakawa memberitahu mereka.
“Ya, benar juga.” Hyoga melipat tangannya ke arah mulut sambil membayangkan apa yang dikatakan Hayakawa.
“Oh iya, setelah ini kita coba susun strategi yuk. Setidaknya kita harus sudah ada pegangan apa yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan Devimon.” Seru Palmon.
“Aku setuju! Aku tak sabar untuk menggigit kakinya Devimon!” Gabumon menambahkan dengan tidak sabaran, namun ia mendapat jitakan dari tamernya lagi.
“Tahan gigitanmu, Gabumon. Soma, kira-kira kau dapat analisa kelemahannya Devimon?” Tanya Hyoga. Sang pemuda asal Rumania itu hanya menggeleng.
“Belum terlalu. Aku hanya tahu pasti dia lemah dengan serangan tipe holy.” Jawab Soma.
“Berarti hanya dua kemungkinan dong, antara aku dan Tailmon.” Kata Coronamon.
“Tapi kau belum berevolusi, Coronamon.” Lunamon memotong dengan khawatir.
“Kise-kun, bukan mau meremehkan, tapi sepertinya Tailmon saja tidak cukup.” Kata Hayakawa.
“Hmm... kok begitu, Hojoucchi?” Tanya Kise penasaran.
“Ryouta, sudah dibilang kalau Devimon yang sekarang lebih kuat dari sebelumnya. Aku sendiri bisa lari ketakutan kalau bertarung sendiri.” Jawab Tailmon.
“Setidaknya kita sudah tahu Digimon mana yang bisa mengalahkan Devimon.” Kata Sakura.
“Tapi, Haruno-chan,” Kiku menatap Sakura khawatir lalu ke arah Patamon, “aku khawatir jika 4 Digimon kita belum berevolusi sampai nanti kita melawan Devimon. Kira-kira kenapa ya mereka belum berevolusi?”
“Kiku!” Patamon memanggil, membuat tamernya menatapnya, “kau jangan khawatir. Aku, Coronamon, Lunamon, dan Impmon pasti ada waktunya untuk berevolusi. Kita pasti bisa!” Katanya menyemangati. Akhirnya, mereka melanjutkan kembali pembicaraan untuk membuat strategi baru untuk mengalahkan Devimon. Sayangnya, mereka tak tahu, kapan mereka akan siap untuk berhadapan langsung dengan Digimon iblis itu.
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic~!
Chapter 9: Devimon Strike Back, Firamon Has Come
Summary:
Setelah berhasil menyelamatkan Leomon dan Ogremon, para Digidestined kembali ke Desa Leomon dan membangun kembali desa tersebut. Situasinya selama ini baik-baik saja, namun apakah benar seperti itu?
Notes:
Maaf lagi karena lama ngupdatenya karena skripsi XD Anyway, chapter 9 akhirnya sudah selesai. Again, makasih banyak buat Abang Patuan yang benar-benar ngebantuin banget untuk pengerjaan Chapter 9 ini :D Semoga kalian suka. Ternyata, ini jadi chapter terpanjang sepanjang aku nulis fanfic X'D
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Sekitar 5 menit kemudian, mereka selesai sarapan. Setelah selesai meneguk air putih, Raph berkata dengan senangnya, “Fuah, segar sekali. Rasanya seperti hidup kembali.”
“Iya. Dan sekarang, aku kenyang sekali.” Agumon menambahkan sambil memegang perutnya.
“Kalian ini. Kalau soal makan dan minum saja, selalu menjadi prioritas utama.” Sahut Gabumon.
“Hei, setidaknya aku tidak serakus Agumon!” Protes Raph.
“Kau sendiri juga menghabiskan nasi kari dan ayam gorengmu kan, Gabumon?” Tanya Agumon.
“Bahkan tulang dari ayam gorengnya masih kau emut dan gigit.” Raph menambahkan.
Merespon apa yang barusan Raph katakan, Hyoga menoleh ke arah Gabumon dan kembali menjitaknya, “Dasar, apa kau ini masih lapar? Agumon saja walaupun kuat makan, dia sudah kenyang kok.”
“Aduh, maafkan aku Hyoga. Aku sudah terbiasa mengemut dan menggigit tulang seperti ini.” Jawab Gabumon sambil memegang kepalanya. Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat keduanya.
“Sepertinya kau ini galak juga ya sebagai Tamer.Tapi jika Gabumon ingin tambah lagi, biar kuambilkan.” Ujar Leomon.
“Bukan galak, tapi menegaskan apa yang harus kutegaskan untuk tata krama.” Sahut Hyoga.
“Tidak Leomon, terima kasih. Aku sudah kenyang kok. Ini hanya kebiasaanku menggigit tulang.” Setelah itu, mereka beristirahat sejenak selama 15 menit, kemudian melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing dikarenakan mereka masih juga belum menemukan strategi untuk mengalahkan Devimon. Karena para gadis yang membantu Ogremon memasak sudah menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka ikut membantu Monzaemon dan Soma menyembuhkan para Infant. Sedangkan Ogremon membantu Leomon, Meramon, dan yang lainnya membangun rumah.
Sekitar setengah jam kemudian, tiba-tiba Soma meminta izin keluar sebentar kepada Monzaemon, Mai, Sakura, Kiku, dan Hayakawa. Mereka pun mengizinkannya, dan Coronamon mengikuti tamernya. Setelah itu, mereka pergi diam-diam ke gudang tua di rumah Leomon dan masuk ke dalam. Selesai menutup pintu gudang, berkatalah Soma, “Coronamon, aku akan memanggil Valkyrie dan mengajaknya berbicara. Ingat, jangan beritahu siapa-siapa soal ini dan apa yang akan kubicarakan, ya.”
“Baik Soma.” Jawab Coronamon. Dipanggilnyalah Valkyrie, lalu muncullah dia.
“Tuan Soma memanggilku?” Tanya roh wanita berbaju zirah itu.
“Betul. Semalam setelah kau diserang oleh Devimon, kau langsung kehilangan kekuatan. Bagaimana keadaanmu sekarang?” Soma bertanya kembali dengan khawatir.
“Setelah tuan beristirahat penuh selama 2 hari, kekuatanku sudah pulih.” Jawab Valkyrie.
“Syukurlah kalau begitu. Tapi ada yang ingin kutanyakan lagi padamu, apakah menurutmu Devimon itu benar-benar lemah terhadap elemen cahaya?” Soma kembali bertanya.
“Sepertinya iya, tuanku. Pada saat tuan menyerangnya dengan pedang Claimh Solais, Devimon langsung menangkisnya dengan kedua tangannya. Padahal sebelum-sebelumnya, dia menangkis serangan dari teman-teman tuanku hanya dengan 1 tangan ataupun menghindar. Terlebih lagi, pada saat aku menebasnya, dia sempat mengeluh kesakitan karena terkena pedangku yang juga berelemen cahaya layaknya pedang Claimh Solais.” Valkyrie menjelaskan.
“Dia bisa mengetahui sampai sedetail itu, padahal sebelumnya Soma belum memanggil dia.” Ujar Coronamon.
“Aku bisa melihat dan mengetahui apa yang terjadi karena aku ini roh, walaupun Tuan Soma belum memberi perintah untuk memanggilku. Bahkan, roh-roh yang lainnya pun juga begitu.” Sahut Valkyrie sambil menoleh ke arah Coronamon.
“Baiklah, terimakasih atas penjelasanmu Valkyrie. Kau boleh kembali.” Seru Soma, Kemudian pergilah roh wanita berbaju zirah itu. Beberapa saat setelah itu, Coronamon berkata kepada tamernya,
“Bicara soal cahaya, aku ingin tahu. Apakah ada elemen cahaya yang cukup kuat dalam diriku?” Tanya Coronamon penasaran.
Merespon pernyataan Digimonnya, bertanyalah Soma, “Kenapa kau berkata seperti itu, Coronamon?”
”Iya, karena sampai sekarang aku belum bisa berevolusi. Begitu juga Patamon, Lunamon, dan Impmon. Jadi, aku ingin minta pendapatmu.” Ujar Coronamon. Berjalan mendekati Digimonnya, akhirnya sang pemuda berambut perak itu memegang kepala Coronamon sambil memejamkan matanya.
”Hm, aku tak bisa pastikan seberapa kuat elemen cahaya di dalam tubuhmu. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, elemen apimu semakin kuat secara perlahan. Mungkin ini pertanda baik bagimu.” Kata Soma menenangkan.
“Benarkah? Aku senang sekali. Lalu bagaimana dengan Patamon, Lunamon, dan Impmon?” Coronamon bertanya kepada tamernya.
“Sayangnya, aku sama sekali tak merasakan elemen cahaya dari tubuh Lunamon, apalagi Impmon. Hanya saja, aku masih penasaran dengan Patamon. Terutama sejak Digivice milik Kiku bersinar pada waktu dia dan Ryouta menyelamatkan Ogremon.” Jawab Soma.
“Jadi begitu? Baiklah. Terima kasih banyak, Soma.” Kata Coronamon.
“Sama-sama. Oh iya. Karena kau sudah melihat Valkyrie, bagaimana kalau kau memperkenalkan diri padanya?” Soma kembali bertanya, dan Coronamon pun mengangguk tanda setuju. Dipanggilnya lagi roh wanita berbaju zirah itu.
“Kau memanggilku kembali, tuan Soma?” Tanya Valkyrie.
”Iya, aku ingin mengenalkan kau dengan Digimonku. Valkyrie, Ini Coronamon.” Jawab Soma dengan mengulurkan tangan ke arah Digimonnya.
“Namaku Coronamon, salam kenal.” Ujar Coronamon sembari mendekat dan menjabat tangan Valkyrie dengan wajah polos.
“Aku Valkyrie, salam kenal juga.” Roh wanita itu menyambutnya sambil tersenyum, maka berjabat tanganlah mereka. Selang beberapa detik kemudian, pemuda berambut perak itu teringat akan sesuatu.
”Oh, hampir saja aku lupa. Aku curiga kalau Devimon yang kita hajar 2 malam yang lalu itu bukanlah Devimon yang asli, melainkan hanya semacam bayangan atau ilusi.” Katanya.
”Apa yang membuatmu bisa menarik kesimpulan seperti itu, Soma?” Coronamon heran dengan kata-kata sang tamer.
“Iya, karena tiba-tiba dia lenyap begitu saja. Padahal jelas-jelas kita menyerbunya secara bersamaan. Terlebih pula, hanya dalam waktu kurang dari 5 menit saja, tiba-tiba muncul Black Gear entah darimana asalnya dalam jumlah yang banyak masuk ke tubuh Leomon dan Ogremon.” Jawab Soma.
“Hm, mungkin yang kau katakan itu benar. Hal itu memang terkesan janggal bagiku.” Coronamon menambahkan.
“Ya, aku setuju dengan yang kau katakan, Tuan Soma. Karena aku pun bisa merasakan bahwa Devimon yang asli bersembunyi di suatu tempat yang jauh, dan mengendalikan semua Black Gear. Jadi itu semua hanya umpan belaka agar perhatian kita teralihkan.” Valkyrie menjelaskan.
“Kurang ajar! Licik sekali dia! Aku tak akan membiarkan dia bertindak lebih jauh!” Umpat Coronamon sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Tapi satu hal yang pasti, Devimon lemah terhadap cahaya karena elemen dia dark.” Ujar roh wanita berbaju zirah itu.
“Tapi apa itu benar-benar berlaku kepada Devimon yang asli?” Tanya Coronamon.
“Itu sudah jelas. Buktinya semua Black Gear yang masuk ke dalam tubuh Leomon dan Ogremon hancur satu per satu oleh kekuatan cahaya dari Digivice milik mereka berempat. Bahkan Leomon dan Ogremon pun kembali ke wujud semula.” Jawab Soma.
“Jadi dari kejadian itu pula kita mendapatkan petunjuk yang amat berharga untuk mengalahkannya? Baiklah kalau begitu.” Seru Coronamon.
“Terima kasih banyak, Valkyrie. Kau boleh kembali.” Soma tersenyum saat menoleh ke Valkyrie, dan pergilah roh wanita berbaju zirah itu sambil menundukkan kepalanya sedikit. Sesaat setelah percakapan itu, tiba-tiba datanglah Mai, Sakura, Kiku, dan Hayakawa membuka pintu gudang tua. Sehingga terkejutlah sang pemuda berambut perak itu beserta Digimonnya.
“Ternyata kalian di sini, kami sudah mencari kalian kesana-kemari.” Ujar Mai.
”Kami sempat khawatir, karena kami pikir kalian pergi keluar desa.” Sakura menambahkan.
”Uh, kalian ini mengagetkanku saja. Lain kali, ketuk pintu dulu dong kalau mau masuk.” Sahut Soma.
”Maafkan kami. Kami benar-benar panik sehingga kami cepat-cepat mencari kalian.” Hayakawa menerangkan. Semburat merah pun muncul di wajahnya.
“Untung saja Monzaemon memberitahu kalau kemungkinan kalian di sini, dan ternyata benar.” Kiku berkata sembari menolehkan kepalanya ke arah Monzaemon yang berada di luar.
“Kebetulan aku membutuhkan kalian, karena ada pekerjaan lain yang harus kita selesaikan.” Sahut Monzaemon. Akhirnya, mereka semua keluar dari gudang tua itu. Monzaemon menjelaskan bahwa dia akan membantu Leomon dengan yang lainnya membangun rumah, sedangkan para gadis tetap pada tugasnya, yaitu menyembuhkan para Digimon Infant yang masih trauma bersama dengan Digimon mereka masing-masing.
Selang 3 jam setelah itu, terik matahari sudah mulai sampai pada puncaknya. Kemudian istirahatlah mereka. Leomon, Ogremon, Raph dan Agumon sudah selesai menggergaji kayu yang diambil oleh Monzaemon, Soma, dan Coronamon dari hutan. Hyoga dan Gabumon juga sudah selesai memasang sebagian dari kayu-kayu sebagai tiang pancang, sedangkan Meramon memasang sebagian lagi untuk lantai, dinding, dan atap. Musashi dan Tentomon memasang beberapa bohlam lampu.
“Kalian sudah selesai?” Tanya Kokichi yang masih duduk bersantai sambil meminum segelas jus yang ia buat sendiri bersama Impmon.
“Hoi! Daripada kau sibuk bersantai di sana, lebih baik bantu Mai dan yang lain!” Protes Raph dengan emosi.
“Katakan itu pada Kise-chan dan Sima-chan yang duduk bersantai di sana. Nishishi~ kau terlalu serius, Hamato-chan.” Ejek Kokichi dengan tawa jahilnya.
“Zhao dan Gomamon tadi membantu Drimogemon. Ryouta tadi sedikit membantu kami. Kau dan Impmon dari tadi tidak ada memegang pekerjaan apa-apa.” Sambar Agumon.
“Kalian bukannya tahu bosku itu tidak boleh bekerja terlalu keras.” Balas Impmon.
“Bilang saja kalian malas!” Protes Gabumon dengan tukas.
“Sudah-sudah, kalian jangan berkelahi.” Kata Hayakawa menenangkan situasi. Kebetulan ia baru kembali dari rumah Leomon dan untuk mengambil sebaskom air atas permintaan Sakura dan kebetulan ia melntasi mereka. Di saat itu, Soma pun menoleh ke arah Hayakawa dan tersenyum tipis padanya. Dia melihat Hayakawa adalah sosok yang bisa menenangkan situasi berhubung latar belakangnya Hayakawa sendiri adalah seorang bangsawan. Ketika pemuda asal Rumania itu menatapnya dan tersenyum, Hayakawa langsung menolehkan wajahnya sambil tersenyum tersipu. Maklum saja, Hayakawa sebenarnya suka dengan Soma dari pertama mereka bertemu.
“Nona Hayakawa, kau... kenapa? Kau sakit?” Tanya Lunamon khawatir.
“A-Ah! T-Tidak kok. Kita harus cepat sekarang. Sakura menunggu kelamaan nanti.” Hayakawa langsung ambil langkah seribu dan berjalan cepat menuju tempat Sakura dan yang lainnya berada. Setelah mereka sampai, Sakura langsung menyerahkan baskom berisi air itu pada Sakura.
“Hayakawa-chan, kok pipimu merah?” Tanya Sakura penasaran.
“Kau lagi demam?” Tambah Biyomon bertanya.
“Tidak.” Hayakawa langsung menggeleng.
“Oh~! Aku tahu.” Mai langsung mendekat ke Hayakawa, “kau suka pada seseorang ya?” Tanyanya langsung ke gadis berambut coklat itu. Wajah Hayakawa makin memerah.
“A-A-A...” Hayakawa makin terbata-bata.
“Wah, kau jatuh cinta pada siapa?” Tanya Palmon antusias.
“I-Itu...” Hayakawa semakin panik.
“Hei... jangan membuatnya panik begitu.” Protes Kiku.
“Kasihan Hayakawa.” Timpal Patamon.
“Nona Hayakawa, tidak apa-apa. Mereka pasti tidak akan mengejekmu kok.” Kata Lunamon menenangkan. Hayakawa menarik nafas dalam-dalam dan akhirnya membuka suaranya.
“Aku... aku suka pada Soma.” Kata Hayakawa dengan suara bergetar. Semburat merah pun semakin terlihat jelas di wajahnya. Keadaan mendadak hening. Tiba-tiba terdengar suara ketiga gadis lainnya terkejut mendengar pernyataan Hayakawa itu.
“EEEH!?”
“Kau suka pada Soma? Wah, itu menantang juga. Aku kira kau suka pemuda cool seperti Hyoga dan Musashi atau womanizer seperti Ryouta.” Kata Sakura. Hayakawa langsung menggeleng.
“Aku ragu kalau Nona Hayakawa akan tahan dengan mereka bertiga.” Kata Lunamon.
“Nah, kau harus belajar pada yang ahli supaya kau bisa menyatakan cintamu itu pada pangeranmu itu nanti~” Ujar Mai antusias. Biyomon langsung menggelengkan kepala mendengar ucapan tamernya itu.
“Kau ini, Mai...” Kata Digimon burung itu. Teringat akan sesuatu sambil mengalihkan pembicaraan, Hayakawa berkata sewaktu dia memegang baskom yang berisi air itu,
“Oh iya, ngomong-ngomong, kita harus memandikan para Infant. Ini airnya.”
“Tapi sebagian dari mereka kan masih kurang enak badan, jadi apa tidak terlalu cepat?” Tanya Kiku.
“Hm, kita tak perlu memandikan mereka. Cukup diseka saja dengan handuk dan air.” Jawab Sakura dengan memegang dagunya.
“Supaya mereka tidak masuk angin, kita campur saja dengan air panas.” Mai menambahkan.
“Baiklah. Kalau begitu. Biar aku, Biyomon dan Palmon yang mengumpulkan kayu bakar.” Sahut Lunamon.
“Aku dan Patamon akan memanaskan api di tungku. Kalian bertiga, tolong bantu Digimon kalian mengangkut kayu bakar ya.” Kiku memberi instruksi kepada Mai, Sakura, dan Hayakawa.
“Oke.” Teriak ketiga gadis itu dengan girangnya, dan Hayakawa pun merasa lega karena tidak ada yang membahas lagi tentang “kekagumannya” terhadap Soma. Beranjaklah mereka dari halaman rumah dan mengerjakan tugas masing-masing. Mendengar teriakan mereka, Leomon, Ogremon, Raph, Agumon, Hyoga, dan Gabumon tersentak kaget dan mereka semua langsung Sweatdrop.
“Ada apa dengan mereka? Kenapa tiba-tiba jadi segirang itu?” Ogremon heran dan menggaruk rambutnya.
“Ah, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi sepertinya, mereka terhibur dengan sesuatu yang sangat menyenangkan.” Leomon menduga sambil memegang dagunya.
“Women. Can’t live with them, but can’t live without them. How typical.” Ujar Raph, dengan menggelengkan kepalanya dan memegang pinggangnya dengan kedua tangannya.” Semakin bingunglah mereka semua dengan ucapannya sampai-sampai mereka sweatdrop kembali.
“Raph, kau ini kebiasaan deh. Jangan bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti!” Agumon menggerutu, dan hampir saja mengeluarkan Pepper Breath.
”Eh? Iya iya. Maafkan aku, Agumon. Aku hanya bergurau saja, kok.” Raph ketakutan dan Sweatdrop, sambil mengarahkan kedua tangannya ke depan Agumon agar dia tidak menembaknya. Tertawalah mereka semua dengan “aksi” yang dilakukan oleh mereka berdua.
“Tapi mereka hebat juga ya, masih punya sisa tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.” Hyoga salut kepada semangat keempat gadis itu, beserta dengan Digimon mereka masing-masing.
“Kalau begitu, kita juga tidak boleh kalah. Ayo kita selesaikan juga pekerjaan kita!” Usul Gabumon, maka makin salutlah Hyoga mendengar kata-katanya.
“Sebelum itu, kita harus minum terlebih dahulu. Karena pekerjaan fisik seperti ini banyak menguras tenaga dan dahaga.” Seru Leomon, dibalas dengan anggukan oleh mereka semua. Sesudah itu, pergilah mereka ke dapur untuk mengambil air minum masing-masing. Pada saat yang bersamaan, Monzaemon, Soma, dan Coronamon membawa kayu-kayu yang baru dari pohon di hutan untuk membangun rumah.
Sedangkan Meramon, Musashi, dan Tentomon pun sudah selesai memasang lantai, dinding, dan tembok rumah dengan kayu yang sebelumnya diambil oleh Monzaemon, Soma, dan Coronamon. Terlebih lagi, 1 rumah yang kecil dan sederhana sudah jadi seutuhnya yang layak dihuni bagi beberapa Digimon Infant. Melihat rumah itu masih belum ada perabotan, Zhao, Gomamon, Kise, dan Tailmon mendekati rumah itu.
“Aku membawa kotak perkakas yang diberikan oleh Drimogemon. Mungkin kita bisa mendekor rumah ini dengan alat-alat yang ada di kotak ini.” Zhao berpendapat demikian, karena dia tertarik untuk mengerjakan sesuatu.
“Aku punya ide. Kita buat saja beberapa kayu yang digantung di rumah itu untuk gantungan dan pot bunga atau tanaman hias lainnya ssu.” Usul Kise.
“Ide bagus, bung. Ayo kita lakukan sekarang.” Balas Zhao dengan antusias.
“Aku akan mencari wadah atau tempat sebagai pot.” Kata Gomamon.
“Dan aku akan mencari bunga dan tanaman untuk pot-pot itu.” Tailmon menambahkan. Sesaat sebelum mereka mengerjakan pekerjaan mereka, Meramon, Musashi, dan Tentomon keluar dari rumah itu dan sedikit terkejut melihat kedua remaja itu beserta Digimon mereka.
“Oh, ternyata kalian. Apa kalian ingin mengerjakan sesuatu?” Tanya Meramon.
“Iya, kami ingin mendekor rumah ini agar terlihat indah.” Jawab Tailmon.
“Wah, ide bagus. Kebetulan, kami baru saja menyelesaikan pembangunan rumah ini.” Ujar Tentomon.
“Kalau begitu, maukah kalian membantu kami?” Gomamon bertanya kepada mereka bertiga.
“Hm, begini saja. Aku dan Meramon akan membantu Zhao dan Kise memasang kayu. Tentomon, kau bantu Gomamon dan Tailmon mencari pot dan bunga.” Musashi menjawab dengan nada sedikit tegas, namun dengan wajah yang datar. Setuju dengan usulnya, mereka semua mengangguk. Tak lama kemudian, Monzaemon, Soma, dan Coronamon membawakan kayu-kayu yang baru untuk mereka diikuti oleh Leomon, Ogremon, Raph, Agumon, Hyoga, dan Gabumon yang baru saja kelar minum.
“Biar kami bantu kalian memotong kayu-kayu ini.” Seru Leomon.
“Tapi kami ingin kayu yang ukurannya kecil, untuk gantungan pot bunga dan tanaman.” Tegas Kise.
“Tenang saja, kami bisa memotongnya sampai ukuran kecil.” Ujar Ogremon, sembari mengambil 2 kapak besar dari gudang tua diikuti oleh Leomon. Kemudian beberapa dari kayu-kayu itu dipotong oleh Leomon dan Ogremon, sampai mereka mendapatkan potongan-potongan yang pas untuk gantungan.
“Wah, pas sekali ukurannya. Dengan begini, kita hanya tinggal memakunya saja dengan semua paku juga palu yang ada di kotak perkakas ini. Terima kasih Leomon, Ogremon.” Sahut Zhao, dibalas dengan acungan jempol dari kedua Digimon itu. Kemudian, Musashi, Zhao, Kise, dan Meramon mengambil semua kayu itu. Setelah masuk ke rumah itu, dipasanglah kayu-kayu itu. 2 pasang di dinding sebelah kiri bagian depan dan belakang, sedangkan 2 pasang lagi di dinding sebelah kanan bagian depan dan belakang juga.
“Fiuh, akhirnya selesai juga ssu.” Ujar Kise.
“Sekarang, tinggal memasang pot dan tanamannya.” Zhao menambahkan.
“Oh iya, sekarang aku harus meninggalkan kalian karena aku mau membantu Monzaemon mengambil kayu di hutan.” Meramon berkata sambil menaruh palu yang dipakainya ke kotak perkakas.
“Baiklah. Terima kasih telah membantu kami, Meramon.” Sahut Musashi, dibalas oleh Meramon dengan melambaikan tangannya. Beberapa detik setelah Meramon pergi, Tentomon, Gomamon, dan Tailmon datang membawa 3 pot yang berisi tanah juga tanaman hias. Setelah itu, mereka menggantung ketiga pot itu.
“Oh i-iya, m-masih ada 5 pot lagi yang harus diangkut.” Ujar Tentomon.
“Biar kami bantu kalian. Gomamon, kau tunggu di sini saja.” Seru Zhao. Bergegaslah mereka semua mengambil pot-pot itu kecuali Gomamon, dan akhirnya mereka menggantung semua pot itu.
“Nah, sudah terpasang semuanya.” Tailmon berkata sambil tersenyum.
”Tinggal mangalirkan listrik saja. Ayo, Tentomon!” Seru Musashi, diikuti oleh Digimonnya. Kemudian, Musashi menggunakan pedang Ogonken dibantu oleh Super Shocker dari Tentomon. Sehingga menyalalah semua lampu di rumah itu. Saking gembiranya dengan hasil kerja mereka, mereka semua, kecuali Musashi, berteriak dengan riang gembira. Di lain tempat, Kokichi dan Impmon diam-diam membantu Mai, Sakura, Hayakawa, dan ketiga Digimon mereka membawa kayu bakar ke tungku api. Dan siapa sangka, justru Kokichi dan Impmonlah yang sampai pertama kali ke gudang tua sebelum Mai, Sakura, dan Hayakawa sampai.
Diambilnyalah beberapa potong kayu itu, kemudian mereka mengangkutnya ke tungku api untuk air panas, Dimana Kiku dan Patamon menungu.
“Lho, Kokichi? Kenapa kau ada di sini?” Tanya Kiku karena terkejut melihat mereka berdua.
“Karena tidak ada pekerjaan yang harus aku kerjakan, lebih baik aku membantumu dan Patamon.” Jawab Kokichi.
“Lagipula, aku dan bos sudah membantu Leomon sedikit dan Ogremon memasak ayam goreng dan nasi kari. Jadi apa salahnya jika kami membantu sedikit?”Impmon menambahkan.
“Baiklah. Kalau begitu, kalian boleh masukkan semua kayu bakar yang kalian bawa.” Usul Patamon. Lalu dimasukkanlah semua kayu bakar yang mereka bawa ke dalam tungku api. Selesai memasukkan kayu bakar, datanglah Mai, Sakura, Hayakawa, beserta dengan Digimon mereka membawa kayu bakar juga.
“Kau lagi, Kokichi. Ngapain kau di sini?” Mai bertanya dengan sedikit kesal.
”Lho, aku hanya membantu kalian mengambil kayu bakar. Jangan marah begitu dong, Shiranui-chan.” Jawab Kokichi sambil pura-pura ketakutan.
”Bukankah tadi kau dan Impmon hanya bersantai-santai ya? Minum jus pula.” Ujar Sakura sembari ragu dengan ucapan remaja berambut hitam keunguan itu.
”Kami hanya istirahat sebentar, kok. Karena kami sudah membantu Leomon dan Ogremon sebelum kalian semua bangun.” Jawab Impmon dengan santainya. Tiba-tiba, mendekatlah Biyomon dan Palmon sembari membawa kayu bakar ke arah Impmon tanpa berbicara sepatah kata pun. Lalu dijatuhkannya tumpukan kayu itu oleh Biyomon, tapi dengan sigap Impmon langsung menangkap kayu-kayu itu. Akan tetapi, Biyomon langsung menyusul Palmon menjatuhkan kayu-kayu yang dibawanya, sehingga kaki Digimon setan kecil itu kena timpa oleh kayu-kayu itu.
“Aduh, apa yang kalian lakukan?” Tanya Impmon merintih kesakitan, sambil memegang kakinya.
“Aku tak percaya dengan ucapanmu itu, berhubung kau sering menjahili kami!” Jawab Biyomon dengan menggerutu.
“Lagipula, kau pasti punya niat buruk datang ke tempat ini, kan? Karena hanya para gadis yang ada di sini.” Umpat Palmon dengan kesalnya. Berusaha menenangkan situasi yang memanas, Hayakawa menaruh kayu bakar yang dia bawa dan berusaha menolong Impmon diikuti oleh Lunamon.
“Hei, sudah-sudah. Kalian ini kok jadi bertengkar, sih? Mereka kan datang kesini dengan niat baik untuk membantu kita. Lihat, sudah ada beberapa kayu bakar di dalam tungku. Siapa lagi yang membawa kayu-kayu itu kalau bukan mereka berdua? Toh Kiku dan Patamon sudah menunggu kita dari tadi, jadi aku percaya dengan ucapan mereka.” Kata Hayakawa meyakinkan.
“Aku juga percaya kalau mereka berdua bangun lebih awal dari kita semua, walaupun Impmon membangunkan kita dengan cara yang menyebalkan.” Lunamon menambahkan.
“Ya. Tak ada gunanya kita bertengkar seperti ini. Lebih baik, kalian membantuku mengangkut kayu-kayu yang berserakan di lantai itu. Karena kayu-kayu itu harus kita bakar sekarang juga di dalam tungku ini.” Perintah Kiku dengan nada datar tapi serius. Setelah mereka selesai mengangkut kayu-kayu yang jatuh itu, mereka langsung memasukkan semuanya ke dalam tungku api. Hayakawa dan Lunamon mengambil minyak urut yang ada di kotak P3K di rumah Leomon. Kokichi berusaha mengurut kaki Digimonnya itu sambil menunggu Hayakawa dan Lunamon. Sementara itu, Mai, Sakura, dan kedua Digimon mereka kembali pergi ke gudang tua untuk mengambil lagi kayu bakar. Terlebih lagi, Kiku dan Patamon berusaha menyalakan api dengan menggesekkan 2 kayu yang mereka ambil dari tungku api. Sempat keluar asap dari kayu-kayu itu, namun api tak kunjung menyala juga setelah mereka berusaha meggeseknya selama 5 menit. Tiba-tiba, datanglah Soma dan Coronamon tanpa disadari oleh Kiku dan Patamon saking fokusnya mereka.
“Ada yang bisa kubantu?” Tanya Soma.
“Aduh. Kau mengagetkanku saja, Soma.” Jawab Kiku.
”Maaf. Mumpung aku dan Coronamon sudah selesai membantu Meramon dan Monzaemon mengangkut kayu dari hutan, kupikir kami bisa membantu kalian sedikit.” Ujar Soma.
”Oh iya Coronamon. Pinjam apimu sedikit, dong.” Akhirnya, mucul api kecil dari kedua kayu itu. Setelah itu, Kiku dan Patamon menggesek kembali kedua kayu itu sampai apinya agak besar, kemudian memasukkannya ke dalam tungku api.
“Sepertinya kayunya kurang banyak, biar kami ambilkan lagi.” Seru Coronamon. Baru saja Coronamon dan Soma ingin mengambil kayu bakar, Mai, Sakura, dan kedua Digimon mereka berdiri di belakang Soma dan Coronamon.
”Kejutan!” Teriak Mai.
“Aduh, kaget aku. Aku pikir siapa.” Sahut Soma.
”Ini kayunya, mudah-mudahan cukup.” Ujar Sakura. Kemudian Soma dan Coronamon melihat kayu-kayu itu, dan mereka berkata bahwa itu cukup. Maka ditaruhlah semua kayu itu ke dalam tungku api.
Sementara itu, Hayakawa dan Lunamon kembali lagi sambil membawa kotak P3K dan bergegas menuju Kokichi dan Impmon, lalu mengobati luka di kaki Digimon setan kecil itu. Saat diobati, Impmon meringis kesakitan dan bahkan air mata sedikit memaksakan diri untuk keluar dari pelupuk matanya. “Bos... sakit...” Rintihnya.
“Tidak apa-apa, Impmon. Dari sakit itu, kau bisa bertambah kuat sepertiku.” Kata Kokichi dengan bangga.
“Iya. Aku tidak percaya Ouma-kun bisa bertahan seharian karena racunnya Flymon waktu itu. Dia benar-benar pejuang tangguh.” Kata Hayakawa sembari mengobati luka di kaki Impmon.
“Nona Hayakawa, kau baik sekali ya.” Puji Lunamon.
“Nishishi~ pasti karena jiwa bangsawan.” Kokichi menebak. Hayakawa pun tertawa kecil.
“Aku memang diajarkan ayah untuk tidak ragu menolong orang, meski mereka sudah jahat pada kita.” Kata gadis berambut coklat panjang itu.
“Semoga Hayakawa mendapat pasangan yang baik nantinya.” Timpal Impmon. Beberapa menit kemudian, Hayakawa selesai mengobati kaki Impmon.
“Nah, Impmon, sementara ini kau tidak boleh banyak bergerak dulu.” Kata Hayakawa menasihati.
“Tapi, aku ingin membantu bos juga. Aku kan bisa melayang.” Kata Impmon dengan sedikit merengek. Lunamon menggelengkan kepalanya.
“Tidak bisa, Impmon. Sekali ini saja dengarkan Nona Hayakawa. Dia ingin lukamu sembuh.” Katanya dengan halus. Impmon hanya bisa menghela nafas dengan berat. Ia menerima apa yang Hayakawa dan Lunamon minta. Meskipun berat, tapi itu terpaksa harus dilakukan.
“Tidak apa-apa kok, Impmon. Aku bisa melakukannya sendiri kok.” Kata Kokichi dengan bangga.
“Terimakasih bos. Maaf membuatmu kerepotan begini jadinya.” Kata Impmon dengan sedikit sedih. Ia pun langsung memeluk tamernya supaya tidak merasa terbeban lagi. Hayakawa langsung melanjutkan pekerjaannya dengan Lunamon. Mereka langsung menghampiri ketiga tamer wanita lainnya dan sang tamer terkejut bukan main karena ia melihat Soma sedang bersama mereka bertiga.
“S-Soma? S-sedang apa kau di sini?” Tanya Hayakawa dengan terkejut. Ia berusaha untuk menahan semburat merah di wajahnya supaya tidak terlihat oleh yang ditanya.
“Ah, kebetulan Kiku membutuhkan bantuanku tadi. Digimonku kan punya kekuatan api, jadi bisa membantunya menghidupkan kayu bakar.” Jawab Soma.
“Kiku dan Patamon kesulitan terus menghidupkan api hanya dengan menggesekkan kayu.” Timpal Coronamon.
“Tapi kan Kiku sudah berusaha. Hanya saja, dia belum terbiasa dengan menyalakan api menggunakan gesekan kayu.” Kata Patamon. Ia pun mendapat elusan di kepalanya dari tamernya.
“Kau ini Patamon.” Kata Kiku sambil tertawa kecil, “Oh iya, Hayakawa. Ngomong-ngomong bagaimana Impmon?” Tanyanya.
“Dia baik-baik saja. Hanya saja, ia tak boleh banyak gerak saat ini.” Jawab Lunamon, “dan kalian berdua juga nanti minta maaf sama Impmon...! Kasihan jadi merepotkan Nona Hayakawa.” Sambungnya mengomeli Palmon dan Biyomon.
“Ah iya, kalian berdua juga, Sakura dan Mai.” Timpal Hayakawa. Tentu dua orang yang dimaksud Hayakawa juga terkejut.
“Habisnya kita suka dikerjai oleh Impmon dan tamernya.” Kata Biyomon sambil memalingkan kepalanya.
“Tapi tidak sepantasnya kalian juga melukai dia seperti itu.” Omel Patamon.
“Mungkin Patamon ada benarnya. Seharusnya kita tidak mengambil tindakan seperti itu.” Kata Palmon. Soma yang tidak mengerti apa yang dibicarakan langsung berdehem, membuat delapan mata mengarah kepadanya dan Coronamon.
“Apa yang terjadi sih?” Tanya Soma.
“Iya, kami tidak paham lho.” Timpal Coronamon.
“Tadi ada salah paham antara Kokichi dan Impmon dengan beberapa dari kami, berujung Palmon dan Biyomon menjatuhkan kayu tepat mengenai kaki Impmon.” Jawab Kiku. Sang pemuda asal Rumania itu tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
“Astaga, kekanak-kanakan juga. Kalian tidak boleh begitu. Mai dan Sakura juga sebagai tamer seharusnya juga mengomeli Digimon kalian kalau mereka tidak sopan.” Kata Soma menasihati.
“Kalian kalau dibegitukan juga tidak mau kan?” Tantang Coronamon.
“T-Tapi dia kan menjahili kita terus. Aku tak suka itu.” Kata Mai membela diri.
“Kalau dipikir-pikir, Soma ada benarnya. Jika kita bertingkah seperti itu, kita terlihat seperti anak-anak. Terlebih lagi, aku rasa kau usianya paling tua di antara kita, Mai.” Kata Sakura.
“Okelah kalau begitu. Lebih baik, kita tunggu air panasnya sambil membawa para Infant ke kamar mandi.” Ucap Mai sambil meminta maaf kepada Kokichi dan Impmon diikuti oleh Biyomon, Sakura, dan Palmon. Setelah itu, mereka pun berjalan menuju tempat dimana para Digimon Infant berada, kecuali Kiku, Patamon, dan Impmon. Karena mereka harus mengamati tungku kayu. Setelah kelima orang dan 4 Digimon tersebut sampai, mereka menggendong para Infant ke kamar mandi. Selesai membawa semuanya, mereka mengambil handuk-handuk kecil dari lemari kamar Leomon. 10 menit kemudian, airnya sudah panas. Hayakawa menaruh baskom air yang ia bawa di lantai kamar mandi, disusul oleh Mai dan Sakura yang menciduk air panas dari bak kayu menggunakan gayung lalu mencampurnya dengan air di baskom sehingga hangatlah air itu. Perlahan tapi pasti, mereka pun mulai menyeka para Infant.
Di lain tempat, Leomon, Ogremon, Meramon, Monzaemon, Raph, Agumon, dan yang lainnya selesai membangun 1 rumah lagi yang juga sederhana.
“Fiuh, akhirnya selesai juga.” Ujar Raph, sembari mengelap keringatnya.
“Cukup melelahkan ya, aku tak menyangka.” Seru Hyoga.
“Kalau begitu, kita istirahat dulu sejenak.” Usul Agumon.
“Kau benar.” Sahut Gabumon. Sesaat kemudian, Tailmon, Kise, Zhao, dan Gomamon membawa air dalam termos besar juga banyak gelas.
“Wah, terimakasih telah membawakan minum.” Kata Leomon.
“Kebetulan, aku sudah haus sekali.” Ogremon langsung mengambil gelas dan air lalu meminumnya, diikuti oleh yang lainnya. Sekitar rehat sejenak selama 10 menit, Musashi dan Tentomon mengalirkan listrik di rumah itu dengan Ogonken dan Super Shocker. Tak lama setelah itu, Agumon dan Gabumon sudah lapar kembali ditandai degan perut mereka yang bunyi.
“Waduh, aku sudah lapar lagi nih.” Kata Agumon.
“Aku juga, tapi apa masih ada sisa makanan tadi pagi?” Tanya Gabumon.
”Oh, nasi karinya masih ada 4 porsi lagi. Sedangkan ayam gorengnya masih ada 8 potong.” Jawab Ogremon.
“Bolehkah kami makan lebih dulu?” Agumon bertanya, kemudian Raph menjitaknya.
“Kau jangan egois, Agumon. Aku sendiri belum lapar kok.” Sahut Raph.
”Aduh, sakit. Maaf Raph, tapi aku benar-benar lapar.” Jawab Agumon sambil menahan sakit. Sesaat kemudian, Hyoga melerai Raph yang kesal dan berkata,
“Biarkan dia makan bersama Gabumon. Lagipula, masih ada sisa lagi kok.”
“Kalau begitu, aku hangatkan daging kari dan ayamnya dulu.” Leomon menuju ke dapur, disusul oleh dinosaurus dan serigala kecil itu.
“Kalian sendiri bagaimana? Apa kalian lapar juga?” Monzaemon bertanya kepada Musahi, Zhao, Kise, juga ketiga Digimon mereka.
“Tidak, aku masih kenyang kok. Kalau kau, Tentomon?” Musashi menoleh ke arah Digimonnya.
“Aku juga masih kenyang. Hanya saja aku masih capek.” Jawab Tentomon.
“Tinggal menunggu keringat ini hilang semua, dan aku bisa mandi.” Ujar Zhao.
“Iya, supaya segar kembali. Benar kan, Tailmoncchi?” Kise menambahkan, lalu Tailmon mengangguk tanda setuju.
“Kalau begitu, aku dan Monzaemon akan menyiapkan buah dan sayuran untuk kalian.” Seru Meramon.
“Terima kasih banyak, Meramon.” Sahut Gomamon. Selang beberapa menit menyejukkan diri, akhirnya keringat mereka hilang juga. Berjalanlah mereka ke tempat pemandian air panas yang dekat dengan rumah Leomon. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan Mai, Sakura, Hayakawa, Soma, Kokichi, juga Digimon mereka kecuali Impmon yang sedang menggendong para Infant. Mereka baru selesai menyeka para Infant.
“Lho, kalian berempat mau kemana?” Tanya Mai penuh heran.
“Kami ingin mandi sebentar.” Jawab Tailmon.
”Wah, aku juga ingin mandi.” Sahut Sakura.
”Tapi maukah kalian menunggu kami mengantarkan para Infant sebentar?” Tanya Hayakawa. Sebelum teman-temannya menjawab, Botamon dan Punimon yang ada digendong oleh Mai dan Sakura melompat. Berkatalah Botamon,
“Kami bisa jalan sendiri ke rumah Leomon, tenang saja.”
“Iya, dan terima kasih banyak karena kalian telah merawat kami.” Punimon menambahkan.
“Begini saja, biar aku dan Cruz-chan menemani mereka. Dan para gadis, kalian bisa langsung pergi mandi.” Usul Kokichi. Akhirnya, mereka semua berjalan ke tempat masing-masing. Soma, Coronamon, dan Kokichi menemani para Infant ke rumah Leomon. Sedangkan para gadis kecuali Kiku ke pemandian air panas bersama Digimon mereka, bersama Zhao, Gomamon, Kise, dan Tailmon. Beberapa menit setelah mereka menaruh pakaian di keranjang masing-masing, mereka masuk ke dalam bilik masing-masing. Yang pria ke kiri, dan wanita ke kanan. Berjalan dengan cepat, Sakura dan Palmon langsung sampai di kolam air panas dan merendamkan diri mereka perlahan.
“Ah, akhirnya aku bisa mandi air panas juga.” Seru Sakura dengan leganya, karena hanya dialah gadis yang belum sempat mandi sejak pergi ke rumah angker Bakemon bersama Palmon.
”Iya, aku pun begitu.” Palmon menambahkan, dan Sakura menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
”Bagaimana rasanya? Asyik, bukan?” Sahut Mai, dibalas dengan anggukan polos dari Sakura dan Palmon.
”Hihihi, lucu juga melihat kalian langsung berendam begitu saja.” Seru Biyomon dengan tertawa kecil sambil memejamkan mata.
“Habis gimana lagi? Saking kesalnya karena beberapa dari kita ada yang terluka, aku tak sempat berpikir untuk mandi saat itu.” Sakura menerangkan sembari memegang kepalanya dan tersenyum malu, sehingga teman-temannya tertawa karena jawabannya yang polos. Tailmon tiba-tiba menampakkan diri dan meminta ijin untuk ikut mandi bersama mereka. Biyomon pun memperbolehkan dan akhirnya Digimon kucing itu ikut masuk ke dalam permandian dan berendam bersama mereka.
Di bilik pria, Gomamon berenang dengan senangnya kesana-kemari, hingga airnya terciprat mengenai Kise dan Zhao. “Aduh, Gomamoncchi! Aku kena ciprat nih!” Keluh Kise.
“Berenangnya santai, dong!” Protes Zhao. Gomamon hanya tertawa kecil melihat tamernya dan Kise basah seperti itu. Di lain tempat, Soma, Coronamon, dan Kokichi selesai mengantar para Infant ke rumah Leomon. Sekitar 15 menit setelah itu, semua yang di pemandian telah selesai mandi. Mereka langsung mengeringkan tubuh mereka masing-masing, dan memakai pakaian pengganti kemudain berjalan ke rumah Leomon. Akan tetapi, di pintu desa, ada 3 Digimon asing yang datang ke desa Leomon. Satu berbentuk seperti beruang putih agak besar, yang satunya seperti Yeti, dan satunya lagi berbentuk seperti manusia berkaki empat seperti Centaur yang tinggi kekar dan bermata satu serta berkepala helm besi. Leomon, Ogremon, Monzaemon, dan Meramon datang menghampiri mereka. Para Digidestined juga Digimon mereka terkejut plus penasaran dengan ketiga Digimon itu. Sehingga mereka semua ikut menyusul Leomon.
“Wah, sudah lama sekali sejak kalian datang ke sini terakhir kali.” Ujar Leomon.
“Apa kabar kalian?” Tanya Ogremon kepada mereka bertiga Kise pun langsung mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah penjelasan mengenai ketiga Digimon itu satu per satu, dimulai dari Digimon berbentuk beruang putih, Yeti, dan Centaur itu,
“Yukidarumon, atribut vaccine, adalah Digimon berbentuk beruang putih yang tubuhnya diselimuti oleh es dan kristal es dan bersifat sangat ramah terhadap siapapun dan tidak menyukai pertarungan. Senjata pemungkasnya adalah Icy Breath dan Ice Punch.
“Mojyamon, atribut vaccine, adalah Digimon berbentuk seperti Yeti yang tubuhnya memiliki bulu yang sangat tebal. Dia tinggal di pegunungan bersalju yang sangat jauh. Senjata pamungkasnya adalah Dancing Punch dan Boomerang Bone.
“Centarumon, atribut data, adalah Digimon berbentuk setengah manusia dan kuda seperti Centaur dan Kepalanya dilindungi oleh helm besi seperti ksatria. Senjata pamungkasnya adalah Solar Ray dan Heat Uppercut.
“Digimon baru, ssu.” Kata Kise dengan senang.
“Kelihatannya mereka saling kenal.” Sahut Tailmon.
“Berarti ini ada hubungannya dengan Digidestined sebelumnya ya?” Tanya Tentomon. Tamernya hanya mengangguk.
“Hanya saja, aku lebih suka membiarkan itu jadi misteri tersendiri daripada kita selidiki lebih jauh.” Kata Musashi.
“Sebenarnya kita perlu tahu juga. Aku penasaran dengan apa yang terjadi sebelum kita kemari.” Kata Kiku.
“Kami sehat-sehat saja, kok.” Jawab Mojyamon.
“Benar, dan kami datang kesini karena kami rindu dengan desa ini.” Yukidarumon menambahkan.
”Tapi apa kalian sudah janjian sebelum pergi bersama?” Tanya Monzaemon.
“Tidak. Awalnya aku berjalan sendiri. Tapi di tengah jalan, aku bertemu Mojyamon dan Yukidarumon.” Kata Centarumon. Leomon dan Ogremon pun mengangguk tanda mereka paham.
“Jadi begitu ya? Hm. Itu berarti, kemungkinan situasi di luar sana aman.” Meramon menduga sambil memegang dagunya dengan tangan kanan. Tapi siapa sangka? Dari istananya yang sangat jauh dan gelap, Devimon sudah mengetahui bahwa ketiga Digimon itu akan pergi ke desa Leomon. Buruknya lagi, dia sudah siapkan rencana baru untuk menyerang mereka.
“Hehehehehe! Sekaranglah saatnya, untuk serangan berikutnya! Ayo!” Devimon mengulurkan tangannya dan dengan kekuatan sihirnya, dia mengeluarkan 6 Black Gear yang tertanam di bawah tanah tepat di belakang Yukidarumon, Mojyamon, dan Centarumon.
“Kalau begitu, silahkan kalian masuk.” Seru Leomon. Akan tetapi, baru saja mereka berjalan beberapa langkah, ketiga Black Gear itu langsung masuk ke tubuh mereka. Masing-masing 2 buah.
“AAAAARGH!” Teriak ketiga Digimon itu. Badan Mojyamon dan Yukidarumon sedikit membesar karena Black Gear.
“Apa? Jangan-jangan mereka…” Belum selesai bicara, Ogremon langsung disela oleh Leomon.
“Kurang ajar! Mereka kena Black Gear!” Umpat Leomon.
“Sial! Di saat mereka baru saja berkumpul kembali!” Raph marah sambil mengepalkan tangannya.
“KALIAN SEMUA AKAN TAMAT!!!!!” Teriak Mojyamon sembari menabrak Leomon dengan cepat, dan Leomon terpental.
“Leomon!” Teriak Hyoga dan kawan-kawan.
“MATILAH KALIAN!!!!!” Yukidarumon berteriak sambil menabrak Ogremon sampai terpental.
“Ogremon!” Sial! Mereka tangguh juga!” Monzaemon menggerutu dan ingin menghajar Yukidarumon.
“RASAKAN INI!!!!!” Centarumon mengarahkan tangan kanannya dan menembakkan Solar Ray dengan seperempat tenaga. Beruntungnya, Monzaemon dan Meramon langsung mengisyaratkan para Digidestined serta Digimon mereka untuk menghindar. Tak lama kemudian, mereka menghampiri Leomon dan Ogremon yang terkapar.
“Kau tak apa-apa?” Tanya Mai dan Biyomon, sambil memegang Leomon dan membantunya berdiri.
”Ya, aku baik-baik saja.” Jawab Leomon sembari bangkit berdiri. Ogremon, yang sedikit shock dengan serangan mendadak tadi juga berusaha bangkit berdiri dibantu oleh Sakura dan Palmon.
“Sekarang, apa kita harus bertarung dengan mereka di desa ini?” Sakura bertanya dengan wajah serius.
“Ya, dengan sangat terpaksa. Tapi berhubung hampir semua rumah terbakar dan hanya tersisa 3 rumah, kita bisa bertarung dengan leluasa.” Jawab Ogremon.
“Leomon, Ogremon, lindungi para Infant.” Usul Monzaemon.
“Lantas, siapa yang akan menolong ketiga Digimon ini?” Kiku bertanya dengan heran.
”Aku dan Monzaemon akan coba untuk memancing mereka ke tanah lapang itu.” Jawab Meramon, sambil mengarahkan kepalanya ke tanah lapang yang ada di tengah-tengah desa.
“Ide bagus. Karena tempat itu yang paling luas untuk arena bertempur.” Sahut Raph.
“Mojyamon, Yukidarumon, Centarumon, ayo sini!” Teriak Monzaemon dan Meramon dengan gagah berani dan menantang. Langsung saja, kedua Digimon itu berlari ke tanah lapang itu disusul oleh tiga Digimon tersebut. Kemudian, Leomon dan Ogremon pergi untuk melindungi para Infant.
“Leomon, Ogremon, biarkan aku ikut dengan kalian.” Hayakawa berlari ke arah mereka, diikuti oleh Lunamon.
“Jangan. Lebih baik, kau bersama teman-temanmu.” Seru Leomon.
“Tapi, para Infant…” Belum selesai berkata-kata, Ogremon langsung menjawab Hayakawa.
“Tenang saja, mereka akan aman bersama kami.”
“Baiklah kalau begitu, terima kasih.” Hayakawa menjawab dan pergi ke teman-temannya bersama Lunamon.
“Ayo, kita harus ikuti Monzaemon dan Meramon.” Usul Hyoga, kemudian teman-temannya mengangguk setuju. Setelah sampai di tanah lapang, Monzaemon dan Meramon menengok ke belakang dan memperhatikan lawan mereka. Ternyata Mojyamon, Yukidarumon, dan Centarumon sudah sampai juga.
“Ingat Meramon, kau bekerja lebih keras dari aku. Jadi, jangan paksakan dirimu.” Kata Monzaemon dengan suara pelan.
“Tak perlu mengkhawatirkanku, Monzaemon. Kita hanya perlu menunggu mereka menyerang, lalu kita serang balik.” Sahut Meramon. Selang beberapa saat setelah itu, para Digidestined bersama Digimon mereka sampai juga. Akan tetapi, mereka semua jaga jarak. Centarumon yang menyadari keberadaan mereka, langsung menyerang para Digidestined dengan tembakan Solar Ray dengan seperempat tenaga. Akan tetapi, Musashi dengan cepat langsung berlari ke depan mereka.
“Musashi, awas!” Seru Tentomon. Dengan cepat, remaja berambut biru itu mengambil pedang Ogonken dan mengeluarkan serangan listrik dari pedangnya.
“Hiryuu Ao Ken!” Serangan berbentuk naga listrik yang keluar dari Ogonken milik Musashi pun meluncur ke arah Solar Ray.
“Boleh juga seranganmu!” Kata Centarumon dengan angkuh.
“Ini bukan pedang sembarangan!” Kata Musashi dengan serius.
“Heh, jangan sombong dulu! Asal kau tahu saja, tembakanku itu hanya seperempat dari tenagaku!” Centarumon menyahut Musashi.
“Cih, sial. Dia benar-benar tangguh setangguh penampilannya. Aku harus lebih berhati-hati.” Gumam Musashi dalam hati.
“Kalau begitu, TERIMA INI!!” Yukidramon mengeluarkan serangan Icy Breath.
“Aurora Thunder Attack!” Hyoga membalas serangan sang Digimon beruang putih itu dengan serangan pamungkasnya. Kedua serangan itu saling beradu, namun hasilnya seri. Karena efek dari 2 Black Gear yang masuk ke tubuh Yukidarumon, sang remaja asal Rusia itu sempat terhempas. Beruntung, Zhao berhasil menahannya sebelum ia terlempar jauh. “Serangannya kuat sekali.” Katanya dengan terengah-engah dengan tangannya yang sedikit membeku.
“Tanganmu membeku!” Zhao kaget melihat itu.
“Jangan khawatir, ini cuma sedikit es. Aku bisa menghancurkannya.” Dengan tenaga dalamnya, Hyoga menghancurkan es yang membekukan tangannya.
“MAKAN INI!!” Raph pun berlari sambil berlari menuju ketiga Digimon itu, lalu melompat dan mengarahkan kedua saisnya ke arah Mojyamon, namun sang target menggunakan Dancing Punch dan berhasil mengenai Raph. “AAGH!!” Jerit sang remaja asal Amerika itu. Agumon langsung berlari menuju tamernya.
“Raph, kau jangan gegabah seperti itu!” Omel Agumon ketika melihat tamernya meringkuk kesakitan karena serangan Mojyamon.
“TAMATLAH KALIAN!” Baru saja Mojyamon ingin melancarkan serangan, namun ia terhalang karena Kise dan Zhao melemparinya dengan batu. Perhatiannya pun teralih ke arah dua remaja itu dan tanpa berlama-lama, Digimon berbentuk Yeti itu menyerang mereka berdua dengan Boomerang Bone.
“S-Simacchi...! Awas!” Kise mendorong tubuh Zhao agar ia menghindar dari serangan tersebut. Beruntung, serangan tersebut gagal mengenai mereka berdua. Mojyamon hendak menyerang mereka kembali, namun dihalangi oleh serangan bom kunai dari Sakura dan serangan kipas api dari Mai. Lalu Kiku menimpali serangan dengan Boomerang Hook dan sukses menghajar Mojyamon.
Di lain pihak, Centarumon dan Yukidarumon saling beradu serangan dengan Musashi, Tentomon, Hyoga, dan Gabumon. Solar Ray dan Icy Breath pun ditembakkan ke arah mereka berempat. Mereka pun berhasil menghindar. “Musashi, aku punya ide. Kita kombinasikan serangan kita!” Perintah Hyoga. Musashi pun mengangguk.
“Tentomon, kita harus lakukan hal yang sama!” Ajak Gabumon. Dengan polosnya, Tentomon mengangguk. Ketika Yukidramon ingin melancarkan serangan, Tentomon dan Gabumon menggabungkan serangan Blue Blaster dan Super Shocker, sedangkan Centarumon yang ingin menyerang kedua Digimon Rookie itu, terkena serangan kombinasi Hiryuu Ao Ken dan Diamond Dust.
“Sialan, mereka berdua lihai juga!” Kata Yukidramon mengutuk, melihat Centarumon badannya membeku dan sempat berasap. Sayangnya, itu tidak bertahan lama. Centarumon berhasil lepas dari es tersebut dan menyerang kedua remaja itu dengan tinju Heat Uppercut dan berhasil meninju Musashi dan Hyoga, sehingga keduanya terlempar.
“Musashi...!” Tentomon teriak dengan panik dan terbang ke arah tamernya.
“Hyoga!” Gabumon berlari ke arah tamernya dan mengecek kondisinya. Di saat itu, mata Hyoga dan Musashi tertuju ke arah Yukidarumon yang bergerak ke arah mereka dan menggunakan tinju Ice Punch. Tinju beruang putih itu hampir mengenai kedua ramaja tersebut, tapi Tentomon dan Gabumon langsung melindungi mereka sehingga kedua Digimon itu yang kena hajar.
“Tentomon!” Teriak Musashi.
“Tidak... Gabumon!!” Hyoga pun berteriak memanggil Digimonnya. Kedua Digimon itu terkapar tidak berdaya di tanah.
“Sial! Aku hampir tak bisa bergerak!" Gabumon meringis kesakitan.
“Aku tak kuat menahan serangan dari mereka, mereka kuat sekali!” Keluh Tentomon. Akhirnya, kedua Tamer mereka memeluk sekaligus melindungi mereka.
Di lain pihak, Monzaemon dan Meramon terus memperhatian mereka yang bertarung dari awal dengan seksama sembari mengumpulkan tenaga. Tak lama kemudian, Digimon beruang kuning itu berkata kepada temannya,
“Meramon, sekaranglah saatnya!”
“Iya. Ayo, Monzaemon!” Sahut Digimon api itu. Tanpa ada tanda khusus, mereka langsung mengepalkan kedua tangan mereka dan berteriak dengan kerasnya.
“HEAAAAAAAAAAH!!!!!” Semuanya menoleh karena terkejut mendengar teriakan kedua Digimon itu.
“Apa yang mereka lakukan?” Ketiga Digimon yang terpengaruh Black Gear merasa heran, juga para Digidestined dan Digimon mereka. Karena tubuh Meramon yang ukuran aslinya kecil dibanding teman-temannya, dia mulai menggunakan tenaga penuhnya dengan membesarkan tubuhnya sampai sebesar ukuran Monzaemon dan Yukidarumon.
“Lihat! Tubuh Meramon membesar!” Raph terkejut setengah mati melihatnya.
“Sama seperti waktu itu, pada saat dia terkena Black Gear.” Ujar Mai.
“Tapi kali ini, tidak sebesar yang sebelumnya. Dan kelihatannya, dia bisa mengendalikan tenaganya.” Musashi menambahkan. Tak mau kalah dengan temannya, Monzaemon juga menunjukkan kekuatan penuhnya dengan kedua lengannya yang tiba-tiba mengeluarkan otot (walaupun ototnya tidak besar). Karena tak menyangka bahwa Monzaemon berotot, para Digidestined langsung Sweatdrop juga Digimon mereka.
“Sepertinya ada lawan yang cukup tangguh buat kita. Kalian berdua, serang mereka!” Perintah Centarumon kepada Yukidarumon dan Mojyamon. Langsung saja, Yukidarumon dan Mojyamon menyerbu mereka dengan melompat dan ingin meninju mereka. Tapi Monzaemon dan Meramon langsung menyambut mereka dengan melakukan hal yang sama sehingga keempatnya saling meninju di udara. Pada saat mereka jatuh ke tanah, para Digidestined dan Digimon mereka ingin menolong kedua Digimon itu. Tapi Centarumon langsung menodongkan tangan kanannya ke arah mereka semua dan berkata,
“Jika kalian berani coba-coba maju selangkah pun, aku tak akan segan-segan untuk menghabisi kalian dengan tembakan full powerku! Ingat itu baik-baik!”
“Kau pikir aku akan termakan oleh bualanmu itu?” Raph bersikeras ingin maju dengan memegang kedua Saisnya, tapi langsung dihadang oleh teman-temannya.
“Bodoh! Apa yang kau lakukan?” Hyoga meneriakinya.
“Apa kau tak dengar apa yang diucapkannya?” Mai bertanya dengan wajah kesal.
“Tapi itu hanya gertakan sambal dia saja!” Raph ngotot dengan keras kepala.
“Apa itu betul? Coba kau lihat Centarumon baik-baik!” Musashi mencondongkan kepalanya ke arah Centarumon supaya Raph memperhatikan dengan seksama. Manik emas Raph menatap Digimon tersebut dengan seksama.
“Apakah dengan posisi tangan dan tatapan yang sangat serius seperti itu menandakan bahwa dia hanya menggertak saja? Aku rasa tidak, dia pasti tak akan segan untuk menembakmu jika kau maju begitu saja.” Sakura menjelaskan kepada remaja berambut merah itu.
“Cih, baiklah kalau begitu.” Akhirnya, Raph pun menyerah dan menyarungkan Saisnya.
”Lebih baik, kita tunggu mereka bertarung sampai selesai.” Zhao mengusulkan kepada remaja berambut merah itu sambil menepuk bahunya. Beberapa detik kemudian, adu tinju antara Monzaemon dengan Mojyamon, dan Meramon dengan Yukidarumon pun terjadi. Pertarungan keempat Digimon itu sangat sengit, layaknya tinju kelas kakap bercampur gulat. Mereka semua pun takjub melihatnya, kecuali Centarumon karena dia terus mengawasi. Bahkan, para Digidestined dan Digimon mereka menyoraki Monzaemon dan Meramon dengan penuh semangat sampai-sampai Gabumon dan Tentomon bisa bangkit berdiri.
“Ayo kalian berdua, hajar terus! Jangan menyerah! Sikat mereka sampai K.O!” Teriak Kiku dengan antusias dan semangat yang berkobar-kobar, layaknya pelatih tinju.
“Kiku... astaga...” Patamon langsung sweatdrop ketika melihat tamernya seperti itu.
“Argh! Hebat juga kau, Meramon! Terimalah tinju full powerku ini! Ice Punch!” Monzaemon menghajar Meramon, dan tubuh Meramon mulai membeku sedikit demi sedikit. Tapi liciknya, dia juga mengeluarkan Ice Breath sehingga kaki dan tangan Meramon membeku. Tapi dengan lihainya, Meramon memecahkan es itu kemudian memegang tangan kiri beruang putih itu dengan sangat cepat dan berkata,
“Apa kau lupa? Aku ini api, jadi aku bisa melelehkan esmu dengan mudah. Terimalah tinjuku ini! Fire Fist.” Meramon menghujamkan tinju apinya sampai Yukidarumon terpental.
“Keren sekali, Meramon! Hajar dia lagi!” Raph semakin berkobar menyoraki Meramon untuk memberi semangat.
“Kau pikir dengan tubuhmu yang tinggi seperti itu, aku tak bisa membantingmu, hah? Rasakan ini! Dancing Punch!” Mojyamon meninju Monzaemon, lalu mengangkat beruang kuning itu kemudian membantingnya ke tanah.
“Monzaemon, ayo bangkit berdiri! Kau pasti bisa!” Hyoga dan Zhao meneriaki beruang kuning itu dengan semangat, maka berdirilah dia dan langsung menghujam Mojyamon dengan berusaha mencengkram kedua tangannya. Mojyamon pun membalas serangan itu, maka terjadilah adu cengkram antara mereka berdua.
“Aku tak pernah menganggap remeh lawan-lawanku. Tapi ingat 1 hal, jangan remehkan aku! Rasakan ini!” Monzaemon melepaskan cengkraman Mojyamon dengan cepat, lalu mengambil jarak dan mengepalkan kedua tangannya
“Bang-Bang Punch” Monzaemon meninju Yeti itu dengan kedua tangannya, kemudian memeluknya dan membantingnya ke depan.
“Kau hebat, Monzaemon! Ayo hajar dia lagi!” Mai menyoraki beruang kuning itu. Pertarungan pun terus berlanjut, hingga hasilnya seri.
“Pertarungannya cukup sengit ya...” Kata Gomamon dengan serius.
“Ngomong-ngomong, Soma dan Kokichi ke mana ya? Kok mereka lama sekali...” Bisik Raph pada Hyoga.
“Entahlah. Seandainya mereka di sini ketika kita membutuhkan mereka...” Kata Hyoga. Tiba-tiba, sebuah petasan terlontar mengarah ke Centarumon. Ketika petasan itu tepat berada di tangan Digimon berbentuk Centaur itu, petasan itu tiba-tiba meledak di tangannya.
“Argh! Sialan! Petasan dari mana ini?!” Centarumon menggertak dengan kesal.
“Petasan...? Tunggu dulu...!” Musashi memperhatikan sekelilingnya.
“Musashi, ada apa?” Tanya Tentomon.
“Ada petasan yang dilempar untuk memancing Centarumon.” Kata Musashi.
“Jangan menuduhku ya. Aku tidak punya petasan di persediaan senjataku.” Protes Sakura dan disusul anggukan Palmon.
“Kalau begitu, siapa yang punya petasan itu, Asukacchi?” Tanya Kise ragu.
“Siapa lagi kalau bukan satu-satunya prankster di antara kita.” Balas Gabumon dengan kesal.
“Tunggu! Maksud kalian Kokichi ada di sekitar sini?! Tapi kok dia tidak terlihat?!” Seru Raph. Ketika mereka mencari-cari di mana Kokichi kemungkinan bersembunyi, Patamon langsung melihat sosok putih yang terbang menuju Centarumon.
“Lihat!” Seru Patamon. Ternyata itu adalah kelelawar putih yang ukurannya bisa dibilang besar, datang menghampiri Centarumon dan langsung mencakar wajahnya.
“GAAAH!” Digimon Centaur itu sontak berjalan mundur karena kaget sambil memegang wajahnya. Di saat itu, serangan Bada Boom, Tear Shot, dan Corona Flame meluncur dan menembaki Centarumon, sehingga ia berjalan mundur ke belakang dan tanpa disadari, Centarumon masuk ke lubang jebakan yang cukup besar tepat di belakangnya. “UWAAAAH!!” Jeritnya karena terjatuh.
“Nishishi~! Senjataku berhasil!” Kokichi pun berlari menghampiri teman-temannya sambil menggendong Impmon dan Coronamon lari di belakangnya.
“Kokichi! Kau datang dari mana?” Tanya Agumon panik.
“Lagipula, dari mana kau dapatkan kelelawar putih itu?” Tanya Biyomon menimpali.
“Oh, tenang saja. Bos meminta Soma bermain sihir dengannya dan itu yang terjadi.” Jawab Impmon santai. Sontak saja kelelawar itu mendarat di belakang Kokichi dan berubah menjadi Soma. Sebagian besar dari teman-teman pemuda berambut putih itu kaget karena tak menyangka bahwa Soma bisa merubah wujudnya jadi kelelawar putih yang besar.
“Itu kan kekuatannya Soma. Sembarangan kau!” Protes Coronamon.
“Tapi Soma, bagaimana kau bisa mengubah dirimu menjadi kelelawar?” Tanya Raph dengan wajah heran campur ragu.
“Oh, sebenarnya ini adalah salah satu kemampuanku.” Jawab Soma.
“Lalu, siapa yang sebenarnya memasang lubang jebakan itu?” Hyoga bertanya dengan wajah serius.
“Soal itu…” akhirnya, Soma menjelaskan secara detil bahwa yang sebenarnya memasang jebakan adalah *Tsuchinoko atas ide dan perintah Kokichi kepada Soma. Terlebih lagi, pemuda berambut putih itu juga menjelaskan bahwa dialah yang memanggil Tsuchinoko dengan kekuatannya, dan mengalihfungsikan ular jadi-jadian itu dari fungsi **enchanted soul menjadi ***bullet soul.
“Hm. Aku sebenarnya tidak begitu paham. Tapi apakah mengubah fungsi tipe roh atau monster itu memakan tenaga banyak?” Musashi bertanya sambil memegang dagunya.
“Ya, kurang lebih seperti itu.” Jawab Soma.
“Impmon, bukannya kakimu terluka ya?” Tanya Hayakawa khawatir.
“Aku tadi sempat mampir ke tempat Impmon beristirahat untuk mengobatinya lagi. Sayangnya, telinga Cruz-chan sangat tajam seperti kelelawar, sampai mendengar ledakan. Akhirnya kami menyusul kemari.” Kata Kokichi menjelaskan.
“Pertanyaan selanjutnya-” Baru saja Raph ingin bertanya, Musashi sudah memberi tanda berhenti sebagai isyarat.
“Bicaranya nanti saja. Sekarang fokus kita adalah Centarumon. Aku khawatir, dia akan segera keluar dari lubang itu.” Kata sang remaja berambut biru itu. Benar saja, Centarumon berhasil keluar dari lubang jebakan yang Kokichi buat itu.
“Menarik... ada yang ahli jebakan juga ya. Memang benar, anak-anak terpilih saat ini lebih hebat dari yang terdahulu.” Ujar Centarumon.
“Wah, jebakannya bos gagal.” Kata Impmon terkejut. Kokichi pun juga pura-pura terkejut.
“Ah, kau benar, Impmon!” Sahutnya.
“Ini bukan saatnya bercanda, Oumacchi dan Impmoncchi!” Omel Kise. Pada saat perhatian mereka teralihkan karena bercanda, Centarumon langsung menodongkan tangan kanannya dan menembakkan Solar Ray dengan seperempat tenaga.
“Kalian bertiga, awas!” Teriak teman-teman yang lainnya. Langsung saja, Soma berubah menjadi kelelawar putih dan terbang dengan kecepatan penuh melindungi ketiga temannya. Maka dia terkena tembakan itu dan terpental sampai terkapar. Lalu, dia kembali ke wujud aslinya.
“Soma!” Coronamon, Tailmon, Lunamon, dan Hayakawa meneriaki Soma yang terkapar dan menghampirinya.
“Aku hanya terluka sedikit, jangan khawatir.” Soma menjawab mereka dengan nafas terpogoh-pogoh. Segera saja, Centarumon memberi isyarat kepada Mojyamon dan Yukidarumon untuk menyerang Soma dan keempat teman yang menghampirinya, juga Kokichi, Impmon, dan Kise. Maka melompatlah Mojyamon dan Yukidarumon, sembari mengeluarkan jurus Boomerang Bone dan Icy Breath.
“Bahaya! Kalian semua, menyingkirlah dari sana!” Ketujuh Tamer beserta Digimon mereka meneriaki mereka berdelapan dari jauh.
“Kyaaaaa!” Hayakawa berteriak ketakutan.
“Terlambat! Kita tak akan sempat!” Umpat Kise, Tailmon, dan Lunamon. Tapi tiba tiba saja, Coronamon maju dengan cepat dan gagah berani sambil menengok ke atas.
“Aku takkan membiarkan mereka menghabisi kita! Akan kubalas mereka!” Seru Coronamon, lalu Digivice milik Soma bersinar dan berevolusilah ia menjadi seekor singa bersayap. Tanpa menunda-nunda waktu, singa itu langsung menembakkan tembakan berbentu bola api dari kepalanya yang besar, dan menghancurkan Boomerang Bone dan Ice Breath.
“Coronamon telah berubah, aku tak menyangka bahwa dia akan berubah secepat itu.” Ujar Soma dengan nafas sedikit terengah-engah. Tak lama kemudian, Kise mengeluarkan Digivice dan beginilah informasi yang mengenai Firamon,
“Firamon, atribut vaccine, adalah Digimon berbentuk singa bersayap seperti di legenda. Walaupun ukuran tubuhnya besar dan kekar, dia bisa terbang dengan kecepatan tinggi. Senjata pamungkasnya adalah Fira Bomb dan Flame Dive.”
“Aku akan membantumu, Firamon.” Seru Soma.
“Tapi kau terluka, bagaimana kau bisa membantunya?” Tanya Hayakawa dnegan khawatir.
“Tenang saja, bukan aku yang akan maju. Valkyrie.” Soma memanggil roh wanita berbaju zirah itu.
“Baik, tuan Soma.” Sahut Valkyrie.
“Kau bantu Firamon bertarung, aku akan mengawasi kalian dari sini.” Perintah pemuda berambut putih itu.
”Siap, tuan Soma!” Terkejutlah mereka semua sewaktu melihat Soma memanggil roh wanita berbaju zirah itu, ditambah lagi Valkyrie mengeluarkan sayapnya yang agak mirip dengan sayap malaikat dan langsung terbang menghampiri Firamon.
”Oh, Valkyrie. Jadi Soma memanggilmu kembali?” Tanya Firamon.
”Iya, tuan Soma menyuruhku untuk membantumu. Aku harap, kau tak keberatan.” Jawab roh wanita berbaju zirah dan bersayap itu.
“Tidak sama sekali. Tapi lebih baik, kita tidak boleh meremehkan mereka berhubung 2 Black Gear masuk ke tubuh mereka.” Sahut Firamon
“Aku tahu, Firamon. Bersiaplah, mereka datang!” Seru Valkyrie, dan tiba-tiba Mojyamon mengeluarkan senjata rahasia dari balik bulunya. Senjatanya itu berbentuk seperti stalaktit yang terbuat dari es, dan dia langsung menyerbu Valkyrie dan berteriak,
“Rasakan ini! Ice Cloud!”
“Jangan remehkan aku! Airbone Sword!” Valkyrie mengeluarkan pedangnya dan menepis serangan itu. Sesaat kemudian, Yukidarumon mengeluarkan tinju Icy Punch dengan dengan tenaga penuh, tapi langsung dibalas oleh Firamon dengan menabraknya dengan kecepatan penuh. Melihat kedua temannya kesulitan, Centarumon melompat ke atas dan berusaha mengeluarkan tinju Heat Uppercut. Tapi Gabumon bangkit berdiri dan berkata,
“Takkan kubiarkan!” Lalu berevolusilah dia menjadi Garurumon. Serigala biru itu langsung menerkam Centarumon sampai jatuh ke tanah. Hanya saja, Centarumon langsung berdiri dan menghantam Garurumon dengan tinju Heat Uppercut, kemudian mengambil jarak dan menembakkan Solar Ray dengan setengah tenaga.
“Garurumon, aku datang!” Segera saja, Agumon berlari membantu kawannya dan berevolusi jadi Greymon. Greymon dan Garurumon mengeluarkan Nova Blaze dan Howling Blaster. Beradulah jurus mereka berdua dengan tembakan dari Centarumon. Dengan kombinasi tembakan yang digabung, tembakan Solar Ray Centarumon kalah kuat sehingga terdorong terus sampai hampir menghantamnya. Lalu dengan sigap, Centarumon langsung menghindar dan berkata,
“Heh, boleh juga mereka. Tapi aku takkan kalah!” Dengan gencarnya, Centarumon maju ke arah Garurumon disambut dengan lawannya yang berlari ke arahnya. Saat mereka saling berhadapan, Centarumon memukul Garurumon dan serigala biru itu langsung membalasnya dengan cakarnya. Adu serangan pun terjadi diantara mereka berdua dan alhasil, Garurumon dilempar oleh Centarumon ke arah Greymon. Akan tetapi, Greymon langsung menangkap Garurumon dengan cekatan.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Greymon.
“Ya. Terima kasih telah menolongku, Greymon.” Jawab Garurumon.
“Hahahahaha! Sepetinya sudah saatnya bagiku untuk menghabisi kalian berdua! Terimalah serangan full powerku ini!” Teriak Centarumon dengan menodongkan tangan kanannya dan hampir menembakkan Solar Ray dengan kekuatan penuh. Tanpa diduga, Palmon langsung berlari dan melompat ke arah Centarumon dan berkata,
“Lawanmu adalah aku, Centarumon!” Maka berevolusilah dia menjadi Togemon dan langsung menghentikan Centarumon dengan memegang tangannya. Terkejutlah Centarumon dengan kedatangan lawan yang tak diundang.
“Kurang ajar! Beraninya kau menghalangiku! ENYAHLAH!” Centarumon memukul Togemon dengan tangan kirinya. Dengan lihainya, Togemon langsung melompat untuk menghindar lalu menghajarnya bertubi-tubi dengan tinju Lightspeed Jabbing sampai lawannya kesakitan. Setelah mundur beberapa langkah, Digimon kaktus besar itu mengeluarkan jurus Needle Spray. Centarumon meringis kesakitan, tapi Black Gear yang ada di tubuhnya belum kunjung keluar.
“Greymon, sekarang!” Seru Togemon, Greymon mengangguk dan menembakkan Nova Blast.
“AAAAARGH!!!!!” Teriak Centarumon kesakitan, dan mencuat keluarlah 2 Black Gear dari punggungnya lalu pecah.
“Kau hebat, Greymon!” Ujar Garurumon.
“Jangan senang dulu. Lebih baik, kau bantu yang lainnya.” Greymon mengarahkan kepalanya ke arah teman-temannya yang masih bertarung. Singkat cerita, Garurumon maju untuk membantu Valkyrie yang sempat kewalahan melawan Mojyamon.
“Sialan! Beraninya mereka mengalahkan Centarumon! Aku kubalas! Terimalah ini!” Dengan gencarnya, Mojyamon mengayunkan Ice Cloud ke Valkyrie beberapa kali. Roh wanita berbaju zirah itu berusaha menangkis beberapa kali. Tapi apa daya, Mojyamon menemukan celah terbuka dan langsung menghajar Valkyrie sampai terpental. Tak ingin melihat partnernya terluka lebih dari itu, Garurumon langsung menabrak Mojyamon dengan kecepatan penuh.
“Kau menolongku, terima kasih.”Kata Valkyrie sembari memegang dadanya karena kesakitan.
“Ya. Sama-sama, ksatria wanita yang pemberani. Walaupun aku belum mengenalmu.” Sahut Garurumon. Mojyamon berusaha bangkit berdiri, Tapi langsung disambut dengan Fox Fire oleh Garurumon sambil melompat.
“UUUUURGH!!!!!” Mojyamon meringis kesakitan, diikuti oleh Black Gear yang mencuat keluar dan pecah.
“MOJYAMON!!!!! Cih, tak ada pilihan lain! Saatnya melancarkan serangan terakhirku! RASAKAN INI! Subzero Ice Punch!” Yukidarumon melompat jauh ke atas dengan tinju rahasianya yang memiliki suhu lebih dingin dari jurus Ice Punch juga lebih kuat. Dilihatnya lawannya dari langit, Firamon langsung terbang dengan kecepatan penuh dan menabrak Yukidarumon dengan jurus Flame Dive. Elemen es dan api yang terdapat pada kedua Digimon itu beradu bersamaan dengan kedua jurus mereka, dan semua yang melihat pertarungan di udara itu takjub.
“Ayo, Firamon! Kerahkan seluruh tenagamu!” Para Tamer juga Digimon mereka menyemangati Digimon berbentuk singa api bersayap itu.
“GROAAAAR!!!!!” Firamon mengeluarkan tenaga dalamnya, dan berhasil mendorong Yukidarumon. Saat beruang putih itu jatuh ke tanah, Digimon singa api bersayap itu langsung menembakkan Fira Bomb.
“UWAAAAARGH!!!!!” Akhirnya mencuat keluar Black Gear dari punggungnya dan pecah.
“Kita berhasil!” Sorak Tailmon bahagia. Soma pun tersenyum puas karena melihat Digimonnya berhasil berevolusi. Alhasil, ketiga Digimon yang sempat kena Black gear itu jatuh pingsan karena kekuatan mereka terkuras habis. Sementara itu, para Digimon yang sempat berevolusi pun berubah menjadi kembali menjadi wujud kelas rookie mereka. Para tamer langsung menghampiri mereka, kecuali Coronamon yang langsung menghampiri Soma.
“Soma... aku berhasil berevolusi!” Sorak Coronamon. Sang tamer pun tersenyum bangga.
“Aku bangga denganmu, Coronamon. Aku tahu kalau kau pasti bisa berevolusi.” Kata Soma dengan senang. Lalu Valkyrie terbang menuju Soma. “Valkyrie, terimakasih. Aku berhutang budi padamu.” Sambungnya.
“Aku juga berterimakasih padamu, Tuan Soma.” Kata Valkyrie sambil membungkuk hormat. Lalu ia menghilang dari hadapannya.
“Hari ini benar-benar melelahkan ya.” Sahut Coronamon yang langsung terduduk karena kelelahan.
“Benar. Kita belum selesai satu, yang lain malah datang.” Kata Soma dengan serius.
“Tapi ada yang aneh. Aku tidak melihat keberadaan Devimon, tapi bagaimana mungkin 6 black gear langsung muncul entah dari mana dan menyerang Yukidarumon, Mojyamon, dan Centarumon?” Tanya Sakura penasaran.
“Entahlah, tapi aku merasakan kalau dia sebenarnya mengawasi kita dari tadi.” Kata Soma. Tiba-tiba, Ogonken pun menyala, seperti memberi sinyal tanda bahaya.
“Hm? Ada apa dengan pedangmu?” Tanya Meramon.
“Pedangnya Musashi kenapa seperti itu?” Tanya Tentomon kebingungan.
“Sinyal tanda bahaya. Aku tidak tahu apa, tapi ia sudah merasakan tanda yang tidak beres.” Jawab Musashi.
“Tunggu...! Kita baru saja selesai bertarung. Sekarang kita ada masalah baru lagi?!” Tanya Gabumon kesal.
“Ayolah, gimme a break!” Keluh Raph.
“Apapun bahayanya, kalian harus tetap berjaga-jaga. Kami akan membantu kalian!” Kata Monzaemon yang langsung berdiri di depan kesebelas tamer itu, beserta Meramon di sebelahnya.
“Firasatku jadi tidak enak...” Gumam Gomamon. Kesebelas tamer itu mengawasi sekelilingnya. Entah kenapa mereka tidak melihat apa-apa.
“Aku akan menjaga Centarumon, Yukidarumon, dan Mojyamon.” Kata Hyoga dan diikuti anggukan Gabumon.
“Aku ikut!” Tambah Raph dan diikuti anggukan Agumon.
“Aku juga ikut!” Hayakawa pun menambahkan, namun Lunamon menarik tangannya.
“Jangan, nona. Terlalu berbahaya.” Larang Digimon berbentuk bulan itu.
“Tapi.. aku tidak mau merepotkan kalian lagi...” Kata Hayakawa dengan sedih.
“Sejauh ini kau sangat membantu kami, Hayakawa.” Kata Kiku.
“Iya. Kita semua saling membantu kan?” Tambah Patamon.
“Iya!” Sahut Kise sambil tersenyum, lalu mendadak manyun ketika menatap Kokichi sambil berkata, “kecuali Oumacchi dan Impmoncchi.”
“Benar, Ryouta.” Kata Tailmon sambil mengangguk. Sang tamer yang dimaksud Kise pun pura-pura terkejut.
“Kise-chan, aku tidak merepotkan kok. Buktinya Centarumon sempat gagal menyerang karena kita berdua. Benar kan, Impmon?” Kata Kokichi.
Impmon pun mengacungkan jempolnya, “Benar sekali, bos!”
“Ayolah...! Jangan berkelahi di sini...! Kita selesaikan pertarungannya dengan cepat! Aku sudah lelah!” Protes Zhao.
“Ini bukan saatnya kau untuk malas-malasan, Zhao!” Keluh Palmon. Mata mereka bersebelas masih menatap ke kiri dan ke kanan mereka, mengawasi dan mengamati apapun yang janggal nantinya yang akan mendekati mereka. Tapi sayangnya, tak satupun dari mereka yang menyadari bahwa bahaya yang datang berasal dari atas langit. Tiba-tiba, terdengar suara auman misterius yang keras dari langit. Pada saat yang sama, berhembuslah angin yang kencang sekali seperti angin badai.
“Uh, angin darimana ini? Seperti badai saja.” Ujar Mai dengan memejamkan mata dan menahan hembusan angin dengan tangannya, diikuti oleh teman-temannya. Berusaha melawan hembusan angin, Biyomon membuka matanya dan melihat ke arah langit.
“Lihat! Ada makhluk aneh di atas sana!” Seru Biyomon. Namun sayang sekali, sebelum terlihat dengan jelas oleh mereka semua, makhluk misterius itu mengeluarkan angin puyuh kecil. Parahnya lagi, angin puyuh kecil itu terbang ke arah Zhao dan Soma serta mengangkat tubuh mereka ke langit.
“AAAAARGH!!!!! TOLOOOOONG!!!!!” Teriak kedua orang itu.
“Zhao! Soma!” Gomamon, dan Coronamon meneriaki mereka dari bawah.
“Senpai!” Teriak Hayakawa dengan panik. Karena mendengar kegaduhan itu, Leomon dan Ogremon yang tadinya menjaga para Infant segera keluar dari rumah.
“Apa yang terjadi?” Tanya Leomon.
“Ada makhluk aneh dari langit yang menyerang Zhao dan Soma!” Jawab Lunamon. Maka ditengoklah makhluk aneh itu dan berkatalah Ogremon,
“Itu Airdramon!”
“Airdramon?” Para Digidestined beserta Digimon mereka menoleh ke arah mereka berdua, disusul oleh Kise yang mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang didapat dari makhluk aneh menyerupai naga bersayap itu,
“Airdramon, atribute vaccine, adalah Digimon yang memiliki bentuk seperti naga bersayap. Dari suara aumannya yang kencang dan sayapnya yang besar, dia bisa menciptakan angin yang sangat kencang. Senjata pamungkasnya adalah Fatal Tornado dan Spinning Needle.
“Urgh, bertahanlah! Kami akan menolong kalian!” Seru Monzaemon dan Meramon sembari berlari ke arah angin puyuh kecil itu. Baru saja sampai, tiba-tiba ada suara ringkikan kuda disusul oleh 2 tembakan yang menghantam Digimon beruang kuning dan api itu sampai terpental.
“Uwargh!”
“Monzaemon! Meramon!” Teriak para Digidestined dan Digimon mereka, kemudian Leomon dan Ogremon langsung menolong kedua teman mereka. Ternyata, tembakan dan suara ringkikan itu berasal dari makhluk yang datang setelah Airdramon. Makhluk itu menyerupai kuda yang memiliki tanduk dan sayap. Dengan cepat, Kise langsung mengeluarkan Data Analyzer lagi. Beginilah keterangan tentang kuda bertanduk dan bersayap itu,
“Unimon, atribute vaccine, adalah Digimon yang memiliki bentuk seperti kuda yang memiliki tanduk seperti Unicorn dan sayap seperti Pegasus. Dia memiliki sifat yang temperamen seperti kuda yang belum jinak. Senjata pamungkasnya adalah Aerial Attack dan Aerial Gallop.
Beberapa detik kemudian, Unimon terbang ke arah Zhao dan Soma yang diterbangkan oleh angin puyuh kecil itu dan mengambil mereka berdua.
“Kurang ajar! Mereka pasti ingin menculik Zhao dan Soma!” Umpat Meramon.
“Zhao! Soma!” Para Digidestined meneriaki mereka dari kejauhan, tapi mereka sudah pingsan di punggung Unimon. Tanpa menunda waktu, Airdramon dan Unimon langsung pergi dari hadapan mereka semua dan redalah angin kencang itu.
“Shou-senpai! Soma!” Hayakawa berlari dengan kencang karena berusaha mengejar kedua Digimon tersebut. Lunamon berusaha mengejar Tamernya itu, tapi Mai, Musashi, dan Sakura mencegat gadis berambut coklat panjang itu.
“Jangan! Kau takkan bisa menyusul mereka!” Mai berkata sambil menahan Hayakawa.
“Tapi senpai dan Soma…” Belum selesai berbicara, Sakura langsung menjelaskan kepada Hayakawa sembari berusaha menenangkannya.
“Aku mengerti perasaaanmu. Tapi, kita harus mencari cara lain untuk menyelamatkan mereka. Laipula, kita tidak tahu kemana kedua Digimon itu membawa mereka.” Tanpa menunjukkan tanda apapun, suara tawa Devimon terdengar sampai ke desa Leomon.
“Hehehehehe!!!!! HAHAHAHAHA!!!!! Apa kalian dapat mendengarku, wahai para anak-anak terpilih?”
“Suara ini, pasti ini Devimon!” Raph mengepalkan kedua tangannya dengan amarah yang membara.
”Keluarlah kau, Devimon! Kami tahu kau ada di dekat sini!” Gomamon dan Coronamon menghardik suara itu. Namun suara itu menjawab,
“Jangan terburu-buru! Kalian bisa melihatku kapan saja kalian mau!” Tiba-tiba saja, Devimon muncul di dekat Mai, Musashi, Sakura, dan Hayakawa. Sontak ketiga orang itu terkejut setengah mati namun Sakura berusaha menyerangnya dengan Kunai.
”Terima ini! ” Gadis berambut pink itu melempar Kunainya, dan ternyata Devimon yang diserangnya itu hanyalah bayangan.
“HAHAHAHAHA!!!!! Mudah sekali kalian tertipu. Baiklah, akan aku jelaskan. Aku yang asli tidak berada di dekat kalian, karena aku berada di istanaku yang sangat jauh. Jika kalian ingin menyelamatkan kedua teman kalian, kalian harus pergi ke kuil tak berpenghuni. Karena di sanalah mereka akan kusekap layaknya makhluk yang tak berdaya, HAHAHAHAHA!!!!!”
“BRENGSEK!!” Raph langsung berlutut dan memukul-mukul tanah dengan kesal. Wajar saja, ia merasa gagal melindungi teman-temannya sendiri. Semuanya pun merasakan kekesalan yang ia rasakan. Tiba-tiba, ia merasakan tangan menyentuh pundaknya.
“Raph, ayo kita selamatkan Zhao dan Soma. Apapun yang terjadi pada mereka, kita harus bisa membawa mereka keluar dari tempat penyekapan mereka.” Sahut Hyoga.
“Iya. Aku tahu kau benar-benar kesal dengan penyerangan ini, tapi tidak selamanya kau meratap hanya karena apa yang terjadi barusan. Meratap, marah, dan menangis tidak akan membawa mereka kembali.” Kata Gabumon dengan penuh ambisi.
“Lagipula, aku orang yang selalu bergerak tanpa berpikir. Rasanya aneh melihat tamerku seperti ini.” Timpal Agumon. Dengan begitu, Raph bangkit berdiri dan menatap teman-temannya beserta Digimon mereka.
“Baiklah. Aku siap.” Raph mengepalkan tangan kirinya dan wajahnya menunjukkan ambisi yang membara untuk menyelamatkan kedua temannya yang sedang diculik. “Gomamon... Coronamon... aku dan yang lain akan menyelamatkan tamer kalian. Aku janji!” Gumamnya dalam hati.
Notes:
*Tsuchinoko: Ini adalah salah satu enchanted soul milik Soma. Makhluk ini berbentuk seperti ular jadi-jadian, yang suka menggali tanah untuk bersembunyi di dalamnya. Kalau di game Castlevania: Aria of Sorrow, itu untuk beli barang biar beli murah.
**Enchanted Soul: Ini jenis soul di game Castlevania yang gak makan MP, dan bawa keuntungan tinggi, seperti nambahin darah ketika diam atau nyerang musuh, bikin imun terhadap racun, dst.
***Bullet Soul: Ini jenis soul di game Castlevania yang fungsinya seperti Sub-weapon. Soul ini juga makan MP.
Chapter 10: Lekismon Has Arisen, the Truth Revealing of Soma's Background
Summary:
Soma dan Zhao diculik oleh Unimon dan Airdramon atas perintah Devimon. Semua bergantung kepada Raph dan yang lain untuk menyelamatkan mereka. Dapatkah mereka menyelamatkan Soma dan Zhao? Mengapa Devimon menculik Soma dan Zhao? Apakah ada sesuatu yang Devimon incar dari mereka berdua?
Notes:
Buset! 3 bulan astogeh!! :'D aku sibuk banget karena skripsi, sampe update chapter 10 ini lama juga. Tapi akhirnya, bisa diupdate juga dengan perjuangan yang panjang.
Again, terimakasih buat Bang Patuan untuk bantuannya nulis chapter ini. Tanpa dia, ini chapter 10 gak akan bisa update
Also, big spoiler untuk salah satu event di Castlevania: Aria of Sorrow buat teman-temanku yang belum pernah main gamenya.
Pesan terakhir, jangan lupa review, kripik, dan santannya ya :D Jangan kirim api buat kritikan karena gak bisa membangun sama sekali.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
Chapter Text
Semuanya pun terdiam. Mereka tidak percaya dengan kejadian yang terjadi. Orang terkuat di tim itu malah diculik oleh Devimon. Mereka tidak tahu kenapa Soma menjadi target utama Devimon.
“Jadi itu yang namanya Devimon?” Mai masih sulit untuk mempercayai apa yang dilihatnya. Iya, itu kali pertama untuk beberapa orang, seperti dirinya, Musashi, Hayakawa, dan Kokichi, melihat Devimon. Sayangnya, yang mereka lihat barusan bukanlah rupa aslinya, melainkan hanya bayangannya.
“Ternyata, dia lebih buruk dari yang kupikirkan.” Musashi menoleh ke arah Mai dengan wajah serius bercampur khawatir. Berusaha untuk tak menangis serta menjawab kekhawatiran, Hayakawa mendekati Leomon dan Ogremon. Kemudian bertanyalah gadis berbaju putih dan biru itu kepada Digimon singa itu,
”Leomon, dimanakah kuil tak berpenghuni yang dikatakan oleh Devimon itu?”
“Kuil itu jauh dari desa ini. Letaknya tepat di sebelah utara Tebing Tengkorak.” Jawab Leomon dengan tatapan serius bercampur khawatir.
“Tebing Tengkorak?” Lunamon kaget mendengar ucapan Leomon. Lalu Ogremon menjawabnya,
“Iya, Tebing Tengkorak. Itu adalah tebing dimana berserakan tulang belulang binatang, dan lumayan banyak jurang di sana. Buruknya lagi, di sana pula ada beberapa makhluk ganas.”
“Kedengarannya tempat itu berbahaya. Apakah ada jalan lain ke kuil tak berpenghuni selain melewati tebing itu?” Tentomon bertanya kepada Ogremon dengan bingung.
“Sayangnya, tak ada jalan lain. Terlebih lagi, butuh waktu sekitar 2 hari agar bisa mencapai tebing itu karena kalian harus mendaki puncak gunung yang ada di sana lalu turun sampai ke kaki gunung.” Leomon menjelaskan sambil menunjukkan gunung yang ada di sebelah timur dari desanya.
“Ya ampun! Kelihatannya kita tidak punya pilihan lain selain menelusuri Tebing Tengkorak!” Keluh Sakura dengan kesalnya. Tiba-tiba saja, Kokichi pergi ke arah terowongan bawah tanah diikuti oleh Impmon. Teman-temannya sempat meneriakinya, tapi dia tak menghiraukan. Kali ini, remaja berambut hitam keunguan itu punya firasat bahwa Drimogemon yang sedang bersembunyi di terowongan bawah tanah punya solusi untuknya juga teman-temannya. Benar saja, saat Kokichi sampai di pintu terowongan, Drimogemon muncul. Sontak sebagian dari teman-temannya kaget karena mereka belum melihat Drimogemon sejak mereka bangun. Kemudian dia memberitahu bahwa dia sudah menggali terowongan yang tembus ke goa yang jaraknya tak jauh dari tebing tengkorak. Dia juga mengatakan bahwa hanya perlu waktu 2 jam untuk menelusuri terowongan agar sampai ke goa tersebut.
“Kalau kita lewat sini, berarti menghemat waktu.” Kata Agumon.
“Tapi apa ada kemungkinan nanti kita diserang ketika kita melewati terowongan ini?” Tanya Gabumon.
“Tidak tahu pasti sih. Tetapi Drimogemon benar-benar berusaha keras membuatkan ini untuk kita. Terlebih lagi, kita tidak tahu apa akan ada serangan di bawah tanah.” Timpal Biyomon.
“Aku hanya berharap tidak ada makhluk aneh saja.” Palmon menambahkan. Semuanya pun terdiam, memikirkan apa yang Palmon ucapkan itu benar-benar sesuai... sampai Kise pun membuka suaranya.
“Nee, teman-teman. Aku ingin bertanya satu hal... mengenai kenapa Cruzcchi dan Simacchi diculik oleh Devimon ssu.” Katanya.
“Ah benar juga! Kalau Zhao, aku paham. Dia pasti ingin memancing kita ke sana.” Kata Kiku.
“Tapi, kenapa harus Soma diculik juga?” Tanya Patamon penasaran.
“Mungkin Coronamon tahu soal ini?” Kata Gomamon mengusulkan dengan wajah serius.
“Hei, Coronamon. Tamermu itu sebenarnya kenapa sih? Kenapa Devimon selalu mengincar Soma? Anehnya itu terjadi setelah kejadian kita dari Rumah Bakemon.” Tanya Raph curiga.
“Apa kau tahu soal kekuatan Soma? Lebih tepatnya ke arah asal-usulnya.” Sambung Hyoga. Coronamon hanya menggelengkan kepalanya dan diam seribu bahasa. Ia sudah berjanji pada Soma untuk tidak membeberkan mengenai siapa dirinya ke depan teman-teman yang lain, kecuali jika mereka menyaksikan sendiri.
“Kau serius sama sekali tidak tahu, Coronamon?” Tanya Tailmon kebingungan.
“Aku serius soal ini. Aku tidak tahu...” Jawab Coronamon. Namun, terdengar lah suara tawa dari dekat mereka. Suara tawa ini milik Kokichi... tetapi bukan tawa iseng seperti biasanya. Lebih ke arah tawa picik.
“Coronamon... sebaiknya kau tidak boleh berbohong. Kau tahu kan berbohong itu tidak baik?” Tanya sang pemimpin D.I.C.E itu dengan intimidasi. Matanya pun menjadi menyeramkan, senyumnya lebih menyeramkan dari yang biasanya. Tentu saja, beberapa tamers mendadak ketakutan melihat ekspresi Kokichi seperti itu. Coronamon pun tercekat. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Namun, ia harus berpegang teguh pada janjinya.
“Tidak...! Aku jujur! Aku sama sekali tidak bohong!” Gertak Coronamon.
“Kau tahu kan kalau bos tidak suka orang berbohong?” Timpal Impmon. Coronamon pun semakin terpojok. Untungnya, Musashi datang ke hadapan Kokichi dan menatapnya dengan tajam.
“Untuk sekali ini, Kokichi... hentikan itu. Aku yakin Coronamon tidak mau membongkar itu karena bisa jadi itu perjanjian antara dia dan Soma.” Katanya.
“Lagipula, mengekspos privasi orang lain itu tidak sopan. Kau sendiri tidak suka kan kalau privasimu diekspos seperti itu?” Tambah Kiku. Kokichi hanya mendecak mendengar pernyataan kedua temannya.
“Ck... ck... ck... Kalian ini polos juga ya. Aku tahu Coronamon berbohong dari caranya berbicara. Kalian tahu itu berhubung dia menunjukkan kepanikan di raut wajahnya.” Kata remaja itu.
“Dan bukan berarti tandanya kau bisa seenaknya memaksa seperti tadi.” Bantah Patamon.
“Sudah, sudah, kalian jangan berkelahi. Pertengkaran seperti ini tidak akan memberi solusi apa-apa. Soma dan Zhao pun tidak akan kembali juga kalau kita berkelahi seperti ini.” Kata Leomon untuk menenangkan suasana.
“Kalau begitu... sekarang fokus kita kembali ke goa ini. Apa terowongan ini muat untuk orang sebanyak ini?” Tanya Raph penasaran.
“Kurasa cukup Raph.” Jawab Agumon.
“Apa kita semua akan ikut masuk ke dalam?” Tanya Sakura.
“Aku dan Monzaemon tidak ikut. Kami akan menjaga desa.” Jawab Meramon.
“Uhm... Harunocchi. Aku tidak ikut ya...?” Kata Kise dengan ragu-ragu. Spontan, yang mendengar jawabannya langsung menatap Kise dengan tajam.
“APA KATAMU....?!” Tanya mereka semua.
“K-Kalian t-tahu kan? Itu ruang bawah t-tanah... dan itu pasti... ada cacingnya... dan kalian tahu sendiri aku takut cacing. Hehe...” Jawab Kise dengan ragu-ragu dan sweatdrop meluncur dari pelipisnya. Tangannya di depan dadanya dan ia lambaikan dengan panik.
“Iya. Aku tidak ingin Ryouta jadi korban keganasan cacing-cacing...” Timpal Tailmon. Tiba-tiba, Hyoga dan Gabumon langsung berjalan ke depan Kise dan menjitak mereka berdua dengan keras, sementara tamer dan Digimon yang lain, Leomon, Ogremon, Meramon, dan Monzaemon langsung sweatdrop menyaksikan itu.
“Hidoi ssu yo, Alorvskycchi! Kalau aku dan Tailmoncchi geger otak tadi bagaimana?” Tanya Kise terisak sambil memegang kepalanya yang dijitak tadi.
“Enak saja dengan alasan itu kau tidak ikut! Kalau kau tadi sakit, aku masih maklumi!” Bantah Hyoga.
“Lagipula, itu kan hanya pelan saja!” Timpal Gabumon dengan geram.
“Tetap saja sakit!” Protes Tailmon.
“Tunggu dulu, apa tidak sebaiknya kita beristirahat dan mempersiapkan diri dulu sebelum berangkat?” Lagipula, kita sudah lumayan letih hari ini.” Usul Hayakawa.
“Kau benar, tidak baik jika kita main pergi begitu saja.” Sahut Mai, dan mereka semua pun setuju. Tak lama setelah itu, para Tamer juga Digimon mereka mengucapkan terimakasih kepada Drimogemon. Karena sifatnya yang pemalu melihat banyak orang, Digimon tikus tanah besar itu tersipu malu dan langsung kembali ke bawah tanah.
”Hihihi, lucu sekali dia. Aku tak menyangka bahwa dia benar-benar pemalu.” Kata Biyomon menahan tawanya sambil memejamkan mata.
“Lalu bagaimana dengan ketiga Digimon ini? Mereka belum siuman juga sampai sekarang.” Kiku heran dengan Yukidarumon, Mojyamon, dan Centarumon yang masih terbaring lemas. Memeriksa kondisi ketiga Digimon itu, Leomon, Ogremon, dan Monzaemon berasumsi bahwa mereka kelelahan akibat jalan kaki dalam waktu yang lama agar sampai ke desa. Diperparah dengan sempat kena pengaruh dari 2 Black Gear.
“Besok atau 2 hari lagi, mereka pasti akan bangun. Karena mereka hanya tertidur saja.” Monzaemon berkata dengan suara tenang, sehingga para Digidestined dan Digimon mereka merasa lega. Tanpa terasa, waktu sudah hampir sore selang 30 menit mereka makan siang bersama tanpa bicara sepatah kata. Sebagian dari mereka ada yang pergi mandi, dan sebgaian lagi menghibur para Infant sambil bermain sedikit.
Di lain tempat, Zhao dan Soma masih pingsan di punggung Unimon. Akan tetapi, tiba-tiba saja dia terbangun sesaat tanpa disadari oleh Unimon dan Airdramon. Remaja berambut putih itu memperhatikan bahwa Digivice milik Zhao terjatuh dari sabuknya akibat hembusan angin yang lumayan kencang. Saat itu juga, Soma mengambil inisiatif memanggil Flying Armor diam-diam dan berkata dalam hati kepada roh berbentuk kepala ksatria yang mempunyai sayap di bagian telinganya agar menjaga Digivice tersebut supaya tidak rusak saat jatuh ke darat. Dengan cepat, Flying Armor langsung terbang ke arah Digivice milik Zhao sampai mendarat perlahan disusul oleh Soma yang pingsan lagi karena tenaganya terkuras habis.
Sementara itu saat malam harinya di desa Leomon, 2 jam setelah makan malam, Hayakawa pergi keluar halaman rumah Leomon disusul oleh Lunamon. Gadis berbaju putih dan biru itu menatap ke arah langit dengan wajah sedih dan sedikit menangis. Khawatir dengan Tamernya, Lunamon berkata,
”Nona Hayakawa, jangan menangis. Aku tahu kau sangat mengkhawatirkan Zhao dan Soma. Tapi aku yakin, kita pasti bisa menyelamatkan mereka. Toh aku percaya kok kalau mereka akan baik-baik saja.”
”Kau benar, Lunamon. Aku harus tetap kuat dan yakin. Terlebih pula, aku tak mau mengecewakan kau juga teman-teman yang lain.” Pinta Hayakawa, sambil mengelap air mata.
”Bagus, itu baru Nona Hayakawa yang aku dambakan!” Sahut Digimon kelinci berkuping empat itu, sampai dia melompat ke Tamernya.
“Besok pagi, kita akan berangkat. Maka dari itu, kita harus persiapkan diri sebaik mungkin.” Hayakawa memeluk Lunamon sambil tersenyum. Tanpa mereka sadari, para Tamer serta Digimon mereka masing-masing, juga Leomon, Ogremon, Meramon, dan Monzaemon berada di belakang mereka berdua.
”Kalian semua… ” Belum sempat berkata-kata, Raph langsung menyela gadis berbaju putih dan biru itu,
“Hayakawa, aku minta maaf karena aku dan Agumon tak bisa melindungi Zhao dan Soma.” Agumon pun ikut sedih dengan wajahnya yang tertunduk.
“Hei, kalian tidak bersalah kok. Ini semua terjadi di luar dugaan kita semua.” Seru Hyoga.
”Benar. Kita semua sudah berusaha sekuat tenaga.” Gabumon menambahkan.
”Lagipula, tadi kau dengar sendiri kan kalau Hayakawa dan Lunamon sudah bertekad ingin menolong mereka?” Ujar Mai sembari memukul punggung Raph.
”Dan pastinya, kita semua akan membantu kalian berdua.” Biyomon ikut menyemangati, dan tergugahlah semangat mereka semua kecuali Raph dan Agumon. Pada saat yang bersamaan, Hayakawa mendekati Raph dan Agumon yang masih kecewa dengan diri mereka sendiri,
”Raph, Agumon, apa yang mereka ucapkan itu betul. Jangan salahkan diri kalian. Kalian sudah cukup hebat kok bertarung tadi siang. Lebih baik, kita istirahat setelah ini.” Hayakawa menenangkan Raph.
“Terima kasih, kau sangat baik sekali.” Seru remaja berambut merah dan Digimonnya.
“Besok aku dan Ogremon juga akan menemani sekaligus memandu kalian. Karena Tebing Tengkorak itu terjal dan banyak bebatuan.” Ucap Leomon.
“Asal kita memperhatikan baik-baik apa yang ada di sekitar kita, aku percaya kita takkan jatuh selama berada di tebing itu.” Ogremon menambahkan pula.
“Terima kasih banyak, Leomon, Ogremon. Aku tak tau bagaimana harus membalas kebaikan kalian.” Sahut Hayakawa.
“Kau dan yang lainnya sudah banyak membantu kami kok, itu sudah lebih dari cukup bagi kami.” Ujar Meramon.
“Iya, dan kami akan selalu menjaga desa ini selama kalian pergi.” Monzaemon menambahkan. Setelah para Tamer dan Digimon mereka mengucapkan terima kasih, mereka masuk ke rumah Leomon dan beristirahat.
Pagi harinya sekitar jam 8 lewat, setelah bangun, mencuci muka dan mandi, para Digidestined dan Digimon mereka langsung sarapan. Selesai sarapan dan mengganti pakaian tidur dengan pakaian masing-masing, mereka siap berangkat. Ternyata, di luar rumah Leomon para Digimon Infant sudah berada di sana.
“Kalian ingin berangkat sekarang juga?” Tanya Nyokimon.
“Iya, kami harus berangkat sekarang karena perjalanannya jauh.” Jawab Mai sambil tersenyum.
“Hati-hati di jalan ya, kami pasti akan merindukan kalian semua.” Seru Pabumon diikuti oleh teman-temannya.
“Kami juga akan merindukan kalian, itu pasti.” Sahut Sakura dengan senyum polosnya. Monzaemon dan Meramon pun melambaikan tangan ke arah mereka semua, dibalas oleh para Digidestined serta Digimon mereka. Akhirnya, sampailah mereka di pintu terowongan bersama Leomon dan Ogremon. Sebelum masuk ke dalam, Leomon membawa obor dan meminjam api sedikit dari Impmon. Tak lama kemudian, masuklah mereka semua. Ternyata, Drimogemon sudah menunggu mereka.
“Kalian hanya perlu berjalan lurus mengikuti terowongan ini saja selama kurang lebih 2 jam. Setelah itu, kalian akan menemukan goa kapur yang banyak stalaktit dan stalagnit. Nanti di ujung goa itu ada 2 jalan dan kalian harus ambil jalan yang berada di sebelah kanan, karena yang di sebelah kiri itu adalah jalan buntu. Dari situ, kalian hanya perlu berjalan selama 5 menit untuk keluar dari goa dan sampai di Tebing Tengkorak. ” Drimogemon menjelaskan dengan seksama kepada mereka.
“Baiklah. Terimakasih atas penjelasannya, Drimogemon.” Kata Hayakawa. Lalu mereka memulai perjalanan menuju Tebing Tengkorak. Selama perjalanan, penerangan hanya dibantu api di jari Impmon dan di telapak tangan Coronamon, serta obor yang dipegang Leomon. Sayangnya, penerangan masih kurang untuk melewati terowongan tersebut dikarenakan semakin mereka masuk ke bagian dalam terowongan, semakin lebar jalannya. Belum lagi, situasi diperparah dengan jeritan ketakutan Kise setiap kali ia merasakan ada yang menggeliat di dekat kakinya karena ia mengira akan ada cacing lewat, padahal itu hanya beberapa gumpalan batu halus yang sudah lumat berbentuk seperti cacing.
“Kau ini apa-apaan sih, Ryouta? Dari tadi membuat orang panik saja gara-gara batu lumat halus yang mirip cacing!” Protes Mai dengan jengkel.
“Aku tidak sengaja, Shiranuicchi.” Kata Kise dengan panik.
“Paling aku akan lempar laba-laba pada Shiranui-chan nanti.” Kata Kokichi sambil tersenyum pura-pura lugu dan sukses membuat Mai menjerit.
“Sudah, kita sebaiknya harus tetap jalan! Ribut tidak akan mengantar kita ke tujuan!” Omel Kiku. Setelah dua jam perjalanan, mereka akhirnya menemukan goa kapur yang dimaksud Dirimogemon. Mereka langsung menelusuri goa tersebut. Walaupun gelap, penerangan dari api 2 Digimon juga Leomon dengan obornya sudah cukup menerangi. Hanya saja, Musashi menggunakan tenaga dari Ogonken untuk menerangi goa yang banyak stalaktit dan stalagnit itu untuk berjaga-jaga.
“Wah, banyak sekali stalaktit dan stalagnitnya!” Seru Raph.
“Tentu saja, ini kan goa kapur.” Sahut Hyoga.
“Tapi apa benar di ujung goa kapur ini ada 2 jalan?” Musashi masih ragu dengan apa yang dikatakan oleh Drimogemon.
“Soal itu, kita belum tahu pasti. Lebih baik, kita telusuri terus goa ini.” Jawab Hayakawa. Tapi di lain tempat, Zhao dan Soma sedang disekap di dalam Kuil Tak Berpenghuni. Kuil itu sangat gelap, karena letaknya tersembunyi di hutan kecil di dekat Bukit Tengkorak. Hanya seberkas cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah bangunan kuil itulah satu-satunya penerang. Hampir seharian pingsan, Zhao dan Soma siuman juga dengan posisi tangan dan kaki terikat di 2 pilar.
”Uh, sudah pagi. Tapi, dimana kita?” Tanya Zhao dengan bingung.
”Aku tidak tahu. Tapi, sepertinya kita benar-benar berada di tempat yang jauh dari desa Leomon.” Jawab Soma.
“Apa mereka mengetahui keberadaan kita di tempat ini?” Zhao kembali bertanya.
”Sayangnya, aku tak bisa memastikan soal itu.” Soma menjawab sambil menggelengkan kepala, sementara Zhao merasa ada yang hilang pada sabuknya.
“Tunggu dulu... Digiviceku Hilang!” Zhao tersentak kaget karena kehilangan benda yang sangat berharga baginya.
“Kemarin saat kau pingsan di udara, aku sempat terbangun sesaat dan melihat Digivicemu jatuh karena hembusan angin yang lumayan kencang. Dengan diam-diam, aku memanggil Flying Armor untuk menjaga Digivicemu agar tidak rusak saat jatuh ke tanah.” Soma menjelaskan dengan suara pelan.
“Oh, untunglah. Setidaknya, nanti mereka bisa menemukan Digiviceku dan menemukan tempat ini untuk menyelamatkan kita.” Sahut Zhao dengan menghela nafas. Tapi tiba-tiba, suara Devimon terdengar oleh mereka. Kemudian berkatalah ia,
“Sayang sekali, itu takkan terjadi!”
“Apa?” Teriak kedua pemuda itu, disusul oleh Devimon yang muncul begitu saja dari balik tembok kuil itu.
“Devimon, kau…” Belum selesai bicara, Zhao langsung disela oleh Digimon setan berbentuk kelelawar bertubuh manusia itu,
“Tenanglah, tak perlu buru-buru. Santai saja, karena aku ingi bicara kepada temanmu.”
“Apa yang kau inginkan dariku? Lepaskan aku!” Soma menghardik Devimon, tapi Digimon setan kelelawar itu malah berjalan mendekati dirinya sambil berkata,
“Hehehehehe! Kekuatanmu sungguh menarik perhatianku! Dan aku ingin bertanya kepadamu sekali lagi, apa kau benar-benar tidak ingin bergabung denganku?”
“Sudah kukatakan, aku tidak mau! Jangan coba-coba membujukku lagi, karena aku tidak akan pernah kembali ke jalan kegelapan!” Jawab Soma dengan suara keras.
“Heh, benarkah itu? Kita lihat saja!” Devimon menjulurkan tangan kanannya ke kening pemuda berambut putih itu, dan keluarlah cahaya hitam.
“Hentikan! Apa yang kau lakukan terhadap Soma?” Zhao berteriak panik melihat temannya disakiti oleh Devimon.
“AAAAARGH!” Soma meringis kesakitan.
“Kekuatan yang dimiliki oleh temanmu ini mirip sekali dengan kekuatan kegelapan yang aku miliki. Karena dia selalu menolak tawaranku, lebih baik aku sendiri yang akan mencari tahu rahasia dibalik itu semua!” Selang beberapa detik, terlihatlah banyak roh yang bersemayam dalam tubuh Soma.
“Ini tidak mungkin!” Zhao tercengang karena tak mempercayai apa yang telah dilihat olehnya, sedangkan Devimon langsung menarik kesimpulan dan berkata,
“Benar-benar menarik! Ternyata kau punya kendali atas para roh yang telah kau jadikan sebagai pelayanmu! Berarti kau punya hak dan kuasa atas mereka, tanpa harus mempengaruhi mereka!”
“Itu benar, aku punya kekuatan untuk menguasai mereka. Tapi, aku tak pernah menyalahgunakan kekuatan mereka untuk tujuan yang buruk! Jadi, jangan samakan aku dengan dirimu!” Soma kembali menghardik Devimon.
“Hahahahaha! Kau masih keras kepala juga ya? Tapi tak apa-apa, karena aku tidak akan membunuhmu juga temanmu begitu saja! Lebih baik, kalian nikmati waktu kalian yang sebentar ini sembari menunggu teman-teman kalian mati di tangan para monster yang ada di Bukit Tengkorak! Hahahahaha!” Devimon menjauhkan tangan kanannya dari kening Soma, kemudian menghilanglah dia begitu saja.
“Soma, mengenai yang barusan…” Sebelum Zhao menyelesaikan omongannya, pemuda berambut putih itu membalas,
“Maafkan aku, Zhao. Aku tak sanggup menahan kekuatan kegelapan Devimon, dan seharusnya aku ceritakan soal ini kepadamu juga yang lain.”
“Tidak apa-apa, aku takkan menceritakan kepada siapapun. Aku janji, akan merahasiakan hal ini.” Sahut Zhao.
“Terima kasih, bung.” Seru Soma.
“Sama-sama. Sekarang, kita hanya bisa menunggu dan mempercayai teman-teman kita.” Ujar Zhao.
“Kau benar.” Sahut Soma.
Sementara itu, Digidestined yang lain bersama Digimon lainnya beserta Leomon dan Ogremon akhirnya sampai di ujung goa kapur yang dimaksud oleh Drimogemon. Benar saja, ketika keluar, mereka langsung disambut jalan bercabang dua.
“Kalau menurut Drimogemon, kita harus ke kanan.” Kata Agumon.
“Tapi aku sendiri juga penasaran ada apa yang di sebelah kiri.” Timpal Gabumon.
“Itu nanti saja, Gabumon. Sekarang ini, ada yang harus kita selamatkan.” Kata Patamon dan semuanya bergerak menuju ke jalan yang diinstruksikan oleh Drimogemon. Selama perjalanan, wajah Hayakawa menunjukkan kegelisahannya. Ia takut, cemas, dan juga bingung apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan senior dan orang yang ia suka. Ternyata, Ogremon menyadari kegelisahan sang bangsawan keluarga Hojo ini.
“Hayakawa, kau kenapa?” Tanya sang Digimon berbadan hijau besar itu.
“Uhm... aku hanya khawatir saja pada Shou-senpai dan Soma-san. Aku khawatir kalau Devimon menginginkan sesuatu dari mereka berdua.” Kata Hayakawa dengan sedih. Ogremon terdiam dan memikirkan juga kenapa hal tersebut terjadi dan yang ada di benaknya hanyalah untuk menangkap sisanya. Dengan kata lain, Soma dan Zhao adalah umpan.
“Mungkin aku hanya bisa mengasumsikan mereka berdua menjadi umpan.” Jawab Ogremon dengan ragu. Hayakawa pun mengangguk.
“Mungkin kau benar juga. Terimakasih, Ogremon.” Kata Hayakawa sambil tersenyum, meski ia terpaksa. Sayangnya, Ogremon cukup paham kalau sang gadis berambut coklat itu masih cemas. Tiba-tiba, rombongan mendadak berhenti ketika mereka melihat Kokichi mendadak maju mendahului mereka lagi.
“Apa yang kau lakukan, Oumacchi?!” Teriak Kise.
“Nishishi~ Kise-chan, aku sedang mengambil sesuatu. Kau tidak lihat?” Tanya Kokichi. Ia pun masih kesulitan mengambil barang yang ingin dia ambil itu.
“Nasib orang pendek.” Hyoga pun akhirnya turun tangan dan mengambilkan barang yang Kokichi maksud. Baru saja ia mau serahkan, sang remaja asal Rusia itu membatalkan niatnya.
“Alorvsky-chan, apa ada yang salah? Memang aku tidak boleh pegang ya?” Tanya Kokichi dengan nada iseng.
“Nyet, ini Digivicenya Zhao.” Semua orang terdiam ketika mendengar jawaban dari Hyoga.
“Lalu, bagaimana ceritanya bisa jatuh?” Tanya Palmon bingung.
“Entahlah. Yang pasti ketika diculik, kemungkinan mereka tak sadar Digivice ini jatuh.” Kata Kiku mencoba memberi kesimpulan.
“Apa itu berarti punya Soma juga jatuh?” Tanya Coronamon cemas.
“Semoga saja tidak.” Kata Lunamon sambil menenangkan Coronamon. Tanpa ada tanda-tanda yang jelas, tiba-tiba muncullah gerombolan kelelawar ke arah mereka semua dalam jumlah yang banyak.
“Ah, hus, hus! Sana! Pergi kalian semua! Pergi!” Mai berusaha keras mengusir para kelelawar itu.
“Darimana kelelawar sebanyak ini bisa muncul begitu saja?” Biyomon heran sambil mengusir gerombolan kelelawar itu.
“Aku tak tahu. Mungkin saja, mereka berusaha mencari tempat yang lebih gelap.” Jawab Leomon sembari mengayunkan obor di tangan kanannya.
“Tempat yang lebih gelap? Itu berarti, kita sudah dekat dengan pintu keluar.” Sahut Musashi.
“Kalau begitu tunggu apalagi? Ayo kita kesana!” Seru Gomamon dengan berlari, disusul oleh Coronamon karena mereka berdua tak sabar ingin menyelamatkan Tamer mereka.
“Hei kalian, tunggu kami!” Para Tamer lainnya serta Digimon mereka juga Leomon dan Ogremon memutuskan untuk mengikuti mereka. Benar saja. Tak sampai semenit setelah berlari, mereka menemukan pintu goa dan berhasil keluar dari goa kapur itu.
“Akhirnya kita bisa melihat cahaya matahari.” Sakura merasa lega.
“Lalu, dimana Bukit Tengkorak itu?” Raph bertanya dengan heran, tanpa menyadari bahwa jalan tempat dia berpijak banyak sekali batu.
“Sebenarnya, bukit itu sudah dekat dari sini.” Jawab Leomon dengan nada datar bercampur khawatir.
“Leomon benar, dan kita harus perhatikan jalan dengan seksama.” Ogremon mengingatkan mereka semua. Maka berjalanlah mereka dengan sangat hati-hati, sampai pada pintu masuk Bukit Tengkorak. Sesaat sebelum mereka masuk, terdengar suara ringkikan kuda dari arah langit.
“Lihat! Itu Unimon!” Biyomon menunjuk Digimon kuda itu dari bawah.
“Sepertinya dia ingin menyerang kita! Hati-hati, semuanya!” Seru Tentomon, dan benar saja. Unimon langsung mengeluarkan tembakan Aerial Attack, sehingga mereka menghindar ke berbagai arah.
“Cih, tak ada pilihan lain! Biyomon, berubahlah!” Mai mengarahkan Digivicenya ke arah Digimonnya, dan berevolusilah dia menjadi Birdramon. Langsung saja, Birdramon terbang ke arah Unimon. Digimon kuda itu menyabut lawannya dengan terbang ke arahnya. Dengan gencarnya, Unimon hampir manghantam Digimon burung api itu dengan tanduknya, namun Birdramon berhasil menghindar dan segera membalasnya dengan kedua cakarnya. Digimon kuda bertanduk dan bersayap itu sempat meringis kesakitan, namun dia berhasil lepas dari cakar Birdramon dan langsung menghajarnya dengan tanduk Aerial Gallop sampai menghantam Bukit Tengkorak.
“Birdramon!” Mai bersama dengan teman-temannya meneriakinya dari bawah.
“Aku akan menolongmu!” Seru Gomamon, lalu berevolusilah dia menjadi Ikkakumon dan langsung menembakkan Harpoon Torpedo. Rudal itu menghajar Unimon sampai terpental agak jauh dari Birdramon. Menyadari kemunculan musuhnya yang lain, Unimon menengok ke bawah dan menembaki Ikkakumon dengan tembakan Aerial Attack. Digimon singa laut itu sempat kena tembakan dari musuhnya, namun Birdramon langsung menabrak Digimon kuda bertanduk dan bersayap itu. Beberapa detik setelah itu, Unimon langsung membalas dengan Aerial Gallop.Walau sempat terpental karena kena hajar dari tanduk Unimon, Birdramon langsung terbang ke atas dan mengeluarkan Meteor Wing. Dengan gesitnya, Digimon kuda bertanduk dan bersayap itu menghindar. Tak menyadari keberadaan lawannya yang satu lagi, Unimon hampir saja menabrak Birdramon, tapi Ikkakumon segera mengeluarkan 2 Harpoon Torpedo sampai menghajar punggung Digimon kuda dan bertanduk itu sampai mencuat keluarlah Black Gear dari punggung Unimon. Hanya saja, dia tak pingsan dan langsung pergi begitu saja.
“Hore, berhasil!” Teriak para Tamer diikuti oleh Birdramon yang kembali dan menyusut menjadi Biyomon disusul oleh Ikkakumon menjadi Gomamon.
“Tunggu! Jangan senang dulu. Yang kita hadapi baru Unimon, dan kita tidak tahu berapa jumlah Digimon ganas yang ada dibalik Tebing Tengkorak ini.” Gomamon mengingatkan mereka semua.
“Gomamon benar. Kita harus melanjutkan perjalanan.” Biyomon menambahkan, dibalas oleh anggukan dari para Tamer juga Digimon yang lainnya. Beberapa detik setelah itu, mereka berjalan menyusuri pintu masuk Tebing Tengkorak. Perlahan tapi pasti, mereka melihat ke sekeliling dan hanya menemukan jalan yang berbatu dan lumayan curam. Di bagian pinggirnya, ada jurang kecil . 1 hal yang ajaib dari tebing itu adalah, jalannya berundak.
“Wow, jalan ini seperti tangga batu saja!” Ucap Raph.
”Iya, padahal ini tebing batu. Ajaib sekali bisa menemukan jalan berundak di sini.” Hyoga menambahkan.
”Walaupun begitu, kalian harus hati-hati akan tempat ini. ” Leomon mengingatkan mereka kembali, dibalas oleh anggukan dari para Tamer juga Digimon mereka.
”Terlebih pula, perhatikan setiap langkah kalian. Jangan sampai terperosok jatuh ke jurang.” Ogremon menambahkan.
“Jika diperhatikan baik-baik, kedalaman jurang di sini kira-kira 5 meter. Tapi, jika kita terus mendaki tebing ini sampai ke puncak…” Sebelum Musashi menyesesaikan kata-kata, Tentomon menyelak dengan ketakutan sambil menoleh ke bagian atas Tebing Tengkorak,
“K-Kemungkinan bisa mencapai 100 meter.”
”Itu artinya, kita tak akan selamat jika jatuh.” Gabumon menambahkan.
“Hiiii! Mengerikan juga tebing ini!” Kise mendadak ketakutan mendengarnya, sampai dijitak oleh Kiku.
”Lalu apa kau hanya mau merengek di sini saja tanpa melakukan apa-apa?” Kiku menghardiknya.
”Aduh! Sakit! Takanecchi, kau keterlaluan sekali memukulku tiba-tiba seperti ini!” Keluh Kise.
”Kalau kau memang tidak ingin ikut, silahkan saja. Tapi ingat, kami semua akan mendaki tebing ini dan meninggalkanmu sendiri di sini!” Kiku menatap remaja berambut kuning itu dengan tatapan yang tajam.
“Hiiii! Jangan! Aku tak mau mau tinggal sendirian di tempat yang menyeramkan seperti ini! Lebih baik, aku ikut dengan kalian.” Kise semakin merinding ketakutan.
“Bagus, itu baru namanya kau bijaksana.” Ujar gadis berambut cokelat berkepang dua itu. Respon Tamer yang lain beserta Digimon mereka? Mereka semua langsung Sweatdrop seketika melihat Kise yang ternyata suka merengek layaknya anak kecil. Setelah itu, mulailah mereka mendaki Tebing Tengkorak tanpa berbicara sedikit pun karena mereka semua fokus memperhatikan jalan juga menjaga jarak. 1 jam kemudian, mereka sampai di tempat yang tinggi dan pemandangan yang mereka lihat sungguh berbeda dibanding tempat sebelumnya. Jalannya tidak berundak dan menanjak lagi, melainkan lebar dan banyak tulang-belulang binatang yang berserakan. Tapi satu yang tak berubah, yaitu jurang yang sangat dalam di bagian pinggirnya.
“Kita sudah sampai. Jika kita terus melewati jalan yang lebar dan penuh tulang belulang ini, kita akan menemukan jalan turun yang tembus ke kuil tak berpenghuni.” Leomon menerangkan.
“Astaga, tempat ini benar-benar menyeramkan! Entah bagaimana, tulang-belulang ini sepertinya sudah lama berada di sini!” Ucap Mai, sambil menelah ludah.
”Kau benar. Siapa atau apapun yang memangsa binatang-binatang ini pastilah makhluk yang sangat ganas!” Sakura menambahkan.
”Tapi walaupun begitu, aku masih belum melihat adanya tanda-tanda makhluk hidup di sini.” Palmon menengok ke sekitarnya.
“Benar juga, ke mana mereka ya?” Gabumon heran sambil memegang dagunya.
”Mungkin saja mereka sudah mati atau pindah ke tempat lain.” Ujar Agumon.
”Teman-teman, sebaiknya kita istirahat di sini. Aku sudah haus sekali, juga letih karena sudah berjalan selama 3 jam lebih.” Hayakawa memegang lututnya dan berhenti melangkah.
”Baiklah, kita istirahat sejenak. Kebetulan, aku membawa 1 termos air.” Leomon mengambil termos yang ada di pinggangnya.
“Aku juga membawa 1, untuk persediaan di jalan.” Ogremon menambahkan.
“Bolehkah aku minta seteguk?” Hayakawa bertanya.
“Baiklah, ini.” Leomon memberikan termos itu kepada Hayakawa.
“Terima kasih, Leomon.” Sahut gadis berbaju putih dan biru itu.
“Ah. Nona Hayakawa, aku juga mau seteguk.” Air liur Lunamon sampai menetes karena tak kuasa menahan dahaga.
“Oh, ini. Ambillah.” Seru Ogremon.
“Terima kasih, Ogremon.” Lunamon mengambil termos minum dari Ogremon dan langsung meminumnya. Para Tamer beserta Digimon lainnya tertawa karena melihat aksi spontan Lunamon itu. Akhirnya, mereka pun juga minum bersama dari air yang ada di termos yang dibawa oleh Sakura dan Kiku. Akan tetapi, 5 menit kemudian, terdengarlah suara teriakan yang kencang dari langit. Dan siapa sangka, suara itu ternyata Airdramon yang datang ke arah mereka.
“Sial! Di saat kita rehat sejenak seperti ini, dia malah datang!” Raph geram sambil menengadahkan kepalanya ke arah Airdramon yang jaraknya agak jauh dari tempat dia berada.
“Di saat kita rehat sejenak? Tunggu dulu. Jangan-jangan, ini adalah jebakan!” Musashi merasa curiga atas keheningan yang tiba-tiba pecah karena kedatangan Airdramon. Benar saja, sesaat kemudian, Airdramon kembali berteriak dengan kencang sampai para Digidestined beserta Digimon mereka juga Leomon dan Ogremon menutup telinga. Setelah teriakan yang memekakkan telinga itu, munculah 2 makhluk berbentuk dinosaurus. Yang satu seperti Tyrannosaurus, dan yang satunya seperti Triceratops. Kedua makhluk itu muncul dari balik tebing kecil yang mereka hancurkan.
“Digimon apa itu?” Kise langsung mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi mengenai kedua Digimon itu,
“Tyrannomon, atribut data, adalah Digimon yang berbentuk seperti tyrannosaurus dan memiliki cakar yang sangat tajam dan ekor yang sangat kuat. Senjata pamungkasnya adalah Fire Breath dan Slash Claw.”
“Monocromon, atribut data, adalah Digimon yang berbentuk seperti Triceratops dan memiliki tanduk yang besar serta tubuh yang sangat keras. Senjata pamungkasnya adalah Slamming Attack dan Tomahawk Slash.”
“Apa? Mereka langsung muncul sekaligus?” Hyoga kaget melihat ketiga Digimon itu muncul begitu saja.
“Tapi kita tak punya pilihan lain selain menyerang mereka!” Tegas Raph sambil mengarahkan Digivice ke arah Agumon.
“Kau benar! Gabumon saatnya berubah!” Hyoga memerintahkan Digimonnya, maka berubahlah Gabumon menjadi Gabumon dan Agumon menjadi Greymon.
“GRAAAAA!!!!!” Tyrannomon dan Monocromon berteriak sembari menghampiri Greymon dan Garurumon. Tanpa menunda-nunda, Tyrannomon langsung menembakkan Fire Breath diikuti oleh Monocromon yang menabrak Garurumon dengan jurus Slamming Attack. Namun Greymon langsung membalas dengan Nova Blast disusul oleh Garurumon dengan menabrak Monocromon kembali.
“Sial... posisi kita juga tidak menguntungkan.” Gumam Musashi dalam hati. Benar saja, ketika pertarungan antara Tyrannomon dan Monocromon dengan Greymon dan Garurumon semakin mengganas, beberapa pijakan mereka seperti retak. Karena tidak hati-hati, Kokichi tidak sengaja menginjak bagian yang sudah retak dan ia terpleset jatuh. Ia pun berteriak.
“BOOOS!” Impmon berteriak panik. Beruntung, karena naluri Sakura cukup tajam, ia langsung meraih tangan sang remaja berambut hitam itu.
“Bertahanlah, Kokichi!” Seru Sakura. Palmon pun turut membantu dengan menarik tamernya dengan bantuan Poison Ivy. Sayangnya, keduanya tidak kuat menarik Kokichi, sehingga Sakura dan Palmon pun ikut jatuh terperosok.
“Biyomon, berevolusi lah!” Mai mengarahkan Digivicenya dan Biyomon pun berevolusi menjadi Birdramon. Dengan cepat, Digimon burung api itu terbang dengan cepat, menyusul Kokichi, Sakura, dan Palmon sebelum ketiganya jatuh ke jurang dalam itu. Beruntungnya, mereka bertiga berhasil diselamatkan.
“Terimakasih, Birdramon.” Ujar Sakura.
“Phew... tadi itu nyaris saja.” Kata Kokichi sambil menghela nafasnya lega. Birdramon pun terbang dengan cepat menuju ke tanah yang jaraknya agak jauh dari pijakan yang hancur dan mendarat, menurunkan Sakura, Palmon, dan Kokichi ke tempat para tamer lain berada.
“Oumacchi! Kau jangan menyusahkan orang!” Protes Kise.
“Hei, setidaknya Haruno-chan menolongku dengan atas perintahku tanpa protes.” Balas Kokichi sambil menjulurkan lidahnya.
“Bisa untuk sehari ini kalian tidak berkelahi?! Situasi kita sedang terjepit sekarang!” Omel Sakura sambil menjitak kedua remaja itu. Melihat konsentrasi mereka teralih, Airdramon menyerang mereka dengan menembakkan Spinning Needle.
“Awas!” Kiku meneriaki mereka berempat juga Palmon dan Impmon dari jauh, tapi Birdramon langsung melindungi mereka sampai terpental.
“Birdramon!” Mai meneriakinya, diikuti oleh Musashi yang mengangguk ke Tentomon sebagai isyarat untuk berevolusi. Lalu Tentomon pun membalas dengan anggukan, dan berevolusilah dia menjadi Kabuterimon. Saat Airdramon hampir mengeluarkan Fatal Tornado dengan mengepakkan sayapnya, Kabuterimon menembakkan Electro Shocker ke arah Digimon naga angin bersayap itu. Airdramon sempat menghindar, tapi ekornya terkena tembakan listrik dari Kabuterimon disusul oleh Birdramon yang bangkit berdiri.
“Kau tidak apa-apa, Birdramon?” Mai mendekati Digimonnya itu.
”Aku baik-baik saja. Sesuai dugaanku, tembakan jarum angin itu menghasilkan luka yang dalam.”
”Tapi kau bilang bahwa kau baik-baik saja. Kenapa kau bisa berkata demikian?”
”Angin, itulah alasannya.” Jawab Sakura.
”Angin?” Palmon, Kise, Kokichi, dan Impmon tersentak kaget dan heran.
”Angin yang berputar sangat kencang ditambah gesekan udara yang sangat kuat bisa menjadi seperti pisau terbang di udara, dan angin seperti ini dikenal sebagai angin jahat yang bernama Kamaitachi.” Sakura menjelaskan.
”Lalu, apa hubungannya dengan jarum angin Airdramon?” Kise bingung dengan penjelasan Sakura.
”Besar kemungkinan jarum angin Airdramon mirip dengan Kamaitachi.” Jawab Mai.
“Benar, dan Airdramon memanfaatkan putaran angin yang sangat kencang serta gesekan udara sehingga Spinning Needle bisa menghasilkan luka yang dalam.” Sakura menambahkan.
“Lalu bagaimana kau bisa kau hanya terluka sedikit, Birdramon?” Tanya Palmon.
“Aku sempat mengeluarkan sedikit api dari sela-sela sayapku untuk mengentikan putaran dari Spinning Needle, sehingga itu hanya terasa seperti hempasan angin untukku.” Jawab Birdramon
“Ide bagus, tapi sepertinya kita harus menyerang dia balik.” Musashi menghampiri teman-temannya, sementara Kabuterimon terbang ke arah Airdramon sambil menghajarnya dengan Big Horn. Tapi Airdramon menghindar dengan lihainya dan membalas dengan Fatal Tornado. Ketika Kabuterimon kena angin puyuh itu, Birdramon langsung menghampiri Airdramon dengan menyelimuti tubuhnya dengan jurus Fire Flap dan langsung mentackle Digimon naga angin bersayap itu. Redalah angin puyuh itu, dan Kabuterimon pun lolos. Airdramon berteriak kesakitan, lalu dia mengambil jarak sedikit dan menabrak Birdramon. Langsung saja, Kabuterimon menolong temannya.
“Kau baik-baik saja, Birdramon?” Tanya Kabuterimon.
“Iya. Terima Kasih, Kabuterimon.” Jawab Birdramon. Tanpa menunda-nunda, Airdramon kembali menembakkan Spinning Needle ke arah kedua Digimon itu. Dengan gesitnya, Birdramon dan Kabuterimon menghindar ke samping kiri dan kanan lalu sedikit terbang ke atas. Setelah mengambil ancang-ancang, kedua Digimon itu menembakkan Meteor Wing dan Electro Shocker sampai menghajar tubuh Airdramon. Digimon naga angin bersayap itu berteriak kesakitan, diikuti oleh Black Gear yang mencuat keluar dari punggungnya. Seketika itu juga, Airdramon langsung pingsan dan jatuh ke tanah.
Sementara itu, Greymon masih bertarung dengan Tyrannomon. Tyrannomon mencakar Greymon dengan Slash Claw sampai terpental sedikit, tetapi Greymon langsung membalas dengan tanduk Great Horns Attack ke Tyrannomon. Terpental ke belakang karena disundul Greymon, Tyrannomon kembali bangkit berdiri dan mengayunkan ekornya ke arah Greymon. Dengan cepatnya, Greymon pun langsung menyambut Tyrannomon dengan melakukan serangan yang sama sehingga kedua ekor mereka terlilit sedikit dan saling tarik-menarik satu sama lain.
“Ayo, Greymon! Tarik terus! Jangan sampai kalah!” Raph meneriaki Digimonnnya dengan semangat menggugah. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Tyrannomon menarik Greymon sampai Digimon dinosaurus kuning itu jatuh tersungkur.
“Greymon, ayo bangun! Kau pasti bisa!” Raph kembali meneriaki Digimonnya itu, disusul oleh teman-temannya. Mendengar teriakan itu, Greymon langsung bangkit berdiri dan menarik Tyrannomon kembali dengan tenaga penuh sampai Digimon Tyrannosaurus merah itu jatuh. Tak lama kemudian, Greymon melepaskan ekornya dari ekor Tyrannomon. Tanpa menunda-nunda, Tyrannomon langsung bangkit berdiri diikuti oleh Greymon yang menabraknya. Tyrannomon sempat meringis kesakitan, tapi dengan kedua tangannya, Digimon Tyrannosaurus merah itu langsung menahan terjangan tubuh Digimon dinosaurus kuning itu. Beberapa detik setelah itu, Greymon mencengkeram kedua tangan Tyrannomon dengan kedua tangannya yang pendek. Tak mau kalah dengan lawannya, Tyrannomon pun kembali mencengkram Greymon. Adu cengkram terjadi selama kurang lebih 15 detik, kemudian Greymon mulai mengangkat tubuh Tyrannomon. Selang beberapa saat, Digimon dinosaurus kuning itu membanting lawannya dengan kekuatan penuh. Selesai membanting Tyrannomon, Greymon melompat sedikit ke belakang dan menembakkan Nova Blast. Mencuat keluarlah Black Gear dari tubuh Tyrannomon.
Di lain pihak, Garurumon terpental karena ditabrak oleh Monocromon berhubung karena tubuh Monocromon lebih besar dan keras.
“Garurumon!” Hyoga meneriaki dari jauh sambil berlari menghampiri Digimonnya.
“Palmon, cepat bantu Garurumon!” Sakura memerintahkan Digimonnya, dan mengarahkan Digivicenya sehingga berubahlah Digimon tanaman itu menjadi Togemon. Saat Togemon baru saja mau menghajar Monocromon, muncul 2 Digimon lagi dari balik tebing yang letaknya lumayan jauh dari tempat mereka bertarung. Yang satu berbentuk seperti setengah banteng setengah manusia dengan tangan kirinya yang berbesi, sedangkan yang satunya berbentuk seperti dinosaurus hijau yang memiliki tanduk yang panjang di bahunya.
“Sial! Mereka muncul satu per satu!” Umpat Mai dengan kesal, lantaran muncul 2 musuh lagi yang pastinya lebih kuat. Sesaat kemudian, Kise mengeluarkan Data Analyzer sehingga muncullah informasi mengenai 2 Digimon itu,
“Minotarumon, atribut virus, adalah Digimon berbentuk seperti minotaur yang memiliki bagian kulit yang keras dan memiliki elemen dark yang kuat serta tangan kiri yang menyerupai besi. Senjata pemungkasnya adalah Earthquake Drill dan Heavy Attack.”
“Tuskmon, atribut virus, adalah Digimon berbentuk seperti tyrannosaurus hijau yang bungkuk dan memiliki tanduk yang panjang di atas kedua bahunya. Dia tergolong sebagai Digimon kelas berat dan memiliki tinju yang sangat. Senjata pamungkasnya adalah Slamming Tusk dan Horn Driver.
“Ogremon, sepertinya sudah saatnya kita bantu mereka!” Seru Leomon.
“Kau benar, Leomon. Lawan kita kali ini sangatlah tangguh, jangan sampai lengah.” Sahut Ogremon. Langsung saja, kedua Digimon itu menyelinap ke belakang Monocromon tanpa diketahui oleh siapapun. Tak lama kemudian, mereka sampai dan Leomon berkata kepada Ogremon dengan suara pelan,
“Ayo!”
“Oke! Pummel Whack!” Ogremon melompat dan mengeluarkan tinjunya ke punggung Monocromon.
“Fist of the Beast King!” Disusul oleh Leomon, yang juga melakukan hal yang sama seperti temannya.
“AAAAARGH!!!!!” Monocromon berteriak kesakitan, kemudian mencuat keluarlah Black Gear dari punggungnya. Sontak para Digidestined beserta Digimon mereka terkejut bercampur salut dengan aksi mereka.
“Kalian hebat!” Seru Mai.
“Iya, kami tak sempat melihat kalian sebelum kalian menyerang.” Sakura menambahkan.
“Jangan senang dulu, sebaiknya kalian perhatikan baik-baik kedua Digimon yang baru muncul tersebut. Ada yang aneh dari mereka.” Sahut Leomon.
“Maksudmu, mereka dikendalikan oleh Black Gear juga?” Tanya Kise, sembari menoleh ke arah Tuskmon dan Minotarumon.
“Bukan, justru sebaliknya. Mereka tidak seperti dikendalikan oleh Black Gear.” Jawab Ogremon.
“Benar juga. Kalau diperhatikan, sebagian besar dari Digimon yang kena pengaruh Black Gear pasti akan menyerang jika temannya diserang ataupun dikalahkan.” Musashi berasumsi demikian, sambil memegang dagunya. Tiba-tiba, suara tawa Devimon yang menyeramkan terdengar. Berkatalah dia,
“HAHAHAHAHA!!!!! Sepertinya kalian sedang kesulitan!”
“Cih, suara itu lagi.” Geram Raph sambil memegang kedua Saisnya.
“Hati-hati, teman-teman! Devimon mungkin tidak di sini, tapi bisa saja dia berencana untuk membuat salah satu diantara Digimon kita jadi jahat.” Kiku mengingatkan kawan-kawannya.
“Hehehe! Tenanglah, gadis kecil. Aku takkan melakukan cara yang sama lagi kepada kalian.” Ujar Devimon.
“Bagaimana kami bisa percaya kepada musuh yang telah berusaha melenyapkan kami?” Hyoga menghardik Devimon.
“Hahaha! Biarkan aku selesai bicara. Aku akan berterus terang kepada kalian. Jika kalian ingin keluar dari Tebing Tengkorak, kalian harus mengalahkan Tuskmon dan Minotarumon. Tenanglah, aku jamin mereka akan menjadi “teman main” yang paling menarik bagi kalian. HAHAHAHAHA!!!!!” Tak lama setelah itu, suara Devimon menghilang secara perlahan.
“Sial! Kita sudah bertarung dengan 4 Digimon yang kuat. Sekarang harus berhadapan dengan 2 lagi, yang mungkin saja jauh lebih kuat dari yang sebelumnya. Lalu kapan kita akan sampai ke tempat dimana Zhao dan Soma disekap? Ini benar-benar sial! SIAL!” Amarah Raph memuncak sampai dia memukul batu besar yang terletak di sebelahnya.
“Tenangkan dirimu, Raph!” Hyoga memegang pundak remaja berambut merah itu.
“Simpan amarahmu itu! Karena kita harus mengalahkan kedua Digimon itu sekarang juga.” Mai berusaha membujuknya.
“Lagipula, jika kau terus menerus seperti ini, kau tak akan pernah bisa menyelamatkan Zhao dan Soma.” Musashi menambahkan.
“Aku tahu soal itu. Tapi, apa tak ada cara lain?” Tanya Raph dengan nada emosi.
“Sebenarnya, aku ada ide. Tapi, aku masih ragu akan ideku ini.” Jawab Sakura.
“Jika demikian, lebih baik kuserang kedua Digimon itu sekarang juga!” Raph melompat tiba-tiba, tapi Hyoga, Musashi, Mai, dan Sakura langsung melompat dan mencegatnya.
“Dasar bodoh! Apa kau mau dirimu terbunuh begitu saja? Pikir baik-baik! Kau masih punya Agumon, yang adalah tanggung jawabmu sebagai Tamer untuk menjaga dan melindunginya. Begitu pun sebaliknya. Jadi, jangan sia-siakan nyawamu hanya karena emosimu!” Hyoga memarahi remaja berambut merah itu dengan nada tegas.
”Tapi… tapi…” Belum selesai berkata-kata, Raph berusaha menahan sedikit air matanya yang mau keluar karena dia masih tak menerima keadaan. Akhirnya, Hayakawa mendatanginya dan berkata,
“Raph, aku pun merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan. Tapi, aku berpikir bahwa tak ada gunanya jika aku berlarut-larut dalam emosi seperti itu. Maka dari itu, aku berusaha keras menahan emosiku dan terus melangkah maju walaupun sedikit demi sedikit.”
“Hayakawa benar. Jika gadis seperti dirinya bisa melakukan itu, masak kau tidak bisa? Kau ini kan ninja, jadi kau harus bertarung dengan kepala dingin agar seranganmu tak diketahui oleh musuh.” Tegas Musashi kepadanya.
”Benar sekali. Walaupun situasi memanas seperti apapun, jika kau bisa mendinginkan kepalamu, maka api pun akan terasa dingin.” Ujar Mai.
”Itulah jati diri kita, sebagai Shinobi.” Sakura menambahkan.
”Kalian semua…” Emosi Raph mulai reda, dan Greymon pun menghampiri Tamernya dan berkata,
”Ayo, Raph! Kita tunjukkan kepada Devimon bahwa kita bisa mengalahkan Minotarumon dan Tuskmon!”
”Terlebih lagi, bukan hanya kau yang bertarung di sini. Kami semua akan membantumu.” Garurumon menambahkan. Tak lama kemudian, Leomon, Ogremon, Birdramon, Kabuterimon, Togemon, beserta teman-temannya juga menghampiri dan memberi dukungan.
”Kalian semua… terima kasih. Aku janji, aku takkan mengecewakan kalian.”
“Bagus, itu baru Raph yang aku kagumi!” Seru Greymon.
”Lalu, apa rencanamu, Sakura?” Tanya Raph dengan nada tenang.
”Begini. Sebagian dari kita akan bertarung melawan Minotarumon dan Tuskmon. Pada saat bertarung, kita akan memanfaatkan kesempatan dimana sebagian lagi akan pergi ke Kuil Tak Bertuan dan menolong Zhao dan Soma.” Jawab Saura dengan suara pelan.
“Siapa saja yang akan pergi ke sana?” Hyoga bertanya.
“Gomamon, Coronamon, Kiku, Patamon, Ryouta, Tailmon, Hayakawa, Lunamon, Kokichi, dan Impmon. Merekalah yang akan pergi.” Jawab gadis berambut pink itu.
“Kalau aku, sudah pasti ke sana. Karena aku harus menyelamatkan Zhao.” Sahut Gomamon.
“Tidak lupa juga aku.” Coronamon menambahkan.
“Tunggu sebentar. Jika Gomamon ikut, lalu siapa yang akan memegang Digivice milik Zhao?” Tanya Kiku.
“Hm, benar juga. Berhubung aku dan Garurumon harus bertarung di sini, aku harus menyerahkan ke salah satu diantara kalian yang ke sana.” Hyoga masih berpikir harus menyerahkan Digivice milik Zhao kepada siapa.
“Biar aku saja.” Jawab Hayakawa.
“Tunggu dulu! Greymon, apa kau bisa aku tinggal di sini untuk sementara waktu?” Raph bertanya dengan suara tenang tapi tegas.
“Memangnya kau ingin ikut dengan mereka, Raph?” Greymon bertanya balik ke Tamernya.
“Iya, apa kau setuju?” Mendengar hal itu, Greymon memejamkan mata sambil memikirkan hal itu. Tak lama kemudian, dia menjawab,
“Hm, baiklah. Kau boleh ikut, asal yang lainnya tidak keberatan.”
“Tidak masalah, kami sama sekali tidak keberatan.” Jawab teman-temannya yang akan pergi ke Kuil Tak Bertuan.
“Soal Digivice ini…” Sebelum Hyoga selesai berbicara, Raph mendekatinya dan berkata,
“Aku yang akan memegangnya.”
“Apa kau serius, Raph?” Tanya Hyoga, dan dia melihat tatapan mata Raph yang serius namun dengan wajah yang tenang.
“Fear not, for I’ll guard it with my life.” Jawab remaja berambut merah itu, kemudian Hyoga memberikan Digivice itu kepadanya.
“Nona Hayakawa, apa kau setuju jika Raph yang memegang Digivice itu?” Lunamon bertanya kepadanya, karena dia mengetahui betul bahwa Tamernya ingin sekali membawa benda berharga milik teman dekatnya itu.
“Aku setuju, karena emosi Raph sudah reda dan dia sudah kembali tenang. Jadi, aku mempercayakan Digivice milik senpai kepadanya.” Jawab Hayakawa.
”Terima kasih, Hayakawa.” Sahut Raph, dibalas oleh senyuman dari Hayakawa. Karena sudah lama menunggu musuhnya, Minotarumon memukul tangan kirinya ke tanah dan mengeluarkan jurus Earthquake Drill dengan sepertiga tenaga sehingga berguncanglah Tebing Tengkorak. Para Digidestined, beserta Digimon mereka yang merasakan goncangan dari gempa yang dihasilkan oleh tinju Minotarumon terkejut setengah mati dengan gempa tersebut. Namun, Leomon dan Ogremon berhasil menghindari sepersekian detik sebelumnya dengan melompat. Setelah itu, mereka melompat lagi ke arah Minotarumon dan mengeluarkan senjata mereka. Namun sayang, mereka langsung disambut oleh Tuskmon dengan jurus tinju Slamming Tusk. Leomon dan Ogremon terpental jauh, sehingga Birdramon dan Kabuterimon langsung menolong mereka.
“Kalian baik-baik saja?” Ujar Birdramon.
“Akh, tinjunya kuat sekali.” Jawab Leomon.
“Jika kena tinju itu lagi, aku tak yakin bisa berdiri tegap.” Ogremon menambahkan sambil menahan sakit.
“Ini bahaya! Kita harus jaga jarak dengan kedua Digimon itu!” Sahut Kabuterimon. Melihat Leomon dan Ogremon diserang, Garurumon langsung menerkam Tuskmon dengan gencarnya. Tak mau kalah dengan lawannya, Tuskmon menghadang serigala biru itu dengan kedua tangannya sehingga mereka berdua saling adu cengkeram. Selagi mereka beradu kekuatan, Hyoga langsung berlari dan melompat ke arah Tuskmon untuk membantu Digimonnya.
“Garurumon, bertahanlah! Terimalah ini! Diamond Dust!” Hyoga menembakkan esnya ke sepasang tanduk besar Tuskmon yang berada di bahunya, disusul oleh Raph, Sakura, Mai, dan Musashi yang menebas kedua tanduk itu dengan senjata mereka masing-masing. Terpotonglah kedua tanduk Tuskmon. Akan tetapi, kedua tanduk itu langsung tumbuh kembali.
“Apa?” Raph heran melihatnya.
“Tanduknya bisa tumbuh lagi!” Seru Musashi.
“Percuma saja kalian memotong tandukku! Enyahlah kau, serigala biru!” Teriak Tuskmon sembari melepaskan cengkeraman dan menyundul Garurumon sampai terpental.
“Garurumon!” Hyoga mereriakinya.
“Sekarang giliran kalian! RASAKAN INI! Slamming Tusk!” Tuskmon berusaha menghantam kelima Digidestined dengan tinjunya, namun mereka berhasil menghindar.
“Fiuh, hampir saja.” Kata Mai.
”Iya, dan aku tak menyangka dia bisa bicara.” Sakura menambahkan. Tanpa mereka sadari, Minotarumon maju ke arah mereka berlima.
“Bahaya! Kalian semua, menghindarlah!” Kiku, Kise, Hayakawa, dan Kokichi meneriaki mereka. Di saat itu juga, Togemon melompat dengan gencarnya dan memukul Minotarumon yang hampir menghajar kelima Digidestined tersebut.
“Huh, rupanya ada pengganggu!” Ujar Minotarumon.
”Takkan kubiarkan kau menyentuh mereka! Terimalah ini! Lightspeed Jabbing!” Togemon menghujani Minotarumon dengan tinjunya yang bertubi-tubi.
“URGH!” Teriak Minotarumon.
“Bagaimana?” Selesai meninju Digimon banteng cokelat itu, Togemon langsung terdiam sejenak.
“Hehehe, boleh juga! Tapi, itu bukan tinju sungguhan! MAKAN INI! Heavy Attack!” Minotarumon melayangkan tinjunya ke Togemon, sampai dia terlempar.
“Togemon!” Teriak Sakura. Pada saat yang bersamaan, Raph memperhatikan bahwa Tuskmon dan Minotarumon fokus ke setiap musuh mereka. Saat itu juga, dia mendekati Greymon dan berkata,
"Greymon, aku ada ide.”
“Apa itu?” Tanya Greymon.
“Begini, aku akan mencoba mengalihkan perhatian Tuskmon dan Minotarumon. Saat mereka terkecoh, aku akan memberi instruksi lagi.” Raph menerangkan kepada Digimonnya.
“Baiklah, tapi kau harus hati-hati.” Sahut Greymon, dibalas oleh acungan jempol dari Tamernya. Tak lama kemudian, Raph berlari dan melompat ke arah Tuskmon dan Minotarumon.
”Hei kalian, ayo lawan aku kalau berani!” Raph menantang kedua Digimon itu.
“HAHAHAHAHA!!!!! Dasar bocah angkuh!” Minotarumon menertawakan Raph dengan wajah mengejek.
“Memangnya apa yang bisa kau lakukan kepada kami, HAH?????” Tuskmon pun tak kalah menghinanya.
“Heh, apa itu berarti kalian takut kepadaku?” Raph mengejek mereka kembali, dengan tujuan agar mereka terpancing.
“Sombong sekali bocah yang satu ini! Biar aku beri pelajaran, kau!” Minotarumon maju dengan cepat dan berusaha meninju Raph. Tapi dengan cepatnya, Raph menghindar.
“Serahkan dia padaku, Minotarumon!” Kata Tuskmon kepada partnernya. Saat Digimon dinosaurus hijau itu juga berusaha menghajar Raph dengan tinjunya, Raph menghindar lagi.
“Greymon, sekarang!” Perintah Raph kepada Digimonnya.
“Nova Blast!” Greymon menembakkan bola apinya ke arah Tuskmon.
“Argh, sial!” Umpat Tuskmon, dan asap pun menyelimuti tubuhnya.
“Kurang ajar! Beraninya kau menembak Tuskmon!” Minotarumon mengutuk Greymon, dan maju ke arah Digimon dinosaurus kuning itu.
“Birdramon, Kabuterimon, sekarang!”
“Meteor Wing!”
“Electro Shocker!”
“Urgh!” Digimon banteng cokelat itu mengeluh kesakitan karena diserang tiba-tiba. Pada saat yang bersamaan, asap hasil dari tembakan Birdramon, dan Kabuterimon makin tebal sampai-sampai tubuh Minotarumon tidak terlihat. Begitu juga dengan Raph. Tanpa menunda-nunda, Raph berlari ke arah Gomamon, Coronamon, Kiku, Kise, Hayakawa, Kokichi, juga para Digimon mereka berada.
“Sekaranglah saatnya, ayo kita pergi dari sini!” Mendengar perkataan remaja berambut merah itu, mereka semua mengangguk setuju. Maka larilah mereka secepat mungkin ke Kuil Tak Bertuan. Di lain tempat, Zhao dan Soma masih terikat di pilar di dalam kuil itu. Parahnya lagi, Devimon menampakkan dirinya kembali kepada mereka berdua dan berkata,
“HAHAHAHAHA!!!!! Sepertinya sebagian dari teman-teman kalian berupaya kabur dari medan pertempuran!”
“Apa maksudmu?” Tanya Soma kepada Digimon setan kelelawar itu.
“Iya, mereka kabur dari medan tempur meninggalkan teman-temannya agar bisa menyelamatkan kalian lebih cepat.” Jawab Devimon.
“Itu berarti, sebentar lagi mereka pasti akan kemari, dan mengalahkan kau!” Zhao menghardik Devimon.
“Apa kau lupa? Sudah kubilang, itu takkan terjadi!” Devimon kembali menjulurkan tangan kanannya ke kening Soma, dan mengeluarkan kekuatan kegelapannya.
“AAAAAAAAAARGH!!!!!” Soma menjerit kesakitan.
“HENTIKAN!!!!!” Teriak Zhao kepada temannya.
“Jika temanmu masih tetap bersikeras juga dan tak mau menyerahkan kekuatannya, maka aku akan menariknya sendiri dengan paksa! HAHAHAHAHA!!!!!” Seru Devimon dengan jahatnya sambil mencengkram kepala Soma dan menarik seluruh kekuatannya.
“SOMA!!!” Zhao berteriak dengan panik. Di situasi seperti ini, tidak ada yang datang membantu mereka. Apakah ini mungkin akhir dari semuanya? Di kala situasi masih panik, sebongkah batu meluncur mengenai kepala Devimon.
“AARGH!” Tangan Digimon iblis itu pun lepas dari kepala Soma, sehingga pemuda asal Rumania itu langsung lemas. “Boleh juga kalian bisa kemari.” Devimon pun langsung menatap sosok yang sekarang berada di belakangnya. Rupanya itu Hayakawa dan Lunamon. Sang putri keluarga Hojo itu menggenggam erat kayu yang ia gunakan tadi layaknya tongkat kriket.
“Lepaskan Shou-senpai dan Soma-san!” Titah Hayakawa dengan tegas.
“Menarik sekali. Seorang putri memberanikan diri untuk mencari kematian. Jika itu maumu, terima ini!!” Devimon pun melancarkan serangannya, namun Lunamon berdiri di depan Hayakawa untuk melindungi tamernya dan serangan tersebut berhasil mengenai Digimon yang mirip kelinci itu.
“Lunamon!” Jerit Hayakawa dan langsung memeluk Digimonnya. “Maafkan aku...” Katanya dengan sedih. Ia merasa gagal melindungi Digimon kesayangannya itu.
“Tsk... aku tidak mengharapkan Digimonnya yang terluka, tapi itu mengurangi bebanku! RASAKAN INI!” Ketika Devimon ingin melancarkan serangannya kembali, usahanya digagalkan oleh kombinasi serangan Boomerang Hook, Boom Bubble, dan Harpoon Torpedo. Di saat bersamaan, Ikkakumon berusaha sekuat tenaga menahan Digimon iblis itu. Raph, Kokichi, Kise, dan kedua Digimon milik mereka, beserta Coronamon langsung menghampiri Soma dan Zhao dan melepaskan ikatan mereka.
“Syukurlah kalian datang. Yang lain ke mana?” Tanya Zhao.
“Menahan Minotarumon dan Tuskmon ssu.” Jawab Kise.
“Tapi, terimakasih untuk pertolongan kalian. Sekarang kita harus pergi dari sini.” Ajak Soma.
“Maaf... tapi sepertinya aku harus menahanmu dulu, Cruz-chan.” Kata Kokichi. Tatapannya pun berubah menjadi mengintimidasi.
“Hei! Sekarang bukan saatnya bercanda!” Protes Zhao. Sementara Soma pun menegak ludahnya sendiri.
“Ck, ck, ck. Sima-chan, sepertinya kau tahu sesuatu soal Cruz-chan. Kau tidak keberatan untuk cerita bukan?” Tanya Kokichi semakin mengintimidasi.
“Hentikan itu, Oumacchi!” Seru Kise.
“Aku tidak akan berhenti, Kise-chan. Sekarang jawab aku, kau ini sebenarnya apa?” Tanya Kokichi. Di saat itu lah, salah satu sai milik Raph, langsung diarahkan pemiliknya ke leher Kokichi.
“Kokichi, kalau kau di sini tujuannya untuk mengorek-ngorek urusan pribadi orang, aku tidak akan segan membunuhmu di sini!” Ancam Raph dengan tajam. Soma pun tercekat dengan perkataan Kokichi yang seakan sudah tahu siapa dia. Ia menghela nafasnya dan menahan tangan Raph.
“Sudahlah, Raph. Nanti aku ceritakan. Hanya saja, kau tahu dari mana soal aku yang sesungguhnya, Kokichi?” Tanya Soma.
“Mudah. Ketika kau berubah jadi kelelawar. Nishishi~!” Jawab Kokichi.
“Sepertinya ada yang Cruzcchi tutup-tutupi, tapi ada benarnya juga kita bongkar itu nanti.” Kata Kise.
“Sekarang yang kita pentingkan adalah keluar dari sini.” Sambung Tailmon.
“Uh... sepertinya kita tertahan.” Coronamon langsung menunjuk ke arah Hayakawa dan Lunamon yang posisinya menjauh dari Devimon, sementara Kiku, Ikkakumon, dan Patamon berusaha bertarung melawan Digimon iblis itu dengan semampu mereka. Akan tetapi, pada saat Digidestined yang lain ingin membantu Kiku beserta kedua Digimon yang bertarung itu, tiba-tiba muncul makhluk yang hampir saja menebas mereka dari arah atas dengan pedangnya. Raph menyadari itu, dan meneriaki teman-temannya,
“Di atas kita, awas!” Mereka pun menghindar, bersamaan dengan pedang yang menghantam lantai kuil itu dari makhluk yang menyerang mereka secara mendadak. Makhluk itu memakai baju zirah berwarna merah layaknya tentara Jepang zaman dahulu, dan ada semacam kain yang menyerupai bulu tapi tajam seperti jerami di punggungnya.
“Padahal tinggal sedikit lagi.” Kata makhluk itu.
“SIAPA KAU?” Tanya Raph dengan wajah serius dan nada tinggi.
“Namaku tidaklah penting. Tapi, akulah yang akan membunuhmu!” Jawab makhluk itu. Dengan sigap, Kise mengeluarkan Data Analyzer dan begini kira-kira informasi yang didapat mengenai makhluk tersebut,
“Musyamon, atribut virus, adalah Digimon samurai setan yang mempunyai ilmu hitam dan pedang yang bisa mengeluarkan api. Baju zirahnya terlihat lusuh karena dia telah melampaui banyak pertarungan dalam hidupnya. Senjata pamungkasnya adalah Shogun Sword dan Ninja Blade.”
Dengan nafsu yang membara, Musyamon mengayunkan pedangnya ke arah Raph dengan tangan kanannya.
“Raph, awas!” Hayakawa dan Zhao meneriaki remaja berambut merah itu, namun yang dia lakukan justru membalas serangan Musyamon dengan mengeluarkan kedua sainya lalu menahan tebasan itu.
“Heh, kuat juga kau dengan kedua pedang kecilmu itu!” Ujar Musyamon.
“Jangan anggap enteng saiku ini!” Dengan tenaga dari otot lengannya juga kedua sainya, Raph berusaha keras mendorong Musyamon. Pada saat yang bersamaan, Coronamon melompat dan mengeluarkan tinju Corona Flame ke arah Musyamon, sedangkan Impmon mengeluarkan beberapa tembakan Infernal Funnel berelemen api dan es. Sayangnya, Musyamon menyadari hal itu lalu membalas Coronamon dengan memukulnya dengan tangan kirinya.
“Coronamon!” Teriak Soma kepada Digimonnya. Dengan cepat juga, Digimon samurai itu menangkis tembakan Impmon dengan pedangnya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Raph menebas punggung Musyamon.
“Ugh, sial! Harusnya aku bereskan dulu dia!” Umpat Musyamon yang terpental, lalu bangkit berdiri.
“Terimalah ini, Musyamon!” Sewaktu Raph melompat dan hampir menebas Digimon samurai itu, muncul api biru yang menyelimuti pedang Musyamon dan dia mencemooh lawannya,
“Hahaha, dasar bodoh! Rasakan ini! Ninja Blade!”
“Pedang api itu, jangan-jangan… Raph, jangan kau serang dia! Tahan pedang api itu dengan seluruh tenagamu!” Soma memperingati remaja berambut merah itu, karena dia mengetahui kekuatan pedang Musyamon. Kemudian, Raph menuruti instruksi Soma. Benar saja, Musyamon menyerang balik musuhnya sehingga Raph pun menahan serangan dengan kedua saisnya. Karena tak kuat menahan serangan, Raph terdorong sampai jatuh terkapar ke lantai kuil.
Seketika itu juga, Musyamon melepaskan pedangnya dari tepisan Raph dan berusaha menebasnya kembali. Dengan lihainya, remaja berambut merah itu langsung menghindar dengan berguling sampai bangkit berdiri kembali. Tak kalah cepat, Musyamon pun langsung menebas Raph dari samping. Raph sempat menepis, namun kalah kuat sampai-sampai kedua sainya terlempar.
“Hehehe! Kena kau!” Ujar Musyamon sambil menebas lawannya. Raph sempat melompat ke belakang untuk menghindar, namun perutnya kena tebas juga.
“Argh!” Raph mengeluh kesakitan dan memegang perutnya.
“Sekarang, kau milikku!” Seru Musyamon, sembari api biru berbentuk naga setan muncul dari pedangnya, lalu menyelimuti pedang itu.
Tanpa menunda-nunda, Musyamon langsung melompat kembali untuk menyerang remaja berambut merah itu.
“HEAAAAA!!!!! MAKAN INI!!!!!” Teriak Musyamon.
“Raph, bahaya! Menyingkirlah!” Soma meneriakinya. Tapi karena berusaha menahan sakit, remaja berambut merah itu berjalan terhuyung-huyung.
“Oh, tidak. Raph!” Hayakawa panik melihat temannya, lalu Lunamon yang sedang dipeluk oleh Hayakawa langsung melompat dan berkata,
“Takkan kubiarkan kau menyakiti dia lagi, Musyamon!” Tiba-tiba, tubuh Lunamon bersinar sehingga Hayakawa dan yang lainnya terkejut melihatnya. Maka berubahlah dia menjadi seekor kelinci putih bertubuh manusia. Langsung saja, dia melompat dan menendang Musyamon sampai-sampai pedangnya terlempar.
“Argh. Dasar, bedebah!” Umpat Musyamon.
“Lunamon, kau…” Hayakawa tertegun melihat Digimonnya.
“Wow, tak kusangka dia berubah di saat seperti ini.” Kise mengeluarkan Data Analyzer, beginilah info mengenai Digimon kelinci bertubuh manusia tersebut,
“Lekismon, atribut data, adalah Digimon berbentuk kelinci bertubuh manusia. Dia mempunyai daya loncat yang sangat kuat dan panah es di punggungnya. Senjata Pemungkasnya adalah Tear Arrow dan Moon Night Kick.
Sementara itu, di Tebing Tengkorak, Togemon, Garurumon, Greymon, Kabuterimon, Birdramon, Leomon, Ogremon, juga Hyoga, Musashi, Mai, dan Sakura masih bertarung dengan Minotarumon dan Tuskmon. Garurumon menabrak Tuskmon, namun Digimon dinosaurus hijau itu membalasnya dengan mencengkeram Digimon serigala biru itu. Dengan segera, Leomon membantunya dengan sabetan pedangnya. Tangan kanan Tuskmon terkena serangan dari Leomon, lalu Tuskmon berusaha memukul Leomon dengan tinju Slamming Tusk tapi gagal dikarenakan Leomon menghindar. Tak kehabisan akal, Tuskmon mengayunkan sepasang tanduk di punggungnya ke Digimon singa itu. Maka terlemparlah dia. Saat itu juga, Garurumon menerkam lawannya dibalas oleh tinju dari Digimon dinosaurus hijau itu. Digimon serigala biru itu sempat menghindar dengan melompat ke belakang, tapi masih kena hajar. Di saat yang sama, Greymon menembakkan Nova Blast sembari Garurumon berdiri dan mengeluarkan Howling Blaster. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Leomon pun mengeluarkan tinju Fist of the Beast King sedangkan Hyoga mengeluarkan Diamond Dust, juga Musashi dengan Hiryuu Ao Ken, dan Ogremon dengan Pummel Whack. Semua jurus itu menghajar Tuskmon sampai akhirnya dia kalah.
“AAAAAAAAAARGH!!!!!” Teriak Tuskmon sesaat sebelum dia ambruk.
“Tuskmon!!!!! Hebat juga! Kalau begitu, terimalah ini! Earthquake Drill!!!!!” Minotarumon menghantam Tebing Tengkorak dengan tinju full power yang menimbulkan gempa. Maka, terjadilah gempa yang dahsyat. Beberapa pijakan ada yang langsung runtuh begitu saja. Tak tinggal diam, Birdramon dan Kabuterimon langsung maju. Dengan cakar dan tanduk, mereka menghajar Minotarumon sampai dia berhenti meminju Tebing itu.
“Terimalah tinjuku ini!” Seru Minotarumon, sambil menghajar Kabuterimon dan Birdramon.
“Kabuterimon, Birdramon!” Kedua Tamer mereka meneriaki dari jauh. Tanpa menunda-nunda, togemon langsung maju ke hadapan Digimon banteng itu dan menghajarnya dengan tinju Lightspeed Jabbing. Minotarumon sempat kesakitan, namun dia langsung menghajar lawannya kembali. Melihat itu, Sakura langsung melemparkan 8 Kunai disusul oleh Mai dengan jurus tabrakan api.
“Birdramon, sekarang!” Ujar Mai.
“Kabuterimon, kau juga!” Seru Musashi. Selang beberapa detik, kedua Digimon itu menembakkan Meteor Wing dan Electro Shocker.
“UWAAAAAAAAAARGH!!!!!” Minotarumon mengerang kesakitan, lalu dia kalah.
“Hore! Kita berhasil!” Seru para Tamer, lalu mengecillah Greymon, Garurumon, Birdramon, Kabuterimon, dan Togemon sampai terbaring lemas karena terlalu letih. Dengan sigap, keempat tamer itu langsung membantu kelima Digimon yang kembali ke wujud semula mereka. Leomon pun menggendong Agumon di bahunya, sementara Mai, Musashi, Hyoga, dan Sakura menggendong Digimon masing-masing.
“Sebaiknya kita menyusul Raph dan yang lain ke Kuil Tidak Bertuan. Entah kenapa firasatku tidak enak.” Kata Ogremon. Keempat Tamer dan Leomon mengangguk setuju dan mereka berlari menyusul ke tempat yang dituju.
Di Kuil Tak Bertuan, Lekismon masih berhadapan dengan Musyamon. Akankah mereka berhasil memenangkan pertarungan ini dan menyelamatkan kedua teman mereka? Atau justru sebaliknya?
Adu serangan antara Lekismon dengan Musyamon masih berlangsung. Di saat itu, rombongan yang baru saja mengalahkan Tuskmon dan Minotarumon, menghampiri Raph yang sedang dibantu Zhao.
“Apa yang kami lewatkan?” Tanya Mai penasaran.
“Apa kalian berhasil mengalahkan Tuskmon dan Minotarumon?” Tanya Tailmon terkesima.
“Iya. Mereka sulit dikalahkan. Tapi dengan kerjasama yang baik, kami bisa mengalahkan mereka.” Jawab Musashi.
“Lalu kenapa Raph-kun terluka?” Tanya Sakura khawatir.
“Terkena serangan Musyamon. Hamatocchi berusaha menahan serangan Musyamon untuk melindungi kami.” Jawab Kise dengan cemas.
“Dasar anak ini... tapi kalau dia tidak begitu, kalian bisa mati...” Kata Hyoga sambil menghela nafasnya berat. Secepatnya Sakura langsung menghampiri Raph dan mengobatinya.
“Sepertinya, salah satu Digimon teman kalian sudah berevolusi ya?” Kata Leomon sambil tersenyum.
“Eh? Punya siapa?” Tanya Mai terkesima. Musashi langsung menunjuk ke arah Lekismon yang masih tengah bertarung dengan Musyamon.
“Aku yakin, dari fisiknya... itu evolusi dari Lunamon.” Jawab Musashi.
“Tepatnya, itu Lekismon, Asukacchi.” Kise menambahkan. Sementara itu, Hayakawa masih terkesima dengan Digimonnya yang sudah berevolusi itu. Lekismon bertarung dengan sekuat tenaga untuk mengalahkan Musyamon. Tiba-tiba, Hayakawa merasakan seseorang menepuk bahunya.
“Hojo-chan, aku ada ide.” Bisik Kokichi dengan iseng.
“Kokichi-kun? Apa maksudmu?” Tanya Hayakawa bingung. Yang ditanya hanya tersenyum jahil dan menarik tangan Hayakawa untuk mengikutinya. Sayangnya, Hyoga melihat kejadian tersebut.
“Apa yang bocah itu pikirkan lagi sekarang?” Tanyanya curiga.
“Anehnya, ada sesuatu yang sebenarnya Soma tahu, tapi dia bisa tahu dengan mudah.” Kata Zhao dengan bingung.
“Hah? Maksudmu?” Tanya Mai bingung.
“Itu nanti saja. Selesai pertarungan ini, aku jelaskan semuanya.” Kata Soma menyela.
Sudah 15 menit pertarungan tersebut berlangsung, namun tidak ada satu pun yang terlihat kehabisan tenaga. Di saat Musyamon ingin mengeluarkan serangannya, sebuah batu berukuran sedang terlontar ke arahnya. Ternyata Hayakawa melempar batu tersebut dengan kayu yang sudah dia buat sebagai tongkat kriket.
“Kejar aku!” Seru Hayakawa sambil berlari menjauh. Tanpa ragu, Musyamon pun mengejar sang gadis berambut coklat itu.
“Hehehe! Mau main-main dengan aku ya, gadis kecil?” Musyamon langsung mengejar Hayakawa.
“Nona Hayakawa!” Lekismon pun berlari mengejar Musyamon.
“Apa yang dia lakukan?!” Tanya Kise dengan panik.
“Lebih tepatnya... apa yang Kokichi pikirkan? Hayakawa tidak mungkin mengambil ide konyol seperti tadi.” Kata Tailmon dengan cemas. Di saat kejar-kejaran masih berlangsung, Hayakawa langsung berlari menghindari pijakan-pijakan yang ditutupi pasir dan bebatuan yang retak.
“Lekismon, sekarang!” Seru Hayakawa. Musyamon terkejut ketika ia berbalik badan dan terkena serangan Moon Night Kick. Digimon berbaju zirah itu pun terhempas dan jatuh ke area retak tersebut dan terciptalah lubang cukup besar karena dampak jatuh tersebut.
“Aaaaargh!” Musyamon terjerembab ke lubang itu.
“Yep, jebakannya berhasil. Nishishi~” Kokichi tertawa puas melihat kinerjanya.
“Kau ini sedikit aneh, Kokichi-kun, tapi terimakasih atas idenya.” Kata Hayakawa.
“Tapi, tolong jangan membuat nyawa Nona Hayakawa dalam bahaya.” Timpal Lekismon.
“Oke, aku janji.” Kata Kokichi sambil mengedipkan sebelah mata kirinya, disusul tawa iseng Impmon. Sementara itu, Kiku, Patamon, dan Ikkakumon masih bertarung dengan Devimon. Melihat Musyamon jatuh ke lubang perangkap itu, Devimon mengeluarkan Touch of Evil ke arah Ikkakumon dan mencekiknya.
“Uuuuurgh!” Keluh Ikkakumon, lalu Devimon memakai tangan yang satunya lagi untuk mencengkeram Digimon singa laut itu.
“Ikkakumon!" Teriak Zhao.
“Enyahlah kau!” Devimon melempar Ikkakumon tepat ke arah Kiku dan Patamon. Mereka berdua sempat menghindar, namun terpelanting juga, disusul oleh Ikkakumon yang mengecil menjadi Gomamon.
“Kiku! Patamon!” Hyoga meneriaki mereka. Tanpa mengulur waktu, Devimon mengarahkan tangan kanannya ke atas. Seketika itu juga, tiba-tiba muncul dari bawah lantai Kuil Tak Bertuan makhluk berupa kera besar berwarna kuning dan membawa tulang besar di punggungnya.
“Apemon, bunuh para penggangu itu dengan tinjumu!” Seru Devimon.
”Baik, Devimon! Serahkan padaku!” Balas Digimon kera kuning itu.
”Sial! Lagi-lagi muncul musuh baru!” Kise kaget meilhat Apemon muncul tiba-tiba, lalu dia mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah infonya,
“Apemon, atribut vaksin, adalah Digimon berbentuk seperti kera besar berwarna kuning dengan tulang besar di punggungnya sebagai senjata. Hampir seluruh bagian tubuhnya dipenuhi oleh bulu-bulu berwarna keemasan yang tajam. Senjata pemungkasnya adalah Magical Monkey Punch dan Angry Spike.”
“Heaaaaah!” Apemon langsung melompat dan berusaha menghajar Gomamon, Kiku, dan Patamon. Tapi Leomon langsung melompat ke depan mereka.
“Cepat lari! Biar aku yang hadapi Apemon!”
”Leomon…” Kiku masih lemas karena terpental, begitu juga Gomamon. Sehingga Hyoga datang untuk membantu mereka.
“Ayo, biar kubantu kalian.” Ujar remaja berambut kuning itu.
“Terima kasih, Hyoga.” Sahut Kiku.
“Bedebah! Menggangu saja! Enyah kau, singa jahanam!” Umpat Apemon, sembari mengeluarkan tinju Magical Monkey Punch.
“Argh!” Leomon terpental sampai menghantam tembok kuil itu. Tak tinggal diam, Ogremon langsung mengeluarkan tinju Pummel Whack ke arah Apemon. Maka terlemparlah Digimon kera kuning itu. Pada saat yang bersamaan, Devimon menghilang lalu muncul tiba-tiba di dekat lubang jebakan sehingga para Digidestined yang lainnya pun terkejut setengah mati dan memutuskan untuk mundur beberapa langkah. Pada saat itu pula, Musyamon langsung melompat keluar dari lubang itu.
“Heh, boleh juga mereka bisa membuatmu terperosok ke dalam lubang jebakan ini.” Ujar Devimon.
“Kau benar, Devimon. Tapi, aku pasti akan memenggal kepala mereka satu per satu!” Sahut Devimon.
“Lagipula, ada Apemon yang membantumu. Jadi, aku percayakan semua pada kalian berdua.” Kata Digimon setan itu.
“Baiklah kalau begitu, serahkan pada kami!” Seru Musyamon, lalu menghilanglah Devimon dari hadapan mereka semua.
“Tunggu, Devimon!” Lekismon berusaha mengejarnya, tapi Musyamon langsung menghunuskan pedang ke arah Digimon kelinci tersebut dan berkata,
“Kau dengar? Devimon mempercayai aku dan Apemon dalam misi ini. Jadi, kau dan yang lainnya akan segera mati di tempat ini!” Digimon samurai setan itu langsung mengayunkan pedangnya ke Lekismon, tapi Lekismon langsung menghindar dengan lihainya.
”Heh, cepat juga kau, kelinci putih!” Seru Musyamon.
“Jangan anggap remeh aku!” Lekismon menghardiknya.
“Baiklah kalau begitu, kejar aku kalau kau bisa!” Musyamon berlari cepat sekali, layaknya seorang ninja. Tak mau kalah dengan lawannya, Lekismon pun mengejarnya sehingga mereka bertarung di ruang yang lumayan jauh dari tempat para Digidestined berada. Segera saja, pertarungan sengit antara kedua Digimon itu berlangsung ditandai dengan adu serangan sampai berkali-kali. Alhasil, Lekismon terpental sehingga Musyamon melompat ke arah Hayakawa dengan cepat.
“Lekismon!” Hayakawa meneriakinya dari jauh.
“Hehehe! Sekarang Digimonmu tak bisa menolongmu! Dan Sekarang, kau akan rasakan akibatnya karena kau bermain-main denganku! Terimalah ini!” Sesaat sebelum Musyamon mengayunkan pedangnya, Mai, Musashi, Sakura, Kise, dan Kokichi berusaha melindungi Hayakawa. Tapi dengan cepatnya, Musyamon menghajar mereka semua dengan bagian belakang pedangnya sehingga mereka terpental.
“Oh, tidak! Hayakawa, larilah!” Hyoga meneriakinya sambil menopang Kiku dan Gomamon, diikuti oleh munculnya api biru yang menyelimuti pedang Musyamon.
“Hehehe! Kau pasti tau pepatah Jangan main api jika tak mau terbakar, bukan? Dan inilah akibatnya!”
“KYAAAAA!!!!!” Hayakawa menjerit ketakutan, sampai-sampai dia tak berdaya untuk lari.
“Kau yang pertama, MATILAH!” Musyamon menebaskan pedang apinya ke gadis berbaju biru dan putih itu sehingga nyaris membunuhnya. Dengan kecepatan super, Lekismon menghajar Digimon samurai setan itu dengan tendangan Moon Night Kick sampai dia terlempar jauh.
“Aaaaargh!” Musyamon mengerang kesakitan.
“Nona Hayakawa, kau tak apa-apa?” Lekismon langsung memegang bahu Tamernya.
“Terima kasih, Lekismon. Kau telah menyelamatkanku.” Jawab Hayakawa.
“Tadi itu hampir saja. Yang penting, sekarang kau tak apa-apa.” Sahut Lekismon.
“Musyamon!” Apemon menoleh ke belakang meneriaki partnernya.
“Lihat kemana, kau? Jangan lengah!” Ogremon memukul Apemon dengan gadanya.
“Urgh, bedebah! Gadamu itu takkan bisa mengalahkanku! Rasakan ini!” Apemon membalas dengan tulang besar yang di tangannya, disusul oleh tinjunya,
“Rasakan ini! Magical Monkey Punch!” Ogremon terlempar jauh sampai menghantam dinding kuil seperti Leomon. Kemudian, Apemon berusaha melompat untuk menolong Musyamon, tapi dicegat oleh tinju Fist of the Beast King dari Leomon.
Sementara itu, Musyamon yang pusing karena terkena tendangan di bagian kepala dari Lekismon, berusaha berdiri.
“Urgh, aku takkan kalah darimu!” Umpat Musyamon, sembari berusaha berdiri diikuti oleh api biru berbentuk naga setan yang mulai muncul perlahan menyelimuti pedangnya. Peka akan hal itu, Lekismon langsung mengambil ancang-ancang dengan mengepalkan kedua tangannya lalu melompatlah dia.
“Rasakan ini, Musyamon! Moon Night Bomb” Lekismon meninju Musyamon.
“AAAAARGH!!!!! Terkutuk kau, kelinci putih!!!!!” Musyamon langsung terpental pusing kepalang dan hampir pingsan akibat tinju dari Lekismon, namun dia masih berusaha berdiri.
“Bagus, Lekismon!!!!!” Hayakawa meneriaki Digimonnya dengan penuh semangat.
“Lekismon, dia masih hidup! Ayo hajar dia lagi!” Raph, Zhao, dan Soma mengingatkan Digimon kelinci putih itu.
“Aku tahu!” Jawab Lekismon, kemudian dia mengambil panah es yang ada di punggungnya.
“Tear Arrow!” Lekismon menembakkan panah es itu, maka panah itu menembus baju zirah Digimon samurai setan itu dan dia pun mulai ambruk sambil memegang dadanya dengan tangan kirinya dan mengadahkan tangan kanannya ke atas.
“UUUUUWAAAAAAAAAARGH!!!!! APEMON, DEVIMON, MAAFKAN AKU!!!!!” Teriak Musyamon dengan sangat keras, sampai-sampai sekumpulan kelelawar yang bersembunyi di sela-sela Kuil Tak Bertuan berhamburan keluar. Tak lama kemudian, Digimon samurai setan itu ambruk juga, bersamaan dengan Lekismon yang letih. Melihat Digimonnya terbaring lemas, Hayakawa langsung berlari menghampirinya dan berkata,
“Lekismon! Kau tak apa-apa?”
“Aku cuma letih saja. Terima kasih, nona Hayakawa.” Jawab Lekismon.
“Musyamon!!!!!” Kurang ajar, kalian! Makan ini!” Gusar akibat partnernya kalah, Apemon menembakkan jurus Angry Spike, yaitu bulu-bulu tajam yang ada di rambut dan sebagian pada bagian tubuhnya yang lain.
”Argh!!!!!” Leomon dan Ogremon langsung terpental oleh bulu-bulu tajam itu.
“Leomon! Ogremon!” Para Digidestined meneriaki mereka, bersamaan dengan Tailmon yang melompat ke arah Digimon kera kuning itu.
“Terimalah ini! Lightning Paw!” Tailmon melancarkan pukulannya dan menghajar Apemon.
“Urgh! Ternyata kau ini kecil-kecil cabe rawit juga! Makan ini! Magical Monkey Punch!” Apemon berusaha menghajar Tailmon dengan tinjunya, tapi Digimon kucing putih itu menghindar dengan gesit.
“Tailmoncchi, hati-hati!” Kise meneriakinya dari jauh.
“Heh, mau lari ya? HIAAAAAH!!!!!” Digimon kera kuning itu memukulnya berulang kali, namun Tailmon selalu mengindar. Beberapa saat kemudian, Digimon kucing putih itu menemukan celah dan menendang Apemon dengan jurus Lightning Kick.
“Leomon, Ogremon, sekarang!” Seru Tailmon.
“Fist of the Beast King!”
“Pummel Whack!”
“AAAAAAAAAARGH!!!!! MUSTAHIL!!!!! AKU TAK MUNGKIN KAL…” Digimon kera kuning itu langsung ambruk seletika karena dihajar bertubi-tubi.
“Kita berhasil!” Sorak Mai dengan senang. Di saat itu juga, tubuh Lekismon mengecil menjadi Lunamon. Hayakawa langsung memeluk Digimonnya itu dengan bangga.
“Lunamon, terimakasih.” Kata Hayakawa dengan senang. Dengan letih, Lunamon mengangguk dan tersenyum. Setelah beberapa saat mereka beristirahat dan mengobati luka-luka di tubuh masing-masing, tiba-tiba Soma berdiri. Ia pun menatap Coronamon dan mengangguk memberi tanda bahwa ia siap untuk menjelaskan kepada teman-temannya soal apa yang terjadi.
“Semuanya... aku meminta perhatian kalian sebentar.” Kata pemuda asal Rumania itu. Semua mata pun mengarah ke arahnya. Menarik nafas dalam, Soma mulai bercerita mengenai asal usulnya. “Sebenarnya, aku ini reinkarnasi Dracula yang pernah dikalahkan pada tahun 1999 oleh Julius Belmont. Itu lah kenapa kalian bisa melihatku memanggil roh-roh yang dapat membantu kita dalam pertarungan atau dalam memberi solusi dalam kondisi sesulit apapun.” Katanya menjelaskan.
“Tunggu, jika kau adalah reinkarnasi Dracula... apa ada kemungkinan kau bisa jadi jahat, lalu meninggalkan kita?” Tanya Sakura cemas.
“Iya. Aku juga khawatir kalau kau menyerang kami.” Palmon menambahkan.
“Tidak. Walaupun aku reinkarnasi Dracula, tapi aku tidak akan pernah mau sepertinya. Soma Cruz adalah Soma Cruz, dan Dracula Tepez adalah Dracula Tepez. Kami adalah orang yang berbeda. Walaupun aku reinkarnasinya, bukan berarti aku harus jahat sepertinya. Aku sudah buktikan dengan pertarunganku di istana Dracula sendiri beberapa bulan yang lalu.” Soma menjelaskan.
“Jika begitu, apa kau akan tetap menyimpan rahasia ini?” Tanya Agumon.
“Lebih baik dirahasiakan dulu. Hanya orang-orang tertentu yang boleh mengetahui ini. Aku tidak mau sembarangan orang tahu soal ini lalu menyebar-luaskannya.” Jawab Soma.
“Terlebih lagi, aku yakin Kokichi akan bercerita ke khalayak ramai!” Sahut Kise.
“Hei! Bos tidak akan begitu! Pasti dia hanya cerita ke organisasinya saja!” Protes Impmon.
“Nee, Impmon. Biarkan saja dia bicara. Lagipula Kise-chan, aku pemimpin organisasi jahat, bukan tukang gosip.” Balas Kokichi.
“Sudah, jangan berkelahi...!” Tentomon berusaha menenangkan situasi. Karena ia terlalu takut-takut akhirnya Musashi turun tangan dan mengetuk tanah menggunakan Ogonken. Lalu aliran listrik kecil mengalir dari tanah dan menyetrum Kokichi dan Kise. Tamer yang lain dan Digimon mereka, beserta Leomon dan Ogremon, tertawa melihat kejadian tersebut.
“Kalian jangan berkelahi seperti anak kecil. Sadar lah dengan usia kalian...” Kata Musashi dengan dingin. Lalu ia menatap Soma kembali. “Apapun yang terjadi, kami akan berusaha tidak membuatmu jatuh ke kegelapan. Kau tidak sendirian sekarang. Kau punya kami yang akan membantumu.” Sambungnya.
“Iya! Percayalah, Soma! Tidak akan ada orang yang akan menghinamu di sini karena latar belakangmu. Kami akan memandumu kalau bisa!” Timpal Raph. Soma tersenyum lega mendengar teman-temannya. Ia tersentuh.
“Jangan lupa, kau ada Coronamon yang akan selalu menjadi pelindung dan cahayamu.” Sambung Leomon.
“Itu benar, Soma!” Sahut Coronamon. Sang pemuda asal Rumania itu langsung memeluk Digimonnya dengan penuh kasih sayang.
“Mulțumesc.” Kata Soma. Sontak itu membuat tamer yang lain sweatdrop. “Ups... sepertinya sekarang aku yang keceplosan berbicara bahasa Rumania ya... maaf ya semuanya.” Katanya sambil tertawa renyah.
“Aduh... Soma...!” Kata tamer yang lain.
“Aku tidak tahu artinya apa, tapi itu artinya terimakasih bukan?” Tanya Coronamon dan direspon dengan anggukan oleh tamernya.
“Ayo, kita harus pulang. Kita harus bicarakan strategi baru untuk mengalahkan Devimon.” Ajak Ogremon.
“Iya! Aku tidak sabar untuk mengigit tangannya!” Sahut Gabumon yang dibalas jitakan oleh tamernya. Semuanya pun setuju dan mereka kembali ke Desa Digimon.
Di tengah perjalanan pulang, tepatnya di Tebing Tengkorak, mereka menemukan bahwa jalan ke arah desa Leomon rusak parah karena gempa yang dibuat oleh Minotarumon. Para Digidestined serta Digimon mereka dan Leomon juga Ogremon bingung harus berbuat apa, dan tiba-tiba Airdramon muncul dari atas langit.
“Airdramon, kenapa dia ada di sini?” Leomon heran melihat Digimon naga angin itu.
“Mungkin dia ingin menyampaikan sesuatu kepada kita.” Jawab Ogremon. Seketika itu juga, Airdramon turun ke arah mereka dan sedikit mengaum. Setelah itu, berbicaralah dia kepada mereka semua,
“Anak-anak terpilih, sebelumnya aku minta maaf karena aku sudah menyusahkan kalian.”
“Itu bukan salahmu, Airdramon. Semua itu karena ulah Devimon.” Sahut Zhao.
“Benar, kau dalam pengaruh Black Gear saat itu. Jadi, jangan salahkan dirimu.” Soma menambahkan.
”Ngomong-ngomong, apa cuma ini jalan satu-satunya ke desa?” Tanya Kokichi kepada Leomon dan Ogremon.
“Iya, hanya inilah satu-satunya jalan.” Jawab Leomon.
“Tapi sayangnya, jalan ini tak bisa dilewati.” Ogremon menambahkan. Khawatir dengan situasi dan keadaan, Hayakawa bertanya,
“Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa pulang?”
“Begini saja. Sebagai bentuk dari rasa terima kasihku kepada kalian, kalian boleh menginap malam ini di Lembah Angin. Di sana, ada sebuah pondok besar yang letaknya dekat dengan menara kincir raksasa. Kebetulan, aku adalah penjaga di menara kincir itu.” Airdramon menjelaskan kepada mereka.
“Benarkah? Terima kasih, Airdramon.” Sahut Mai kepada Digimon naga angin itu.
“Kami berhutang budi padamu.” Kiku menambahkan.
“Tapi Airdramon, apakah lembah angin itu masih jauh dari sini?” Tanya Hyoga.
”Waktu tempuh dari sini sekitar 1 jam.” Jawab Digimon naga angin itu.
“Hm, lumayan juga. Kalau begitu, lebih baik kita rehat sejenak di sini.” Usul Musashi.
“Benar. Kita sudah berjalan jauh dari desa. Jadi, tak ada salahnya.” Raph menambahkan.
”Biar aku dan Leomon yang jaga sebentar di sini, jika ada musuh yang datang.” Ujar Ogremon, dibalas oleh anggukan dari para Digidestined dan Digimon mereka masing-masing. Akhirnya, beristirahatlah mereka selama kurang lebih setengah jam. Sebagian besar dari mereka minum air yang dibawa oleh Leomon, Ogremon, Sakura, dan Kiku. Untungnya, persediaan air putih cukup untuk mereka semua. Setelah itu, Sakura mengobati Zhao dan Soma yang terluka akibat angin puyuh Airdramon. Setengah jam kemudian, mereka pun melanjutkan perjalanan.
“Jika kita terus berjalan ke sebelah barat dari tebing ini menuruni tebing, kita akan sampai di Lembah Angin.” Airdramon menerangkan kepada mereka sambil terbang dengan pelan, “Jika kita terus berjalan ke arah barat, kita akan sampai ke Lembah Angin.” Mereka semua mengangguk, maka berjalanlah mereka tanpa bicara sepatah kata pun. Tak terasa, sudah hampir 1 jam mereka berjalan, dan medan jalan yang mereka lalui bukan lagi tebing batu yang ada jurangnya. Melainkan padang rumput hijau yang menyejukkan mata. Begitu luasnya, sehingga mereka tak sadar bahwa mereka sudah sampai.
“Sudah sampai, inilah tempatnya.” Kata Airdramon.
“Wah, luas sekali lembah ini.” Seru Kise.
”Iya, dan ada beberapa kincir angin.” Sakura terkagum-kagum melihat pemandangan di Lembah Angin.
“Lihat! Ada 1 kincir yang besar sekali disana.” Raph menunjuk ke arah kincir angin raksasa itu.
“Itulah kincir yang selalu kujaga sampai saat ini.” Sahut Airdramon.
“Tapi kenapa kincirnya mati?” Musashi heran melihatnya.
“Mungkin karena turbinnya rusak.” Jawab Tentomon.
“Sebelum aku melihat turbin, akan kutunjukkan pondok tempat kalian bermalam nanti.” Airdramon memandu para Digidestined beserta Digimon mereka, juga Leomon dan Ogremon.
Chapter 11: Devimon's Final Strike, Angemon's Final Defense Launched
Summary:
Devimon semakin merajalela mengganggu ketenangan para Digidestined dan Digimon lainnya. Sudah saatnya ancaman dari Digimon iblis ini harus berakhir. Dapatkah para Digidestined, Leomon, dan Ogremon mengakhiri teror mengerikan dari Devimon?
Notes:
AKHIRNYAAA KELAR JUGA CHAPTER INI!!! >A< Makan waktu lama juga karena revisian dan untungnya juga tuh revisian kelar!!! Akhirnya bisa wisuda yaay!
Makasih lagi yang sebesar-besarnya untuk Bang Patuan atas kontribusinya yang gede untuk chapter ini. Buatku, ini chapter terkeren. Kok bisa? Baca to find out XD
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Tak lama setelah itu, mereka semua sampai di luar pondok. Kata Airdramon kepada mereka dari luar pondok, “Nah, inilah pondok tempat kalian beristirahat.”
“Wow, pondok ini besar ya.” Kata Impmon.
“Iya, aku juga tak menyangka sebesar ini.” Patamon menambahkan.
“Tapi pondok ini gelap, padahal masih sore.” Sahut Coronamon.
“Kemungkinan listrik di pondok ini berasal dari turbin di menara kincir raksasa.” Tentomon menjelaskan. Meski demikian keadaannya, para Digidestined sudah mengantuk dan kelelahan. Sayangnya, mereka belum bisa beristirahat karena pondok tempat mereka beristirahat belum dialiri listrik. Karena itu, Tentomon pergi keluar pondok menemui Airdramon. Mereka sempat berbicara sebentar, tapi tak lama kemudian, Airdramon pergi ke menara kincir raksasa.
“Aduh... aku ingin tidur secepatnya. Badanku sudah pegal karena ikatan Devimon tadi...!” Keluh Zhao.
“Zhao, tahan sebentar saja. Lagipula, banyak yang lebih lelah darimu, terutama yang berusaha menolongmu tadi.” Protes Gomamon.
“Sudahlah, kita tidak perlu berkelahi di sini.” Lerai Agumon. Lalu ia berjalan menuju menara kincir tempat turbin besar di lembah itu. Raph pun berjalan mengikut di belakang, disusul Kise dan Tailmon.
“Agumon, ada apa? Apa ada yang aneh di menara kincir itu?” Tanya Raph. Sang Digimon dinosaurus kecil itu menggeleng.
“Tidak, Raph. Hanya saja aku penasaran siapa yang ada di dalam menara kincir itu.” Tanya Agumon sambil menunjuk. Lalu dia dan Tamernya pergi ke sana. Ternyata, Kise dan Tailmon menyusul berjalan masuk ke dalam menara kincir itu. Ternyata ada sosok seperti cyborg besar yang sedang mencoba mengotak-atik turbin sambil berbicara kepada Airdramon di sampingnya. Tanpa menunggu lama, Kise pun mengeluarkan telepon genggamnya. Data Analyzer langsung berhasil menganalisa sosok tersebut dan beginilah hasilnya.
Andromon, atribut vaksin, adalah Digimon android kelas ultimate yang berbentuk seperti prototype cyborg. Senjata pamungkasnya adalah Lightning Blade dan Gattling Attack.
“Keren sekali! Ternyata ada Digimon berbentuk robot!” Seru Kise dengan senang, namun ia dijitak oleh Raph.
“Dasar bodoh! Cyborg dan robot itu dua hal yang berbeda!” Omel Raph.
“Hidoi ssu yo, Hamatocchi! Kan cyborg itu upgradenya robot!” Protes Kise. Agumon pun langsung sweatdrop melihat tamernya beradu argumen dengan sang remaja asal SMP Teiko itu. Tailmon pun mengamati turbin itu dengan mata yang bersinar karena ia terpukau dengan turbin tersebut. Menyadari kalau ada yang mengawasi, Andromon langsung mengalihkan perhatiannya ke arah dua tamer tersebut dan Digimon mereka.
“Hm? Siapa kalian? Mau apa kalian kemari?” Tanya Digimon android itu dengan nada datar.
“Oh, mereka adalah anak-anak terpilih yang baru. Mereka inilah yang menolong aku dari Black Gear Devimon.” Jawab Airdramon. Andromon sempat heran dengan ucapan Airdramon, lalu bertanya kepada temannya,
“Tapi, apa jumlah mereka hanya 2 orang saja?”
“Tidak hanya mereka, tapi sebagian besar berada di pondok.” Airdramon menjawab. Mendengar hal itu, Andromon berhenti mengutak-atik turbin dan berkata,
“Jadi begitu? Wah, senang berkenalan dengan kalian. Aku Andromon.” Sesaat setelah itu, mereka memperkenalkan diri satu per satu. Selesai berkenalan, Digimon Cyborg itu kembali bertanya kepada mereka, “Lalu, apa yang membuat kalian tertarik dengan menara kincir ini?”
“Oh, kebetulan Digimonku tertarik dengan turbin raksasa ini dan kebetulan saja melihatmu.” Jawab Raph.
“Memangnya sedang apa kau di sini?” Tanya Agumon.
“Ditambah lagi kau seperti sedang mengutak-atik turbin itu.” Timpal Tailmon.
“Oh... soal itu. Aku sedang memperbaiki turbin raksasa ini. Turbin ini adalah turbin pusat yang menggerakkan turbin-turbin lainnya, supaya bisa mengalirkan listrik ke pondok tempat kalian istirahat. Terlebih lagi, mengalirkan listrik ke terowongan bawah tanah tempat persembunyian yang digali oleh Drimogemon, juga ke desa Leomon.” Jawab Andromon.
“Wow, hebat sekali.” Seru Raph.
“Jika demikian, berarti listrik di semua rumah di desa itu sumbernya dari sini.” Ujar Tailmon.
”Tepat sekali.” Sahut Andromon.
“Oh... ngomong-ngomong, sudah berapa persen turbin itu selesai?” Tanya Kise.
“Hampir selesai, kalian sebaiknya kembali saja ke teman-teman kalian.” Kata Andromon.
“Oh, maaf mengganggu pekerjaanmu ya, Andromon. Kalau begitu kami permisi dulu.” Kata Agumon. Lalu mereka berempat pergi meninggalkan turbin besar itu.
Sesampainya di pondok, Raph, Kise, dan kedua Digimon mereka melihat listrik di pondok sudah mulai menyala ditandai dengan semua lampu yang menyala redup.
“Kalian dari mana? Leomon dan Ogremon mencari-cari kalian tahu.” Kata Hyoga.
“Maaf, Alorvskycchi. Tadi aku habis menemani Hamatocchi ke menara kincir di sana.” Kata Kise menunjuk ke arah menara kincir raksasa.
“Tsk... tsk... tsk... Kise-chan, kau kan tidak tersertifikat untuk mengawasi Hamato-chan.” Sindir Kokichi lagi. Sebelum yang disindir berbuat, dengan sigap, Raph menjewer telinga kanan Kise dan Sakura menjewer telinga Kokichi dan sukses membuat keduanya mengaduh kesakitan.
“Bisakah untuk sehari kalian tidak berkelahi?! Aku sudah capek mendengarnya tahu!” Omel Sakura.
“Yeah, so do I, nitwits!” Timpal Raph. Tamer yang lain dan Digimon mereka langsung sweatdrop melihat kejadian itu.
“Mereka berdua juga terlalu keras.” Kata Soma.
“Terkadang mereka harus dikeraskan.” Sahut Musashi. Tiba-tiba, Tentomon pergi keluar pondok dan pergi ke menara kincir raksasa. “Hei Tentomon, kau mau kemana?” Tapi Tentomon menghiraukan Tamernya, sehingga Musashi mengikuti dia dari belakang. Lalu masuklah mereka berdua.
“Andromon, ada yang bisa kubantu?” Tanya Tentomon.
“Oh, kau pasti Tentomon. Kau tak perlu membantuku, karena tinggal sedikit sentuhan saja, maka…” Beberapa saat kemudian, barulah listrik di pondok menyala seluruhnya sehingga para Digidestined serta Digimon mereka bersorak gembira.
“Oh, ternyata sudah selesai ya?” Tanya Musashi.
“Sebaiknya kalian kembali saja ke pondok. Kalian sudah lelah bukan? Istirahat lah.” Kata Andromon. Akhirnya, Tentomon dan Musashi kembali ke pondok. Setibanya di sana, para Digidestined bercerita mengenai tempat tinggal mereka di dunia manusia dan bersenda gurau sedikit, sebelum akhirnya mereka tertidur karena kelelahan, walaupun masih jam 5 sore.
Ketika mereka sedang tertidur, Kokichi tiba-tiba terbangun ketika melihat Digimonnya dari tadi menendangnya dengan pelan.
“Aduh... kau kenapa sih-” sang remaja berambut hitam keunguan itu terdiam dan melihat Impmon tidur dengan kondisi penuh kegelisahan. “Impmon?”
Sementara di dunia alam mimpi, Impmon tengah berlari, mencari di mana sang tamer berada. Ketika ia masih mencari, tiba-tiba ia merasakan tangan mencengkram lehernya. Impmon berusaha memberontak untuk melepaskan diri. Ternyata, yang mencekeknya itu adalah Devimon.
“Hehehe... ternyata kau Digimon kegelapan ya? Sayang sekali Digimon sepertimu harus jalan bersama dengan anak-anak itu.” Kata Digimon iblis itu dengan mengintimidasi.
“Keh, kau sendiri terlihat lemah. Untuk apa kau datang dan menyerangku? Kau mau membunuhku? Mustahil.” Balas Impmon dengan menyindir.
“Tsk... sayang Digimon kuat sepertimu harus dipasangkan dengan tamer lemah. Kenapa kau tidak bergabung denganku... atau bahkan menjadi kuat dengan kekuatan jahatmu sendiri? Kau kan Digimon jahat, sama sepertiku.” Kata Devimon sambil mengeratkan cengkramannya di leher Impmon. Sang Digimon berbentuk imp itu semakin memberontak.
“Bos tidak lemah... kau saja yang belum lihat yang sesungguhnya! Aku akan jadi lebih kuat!” Seru Impmon sambil memberontak.
“Oh, jadi itu alasanmu? Baiklah, aku mengerti. Tapi, bagaimana jika bosmu itu ada di sini?” Dari tangan kiri Devimon, tiba-tiba muncul Kokichi entah dari mana dengan posisi dicekik oleh Digimon setan itu. Lalu, Devimon melepaskan Impmon dari tangan kanannya dan terjatuhlah dia.
”Bos, tidak! BOOOOOOOOOOS!” Teriak Impmon dengan suara lantang.
“Impmon, tolong! Tolong aku!” Kokichi meronta-ronta ingin melepaskan dirinya dari cengkeraman Devimon.
“HAHAHAHAHA!!!!! Sepertinya, makhluk keras kepala sepertimu harus diberi pelajaran!” Kemudian, Devimon mulai menghilang bersama Kokichi.
“IMPMOOOOON!!!!!”
“BOOOOOOOOOOS!!!!!” Impmon berusaha mengejar mereka berdua, sembari mengulurkan tangannya berharap bisa menyelamatkan Tamernya. Namun sayang, harapannya pupus karena keduanya lenyap begitu saja di alam mimpi itu. Beberapa detik kemudian, Impmon masih mengigau sambil berteriak,
“Bos, bos!”
“Impmon, ada apa? Bangunlah, Impmon!” Kokichi mengguncang tubuh Digimonnya itu, sampai akhirnya terbangunlah dia dari mimpi buruknya itu.
“Bos!”
“Hei, kau ini kenapa? Mimpi buruk, ya?” Tanya Kokichi penuh heran.
“Mimpi? Apakah yang tadi itu mimpi? Aneh sekali, tadi itu terasa nyata sekali bagiku.” Sahut Impmon.
”Kau ini, coba lihat baik-baik. Aku dari tadi di sini dan baik-baik saja, kok.” Kokichi berusaha meyakinkan Impmon. Sesaat setelah itu, Impmon melihat ke sekitar dan berkata,
”Tapi, yang lain ke mana? Kenapa hanya kita berdua saja di kamar ini?”
”Oh, mereka sedang makan malam bersama. Tapi, karena kau belum kunjung bangun, aku pergi ke kamar ini untuk membangunkanmu agar kau juga ikut makan. Kebetulan, aku sendiri juga belum makan.” Kokichi menjelaskan kepada Impmon.
“Jadi begitu? Fiuh, lega aku. Berarti, itu cuma mimpi saja.” Sahut Impmon.
”Sudahlah, lupakan saja mimpi burukmu itu. Mungkin, kau terlalu lelah dan lapar. Ayo, lebih baik kita segera makan.”
”Baik, bos.” Impmon menuruti perintah Tamernya itu, lalu berjalanlah mereka ke ruang makan dan disambut oleh teman-teman mereka, juga Leomon, Ogremon, dan Andromon.
Saat Kokichi mengambil piring untuknya dan Impmon, Andromon membantu mereka berdua dengan menyendokkan makanan sambil bertanya kepada Kokichi. Kemudian, berceritalah remaja berambut hitam keunguan itu kepada Digimon Cyborg itu diikuti oleh pembicaraan singkat dari para Tamer lainnya beserta Digimon mereka masing-masing. Setengah jam setelah mereka semua selesai makan, Impmon bertanya kepada Andromon,
”Oh iya Andromon. Ngomong-ngomong, di mana Airdramon?”
“Airdramon sudah tidur di dalam menara kincir raksasa.” Jawab Andromon.
”Mungkin dia juga sudah kelelahan karena pengaruh Black Gear, kasihan Airdramon.” Kokichi menambahkan.
“Iya, sayang sekali. Padahal, aku ingin melihat dia dan menanyakan soal Lembah Angin ini. Terlebih lagi, aku penasaran dengan turbin kincir itu.” Kata Impmon.
“Kalau kau memang penasaran, akan kutemani kau kesana. Tapi ingat, jangan sampai Airdramon terganggu tidurnya.” Andromon mengingatkan keduanya, dibalas oleh anggukan dari mereka berdua. Tak lama kemudian, sebagian dari para Tamer dan Digimonnya memilih untuk duduk di ruang tamu sembari berbicara kepada lawan bicaranya masing-masing. Sedangkan sebagian lagi pergi mandi. Leomon dan Ogremon duduk di bangku teras pondok berdua, sambil meregangkan otot mereka. Sementara itu, Kokichi dan Andromon menemani Impmon menuju menara kincir raksasa. Didapati merekalah Airdramon yang tertidur pulas, sampai mendengkur sedikit. Melihat Digimon naga angin itu sudah lelap, mereka bertiga berjalan dengan tenang ke turbin disusul oleh Andromon yang menjelaskan secara panjang lebar soal turbin, kincir angin, dan tak lupa juga Lembah Angin selama 15 menit. Takjub akan penjelasan Andromon, Impmon berkata,
”Wah, hebat sekali! Walaupun aku tidak begitu paham, tapi turbin ini sangat berguna sekali.”
”Pantas aku merasa heran akan listrik di desa Leomon, juga di terowongan bawah tanah tempat kami bersembunyi yang dibuat oleh Drimogemon. Ternyata, sumber listriknya berasal dari tenaga angin di Lembah ini. Benar-benar hebat.” Seru Kokichi.
”Ya kurang lebih, seperti itu. Nah, karena kalian sudah mengetahui semuanya, lebih baik kita kembali ke pondok.” Ujar Andromon, maka kembalilah mereka ke pondok. Setibanya di pondok, Leomon yang sedang duduk di bangku teras juga Ogremon tertidur.
“Ya ampun, sepertinya mereka juga sudah letih.” Ujar Impmon sambil menepuk jidatnya.
“Ya mau bagaimana lagi? Sejak kita sampai di desa, Leomon dan Ogremon kurang tidur karena terlalu sibuk menolong kita semua. Apalagi pada saat membangun desa. Jadi, tak heran jika mereka tertidur di sini.” Kokichi menerangkan kepada Digimonnya.
”Sebaiknya kita bangunkan mereka berdua, agar tidak masuk angin karena tidur di luar.” Usul Andromon, diikuti oleh anggukan dari mereka berdua. Saat itu juga, ketiganya membangunkan Leomon dan Ogremon dan menyuruh mereka berdua untuk istirahat di kamar. Maka berjalanlah mereka berlima ke dalam pondok.
“Lho, Leomon, Ogremon. Kalian berdua terlihat lemas sekali. Ada apa?” Raph bingung melihat keduanya berjalan sambil terkantuk-kantuk.
“Kami sudah lelah beberapa hari belakang ini.” Jawab Ogremon.
“Benar, dan kami ingin tidur sekarang juga.” Leomon menambahkan.
“Iya juga ya, karena kalian yang paling sibuk dari awal. Nah, Gabumon, kau temani mereka berdua bersama dengan Agumon, Tentomon, Gomamon, Tailmon, dan Coronamon ke kamar tidur.” Kata Hyoga
“Baiklah.” Seru Gabumon bersamaan dengan teman-temannya. Setelah mengantar keduanya, Leomon berkata,
“Terima kasih karena sudah menemani kami.”
“Sama-sama, Leomon.” Balas Agumon.
“Kami tidur dulu, ya.” Sahut Ogremon, dibalas oleh Gabumon dengan melambaikan tangan. Lalu ditutupnyalah pintu kamar, dan mereka kembali ke Tamer masing-masing. Tak lama kemudian, para gadis juga Digimon mereka masing-masing telah selesai mandi dan berpakaian. Langsung saja, mereka pergi ke ruang tamu untuk bergabung bersama yang lainnya.
“Lho, kemana Leomon dan Ogremon?” Tanya Mai.
“Mereka sudah tidur.” Jawab Musashi .
“Aku tak heran, karena mereka pasti sudah amat kelelahan.” Sahut Sakura.
“Berhubung mereka berdua juga yang paling aktif diantara kita.” Kiku menambahkan.
“Kasihan Leomon dan Ogremon, mereka rela menemani kita sejauh ini.” Timpal Hayakawa.
“Supaya mereka tidak terganggu, lebih baik kita juga langsung tidur. Lagipula, ini sudah jam 10.” Usul Zhao, dan mereka semua mengangguk setuju. Akan tetapi, Andromon berjalan keluar rumah.
“Lho, mau kemana kau, Andromon?” Tanya Soma.
“Aku mau mengawasi turbin.” Jawab Digimon Cyborg itu.
”Oh, apa kau juga ingin menemani Airdramon?” Kokichi berkata demikian, karena dia berpikir Airdramon tidur sendirian di menara kincir.
”Iya, kau benar. Sebaiknya, kau dan yang lainnya segera istirahat.” Seru Andromon, dibalas oleh mereka semua dengan melambaikan tangan. Akhirnya, masuklah mereka ke kamar mereka masing-masing. Selang beberapa saat, kantuk sudah menyerang mereka semua ditandai dengan mata mereka yang berat dan tertidurlah mereka dengan sangat pulas. Namun, apa benar-benar pulas sampai pagi hari, atau justru ada yang aneh? Ya, aneh adalah kata yang tepat. Karena pada saat jam 3 subuh, Impmon mimpi buruk lagi. Kali ini, mimpi buruknya adalah ia dikejar Devimon. Berusaha berlari sekuat tenaga, Impmon berlari sekencang mungkin agar bisa lolos dari Digimon setan kelalawar itu. Sayangnya, dia terjatuh dan Devimon segera mencekik dia. Seketika itu juga, dia meronta-ronta dan berteriak,
”Lepaskan! Lepaskan aku!”
”Hahahahaha! Kali ini, Tamermu takkan bisa menolongmu lagi! Ini semua, tak lebih karena kau adalah pengkhianat bagi Digimon jahat seperti aku! Seharusnya kau itu ditakdirkan untuk menjadi jahat karena kau adalah Digimon setan seperti aku. Namun sayang, kau justru melawan takdir, dan itu tak bisa dimaafkan! Matilah kau, pengkhianat!”
”AAAAARGH!!!!! TOLONG!!!!! TOLONG AKUUUUU!!!!!” Sesaat kemudian, Impmon terbangun dari tidurnya. Lalu, dia melihat Kokichi sudah ada di sampingnya, juga hampir semua dari para Digidestined beserta Digimon mereka juga Coronamon, kecuali Soma.
”Lho, kalian semua… ” Sebelum menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah suara jeritan Soma. Mendengar itu, mereka semua terkejut dan langsung menghampiri pemuda berambut putih itu. Betapa terkejutnya mereka, karena mereka melihat Soma yang masih tertidur namun menggeliat dan berteriak kesakitan diikuti oleh para roh yang bersemayam di tubuh Soma terlihat oleh mereka semua dan mulai memberontak kepada tuan mereka, dengan tujuan agar mereka bisa keluar tanpa harus dipanggil. Tapi diantara semua roh yang terlihat oleh mereka, hanya 2 yang benar-benar sanggup menampakkan wujudnya sampai mempunyai jasad. Mereka adalah Devil dan Curly. Walaupun hanya 2, kedua roh itu termasuk hitungan yang paling kuat dan berbahaya karena mereka sangat sulit dikendalikan terutama jika Soma tidak dalam kondisi sadar. Buktinya, Coronamon langsung terpental oleh kedua roh jahat itu ketika dia berlari menghampiri Tamernya.
“Soma, sadarlah! Soma!” Teriak Coronamon, sambil berusaha bangkit berdiri.
“Ma-makhluk apa itu? Hiiiii, seram sekali!” Kise ketakutan melihat Devil dan Curly.
“Pasti mereka itu roh yang tergolong kuat dan berbahaya. Sial! Ini pasti ulah Devimon!” Umpat Zhao.
Di saat itu juga, Hyoga langsung melepaskan Rosario yang ia kalungkan. Dengan cekatan, ia langsung memegang tangan Soma dan membacakan doa Bapa Kami dan Salam Maria sambil memegang Rosarionya itu. Meskipun Hyoga sedang membaca doa, respon mereka semua adalah ketakutan karena penampakan Devil dan Curly yang wujudnya sangat menyeramkan ditambah pula ukuran tubuh mereka yang tinggi besar, sebesar Big Foot (kisaran hampir 3 meter). Akan tetapi, kedua roh tersebut tak punya daya untuk menyerang karena Hyoga memanjatkan doa. Malah, kedua roh itu juga mengerang kesakitan dan kepanasan. Berusaha melawan rasa takut, Palmon bertanya sambil melihat kalung Rosario milik Hyoga,
“Apa itu yang di tangan Hyoga?”
“Aku tidak tahu. Aku tidak pernah lihat itu sebelumnya di tempatku.” Jawab Sakura.
“Di dunia digital juga tidak ada.” Tambah Biyomon.
“Setahuku, itu Rosario milik orang beragama Katolik. Katanya diyakini bisa mengusir roh jahat.” Kata Raph.
“Apa... ini ada kaitannya dengan roh-roh di tubuh Soma?” Tanya Gomamon cemas.
“Itu sudah pasti.” Jawab Zhao.
“Aku... aku takut...” Kata Tentomon ketakutan.
“Sudah, kau tidak perlu takut, Tentomon. Hyoga sedang mengurusinya.” Balas Musashi, walau dia sebenarnya juga ketakutan. Benar saja, setelah 30 menit Hyoga memanjatkan doa Bapa Kami dan Salam Maria secara berulang-ulang, Soma akhirnya pun bisa tenang. Perlahan ia membuka matanya.
“Ugh... apa yang terjadi?” Tanyanya cemas.
“Tadi ada banyak roh dari tubuhmu yang berusaha keluar. Parahnya, dua roh dari tubuhmu mengamuk dan menampakkan wujud mereka. Syukurlah Hyoga berhasil menolongmu.” Jawab Coronamon.
“Astaga... aku minta maaf karena membuat kalian cemas... sepertinya efek serangan kegelapan Devimon masih mempengaruhiku.” Kata sang pemuda asal Rumania itu sambil memegang kepalanya. Lalu dia menatap Rosario yang Hyoga pegang. “Terimakasih juga untuk bantuanmu Hyoga, tapi aku penasaran bagaimana kau bisa menenangkan roh-roh ini?”
“Oh, itu karena Selain aku seorang saint atau ksatria pelindung Athena, aku juga orang Katolik. Memang, aku melindungi nona Saori yang merupakan reinkarnasi Athena, tapi aku tidak percaya Athena sebagai sesuatu yang dipuja. Maka dari itu, aku membacakan doa Bapa Kami dan Salam Maria untuk mengusir para roh yang berusaha memberontak kepadamu. Terutama 2 roh yang tadi menampakkan wujudnya, dan mereka terlihat seperti roh jahat yang menyeramkan.” Jawab Hyoga.
“Menampakkan wujudnya? Seperti apa rupa mereka?” Tanya Soma sembari berpikir dan penasaran.
”Yang satu berwujud seperti laki-laki bertubuh tinggi besar dan kekar yang mempunyai sayap malaikat bercampur sayap kelelawar, dan mempunyai tanduk seperti kambing bandot. Sedangkan yang satunya berwujud seperti perempuan tinggi besar berambut panjang yang memakai ikat kepala dan bertangan 4. Dia memegang tombak dan pedang pada keempat tangannya.” Hyoga menjelaskan secara rinci.
“Hm, itu pasti Devil dan Curly. Tapi syukurlah mereka tak berdaya karena Hyoga membacakan doa. Terima kasih, Tuhan.” Seru Soma dalam hatinya sambil memegang dadanya.
“Uh... bicara soal Saint, aku tidak mengerti artinya dan juga soal ksatrianya Athena. Tapi kedengarannya keren sekali!” Puji Gabumon.
“Tapi entah kenapa menurutku, itu adalah pekerjaan yang sangat riskan.” Kata Agumon.
“Soal itu kita bahas nanti saja, sebaiknya kita harus tahu kenapa Impmon kena mimpi buruk, setelah itu kita tidur.” Usul Patamon. Akhirnya, mereka mendengarkan semua tentang mimpi buruknya Digimon imp itu.
“Tapi mimpimu aneh sekali, Impmon. Kenapa bisa Devimon datang ke mimpimu ya?” Tanya Kiku penasaran.
“Aku juga tidak tahu kenapa anak buahku ini didatangi Devimon. Mungkin dia ingin menghancurkanku karena rencananya gagal terus.” Kata Kokichi dengan senyum.
“Hmph... entah kenapa itu tidak masuk akal. Ada sesuatu yang salah sebenarnya pada Impmon, tapi aku tidak mengerti di mananya.” Kata Musashi.
“Kau benar, Musashi. Aku juga merasakan kekuatan gelap dalam Impmon.” Tambah Hyoga dan diikuti anggukan Soma.
“Tapi apa ini ada hubungannya dengan Soma?” Tanya Hayakawa.
“Maksudmu?” Mai bertanya penuh heran.
”Iya, apa kejadian yang dialami oleh Impmon dan Soma saling berhubungan?”
“Mungkin memang ada hubungannya, karena Devimon lah yang menculik Soma dan berusaha mengambil kekuatan Soma dengan kekuatan kegelapannya.” Jawab Tailmon.
“Iya, aku pun sependapat dengan Tailmon. Karena aku dan Nona Hayakawa sempat melihat kejadian itu.” Lunamon menambahkan.
“Jika demikian, kita tak punya pilihan lain selain mengalahkan Devimon secepatnya.” Sahut Mai.
“Tapi jika kita pergi malam ini juga, akan berbahaya sekali.” Kata Kise.
“Kau benar, lebih baik kita istirahat dulu sampai fajar menyingsing.” Ujar Coronamon.
“Precisely. It’s not good for us to go outside since it’s devil’s hour.” Raph menambahkan, direspon dengan sweatdrop dari teman-temannya.
“Dan untukmu Kokichi, sebaiknya kau lindungi Digimonmu bagaimanapun caranya. Aku khawatir sesuatu yang buruk bisa menimpanya.” Kata sang pemuda berambut putih itu. Sang pemimpin D.I.C.E itu mengangguk tanda ia paham. Lalu, terdengar suara dengkuran dekat dengan mereka dan rupanya, Zhao sudah tertidur kembali ketika mereka sedang bercerita.
“Ternyata Zhao memang tidak tahan bergadang ya.” Kata Biyomon sambil tertawa kecil, lalu diikuti tawa kecil dari tamer dan Digimon lain. Setelah itu, mereka memutuskan untuk tidur kembali sampai pagi memunculkan rupanya.
Waktu menunjukkan jam 8 pagi, dan para Tamer beserta Digimon mereka masing-masing bangun juga dari istirahat semalam. Segera setelah mereka cuci muka dan sikat gigi, mereka menuju ke ruang tamu di pondok tempat mereka bermalam itu. Ternyata mereka mendapati Leomon, Ogremon, dan Andromon sedang berbicara dengan serius seperti berdiskusi. Penasaran dengan pembicaraan ketiga Digimon itu, Patamon terbang menghampiri mereka bertiga dan berkata,
“Um, maaf karena aku menyela. Tapi, apa yang sedang kalian bicarakan?”
“Oh, rupanya kau, Patamon.” Ogremon tersentak kaget.
“Iya, kalian seperti mendiskusikan sesuatu yang penting. Bolehkah kami mengetahuinya?” Kiku memohon kepada mereka bertiga.
“Begini. Sebenarnya, aku dan Ogremon bermimpi buruk. Di mimpi itu, Devimon menyerang kami berdua sampai menghancurkan pondok ini. Setelah itu, dia mencengkeram Soma dan Impmon sampai mati.” Leomon menerangkan secara detil kepada para Digidestined juga Digimon mereka, sampai-sampai mereka terkejut setengah mati mendengarnya.
“Kenapa kalian terlihat kaget seperti itu? Apa ada sesuatu yang terjadi?” Andromon bertanya dengan heran dan penasaran.
“Se-sebenarnya…” Akhirnya, Impmon memberanikan diri untuk menceritakan kejadian semalam yang menimpa dirinya juga Soma. Selesai menceritakan, kedua Digimon tersebut terdiam dengan keringat dingin mengucur di pipi mereka. Sedangkan Andromon semakin serius raut wajahnya. Tak lama kemudian, mereka semua terdiam untuk beberapa menit.
“Kalau begitu, kita tak bisa tinggal diam! Kita harus mengalahkan Devimon sekarang juga!” Seru Leomon.
”Benar sekali! Hanya itu satu-satunya cara agar dia tidak meneror kita lagi!” Ogremon menambahkan.
“Tapi, apa kalian tau dimana Devimon berada sekarang ini?” Tanya Soma.
“Jika aku tak salah ingat, dia berada di istana gelap yang berada di puncak gunung Mugen.” Jawab Leomon.
“istana gelap di puncak gunung Mugen?” Para Digidestined kaget mendengar ucapan Leomon.
“Iya. Di puncak gunung itu, terdapat istana yang gelap sekali. Dulu sewaktu aku masih menjadi bawahan Devimon, aku selalu berjaga di sana sekaligus menunggu perintah darinya.” Ogremon menjawab mereka.
“Apakah jarak dari sini ke gunung itu jauh?” Mai bertanya dengan wajah serius.
“Jaraknya jauh dari sini, sekitar 3 jam. Tapi, aku bisa menemani kalian sampai ke danau tempat perahu besar berada.” Jawab Andromon.
”Dengan perahu itu, kita bisa pergi ke puncak gunung Mugen.” Leomon menambahkan.
“Kalau begitu, ayo kita ke sana! Aku sudah tidak sabar untuk mencincang tangan Devimon!” Seru Raph, namun ia mendengar suara seperti guruh yang sebenarnya adalah suara perut kelaparan.
“Uh... Hamatocchi, sebenarnya aku lapar ssu.” Kata Kise.
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi, Ryouta?” Omel Sakura.
“Sudah, sudah. Daripada kalian berkelahi, lebih baik kita sarapan dulu. Kan tidak enak kalau kalian pergi dengan kondisi lapar.” Kata Andromon. Semuanya pun setuju dengan anjuran Digimon Cyborf itu. Lalu, Sakura, Kiku, Hayakawa dan Mai pergi ke dapur dan membantu Andromon memasak. Sementara tamer yang lain mengobrol sembari menunggu makanan matang. Hanya saja, Soma memilih menjauhkan diri sementara waktu untuk memikirkan kejadian tadi malam. Digimonnya pun mengikut dan langsung duduk di sebelahnya.
“Soma, kau sedang berpikir apa sih?” Tanya Coronamon.
“Oh... sebenarnya aku masih memikirkan kejadian tadi malam. Mungkin apa yang menimpaku adalah efek serangan Devimon, tapi mimpi buruknya Impmon itu adalah sesuatu yang... menarik dan aneh.” Jawab Soma.
“Eh?” Coronamon memiringkan kepalanya tanda ia bingung dan penasaran.
“Iya... aku merasakan kegelapan dalam tubuhnya, tapi kegelapannya berbeda dengan yang Lunamon punya. Entah kenapa kegelapan yang ia miliki bersifat destruktif. Sedangkan Lunamon tidak demikian.” Soma menjelaskan.
“Apa mungkin... Impmon itu Digimon jahat? Atributnya dia juga tidak diketahui.” Sahut Coronamon. Tamernya hanya terdiam dan masih berusaha menjawab teka-teki tersebut, namun di saat ia sedang berpikir, dari jauh Zhao memanggilnya untuk makan.
“Kita bicarakan nanti saja, Coronamon. Sebaiknya kita sarapan dulu. Mungkin kita akan tahu jawabannya suatu saat nanti.” Kata Soma. Akhirnya mereka berdua kembali ke pondok. Sarapan yang sudah disiapkan adalah bubur madu dengan kacang almond. Para Digidestined dan Digimon mereka memakan buburnya dengan lahap.
“Enak sekali. Siapa yang membuat resepnya?” Tanya Agumon dengan senang.
“Kebetulan, itu resepnya Kiku.” Jawab Patamon.
“Wah, bisa kita contek ini.” Kata Tailmon bangga.
“Boleh saja, asal jangan klaim ini milik kalian.” Sahut Kiku. Lalu mereka semua tertawa mendengar respon gadis berambut coklat dikepang itu. Selesai sarapan, Hyoga pun membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan.
“Mengenai perjalanan kita nanti, siapa yang mengantarkan kita ke sana?” Tanyanya.
“Aku dan Airdramon akan mengantar kalian sampai ke tepi danau yang mengarah langsung ke gunung itu.” Jawab Andromon.
“Ngomong-ngomong, Leomoncchi dan Ogremoncchi ikut tidak ya? Mereka pasti masih lelah.” Kata Kise.
“Tsk tsk tsk... Kise-chan, kau meremehkan Leomon dan Ogremon yang membantu kita ya? Mereka pasti ikut untuk menolong kita lagi. Itu kan tugas mereka.” Kata Kokichi dengan nada menyindir yang sukses membuat Kise panas.
“Mereka mulai lagi.” Kata Zhao sambil facepalm. Dengan cepat, Gomamon menyemburkan air dari mulutnya ke arah Kise dan Kokichi.
“Sudah, kalian tidak usah berkelahi di tengah kondisi genting seperti ini.” Protes Gomamon dengan nada datar.
“Aku dan Ogremon akan ikut dengan kalian. Karena, kami masih ingat jalan ke gunung Mugen setelah menyebrang dengan perahu. Lagipula, kami tak bisa membiarkan kalian bertarung tanpa berbuat apa-apa, mengetahui Devimon itu sangat licik dan kuat. ” Kata Leomon.
“Benar. Ditambah lagi, dia sudah mengincar salah satu dari kalian.” Tambah Ogremon.
“Soma jadi sasaran utamanya ya?” Kata Hayakawa dengan cemas.
“Nona Hayakawa, dia kan kuat. Pasti Soma bisa melawannya bersama dengan Coronamon.” Sahut Lunamon.
“Hm... sepertinya tidak juga. Dengan situasi sebelumnya Devimon pernah nyaris mengambil kekuatan Soma, aku tidak yakin ia dan Coronamon sanggup sendirian.” Kata Zhao.
“Kekuatan kita pun tidak cukup.” Timpal Gomamon.
“Kita hanya butuh Digimon dengan elemen cahaya. Kita sudah ada Firamon dan Tailmon. Apa yang kita perlu khawatirkan?” Tanya Raph dengan menantang.
“Aku rasa dengan mereka berdua tidak lah cukup. Elemen kegelapan yang ia miliki sangat kuat. Aku bahkan merasakan kalau kekuatan cahaya pada Tailmon dan Firamon tidak cukup untuk menandingi Devimon.” Jawab Hyoga.
“Lalu, siapa yang sanggup?” Tanya Gabumon.
“Entah lah. Aku rasa itu masih menjadi misteri.” Kata Palmon dengan cemas.
“Menurut kalian, apa ada kemungkinan untuk Impmon berevolusi?” Tanya Kokichi dengan berseri-seri. Soma menggelengkan kepalanya.
“Maaf Kokichi, tapi entah kenapa kekuatan dalam dirinya belum menguat, bahkan sampai titik ia mampu berevolusi.” Jawabnya.
“Wow, Cruz-chan memiliki analisa super ternyata. Kalau begitu Impmon, nanti kita akan latihan super keras supaya kau bisa berevolusi dan menandingi Tailmonnya Kise-chan.” Kata Kokichi sambil tertawa.
“Siap bos!” Kata Impmon sambil memasang posisi hormat
“Huft! Mustahil itu terjadi. Impmonmu itu kan lebih suka menjahili orang seperti tamernya.” Kata Tailmon.
“Sudah lah, kalian berdua. Nah, kalau begitu kita bersiap-siap saja untuk perjalanan kita nanti.” Ajak Biyomon. Ternyata, ketika mereka ingin bersiap-siap, rupanya Mai sudah membawa dua termos air dan empat rantang untuk dibawa.
“Mai, untuk apa makanan dan minuman sebanyak itu?” Tanya Kiku sambil sweatdrop.
“Siapa tahu ada yang butuh tambahan extra ketika makan siang.” Jawab Mai sambil menoleh ke arah Agumon. Sontak, yang ditoleh pun wajahnya langsung memerah.
“H-Hei! Itu kan kalau aku benar-benar lapar!” Protes Digimon berbentuk dinosaurus kecil itu. Setelah mereka sarapan dan membereskan bekas makan mereka, akhirnya mereka berangkat menuju Gunung Mugen dengan diantarkan oleh Airdramon dan Andromon sampai ke tepi danau yang mengarah langsung ke gunung itu. Kebetulan, ada perahu dayung besar yang sedang bersandar di sana. Para Digidestined bersama Digimon mereka, Leomon, dan Ogremon langsung menaiki perahu tersebut. Dengan bantuan angin dari Airdramon dan kedua lengan Andromon, perahu tersebut bergerak dan perlahan menjauhi area tepi danau itu.
“Hati-hati selama perjalanan! Terimakasih karena kalian telah menyelamatkanku!” Seru Airdramon. Para Digidestined bersama Digimon mereka juga Leomon dan Ogremon melambaikan tangan mereka.
“Terima kasih kembali, Airdramon, Andromon!” Balas mereka semua.
“Kalian pasti bisa mengalahkan Devimon, aku yakin.” Sahut Andromon.
Dengan begitu, perahu tersebut bergerak menuju Gunung Mugen dengan Leomon dan Ogremon yang mendayung di sisi kiri dan kanan.
Sementara itu, di istana gelap di puncak gunung Mugen, Devimon sudah mengetahui semuanya. Wajahnya mengernyit. Lalu berkata lah dia dengan suara pelan,
“Ternyata anak-anak itu jauh lebih kuat dari dugaanku. Kalau sudah begini jadinya, aku tak bisa tinggal diam begitu saja. Sebelum dia muncul, aku harus menghancurkan mereka semua!” Tiba-tiba saja, Devimon tersenyum dengan tatapan mata yang menyeramkan dan berseru dengan suara lantang, “Baiklah! Sekaranglah saatnya, UNTUK MENGGUNAKAN KEKUATAN PENUHKU!!!!!” Kemudian, dia menjulurkan kedua tangannya dan mengeluarkan kekuatan sihirnya. Kali ini, kekuatan sihirnya berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Entah bagaimana caranya, mayat Tuskmon, Minotarumon, Musyamon, dan Apemon hancur terurai begitu saja. Lalu, mencuat keluar lah Black Gear dalam jumlah yang banyak sekali (sekitar 40 buah) terbang perlahan ke arah gunung Mugen sampai masuk ke istana gelap tanpa sepengetahuan para Digidestined beserta Digimon mereka, juga Leomon dan Ogremon. “HEHEHEHEHE!!!!! CEPAT BERGABUNGLAH PADAKU, WAHAI PARA BLACK GEAR!!!!!” Maka masuklah semua Black Gear itu ke dalam tubuh Devimon. Sementara itu, sesampainya di tepi danau, para Digidestined beserta Leomon dan Ogremon menepi. Kemudian turun lah mereka satu per satu dari perahu.
“Sebetulnya, di sinilah pusat dari pulau File.” Ujar Leomon.
”Apa? Benarkah itu?” Raph tersentak kaget mendengarnya.
”Iya. Maaf karena kami tak memberitahu kalian sebelumnya, karena kami tak mau membahayakan kalian semua akan misi ini.” Pinta Ogremon.
”Jadi begitu? Berarti, yang dulu dimaksud oleh Digi Compass Soma adalah…” Sebelum Hyoga selesai berkata-kata, Musashi berkata,
”Tempat ini, dan ternyata ini memang misi kita.”
”Sekarang, kita harus mendaki gunung Mugen!” Mai menengadahkan kepalanya, diikuti oleh yang lainnya.
”Kau benar. Ayo, kita tak boleh buang-buang waktu lagi!” Sakura menambahkan, dibalas oleh anggukan kepala dari mereka semua. Tanpa menunda waktu, mereka berjalan mendaki gunung Mugen tanpa bicara sepatah kata pun dan tak lupa dengan wajah serius. Tanpa terasa, 3 jam sudah berlalu sejak mereka berangkat dari Lembah Angin. Sampailah mereka di puncak gunung Mugen, dan sekitar 20 meter dari tempat mereka, adalah sebuah istana 1 tingkat yang tinggi dan luas. Bentuk bangunan istana itu seperti istana pada zaman Yunani ataupun Romawi kuno.
“Kita sudah sampai, inilah istana gelap Devimon!” Ujar Ogremon.
“Tunggu apa lagi? Kita masuk sekarang!” Seru Zhao. Akan tetapi, baru saja mereka berjalan beberapa langkah, langit yang tadinya cerah mendadak menjadi gelap seketika layaknya malam hari. Padahal, waktu menunjukkan tepat jam 12 siang.
“Aneh sekali, kenapa tiba-tiba langit jadi gelap?” Tanya Kiku.
“Uh, istana ini jadi terlihat menyeramkan .” Kata Kise.
“Betul sekali, perasaanku juga tak enak akan hal ini.” Hayakawa menambahkan.
“Kalian semua, berjaga-jaga lah! Saat ini, aku akan masuk bersama Ogremon. Kalian tunggu di sini saja.” Leomon berkata sembari memegang sarung pedangnya.
“Tunggu! Biarkan aku ikut dengan kalian.” Raph memegang kedua sainya, diikuti oleh Agumon dari belakang.
“Aku juga, tentunya dengan Gabumon.” Hyoga menawarkan diri, ditemani oleh Digimonnya.
“Baiklah. Tapi ingat, kita harus waspada.” Ogremon mengingatkan mereka berempat.
“Hati-hati!” Kata Soma, lalu masuklah mereka ke dalam. Setelah memasuki pintu lorong, mereka hanya mendapati lorong istana yang luas juga gelap serta kosong. Dengan kata lain, tidak ada siapapun di sana termasuk Devimon. Akan tetapi, benarkah demikian? Jadi, apakah Devimon kabur begitu saja? Nampaknya memang demikian. Tapi, dibalik rasa heran yang menyelimuti mereka berenam, Hyoga merasa curiga dan bergumam dalam hatinya,
“Istana ini memang mirip seperti istana para Gold Saint, terutama Aquarius. Tapi, tidak ada siapapun di sini. Apakah in artinya Devimon sedang berusaha menjebak kita?” Ternyata, apa yang dipikirkan oleh Hyoga benar adanya. Beberapa detik setelah itu, tiba-tiba muncul gempa bumi. Melihat semua pilar istana itu berguncang, Leomon berkata,
“Kita harus keluar dari tempat ini sekarang juga!” Maka, pergilah mereka keluar dari istana tersebut. Setelah mereka berenam berhasil lolos, Soma bertanya,
“Apa yang sebetulnya terjadi?”
“Mana aku tau? Tiba-tiba saja, ada gempa bumi.” Jawab Raph dengan kesal.
“Ayo kita pergi dari gunung ini!” Perintah Ogremon, dan mereka semua lari tunggang langgang selama 15 menit menuruni gunung. Sesampainya di kaki gunung, Kokichi berkata sambil menoleh dan menunjuk ke arah puncak gunung Mugen,
“Lihat di sana!” Sesaat kemudian, gempa reda. Akan tetapi, tiba-tiba, kepala dan sayap Devimon muncul dari puncak gunung Mugen dan hancurlah atap istana gelap itu. Mengapa bisa hancur demikian? Itu karena, Digimon setan kelelawar bertubuh manusia itu telah berubah menjadi raksasa yang berukuran kira-kira 50 meter.
“I-itu… A-apakah itu Devimon???” Ujar Kise dengan terbata-bata.
“KYAAAAA!!!!!” Hayakawa dan Sakura berteriak ketakutan melihatnya.
“Ba-bagaimana dia bisa menjadi raksasa seperti itu?” Kiku menambakan.
“A-apakah kali ini dia menggunakan tipu muslihatnya lagi?” Zhao bertanya sambil berkeringat dingin.
“Tidak, bukan begitu.” Jawab Ogremon.
“Apa?” Para Digidestined dan Digimon mereka tersentak kaget.
“Kali ini, bukan tipu muslihat. Ini pasti, karena dia telah menggunakan seluruh kekuatan kegelapannya!” Jawab Leomon, dengan wajah serius bercampur khawatir.
“I-itu berarti… dia akan menyerang kita dengan kekuatan penuh!” Seru Musashi. Langsung saja, Devimon berteriak sekeras mungkin sembari memanjat keluar dengan mengeluarkan kedua tangan dan kakinya dari balik istana gelap di puncak Gunung Mugen. Sehingga, istana tersebut hancur seketika.
“GRAAAAAAAAAA!!!!! HEAAAAAAAAAA!!!!! HIAAAAAAAAAAH!!!!!” Kemudian, Devimon mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas langit menuju ke tempat dimana para Digidestined berada.
”Dia datang!” Seru Hyoga, lalu Devimon mendarat persis 30 meter di depan mereka.
“Cih, sial! Agumon, cepat berubah!” Perintah Raph. Tak membiarkan hal itu terjadi, Devimon langsung membalikkan tubuhnya dan menghempaskan para Digidestined beserta Digimon mereka dengan angin dari sayapnya. Kecuali Leomon dan Ogremon yang menahan hempasan angin. Secepat mungkin, Leomon dan Ogremon memegang kedua senjata mereka dan ingin segera menyerang Devimon. Namun, Digimon setan kelelawar raksasa itu langsung menyambut mereka semua dengan sinar Dead Hand sampai mereka berteriak kesakitan terkena sinar hitam itu.
“AAAAAAAAAARGH!!!!!”
“JANGAN MACAM-MACAM! KALIAN SEMUA TIDAK BOLEH MENGINJAKKAN KAKI DI TEMPAT INI!!!!!” Tiba-tiba, muncullah tembakkan yang menghajar Devimon tepat di kepalanya. Tembakan itu berasal dari Centarumon, disusul oleh Boomerang Bone dari Mojyamon yang juga menghajar kepala Devimon.
“URGH!” Devimon terkejut oleh serangan merek a berdua, dan sempat kesakitan.
“Perfect timing!” Seru Raph dengan semangat, lalu Yukidarumon menghampiri dia dan teman-temannya.
“Kalian tidak apa-apa?” Tanya Yukidarumon dengan khawatir.
“Kami baik-baik saja, hanya terguncang sedikit.” Jawab Gabumon.
“Teman-teman, tidak ada waktu untuk berdiam diri! Ayo Coronamon, berubahlah!” Seru Soma. Lalu ia mengarahkan Digivicenya ke arah Coronamon dan berubahlah ia menjadi Firamon. Karena ajakan sang pemuda berambut putih itu, semua tamer yang Digimonnya bisa berevolusi, semuanya berubah ke kelas Champion mereka. Kecuali Patamon dan Impmon, yang memang belum bisa berevolusi. Tak lupa juga Tailmon, yang memang sudah tingkat Champion.
“Hmph! Kalian pikir dengan kekuatan seperti itu cukup untuk mengalahkanku? RASAKAN INI!!” Dengan cepat, Devimon langsung melancarkan serangan Touch of Evil. Beruntung, semua dapat menghindar dengan cepat. Greymon dan Garurumon langsung menembakkan Nova Blast dan Howling Blaster secara bersamaan, diikuti dengan serangan kombinasi Tear Arrow milik Lekismon dan Fira Bomb milik Firamon. Keempat serangan tersebut berhasil mengenai Devimon, namun itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
“Hahahahaha! Itu semua hanya berasa seperti gigitan semut!” Devimon pun membalas serangan mereka berempat dengan Laser Wing. Serangan tersebut berhasil mengenai keempat Digimon yang menyerangnya barusan.
“Greymon, bertahanlah!” Seru Raph.
“Garurumon! “ Hyoga pun berlari menuju Digimonnya.
“Firamon! Kau tidak terluka kan?!” Tanya Soma panik.
“Lekismon! Apa kau baik –baik saja?” Tanya Hayakawa cemas. Keempat Digimon tersebut bangkit secara perlahan.
“Kami baik-baik saja.” Jawab Firamon dengan mantap.
“Tapi, kita tak boleh ceroboh kali ini.” Lunamon mengingatkan mereka.
“Kau benar. Kita harus ekstra hati-hati, mengingat Devimon sudah jadi raksasa dan memakai kekuatan penuh.” Garurumon menambahkan.
Tak mau kalah dengan aksi keempat Digimon tersebut, Birdramon dan Kabuterimon mengeluarkan jurus Meteor Wing dan Electro Shocker secara bersamaan. Kemudian disusul oleh Ikkakumon dengan Harpoon Torpedo dan Togemon dengan Spinning Needle. Semua serangan tersebut ditepis oleh Devimon dengan mudahnya, sehingga dia langsung membalas serangan dengan meninju Togemon sampat terpental jauh, juga menampar Birdramon.
“Togemon!” Sakura berlari mengejar Digimonnya.
”Birdramon! Bertahanlah!” Mai pun ikut berlari mengejar Digimon burung api itu.
”Kurang ajar kau, Devimon! Rasakan ini! Fist of the Beast King!” Leomon melancarkan tinjunya, bersama dengan Ogremon.
“Pummel Whack!” Tanpa menunda waktu, Centarumon dan Mojyamon pun ikut andil dalam serangan mereka berdua.
“Solar Ray!”
“Boomerang Bone!” Namun sayang, Devimon berhasil menepis semua serangan itu dan langsung meninju Centarumon dan Mojyamon sampai terpental kesana kemari.
“UWAAAAARGH!!!!!”
“Centarumon! Mojyamon!” Ogremon meneriaki mereka.
“Cih, sial! Ogremon, kita harus menyerang Devimon dari belakang!” Seru Leomon.
“Iya. Ayo, Leomon!” Balas Ogremon, maka bergegaslah mereka berdua. Sementara itu, Yukidarumon berusaha melindungi Kiku, Kise, Kokichi, Patamon, Tailmon, dan Impmon. Sedangkan Devimon melayangkan tinjunya ke arah Kabuterimon, tapi Digimon kumbang tanduk itu berhasil menghindar. Pada saat yang sama, Ikkakumon menembakkan Harpoon Torpedo untuk yang kedua kalinya. Tapi tetap saja, Devimon pun kembali menangkis rudal itu. Memanfaatkan kesempatan yang ada, Leomon dan Ogremon sudah berada di posisi tepat di belakang Devimon dengan memegang kedua senjata mereka dan langsung melompat agar bisa menyerangnya punggungnya. Walaupun Devimon lengah, berhasilkah Leomon dan Ogremon menghajar Digimon setan kelelawar raksasa setingi 50 meter itu? Sayangnya tidak. Mengapa bisa demikian? Karena tiba-tiba saja, muncul 2 Digimon dari dalam punggung Devimon. Terlebih lagi, kedua Digimon itu tidak asing bagi mereka, yaitu Musyamon dan Apemon.
“Kalian lah yang lengah!!!!!” Seru Musyamon dan Apemon, yang ternyata juga memegang kedua senjata mereka.
“Apa?” Leomon dan Ogremon yang sedang melompat di udara tersentak kaget melihat kedua Digimon itu hidup kembali, lalu mereka dihajar sampai jatuh ke tanah.
“AAAAARGH!!!!!”
“HAHAHAHAHA!!!!! Kami memang sudah mati. Tapi sekarang, kami hidup kembali sebagai bagian dari tubuh Devimon!” Sesaat setelah itu, Musyamon dan Apemon langsung masuk ke punggung Devimon. Dilihat oleh kedua Digimon tersebut bahwa kedua lawan mereka terkapar di tanah, Musyamon dan Apemon kembali muncul. Tapi kali ini, mereka muncul dari dalam kaki Devimon.
“Kalian berdua benar-benar lemah! Sekaranglah saatnya bagi kalian, untuk mati!!!!!” Seru Musyamon.
“ANGRY SPIKE!!!!!”
“DRAIN SLASH!!!!!”
“UWAAAAAAAAAARGH!!!!!” Leomon dan Ogremon terlempar jauh sekali, sampai masuk ke dalam hutan kecil di gunung Mugen. Tidak tinggal diam, Firamon dan Kabuterimon langsung menolong mereka berdua. Sayangnya, Leomon dan Ogremon sudah terluka lumayan parah dan pingsan.
“Lebih baik, kita biarkan mereka di sini.” Ujar Kabuterimon.
“Iya, karena di sini tempatnya aman dari medan tempur.” Sahut Firamon.
Mengambil inisiatif, Tailmon memberi isyarat kepada Lekismon untuk mengikutinya dan pergi lah mereka berdua ke tempat dimana Togemon berada. Digimon kucing putih itu meminta agar dirinya dilemparkan ke atas.
“Kalian berdua, berhati-hati lah.”Hayakawa meneriakinya dari bawah.
Tak lama kemudian, Digimon kaktus itu melempar kawannya sampai dia berhasil mencapai Devimon bersamaan dengan Lekismon yang melompat dengan kemampuan loncatan tinginya sehingga keduanya menghajar kepala Devimon bertubi-tubi dengan jurus Lightning Paw, disusul oleh Lightning Kick, dan Cat Laser, juga Moon Night Kick dan Moon Night Bomb.
“Urgh!” Keluh Devimon karena terkena serangan combo dari Tailmon dan Lekismon.
“Togemon, sekarang.” Seru Lekismon dan Tailmon.
“Needle Spray!”
Tak membiarkan lawannya bergerak dan membalas serangan, Greymon dan Garurumon juga ikut menghajar Devimon dengan Nova Blast dan Howling Blaster. Diikuti oleh Birdramon dan Ikkakumon yang menembakkan Meteor Wing dan Harpoon Torpedo.
“Bagus!” Seru Raph dengan semangat yang membara.
“Tapi, apakah ini berhasil?” Tanya Musashi penuh ragu.
“Kita lihat saja.” Balas Hyoga. Asap yang berasal dari serangan mereka membumbung tinggi. Berhasilkah mereka mengalahkan Digimon setan kelelawar raksasa itu? Kelihatannya memang demikian. Tapi kenyataanya, Devimon masih hidup. Tanpa terluka sedikit pun!
“APA?????” Mereka semua terkejut setengah mati melihatnya.
“Hehehehehe, HAHAHAHAHA!!!!! Jadi kalian berpikir serangan kalian yang tadi itu dapat mengalahkanku????? KALIAN NAIF!!!!!” Tak segan untuk menghancurkan musuh-musuhnya, Devimon menghajar mereka semua satu per satu dengan menangkap dan melempar mereka sejauh mungkin. Dimulai dari Ikkakumon, Greymon, Garurumon, dan Togemon. Panik karena melihat Devimon “menggila”, para Tamer mereka berlari menghampiri Digimon mereka masing-masing. Sedangkan Tailmon dan Lekismon melompat menghindari serangan Digimon setan kelelawar raksasa tersebut.
“Kalian semua, bertahanlah!” Seru keempat Tamer mereka.
“Maafkan kami. Kami tak sanggup mengalahkan Devimon.” Ujar Greymon.
“KURANG AJAR!! Jika begini terus, aku akan menyerang Devimon sekarang juga!” Raph bersiap dengan memegang kedua sainya.
“Jangan! Kau takkan bisa mengalahkannya.” Sahut Togemon.
“Mengapa begitu?!” Raph heran mendengar pernyataan dari Digimon kaktus itu.
“Serangan kombinasi kami saja tak berdampak apa-apa padanya. Apalagi seranganmu.” Jawab Ikkakumon. Tak lama kemudian, Mai Musashi, Soma, beserta Digimon mereka masing-masing datang menghampiri teman-teman mereka.
”Tapi, tidak ada salahnya kita coba.” Usul Soma, dibalas oleh anggukan dari kawan-kawannya. Secepat mungkin, pemuda berambut putih itu mengeluarkan Claimh Solais dan memanggil Valkyrie bersamaan dengan Musashi dengan Ogonken, Mai yang mengeluarkan kipasnya, dan Sakura dengan 8 Kunai. Sedangkan Hyoga, dia berkonsentrasi penuh agar semua energi Cosmo dalam tubuhnya digunakan untuk serangan full power.
“Rasakan ini, Devimon! Aurora Thunder Attack!!!!!” Hyoga melompat dan mengeluarkan jurus es pamungkasnya ke arah Dada Devimon. Maka membeku lah dada Digimon setan kelelawar raksasa itu, dan Raph pun langsung menghajar musuhnya dengan kedua sainya.
“Hiryu Ao Ken!!!!!” Musashi mengeluarkan naga listrik dari pedangnya. Tanpa ragu-ragu, Sakura melemparkan 8 Kunai juga bom kertas disusul oleh Mai dengan kipas dan jurus tabrakan apinya.
“Ayo, Valkyrie!” Seru Soma.
“Baik, tuan Soma!” Roh Ksatria wanita berbaju zirah dan bersayap itu menebas Devimon dengan pedangnya, disusul oleh sang tuan dengan Claimh Solais.Tak tinggal diam, Birdramon, Kabuterimon, dan Firamon ikut menyerang dengan Meteor Wing, Electro Shocker, dan Fira Bomb. Namun sayang, semua serangan tersebut tidak efektif sama sekali.
“Gawat! Tak ada pengaruhnya!” Raph, panik melihatnya.
“HAHAHAHAHA!!!!! JANGAN ANGGAP REMEH KEKUATAN 40 BLACK GEAR YANG SUDAH BERSARANG DI TUBUHKU!!!!!” Devimon berseru dengan suara lantang, sambil mengejek mereka. Tiba-tiba saja, Firamon datang menghampiri Devimon dengan jurus Flame Dive. Akan tetapi, Devimon langsung membalas dengan tembakan Dead Hand Dari tangan kanannya sampai mencengkeram Digimon singa api bersayap itu ada dalam genggamannya.
“FIRAMON!!!!!” Soma panik melihat Digimonnya tertangkap oleh Devimon.
“KALIAN PIKIR KALIAN KUAT, HAH?????” Devimon melempar Firamon sampai menghajar Kabuterimon dan terpental lah mereka berdua.
“KABUTERIMON!!!!!” Seru Musashi. Tanpa menunda waktu, Devimon menggunakan Touch of Evil ke arah Birdramon. Digimon setan kelelawar raksasa itu berhasil menangkap dan mencengkeram Digimon burung api tersebut, dan langsung melemparnya ke bawah sampai Lunamon dan Tailmon juga ikut terlempar.
“BIRDRAMON, TAILMON, LEKISMON!!!!!” Ketiga Tamer mereka berteriak panik. Dalam waktu singkat, semua Digimon tingkat Champion kalah begitu saja dengan mudahnya oleh Devimon. Terbujur ketakutan, para Digidestined tak berkutik sama sekali sehingga Digimon setan kelelawar raksasa itu menghajar mereka dengan Laser Wing. Langsung saja, mereka terlempar. Melihat hanya tinggal 2 Digimon dan Tamer yang masih berdiri, juga Yukidarumon, Devimon langsung membalikkan tubuhnya dan fokus menatap Kiku dan Patamon sambil berkata,
“Jadi kau yang bernama Kiku, sang anak terpilih yang kesepuluh?”
“A-APA YANG KAU INGINKAN DARIKU?” Hardik Kiku sembari menengadahkan kepalanya, walaupun sebenarnya dia juga terbujur ketakutan bersama Kokichi dan Impmon.
”Kalau kau sudah aku lenyapkan, aku tak perlu takut lagi pada siapapun! RASAKAN INI!!!!! TOUCH of EVIL !!!!!” Devimon menjulurkan tangan kanannya dan mengeluarkan jurusnya dengan perlahan. Berusaha memberanikan diri, Yukidarumon, Patamon dan Impmon maju ke depan Kiku untuk melindunginya.
“Takkan kubiarkan! Subzero Ice Punch!!!!!”
“Boom Bubble!!!!!
“Infernal Funnel!!!!!” Namun apa daya, semua serangan dari kedua Digimon itu sama sekali tak mempan. Karena yukidarumon menghajar Devimon dengan maju menggunakan tinjunya, Digimon setan kelelawar raksasa tersebut langsung menampar Digimon beruang putih itu sampai terpental.
“YUKIDARUMON!!!!!” Teriak Kokichi, Kiku, Impmon, dan Patamon.
Saat tangan kanan Devimon berhenti sesaat setelah semua tembakan dari Patamon dan Impmon menghajarnya (tanda dia mengejek kedua Digimon itu), dengan kekuatan terakhir, 7 Digimon Champion maju secara serentak ke arah kedua kaki, tangan, juga kepala Devimon. Tentunya dengan maksud agar menghalangi Digimon setan kelelawar raksasa tersebut. Greymon dan Garurumon dengan gigitan pada kaki kiri, Togemon dan Ikkakumon dengan duri dan tanduk pada kaki kanan, Birdramon dan Kabuterimon dengan cakar dan gigitan pada tangan kiri dan kanan, juga Firamon dengan mencengkram kepala Devimon. Selang beberapa saat, mereka berhasil menahan Devimon. Akan tetapi, Devimon langsung membalas dengan mengeluarkan sinar hitam gelap yang melingkari tubuhnya seperti tirai pelindung. Maka terlempar lah ke 7 Digimon tersebut.
“UWAAAAARGH!!!!!” Mereka semua terpental kesana kemari, lalu terkapar tak berdaya. Melihat hal itu, Patamon langsung menembakkan Boom Bubble berkali-kali, bersamaan dengan Infernal Funnel dan Bada Boom dari Impmon. Sayangnya, usaha mereka semua sia-sia. Sedih bercampur marah dan kesal, Patamon langsung berseru sambil menangis,
“Kenapa? Kenapa hanya aku dan Impmon yang tidak bisa berubah? KENAPAAAAA?????”
“Patamon, aku akan melindungimu! Terimalah ini, Devimon!!!!! Machine Gun Kick!!!!!” Impmon maju ke arah telapak tangan kanan Devimon, berhubung dia memanjangkan tangannya dengan perlahan menggunakan jurus Touch of Evil.
“HMPH, TAK ADA GUNANYA! ENYAHLAH KAU, PENGKHIANAT!!!!!” Devimon menampar Impmon sampai dia terpental jauh.
”IMPMON!!!!!” Kokichi berlari mengejar Digimonnya.
”KIKU, PATAMON, BAHAYA!!!!! MENJAUH LAH DARI SANA!!!!!” Sebagian besar dari Digidestined mereka berdua. Tapi karena gadis berambut kepang dua itu sudah ketakutan, dia sama sekali tak berdaya untuk lari. Jarak telapak tangan Devimon sudah sangat dekat dengan mereka berdua. Hanya tinggal beberapa langkah saja dari mereka, dan Kiku hanya bisa berteriak sambil memejamkan matanya,
“TIDAAAAAK!!!!! PATAMOOOOON!!!!!”
“KIKUUUUU!!!!!” Seru Patamon, sambil menghampiri Tamernya. Langung saja, Devimon mencengkeram mereka berdua ke dalam genggaman tangannya sambil tersenyum dengan puas.
”KIKUUUUU !!!!! PATAMOOOOON !!!!!” Teriak para Digidestined. Apakah ini sudah merupakan akhir dari segalanya? Bagaimana kah nasib para Digidestined beserta Digimon mereka? Ajaibnya, tiba-tiba muncul cahaya dari tangan kanan Devimon yang mencengkeram Kiku dan Patamon. Terkejut melihat cahaya itu, Devimon berkata,
“HAH? BAGAIMANA MUNGKIN?????” AAAAAAAAAARGH!!!!!” Ternyata, cahaya itu semakin kuat secara perlahan, sampai-sampai Devimon tak tahan karena kepanasan lalu melepaskan cengkeramannya. Saking silaunya cahaya itu, yang terlihat hanyalah Kiku yang sudah terbaring di tanah dengan mata terpejam. Sedangkan Patamon tak terlihat. Tak lama kemudian, cahaya itu naik ke atas langit dan akhirnya, dia berevolusi juga. Siapa sangka? Patamon yang tadinya hanya Digimon berkaki empat dan mempunyai sepasang telinga yang juga merupakan sayapnya, telah berevolusi menjadi Digimon malaikat. Takjub melihat semua itu, Zhao berkata,
“Pa-Patamon telah berubah!”.
“A-apakah itu benar-benar dia?” Ujar Musashi sambil tertegun.
“Dia terlihat seperti malaikat!” Seru Hayakawa dengan kagetnya, bersamaan dengan Digidestined lainnya yang tertegun sekaligus takjub. Akhirnya, Kiku terbangun dan melihat ke atas sambil berkata,
“Patamon, kau betul-betul berevolusi.” Kata Kiku dengan terkesima. Langsung saja, Kise mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang didapat mengenai Digimon malaikat tersebut,
“Angemon, atribut vaksin, adalah Digimon malaikat yang mempunyai 6 sayap dan tongkat kuning. Tubuhnya diselimuti oleh baju putih, dan mempunyai elemen cahaya yang sangat kuat. Senjata pamungkasnya adalah Hand of Fate dan Angel Rod.
“Pantas saja... ternyata ini alasannya kenapa aku merasakan hal yang aneh pada Patamon...” Gumam Soma dalam hati. Para Tamers pun menatap Angemon dengan takjub.
“KURANG AJAR!!!!! DASAR BEDEBAH!!!!! PADAHAL TINGGAL SEDIKIT LAGI, AKU BISA MENGHANCURKANMU!!!!!” Devimon menghardik musuh terberatnya.
“Tak bisa dimaafkan! Aku akan menghancurkan kekuatan kegelapanmu! DATANGLAH KEPADAKU, WAHAI KEKUATAN CAHAYA!!!!!” Seru Angemon sembari memegang tongkat dengan kedua tangannya, dan mengarahkannya ke atas. Lalu muncullah cahaya dari ke 10 Digivice para Digidestined (kecuali Digivice milik Kokichi, berhubung karena Impmon belum bisa berubah). Selang beberapa detik, semua Digimon kelas Champion telah kembali ke wujud mereka masing- masing, termasuk Tailmon. Maka dari itu, terkejut lah semua Tamer mereka melihat itu semua.
“A-APA YANG KAU LAKUKAN?????” Devimon ketakutan melihat semua cahaya itu, bahkan dia tak tahan melihatnya sampai berusaha menahannya dengan kedua tangannya. ”HENTIKAAAAAN!!!!! JIKA KAU LAKUKAN ITU, KAU JUGA AKAN MATI!!!!!”
”Tapi, tidak ada pilihan lain bagiku. Walaupun, tubuhku akan hancur karena ini. Devimon, ini semua karena kekuatan kegelapanmu sudah melampaui batas! Oleh karena itu, aku harus melenyapkanmu dari dunia ini!”
”Angemon, tidak! Jangan lakukan itu!” Kiku memohon dengan sangat kepada Digimonnya sambil menengadahkan kepalanya ke arah Angemon.
“Maafkan aku, Kiku. Hanya inilah satu-satunya jalan. Aku harap, kau tabah manghadapi ini semua.” Sahut Angemon dengan menolehkan kepala ke arah Tamernya, kemudian tongkat kuning yang dia pegang menyatu dengan tangan kanannya yang dikepalkan.
“KAU PIKIR, AKU AKAN MENYERAH BEGITU SAJA, ANGEMON?????” RASAKAN INI!!!!! DEAD HAND!!!!!” Devimon mengeluarkan seluruh kekuatannya dan menembakkan sinar hitam dengan kedua tangannya.
“HAND OF FATE!!!!!” Angemon membalas sinar hitam Devimon dengan tinju cahayanya. Tiba-tiba, sinar hitam dari Devimon langsung lenyap seketika oleh cahaya yang dikeluarkan dari tinju cahaya Angemon dan terjadilah ledakan cahaya yang sangat besar dan menyilaukan sekali, sampai-sampai cahaya itu menyelimuti gunung Mugen juga pulau File. Tak lupa pula, Devimon terkena tinju cahaya itu pada bagian dada sampai menembus dadanya. Juga Musyamon dan Apemon, yang langsung lenyap sekejap.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGH!!!!!”
Alhasil, Digimon malaikat itu berhasil mengalahkan Digimon setan kelelawar raksasa tersebut beserta 2 rekannya yang menyatu dengannya. Tubuh Devimon dan Angemon hancur perlahan, dimulai dari bagian kaki sampai kepala. Akan tetapi, tepat sebelum mereka hancur lebur, Devimon sempat meninggalkan pesan,
“Dasar bodoh kau, Angemon! Kau pikir karena kau mengalahkan aku di sini, dunia Digital ini sudah aman? Biar kuberitahu padamu juga yang lain, masih banyak Digimon di luar pulau File ini yang mempunyai kekuatan yang lebih kuat daripada aku! Suatu saat nanti, Kalian semua, pasti akan tamat! HAHAHAHAHA!!!!!” Lenyap lah Digimon setan kelelawar itu seutuhnya.
”ANGEMON!!!!! TIDAK!!!!! JANGAN TINGGALKAN AKU!!!!!” Kiku berseru dengan menangis tersedu-sedu, karena dia tak sanggup melihat Digimonnya lenyap. Akan tetapi, Angemon pun meninggalkan pesan kepada Tamer yang sangat disayanginya sesaat sebelum dia mati,
“Kiku, kita pasti akan bertemu lagi. Ingatlah akan hal ini, jangan pernah biarkan harapanmu pupus. Karena, selama kau masih berpengharapan, aku juga akan berada di sisimu.”
“ANGEMOOOOON!!!!! ANGEMOOOOON!!!!!” Gadis berambut kepang dua itu berteriak dan menangis tersedu-sedu. Tak lama kemudian, kegelapan serta cahaya yang menyelimuti gunung Mugen juga pulau File sirna digantikan oleh cahaya mentari. Sesaat kemudian, muncul lah bulu putih dalam jumlah yang banyak (Sekitar 20-30 helai) jatuh dari langit, dan “mendarat” tepat di depan Kiku ya6ng sedang tertunduk dengan isak tangis. Heran karena hal itu, dia mengengok ke arah sekumpulan bulu putih itu. Ajaibnya, sekumpulan bulu putih itu tiba-tiba menjelma menjadi telur berwarna putih bercampur kuning (warna kuningnya membentuk 3 garis bergelombang). Kiku pun langsung mengambil telur itu dan memeluknya dengan erat.
“Damn... that was heart-shattering...” Gumam Raph dalam hati. Para tamers langsung menggendong Digimonnya masing-masing dan menatap Kiku dengan sedih.
“Kiku, kami minta maaf karena situasinya jadi begini.” Kata Hayakawa dengan kasihan. Kiku menggelengkan kepalanya sambil berkata,
“Ini bukan kesalahan kalian. Aku harus ikhlas dengan situasi yang terjadi. Memang berat rasanya ketika Patamon harus pergi dengan cara seperti tadi. Aku juga masih belum bisa terima.”
“Tapi jika Angemoncchi tidak berkorban seperti tadi, maka situasinya tidak akan seperti sekarang ini. Kita bisa saja mati di tangan Devimon.” Sambung Kise.
“Aku yakin dia pasti kembali. Patamon pasti akan berkumpul bersama kita lagi.” Sahut Salamon dengan senyum ceria.
“Lagipula, setidaknya Digimonmu berhasil berevolusi dengan kekuatan penuh. Itu menakjubkan!” Timpal Biyomon untuk menghibur. Kiku pun akhirnya bisa tersenyum, meski tipis dan air mata masih mengalir dari matanya.
“Ayolah, kau jangan menangis. Tidak baik gadis kuat sepertimu menangis.” Kata Mai sambil menghapus air mata gadis berambut kepang dua itu.
“Kiku-chan, kau kan yang paling kuat di antara kami. Aku yakin, Patamon akan sedih jika ia melihatmu menangis seperti itu.” Kata Sakura menimpali.
“Iya, Sakura benar. Kau harus semangat!” Palmon mengangguk dan berusaha menyemangati. Kiku pun berdiri sambil memeluk telur itu.
“Terimakasih semuanya.” Katanya dengan halus.
“Oke, kita masih punya urusan yang masih belum kelar.” Kata Hyoga.
“Heh? Apa maksudmu akan ada ancaman baru lagi?” Tanya Gabumon.
“Bukan hanya itu saja, melainkan...” Musashi menatap ke arah Kokichi dengan tanpa sepengetahuan sang pemimpin D.I.C.E itu.
“Tunggu dulu. Apa Devimon menyampaikan sesuatu soal dia?” Tanya Tentomon penasaran.
“Kalau tidak salah, ada.” Kata Zhao.
“Aku ingat. Dia bilang kalau Impmon “pengkhianat”. Hanya saja, aku tidak mengerti apa maksudnya.” Jawab Gomamon datar.
“Soma, apa kau mengetahui sesuatu soal Impmon?” Tanya Agumon.
“Aku juga menaruh kecurigaanku padanya. Aku merasakan kekuatan kegelapan yang kuat dari Impmon. Hanya saja, aku tidak tahu pasti seperti apa bentuknya.” Jawab Soma.
“Apa itu bisa membuatnya menjadi Digimon jahat?” Tanya Lunamon cemas.
“Kita belum tahu. Kebetulan, Soma masih ingin mencari tahu soal itu.” Sahut Coronamon.
“Sudahlah, yang penting sekarang Devimon sudah berhasil dikalahkan.” Ujar Raph, lalu dia mendekat ke Kiku sambil memegang bahunya dan berkata “Kiku, aku yakin Patamon pasti akan kembali dalam waktu yang dekat.”
“Bagaimana kau bisa seyakin itu” Tanya Kokichi dengan ragu.
“Aku percaya akan hal itu, karena Angemon sendiri yang mengatakannya.” Jawab pemuda berambut merah itu.
“Iya, kau benar. Aku tak boleh kehilangan harapan atas kejadian ini. Aku harus tegar dan berpengharapan, seperti yang Angemon katakan kepadaku.” Sahut gadis berambut kepang dua tersebut, sembari memeluk telur Digi Egg yang dia yakini adalah Patamon sendiri. Tanpa mereka sadari, Yukidarumon, Mojyamon, dan Centarumon berada di belakang mereka.
“Itu adalah Digi Egg.” Kata Mojyamon.
“Digi Egg?” Para Digidestined bertanya penuh heran.
“Iya. Itu adalah sebutan untuk telur Digimon.” Jawab Centarumon.
“Asal kau terus menjaganya dengan baik, dia pasti akan cepat menetas dan juga cepat besar.” Yukidarumon menerangkan kepada Kiku.
“Benarkah? Terima kasih, Yukidarumon.” Sahut Kiku.
“Oh iya, dimana Leomon dan Ogremon?” Mai menoleh ke kiri dan kanan dengan penasaran.”
“Mereka ada di hutan kecil itu.” Jawab Tentomon sambil menunjuk dengan tangan kirinya ke arah hutan kecil tersebut.
“Kami menolong mereka setelah mereka diserang mendadak oleh Musyamon dan Apemon, pada saat kita bertarung dengan Devimon tadi.” Coronamon menambahkan.
“HAH?” Teriak para Digidestined.
“Bukankah mereka sudah kita kalahkan sebelumnya? Kenapa mereka bisa hidup lagi?” Tanya Kise. Akhirnya, Tentomon dan Coronamon menjelaskan hal itu kepada mereka semua, berhubung hanya beberapa yang melihat kejadian itu.
“Jadi begitu?” Hyoga berkata sambil memegang dagunya.
“Dengan kekuatan sihirnya, Devimon bisa membuat mereka hidup kembali. Mengerikan sekali.” Ujar Musashi.
“Apalagi, dia juga berkata bahwa ada banyak Digimon di luar pulau File yang lebih kuat darinya.” Zhao menambahkan.
“Sudah, jangan memperkeruh suasana. Kita masih berada di pulau File. Itu artinya, kita aman di sini karena Devimon sudah mati.” Hayakawa berusaha menenangkan teman-temannya.
”Betul sekali, nona Hayakawa.” Sahut Lunamon, disusul oleh anggukan dari semuanya. Di balik itu, Leomon dan Ogremon berjalan perlahan ke arah para Digidestined beserta Digimon mereka, juga Yukidarumon, Mojyamon, dan Centarumon. Sontak, mereka semua menghampiri kedua Digimon itu karena mereka melihat bahwa keduanya terluka lumayan parah.
”Astaga. Kenapa kalian bisa terluka seperti ini?” Sakura mengeluarkan perban, plester juga obat merah.
”Saat kami berusaha melompat menyerang Devimon dari belakang, kami diserang oleh Musyamon dan Apemon sampai jatuh ke tanah. Ditambah lagi, kami langsung diserang kembali tak lama setelah kami terkapar." Jawab Ogremon dengan suara lemas.
”Bisa selamat dari serangan mereka itu merupakan suatu keajaiban bagi kami, karena kami jatuh dari ketinggian 30 meter.” Leomon menambahkan.
”Tapi syukurlah, kalian selamat.” Sahut Coronamon.
”Ini semua berkat kau, Coronamon.” Balas Ogremon.
”Tak lupa juga Tentomon, Terima kasih ya.” Leomon menambahkan.
“Iya. Sama-sama, Leomon, Ogremon.” Respon kedua Digimon itu, sehingga para Digidestined juga Digimon mereka salut akan aksi mereka berdua. Berusaha membantu Sakura mengobati Leomon dan Ogremon, Yukidarumon mengeluarkan sedikit es yang langsung mencair seperti air pada seluruh luka di tubuh Leomon dan Ogremon. Air dari es yang mencair itu dia gunakan untuk membersihkan luka pada tubuh kedua temannya.
“Nah. Setelah dibersihkan dengan air ini, lukanya sudah bisa kau obati.”
“Terimakasih, Yukidarumon.” Sahut Sakura.
“Tapi ngomong-ngomong, air dari lelehan esmu ini dingin juga ya, Yukidarumon.” Ogremon menggigil kedinginan.
“Tentu saja, dia kan beruang putih yang tinggal di tempat bersalju.” Balas Leomon, yang berusaha menahan dingin dengan gemetar sedikit. Melihat hal itu, tertawa lah Yukidarumon, Mojyamon, Centarumon, juga para Digidestined beserta Digimon mereka. Bahkan Kiku yang sedang berusaha bangkit dari duka yang mendalam pun tertawa sembari memeluk Digi Egg. Beberapa waktu kemudian, Sakura selesai mengobati luka kedua Digimon itu.
“Oke, sudah selesai.” Ujar Sakura.
“Terima kasih, Sakura.” Balas Leomon dan Ogremon.
“Sama-sama. Oh iya, bagaimana kalau kita istirahat dulu?” Sahut gadis berambut pink itu.
“Benar juga. Pertempuran dengan Devimon tadi memang sangat melelahkan.” Jawab Raph.
”Kebetulan sekali, aku sudah lapar.” Sahut Agumon sambil memegang perutnya.
“Kalau begitu, sudah saatnya kita makan siang.” Seru Mai sembari mengeluarkan 4 rantang besar dan 2 termos minum yang besar juga. Tak lama setelah itu, mereka semua makan siang di kaki gunung Mugen, dengan pemandangan air terjun tak jauh dari lokasi mereka berada.
Tanpa terasa, waktu sudah malam. Para Digidestined beserta Digimon mereka juga yang lainnya beristirahat. Akan tetapi, Kiku masih terjaga dan pergi sendirian ke arah air terjun sambil membawa telur Digi Egg. Sesampainya disana, dia duduk termenung sembari mengelus telur itu dengan lembut. Beberapa lama kemudian, Impmon dan Kokichi terbangun lalu melihat gadis berambut kepang dua itu. Merasa iba, mereka menghampiri temannya. Walaupun Kiku sadar bahwa ada yang mengikutinya, dia tak menghiraukan hal itu.
“Kiku, apakah kau… masih merasa sedih?” Tanya remaja berambut hitam keunguan itu, tapi yang ditanya hanya diam saja.
“Aku mengerti, kau pasti masih sedih. Kalau saja aku bisa melindungi Patamon, dia tak perlu mengorbankan dirinya seperti ini.” Kata Impmon sambil memejamkan matanya. Tak lama setelah itu, Kiku berkata kepada Impmon,
”Ini bukan salahmu, Impmon. Memang betul, aku masih sedih atas kehilangan Patamon. Tapi, aku sudah bertekad akan membesarkan dan merawat dia.
“Ya, kau benar. Mudah-mudahan saja, dia cepat besar nantinya.” Ujar Kokichi.
“Di saat itu juga, aku harus bisa berevolusi dan takkan kalah oleh siapapun. Agar dia tak perlu mengorbankan dirinya lagi.” Sahut Impmon dengan semangat.
“Terima kasih Kokichi, Impmon. Oh iya, ini sudah tengah malam. Lebih baik, kita istirahat sekarang.” Balas gadis berambut kepang dua itu, direspon oleh anggukan dari mereka berdua. Tapi benarkah hanya mereka bertiga saja yang terjaga? Ternyata tidak, Soma dan Hayakawa mengikuti mereka dari jauh dan mendengar semua percakapan mereka bertiga.
“Wah, aku tak menyangka bahwa Impmon yakin sekali akan berevolusi dalam waktu dekat.” Seru Hayakawa.
“Tapi, aku tak yakin kekuatan di dalam dirinya itu bersifat positif.” Sahut Soma.
“Maksudmu, Impmon mempunyai semacam energi gelap yang negatif?”
“Iya, kurang lebih seperti itu. Hanya saja, aku belum mengetahui pasti seperti apa.”
Melihat ketiganya mulai berjalan, pemuda berambut putih dan gadis berbaju putih dan biru itu langsung pergi meninggalkan ketiga temannya dengan berjalan cepat. Sambil berjalan, Soma berpesan kepada Hayakawa,
“Oh iya Hayakawa, tolong jangan beritahu yang barusan kepada siapapun.”
“Baiklah, Soma. Aku janji. Tapi… ngomong-ngomong…” Sahut Hayakawa, dan mendadak mukanya memerah.
“Hm, ada apa? Apa ada sesuatu yang mau kau katakan?” Soma heran dengannya, lalu mendekatlah Hayakawa dengan perlahan.
“Se-sebenarnya… a-aku…” Mendengar gadis berbaju putih dan biru itu menjawab terbata-bata, Soma tersenyum sedikit dan berkata,
“Kau ini kenapa? Bicaralah.”
”A-aku… sa-sangat men-mengantuk. Jadi, kita harus kembali secepatnya dan tidur.” Mendengar itu, Soma langsung sweatdrop sambil tersenyum.
”Ah, kau ini. Aku pikir ada apa. Karena, aku sempat khawatir kepadamu.” Balas pemuda berambut putih itu, sambil mengelus kepala gadis berbaju putih dan biru tersebut. Sehingga, semakin memerah lah mukanya dan dia berlari secepatnya sambil berkata,
”Ma-maafkan aku !” Soma pun heran melihatnya sembari tertegun dan sweatdrop. Sementara itu, di tempat dimana yang lainnya sedang tidur, tiba- tiba Lunamon dan Coronamon terbangun karena mendengar suara langkah kaki yang cepat. Ternyata, itu adalah Hayakawa. Melihat itu, kedua Digimon itu langsung menghampiri gadis berbaju putih dan biru itu.
”Nona Hayakawa, ada apa? Kenapa kau lari terbirit-birit seperti itu?” Tanya Lunamon.
”Apa jangan-jangan, kau melihat hantu? Mana hantu itu? Biar kuhajar dia!” Sahut Coronamon sambil mengepalkan tangannya.
”Tidak, Coronamon. Tidak ada hantu di sini. Begini, Lunamon. Sebenarnya aku…” Mulai lah dia berbisik-bisik kepada Digimonnya.
”Oh, begitu rupanya.” Seru Lunamon spontan dengan suara agak kencang dan tersenyum kepada Tamernya.
“Sssst, jangan keras-keras. Nanti yang lainnya tahu.” Hayakawa mengingatkan Digimon kelinci putih itu.
”Sebenarnya ada apa ini?” Aku jadi bingung.” Kata Coronamon.
”Tidak ada apa-apa, kok. Hehehe. ” Balas mereka berdua dengan sweatdrop dan sedikit tersenyum.
“Baiklah kalau begitu. Tapi ngomong-ngomong, Soma dimana?”
“Sebentar lagi, dia juga sampai.” Benar saja. Sesaat setelah Hayakawa berkata demikian, Soma sampai dan langsung mendekatinya.
“Kau mengkhawatirkanku, Coronamon?”
“Tentu saja. Aku pikir, kau menghilang.”
“Tenang saja, aku hanya jalan-jalan sebentar kok.” Langsung saja, Soma menoleh ke arah Hayakawa dan mengangguk sebagai isyarat jangan memberitahu yang sebenarnya kepada siapapun soal apa yang dibicarakan oleh Kokichi, Impmon, dan Kiku. aHayakawa pun merespon dengan mengangguk sedikit, dan tentunya sedikit semburat merah di pipinya.
”Ya sudah, ayo kita tidur.” Usul Lunamon. Akhirnya, mereka langsung merebahkan diri. Disusul oleh Kiku, Kokichi, dan Impmon yang sampai dan langsung tidur. Keesokan paginya, sekitar jam 7, mereka semua bangun dan mencuci muka di air terjun. Setelah itu, mereka membicarakan tentang perjalanan selanjutnya juga jalan supaya mereka bisa pulang ke Bumi di luar hutan kecil. Sedangkan Leomon, Ogremon, Mojyamon, Yukidarumon, dan Centarumon berbincang-bincang mengenai bagaimana cara membantu para Digidestined beserta Digimon mereka di dalam hutan kecil tanpa sepengetahuan mereka. Satu jam seudah berlalu, dan akhirnya mereka memutuskan bahwa cara satu-satunya adalah dengan mengarungi lautan. Kebetulan, Digi Compass yang Soma pegang menunjukkan arah timur. Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba terdengar suara seperti suara rekahan batu. Curiga akan hal itu, para Digidestined beserta Digimon mereka berlari menghampiri suara tersebut. Ajaibnya, suara itu berasal dari “lampu sorot” yang tak asing bagi mereka, lalu muncullah kakek Gennai.
“Hah? Kakek Gennai?” Sontak mereka semua terkejut karena tak menyangka akan kehadiran kakek itu.
“Anak-anak, Selamat bertemu kembali.” Balas Gennai.
”Apa itu benar-benar kau?” Musashi tertegun melihatnya.
”Bagaimana kau bisa muncul di sini?” Raph pun heran tak karuan.
“Sssst, jangan ribut. Ingat, kakek Gennai tak punya waktu banyak untuk berbicara.” Para Digimon mengingatkan mereka.
“Ehem, kalian tak perlu mengetahui bagaimana aku bisa muncul di tempat ini. Baiklah, langsung ke inti pembicaraan. Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan, kalian harus mengarungi lautan ke arah timur dari pusat pulau File. Sebab di sana, ada tempat bernama Area X. Di sana, kalian akan menemukan petunjuk agar bisa pulang ke Bumi. Dan tentu saja, kalian juga akan menemukan petunjuk mengenai Crest dan tentunya simbol di lautan.” Gennai menjelaskan kepada mereka.
“Crest? apa itu?” Tanya Hyoga.
“Lalu apa maksud dari simbol yang kau maksud, kek?” Mai ikut bingung mendengarnya.
”Crest adalah benda berbentuk seperti kalung yang disimpan di dalam peti kecil, lalu simbol adalah lambang yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada Crest. Fungsi dari keduanya adalah sama, yaitu agar Digimon kalian bisa berubah ke bentuk yang lebih kuat.
”Ke bentuk yang lebih kuat? Apa itu berarti, kami akan membutuhkan kekuatan lebih?” Tanya Sakura.
“Iya, tentu saja. Karena di antara segelintir banyak musuh yang ada di Area X, ada beberapa yang sangat kuat. Maka dari itu, kalian akan membutuhkan tenaga lebih."
“Lalu di mana kami bisa menemukan itu semua, kek?” Zhao penasaran mendengar penjelasan Gennai.
“Sayangnya, aku tak punya data ataupun catatan dimana semua itu berada. Yang jelas, petunjuk yang ada hanyalah di seberang lautan sebelah timur dan Area X.” Jawab Kakek Gennai.
“Jika memang demikian, kita harus ke sana.” Sahut Soma. Tak lama kemudian, Gennai menghilang begitu saja. Lalu datanglah Leomon beserta keempat kawannya. Dengat singkat, mereka berkata bahwa mereka akan membuat perahu layar untuk para Digidestined dan Digimon mereka.
“Aku akan membantu kalian berempat.” Kata Agumon.
“Aku juga.” Gabumon menambahkan, disusul oleh kedelapan Digimon yang juga ingin ikut serta.
“Hei, bukan hanya kalian saja yang akan membantu. Tentunya, kami juga.” Sahut Raph dan kawan-kawannya.
“Baiklah kalau begitu, ayo kita mulai sekarang.” Balas Leomon dan Ogremon. Walaupun mereka berdua belum sembuh total, mereka tetap membantu para Digidestined beserta Digimon mereka dengan tinju Fist of the Beast King dan Pummel Whack. Alhasil, 6 batang pohon langsung tumbang seketika. Tak ingin kalah dengan aksi mereka berdua, Agumon dan Gabumon juga mengeluarkan Pepper Breath dan Blue Blaster, disusul oleh Spiral Twister dan Super Shocker dari Biyomon dan Tentomon. Langsung saja, 4 batang pohon tumbang. Setelah itu, Coronamon, Lunamon, dan Impmon juga menembakkan Corona Flame, Tear Shot, dan Bada Boom sampai 3 batang pohon tumbang. Tiga belas batang pohon sudah tersedia, namun masih kurang untuk membuat perahu layar untuk 21-22 penumpang. Akhirnya, Mojyamon dan Centarumon menumbangkan 4 pohon lagi dengan Boomerang Bone dan Solar Ray.
“Yak, ini cukup. Sekarang, tinggal mengambil serat tumbuhan dan kain.” Ujar Yukidarumon. Tanpa menunda waktu, Digimon beruang putih itu mengambil beberapa serat dan kain. Sebagian dari Para Digidestined beserta Palmon dan Gomamon membantu Leomon dan Ogremon memotong batang2 pohon sampai ke ukuran yang sesuai untuk perahu, sedangkan Kiku, Kise, Salamon, Hayakawa, dan Kokichi membantu Yukidarumon mencari serat tumbuhan dan kain untuk tali, tiang, juga layar perahu. Selesai memotong kayu dan menemukan yang mereka cari, mereka langsung mengikat satu per satu setiap batang pohon dengan serat sebagai tali. Lalu mereka membuat tiang layar dengan posisi vertical dan horizontal, kemudian mengikatkan tiang layar itu dengan serat tumbuhan ke kayu. Untuk sentuhan terakhir, mereka membentangkan kain putih besar untuk layar dan mengikatnya pada bagian atas tiang layar juga bagian kayu.
“Nah, sudah selesai.” Seru Mojyamon.
“Sekarang, waktunya untuk mencoba perahu ini.” Respon Centarumon, dan mereka pun langsung mendorong perahu layar itu dari pantai ke air. Setelah itu, para Digidestined beserta Digimon mereka langsung menaiki perahu tersebut. Dan hasilnya, perahu tersebut tetap kokoh tak goyang ataupun tenggelam. Saat itu juga, telur Digi Egg yang dipeluk oleh Kiku menetas lalu keluar lah Poyomon. Semuanya langsung melihat ke arah Poyomon yang baru menetas dari Digi Egg. Kiku pun langsung memeluk Digimon bayi itu dengan lembut.
“Aww... dia menggemaskan.” Puji Mai.
“Kuharap dia cepat berevolusi. Kita pasti akan membutuhkan bantuannya.” Timpal Biyomon.
“Ngomong-ngomong, apa kita masih jauh?” Tanya Palmon. Leomon hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Ah... aku jadi rindu rumah.” Kata Sakura.
“Iya, aku jadi rindu Yuanji. Seandainya dia ikut.” Kata Zhao.
“Bukankah Gomamonmu itu kau bilang seperti pacarmu itu? Akui saja kalau sudah ada yang gantikan.” Celetuk Raph.
“Hei! Itu karena Gomamon bertingkah seperti Yuanji! Makanya aku jadi rindu dengannya!” Protes Zhao. Semua pun tertawa mendengar celotehan kedua remaja itu. Dengan perahu tersebut masih berlayar, ini menandakan bahwa petualangan mereka jauh dari kata selesai. Petualangan baru apakah yang akan menunggu mereka nantinya?
.
.
.
.
.
.
.
Akan dilanjutkan di chapter selanjutnya ^_^
Notes:
Gak nyangka bakal banyak banget bumbunya di sini. Angst iya, romance iya, misteri juga iya (meski gak signifikan). Oke, tetap untuk teman-teman, kritik dan sarannya dibutuhkan untuk keberlangsungan fanfic ini. Thank you dan see ya in the next chapter~!
Chapter 12: To the Sea and the Encounter with a Pirate Ship, Hookmon
Summary:
Setelah bertarung melawan Devimon, Raph dan para Digidesined yang lain, bersama Digimon mereka ditugaskan mencari sebuah item bernama Crest sebagai cara untuk kembali ke bumi. Sayangnya, mencari item tersebut bukan lah hal yang mudah karena sebuah kapal menghalangi mereka
Notes:
Maafkeun jadi lama updatenya gini karena ngurusin persiapan kerja T.T tapi, makasih lagi buat Bang Patuan dalam pengerjaan chapter 12 ini. Okay, kritik sarannya (pedes juga gapapa, asalkan jangan flame aja) dibutuhkan ya untuk fanfic ini. See ya on the next chapter~!
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Setelah kapal sudah mulai bergerak di perairan, para Digidestined beserta Digimon mereka masing-masing mengucapkan selamat tinggal kepada Leomon, Ogremon, dan kawan-kawannya.
“Terimakasih untuk semuanya!” Seru Raph dengan keras.
“Kalian berhati-hatilah!” Seru Leomon dari jauh. Tak lama setelah itu, sang Digimon singa itu dan kawan-kawannya tak terlihat lagi dari pandangan mereka karena semakin jauh jaraknya. Kapal tersebut terus berlayar hingga beberapa hari.
“Kapan kita segera sampai? Aku sudah mulai lelah.” Keluh Zhao.
“Bersabar sedikit, Zhao. Kita dari tadi belum menemukan petunjuk, tapi bukan berarti kau bertingkah layaknya anak kecil belum dapat permen.” Protes Gomamon. Tiba-tiba, telepon genggam milik Soma bergetar. Sang pemilik secepatnya membuka telepon genggamnya itu dan melihat informasi yang tertera. Ternyata, navigasi menunjukkan lokasi di Area X yang menjadi tujuan utama mereka. Sekitar 3 jam mereka berlayar dengan perahu layar, sebagian dari mereka ada yang sedang duduk dengan santai sedangkan sebagian lagi memperhatikan luasnya laut di dunia Digital juga angin laut yang bertiup. Pada saat itu, matahari bersinar terik dan ombaknya sangat tenang dan tak ada gangguan sama sekali. Namun, apakah benar tak ada gangguan sampai mereka berhasil sampai di daratan yang menuju ke Area X? Tiba-tiba saja, entah muncul dari mana, terlihatlah oleh mereka sebuah kapal layar yang besar. Kapal itu datang dari sebelah barat dimana posisi perahu layar mereka berada. Merasa curiga dengan kapal itu, mereka berusaha menarik tiang layar agar mengubah haluan kapal. Akan tetapi, kapal tersebut tiba-tiba menembakkan meriam ke arah perahu layar mereka dan mereka pun berusaha menyelamatkan diri.
“Kyaaaa!” Hayakawa menjeit dengan keras dan bersembunyi, bersamaan dengan Lunamon.
“Apa-apaan ini?! Kenapa mereka menyerang kita?!” Tanya Soma kesal.
“Cih! RASAKAN INI!” Raph mengambil barang besar terdekat di kapal dan melemparnya. Sayangnya, tidak sampai ke kapal itu.
Setelah beberapa saat, mereka semua berhasil menghindari tembakan meriam. Sayangnya kapal layar tersebut menembakkan meriamnya untuk yang kedua kali, dan alhasil tiang layar perahu kena sehingga perahu pun sempat goncang. Berusaha untuk tidak jatuh, mereka langsung ke tiang layar dan memegangnya. Beruntungnya, tiang layar masih bisa berdiri tegak setelah kena meriam. Tak tinggal diam, kapal misterius itu menembakkan lagi meriamnya. Kali ini, meriam ketiga menghantam tiang kapal dengan telak sehingga patahlah tiang tersebut. Situasi mendadak berubah menjadi kacau karena perahu layar para Digidestined beserta Digimon mereka hancur, dan mereka hanya bisa mengharapkan perahu tempat mereka berpijak stabil. Melihat perahu layar mereka masih mengapung, kapal layar tersebut menembakkan meriamnya beberapa kali.
“Kapal itu sungguh gila! Dia benar-benar ingin menenggelamkan kita!” Kata Raph dengan nada kesal.
“Apa kita akan tetap di sini sampai dia menghancurkan perahu ini?” Tanya Agumon.
“Itu tidak mungkin! Kita harus mencari cara untuk pergi dari sini!” Jawab Gabumon.
”Poyo, poyo!” Poyomon teriak ketakutan.
”Bertahanlah, Poyomon!” Ujar Kiku, lalu dia bertanya kepada Biyomon, Tentomon, Coronamon, Lunamon, dan Gomamon. ”Biyomon, Tentomon, Gomamon, Coronamon, Lunamon, apa kalian bisa berubah sekarang juga?”
”Bisa, tenaga kami masih banyak.” Jawab mereka berlima.
”Tapi untuk apa berubah di saat seperti ini?” Tanya Sakura.
”Karena hanya merekalah yang bisa diandalkan di lautan luas ini, dan dengan begitu pula kita bisa menyelamatkan diri.”
”Ide bagus, Kiku!” Ujar Mai, lalu Zhao melihat Hyoga sedang terdiam sambil memejamkan mata. Merasa heran, dia bertanya kepada temannya itu,
”Hyoga, kau sedang apa? Kenapa kau hanya diam saja?”
“Aku sedang konsentrasikan energiCosmoku.” Jawab pemuda berambut kuning itu.
“Mungkin dia juga punya cara untuk menolong kita. Sebaiknya, aku berubah sekarang. Zhao!” Seru Gomamon.
“Baiklah. Ayo, Gomamon!”
“Biyomon, Tentomon, Coronamon, Lunamon, kalian juga!”
Langsung saja, kelimaTamer mereka mengarahkan Digivice mereka ke Digimon mereka masing-masing. Pada saat mereka hampir berevolusi, sebuah tembakan meriam meluncur tepat ke bagian tengah perahu mereka sehingga perahu mereka langsung rusak. Sesaat sebelum tembakan tersebut menghantam bagian tengah perahu, Kise langsung berteriak dan berusaha melindungi teman-temannya,
“Awas!” Pada saat yang bersamaan, perahu layar mereka langsung rusak dan Kise terlempar ke laut. Gomamon berevolusi dan langsung menolong remaja berambut pirang itu disusul oleh Biyomon, Tentomon, Coronamon, dan Lunamon yang juga berevolusi. Setelah Ikkakumon menolong Kise, kapal layar itu menembakkan meriamnya untuk yang kesekian kalinya. Hyoga yang sedang konsetrasi langsung mengambil tindakan dengan membekukan tembakan meriam tersebut dengan Diamond Dust. Liciknya, kapal itu menembakkan meriamnya kembali. Kali ini, perahu layar mereka tak bisa menahan tembakan yang membabi buta sehingga hancur dan kandaslah perahutersebut. Beberapa dari para Digidestined serta sebagian Digimonyang terlempar langsung ditolong oleh Birdramon, Kabuterimon, dan Firamon. Sementara itu, Raph, Mai, Sakura, Kiku, Soma, dan Lekismon melompat ke atas untuk menghindari serangan. Sementara itu, Hyoga melompat ke sisa potongan kayu bagian perahu yang sudah patah dan rusak tetapi masih mengapung di air. Kemudian, dia mengarahkan tangan kanannya dan berteriak,
“Ayo! Bekukan semua kayu itu! Kalitso!!” Pada saat yang bersamaan, Soma berseru dengan suara lantang dan mengeluarkan salah satu soul,
“Mengapunglah di permukaan air,Undine!”agar dia bisa berjalan di tengah laut. Raph, Kiku, Mai, Lekismon, dan Hyoga berpijak di atas bongkahan kayu yang sudah dibekukan itu, sedangkan Sakura mengalirkan chakranya agar ia bisa berjalan di atas air. Sementara itu Kise dan Salamon berpegangan pada punggung Ikkakumon. Sedangkan Kokichi, Musashi, Hayakawa, Zhao bersama dengan Impmon, Agumon, Gabumon, dan Palmonhanya bisa menonton dari atas punggung Kabuterimon, Birdramon, juga Firamon.
“Siapa yang mengontrol kapal itu sih? Menjengkelkan sekali!” Keluh Kise.
“Aku tak tahu, Ryouta. Tapi sepertinya si pemilik kapal akan keluar nantinya.” Jawab Zhao.
“Tidak. Aku yakin dia tidak akan keluar sampai kita benar-benar hancur.” Kata Musashi.
“Memangnya kau ada cara untuk memancingnya keluar, Musashi-kun?” Tanya Hayakawa. Yang ditanya pun hanya terdiam.
“Duh, Hojo-chan bertanya tidak dijawab. Asuka-chan, jangan begitu. Kalau aku sih punya tidak punya strategi apa-apa.” Kata Kokichi.
“Cih! Bisakah kau menutup mulutmu, Oumacchi?!” Omel Kise.
“Diamlah. Aku yakin sebenarnya kau punya ide bukan, Kokichi?” Tanya Musashi dengan tajam.
“Ya ampun! Asuka-chan bisa membaca pikiranku!” Seru Kokichi pura-pura terkejut.
“Maksudnya apa, Musashi?” Tanya Zhao.
“Dia merencanakan aku untuk terjun dari sini dan menggunakan Hiryu Ao Ken. Bukankah begitu?” Tanya Musashi kembali.
“Kau serius ingin menggunakan taktik itu?” Tanya Kabuterimon dengan ragu dan penuh ketakutan.
“Aku yakin, Kabuterimon. Jika ini satu-satunya cara untuk memancing keluar musuh kita, akan aku lakukan.” Remaja berambut biru itu langsung mengeluarkan Ogonken dan melompat terjun dari Kabuterimon. Sontak saja, Kise, Hayakawa, dan Zhao teriak panik dengan tindakannya itu. Beruntung, Musashi dengan cepat mengeluarkan Hiryu Ao Ken dan menghantam bagian depan kapal.
“Musashi! Apa yang kau lakukan?!” Tanya Raph panik. Yang di tanya pun langsung muncul dari permukaan air dan langsung berdiri di kayu beku di dekatnya.
“Memancing keluar pemilik kapal. Memangnya apa lagi?” Tanya remaja berambut biru itu.
“Yang kau lakukan barusan bisa saja membunuhmu. Untung kau tidak apa-apa.” Kata Soma.
Segera saja, serangan itu disambut hangat oleh kapal misterius tersebut dengan tembakan meriam sebanyak 3 kali. Dengan cepat, Kabuterimon, Birdramon, dan Firamon menghindar disusul oleh Ikkakumon yang berenang sampai ke bagian belakang kapal untuk bersembunyi. Walaupun mereka semua sempat kaget dengan serangan dadakan tersebut, mereka berhasil menghindar dengan cekatan.Mengambil inisiatif, Hyoga mengeluarkan energi Cosmonya dan berusaha membekukan air laut yang berada di depan es yang dia buat dengan Diamond Dust sampai membentuk seperti tangga es yang mengarah ke kapal misterius tersebut.
“Kurang ajar! Takkan kubiarkan kapal itu menyerang kita lagi!” Umpat Firamon, sambil terbang ke arah kapal, mencari tahu siapa sosok yang mengendalikan kapal.
“Tunggu, Firamon! Jangan kesana! Mungkin ini adalah jebakan!” Seru Birdramon kepadanya, namun temannya itu mengacuhkan kata-katanya.
“Apa boleh buat, kita susul dia!” Usul Kabuterimon, dibalas oleh anggukan oleh Birdramon. Anehnya, saat mereka berada tepat di atas kapal yang menyerang mereka, tidak ada siapapun di sana. Yang terlihat hanyalah lambung kapal dan dek kapal juga tiang layar beserta layar, dan beberapa meriam. Tapi benarkah kapal tersebut kosong tanpa awak dan kapten yang mengendalikan? Ternyata tidak. Karena beberapa detik kemudian, muncul tembakan meriam entah darimana asalnya. Yang lebih anehnya lagi, tembakan meriam tersebut bukan berasal dari meriam kapal. Langsung saja, Firamon kena hantam dan langsung jatuh bersama dengan beberapa Digimon dan Tamer dipunggungnya.
“Firamon!” Teriak Soma. Disusul oleh kedua Digimon tersebut yang juga kena tembak, dan langsung jatuh.
“Sial! Kita harus menolong mereka!” Ujar Raph. Tak lama kemudian, Hyoga selesai membuat tangga es yang menuju ke kapal misterius tersebut.
“Wah, hebat sekali! Kau bisa menciptakan tangga es ini.” Kata Kiku.
”Jangan senang dulu. Tangga es ini tidak bisa bertahan lama karena lambat laun akan mencair oleh air laut.” Sahut Hyoga.
”Kalau begitu, ayo kita kesana! Aku khawatir dengan Birdramon juga yang lainnya.” Ujar Mai.
“Tunggu! Ikkakumon, kau tunggu di sini bersama Ryouta, Salamon, Kiku, Poyomon, Hyoga, dan Lekismon. Biar aku, Raph, Mai, Sakura, dan Soma yang ke kapal itu.” Usul Musashi.
“Kenapa harus membagi 2 kelompok seperti itu? Bukankah lebih baik bila kita semua menyergap musuh sekaligus?” Tanya Sakura.
“Aku punya firasat bahwa mereka membuat perangkap untuk kita. Jadi lebih baik, sebagian dari kita menunggu di sini.” Jawab Musashi.
”Tapi aku ingin sekali menolong Nona Hayakawa, izinkan aku ikut.” Lekismon memohon kepada Musashi.
“Lekismon, aku tahu kau sangat ingin menolong Hayakawa. Tapi, lebih baik kau menemani mereka di sini.” Sahut Soma.
”Lagipula, jika terjadi sesuatu dengan kami, kau lah yang kami andalakan untuk menolong bersama Hyoga dan yang lainnya.” Mai menambahkan.
”Baiklah kalau begitu. Aku akan tinggal di sini.” Jawab kelinci putih berkuping panjang itu.
“Jika nanti terjadi apa-apa pada kami, aku akan langsung mengirim sinyal kepada kalian.” Kata Musashi.
“Baiklah, tunggu apa lagi? ayo!” Seru Soma sembari mengeluarkan tombak Gungner, dan teman-temannya mengangguk dan mereka pun langsung melompat ke kapal. Sesampainya di kapal, mereka melihat Ketiga Digimon yang terkena tembakan meriam sudah kembali ke wujud Rookie dan pingsan bersama dengan Agumon, Gabumon, Palmon, dan Impmon, juga Zhao, Hayakawa, dan Kokichi. Melihat itu, kelima Digidestined itu langsung menghampiri mereka dan membangunkan mereka satu per satu. Segera saja, mereka siuman dan langsung melihat ke sekitar mereka. Curiga akan sesuatu, Raph menoleh ke arah anjungan kapal dan berteriak,
“Keluarlah! Aku tahu kalian bersembunyi di situ! Percuma saja bersembunyi!” Perlahan tapi pasti, muncullah sosok makhluk berbaju merah seperti baju kapten kapal zaman kuno. Dia memakai topi berwarna merah bergambar tengkorakdan tangan kanannya berbentuk seperti pengait besar,sedangkan tangan kirinya seperti pistol besar. Disusul oleh munculnya kawanan makhluk hijau bermata dua dan panjang berbentuk seperti siput dan lidahnya menjulur keluar.
“Siapa kau?!” Tanya Musashi dengan suara keras ke makhluk berbaju merah, dan makhluk itu hanya diam saja.
“Kenapa kau menyerang kami?” Soma bertanya kepada makhluk berbaju merah itu, dan dia hanya terdiam lagi.
“Huh! Tak kau jawab pun, takkan membuatku bersikap lunak padamu!” Raph langsung bergegas menyerangnya. Namun sayang, dia langsung ditembak oleh mahluk berbaju merah tersebut sampai terlempar ke bagian ujung kapal dan terkapar. Ternyata, peluru yang ditembakkan dari pistol makhluk itu adalah bola meriam.
“RAPH!” Teriak teman-temannya.
“Pepper Breath!”
“Blue Blaster!” Agumon dan Gabumon menembak makhluk berbaju merah itu dengan gencar. Namun sayang, kedua tembakan itu langsung ditepis oleh pengait besar yang ada di tangan kanannya.
“Kalau begitu, terimalah ini! Bada Boom!”
“Poison Ivy!” Impmon dan Palmon pun langsung menyerang makhluk itu, namun dia melompat ke atas dan mengarahkan pistolnya ke kedua Digimon tersebut.
“Kalian berdua, awas!” Sakura meneriaki mereka, sehingga keduanya pun langsung menghindar ke samping kiri dan kanan. Sesaat kemudian, Makhluk berbaju merah itu mendaratdan menembaki para Digidestined serta Digimon mereka beberapa kali. Tetapi mereka semua berhasil menghindari tembakan. Karena mereka semua menghindar ke arah yang berbedasatu sama lain, makhluk berbaju merah itu melihat bahwa mereka fokus ke diri mereka masing-masing. Terlebih lagi, dia melihat celah untuk menyerang Raph dari jauh. Tanpa mengucapkan sepatah kata, makhluk berbaju merah itu langsung menembak Raph dari jauh. Berhasilkah dia menembak targetnya? Sayangnya tidak. Mengapa bisa demikian? Karena Soma maju melindungi Raph dan mementalkan tembakan meriam dengan tombak Gunger.
“Hebat juga dia bisa mencari celah untuk menyerang Raph. Tapi apa dia main serang begitu saja, atau memang dikendalikan oleh sesuatu?” Gumam Soma dalam hatinya, sambil mencurigai lawannya. Tanpa ada tanda-tanda, Mai melempar kipas apinya, disusul oleh Sakura yang melempar 2 Kunai. Makhluk berbaju merah tersebut melompat untuk menghindar, namun langsung disambut oleh Hiryu Ao Ken dari Musashi. Saking cepatnya jeda waktu serangan kombinasi mereka bertiga, makhluk berbaju merah tersebut tak bisa menghindar dan terkena naga listrik.
”Urgh!” Makhluk itu meringis kesakitan, sampai-sampai Raph bangkit berdiri dan melihat kejadian itu.
“Kena!” Seru pemuda berambut merah itu.
“Cepat, kita lindungi kapten!!!” Teriak sekumpulan makhluk hijau berbentuk siput, maka mereka pun berkumpul di dekat kapten mereka, membentuk formasi seperti “pagar besi” agar melindungi sang kapten. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha melempari para Digidestined juga Digimon mereka dengan kotoran dan sampah.
”Akh, ih! Apa-apaan mereka itu? Darimana mereka dapat kotoran dan sampah yang sangat menjijikan ini?” Umpat Mai.
“Mana aku tahu? Tapi sepertinya, mereka takkan membiarkan kita menyerang makhluk berbaju merah itu.” Jawab Sakura.
“Persephone, hisap semua yang dilempar oleh makhluk itu!” Soma memanggil soul yang lain dari sebelumnya. Kemudian, roh tersebut menghisap semua kotoran dan sampah yang dilempar oleh kawanan makhluk berbentuk siput hijau tersebut. Selang beberapa saat, Raph melempar salah satu sainya dan beberapa dari makhluk itu terpental karena senjata dari musuhnya.
”Bagus, Raph! Karena kalian telah melempariku dengan sesuatu yang menjijikan, terimalah ini!” Mai menghardik kawanan siput hijau itu, dan langsung menabrak sebagian dari mereka dengan jurus tabrakan api. Akan tetapi, sang kapten kapal mengarahkan pengait besarnya ke leher Mai sesaat setelah dia selesai menabrak sebagian dari kawanan siput hijau tersebut.
“Mai!” Biyomon yang masih lemas berteriak bersama dengan para Digidestined sembari menoleh ke arahnya, dan sang kapten kapal pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghujani para musuhnyadengan tembakan bertubi-tubi. Satu per satu, mereka terpental berlainan arah. Selesai menembaki musuh-musuhnya, dia berteriak dengan suara lantang,
“Ringkus mereka semua dengan jala!” Sesaat sebelum mereka terjerat jala ikan, Musashi mengeluarkan listrik dari pedangnya ke atas.
“Argh, sial!” Gerutu Raph.
“Dari perahu yang diserang sampai hancur, dilempari kotoran dan sampah, sekarang berakhir di jala ikan.” Umpat Zhao.
“Kurang ajar! Lepaskan kami!” Sakura menghardik para siput hijau itu.
“Bawa mereka ke gudang!” Seru sang kapten. Di lain tempat, Poyomon dan Lekismon melihat listrik yang dikeluarkan oleh Musashi sambil menunjuk ke atas,
“Poyo poyo!”
“Lihat itu!”
“Pasti itu sinyal dari Musashi.” Sahut Hyoga.
”Itu berarti, kita harus kesana sekarang juga!” Seru Kiku.
“Ryouta, arahkan Digivicemu kepadaku!” Usul Salamon.
“Baiklah, Salamoncchi!” Pemuda berambut kuning itu mengarahkan Digivicenya, maka berevolusilah Salamon menjadi Tailmon. Lalu berkatalah Kise kepada Ikkakumon, “Ikkakumoncchi, kau tunggu kami di sini.”
“Jika nanti aku bersiul, kau harus menabrak bagian belakang kapal itu dengan keras.” Hyoga menambahkan.
“Baik, berhati-hatilah kalian.” Balas Digimon singa laut itu. Tanpa membuang waktu, merekabergegas ke kapal misterius tersebut dengan melompati tangga es yang dibuat oleh Hyoga . Sesampainya di kapal, mereka berenam mencari teman-teman mereka di sekitar geladak dan buritan. Namun tak membuahkan hasil. Tiba-tiba saja, muncul makhluk kecil bersayap berwarna merah. Makhluk itu berbentuk seperti manusia kelelawar kecil, dan dia menghampiri mereka berenam. Awalnya, mereka sempat curiga akan makhluk tersebut. Tapi karena dia tak menyerang, mereka penasaran dengan makhluk tersebut.
“Mungkin dia adalah salah satu roh milik Soma.” Hyoga menduga demikian.
“Kalau begitu, apa kau tahu dimana Soma dan yang lainnya berada?” Tanya Kiku.
”Squeak squeak squeak.” Jawab makhluk kecil bersayap tersebut sambil menengok ke anjungan kapal, dan mereka langsung sweatdrop mendengar jawabannya kecuali Poyomon.
“Maaf, aku tak mengerti apa yang kau ucapkan.” Sahut Kise. Tiba-tiba, Poyomon melompat dari pelukan Kiku, dan berjalan sedikit ke arahmakhluk kecil bersayap tersebut. Dia menoleh ke Kiku dan yang lainnya, lalu katanya,
“Poyo, poyo poyo!” Kemudian, makhluk kecil bersayap itu mengangguk sambil menunjukkan arah tempat dimana yang lainnya disekap.
“Squeak, squeak squeak!”
“Pasti Poyomon mengerti apa yang diucapkan oleh makhluk itu, dan mereka sedang menunjukkan tempat dimana Nona Hayakawa dan yang lainnya berada.” Ujar Lekismon.
“Tunggu apa lagi? Ayo kita ke sana!” Seru Hyoga. Segera saja, mereka menuju ke dek tengah sambil Kiku memeluk Poyomon kembali. Sementara itu, makhluk kecil bersayap itu terus memandu mereka berenam.
“Squeak squeak, squeak!”
“Sepertinya ada pintu di bagian ujung geladak.” Seru Hyoga, akan tetapi mereka langsung dihadang oleh 10 ekor siput hijau.
“Aah, makhluk apa mereka ini?” Ujar Kise, sembari mengeluarkan Data Analyzer.
Numemon, atribut virus, adalah Digimon yang berbentuk seperti spout berwarna hijau yang suka berada di ruangan gelap dan kotor.Dia tak punya kekuatan tempur yang baik juga tak pintar. Senjata pamungkasnya adalah Nume Sludge, Junk Attack, dan Hyper Stink Shot.
“Jangan biarkan mereka masuk!” Teriak salah satu dari Numemon, lalu Numemon yang lainnya melempari mereka berenam dengan kotoran dan sampah, juga bau tak sedap dari hasil sendawa.
“Gyaa! Mereka melempar kotoran dan sampah! Urgh, juga bau sendawa yang tak sedap! Jijik!” Keluh Kise sambil menghindari serangan Numemon.
“Serahkan padaku! Rasakan ini! Lightning Paw!” Seru Tailmon.
”Moon Night Kick!”
“Boomerang Hook!”
“Diamond Dust!” 9 ekor Numemon dihajar oleh mereka semua sampai babak belur, hingga tersisa 1.
“A-aku takkan menyerah begitu saja dari kalian!” Katanya dengan takut-takut sambil maju dan memenjangkan lidahnya.
“Uwaaaaa!!!!! Aku benci sipuuuuut!!!!!” Teriak Kise. Tetapi, dia langsung dihajar oleh makhluk kecil bersayap dengan Trisula kecilnya.
“Squeak squeak, squeak?” Tanya Makhluk itu kepada pemuda berambut kuning itu.
“Aku tak apa-apa. Terima kasih telah menolongku, makhluk mungil.” Jawab Kise.
“Squeak squeak.” Balas makhluk kecil bersayap itu.
“Poyo poyo!” Ujar Poyomon sambil menoleh ke arah pintu.
”Kau benar, Poyomon. Mereka pasti ada di balik ruangan di pintu ini.” Seru Kiku, maka dia berusaha membuka pintu. Namun aksinya langsung dihentikan oleh Hyoga.
“Tunggu! Biar aku yang bukakan pintu itu.” Akhirnya, pintu pun dibuka perlahan dan mereka mendapati lorong kapal yang luas juga anjungan pada bagian ujungnya. Berhasilkah mereka menemukan teman-teman mereka yang disekap oleh sang kapten dan antek-anteknya? Selesai berjalan menyelusuri lorong, mereka melihat tangga ke arah bawah. Di sana, mereka mendapati gudang yang jaraknya tak jauh dari tangga juga teman-teman mereka yang disekap di jala. Anehnya, sang kapten dan sekumpulan Numemon yang tersisa tak ada di sana.
"Tiny Devil!” Teriak Soma dari jauh.
“Squeak squeak, squeak!” Respon makhluk kecil bersayap itu dari jauh kepada tuannya.
“Teman-teman, kami datang!” Teriak Kise, lalu mereka berenam berlari mendekati teman-teman mereka dan berusaha melepaskan jala penjerat. Tiba-tiba, Poyomon dan Tiny Devil menoleh ke belakang dan berteriak,
“Poyo poyo!”
“Squeak squeak!”
“Semuanya, menghindar!” Seru Lekismon, maka dia juga kelima kawan-kawannya pun melompat menghindari jala yang berusaha menjerat mereka. Rupanya, jala itu dilempar oleh gerombolan Numemon yang mucul entah darimana. Tak lama kemudian, sang kapten menampakkan dirinya secara perlahan. Akankah mereka mengalahkan sang kapten juga para Numemon? Siapakah sosok sang kapten itu yang sebenarnya?
“Digimon apa itu?” Tanya Kise penasaran.
“Entahlah, tapi yang jelas dia tampak kuat.” Jawab Hyoga.
“Terlebih lagi, kenapa dia menyerang kita?” Tanya Kiku.
“Itu masih tidak jelas. Setidaknya kita harus secepatnya mengalahkannya.” Timpal remaja asal Rusia itu. Kise mengarahkan Data Analyzer ke arah Digimon berpakaian merah itu. Beginilah informasi yang didapatkan,
“Hookmon, atribut virus, adalah Digimon bajak laut pemberani bermata satu yang mengarungi lautan luas dunia digital. Tangan kanannya menyerupai pengait besar, sedangkan tangan kirinya menyerupai pistol besar. Senjata pamungkasnya adalah Captain Cannon dan Metal Shot.”
“Tunggu dulu! Hookmon, aku ingin bertanya satu hal kepadamu. Kenapa kau menyerang kami?” Tanya Tailmon dengan tegas.
“...”
“Kenapa kau hanya diam saja? Apa kau berniat untuk menghancurkan kami?” Lekismon bertanya kepada Digimon bajak laut berbaju merah itu.
“Dragomon… Kalian… berasal dari laut gelap… Dragomon. Oleh karena itu, kalian harus dimusnahkan!” Jawab Hookmon dengan nada datar dan ekspresi seperti kesurupan.
“Tunggu dulu! Apa yang kau bicarakan? Kami berasal dari Bumi ssu, bukan laut gelap. Kau salah paham.” Sahut Kise, namun Hookmon maju perlahan ke arah ketiga Digidestined juga 3 Digimon dan Tiny Devil.
“Poyo, poyo poyo!” Seru Poyomon.
“Ada apa Poyomon?” Tanya Kiku heran, lalu Poyomon mengarahkan pandangannya ke Hookmon.
“Mungkin Poyomon mengetahui bahwa Hookmon seperti dikendalikan oleh sesuatu.” Ujar Hyoga.
“Jika diperhatikan, sepertinya begitu. Tapi apakah mungkin itu karena Black Gear?” Kiku kembali bertanya.
“Itu tidak mungkin. Devimon sudah mati, dan Black Gear sudah hancur semuanya. Jadi tidak mungkin dia kena pengaruh Black Gear.” Sahut Kise.
“Kau benar, Ryouta. Sepertinya memang bukan Black Gear. Tapi apapun itu, kita harus mengalahkan Hookmon!” Seru Kiku.
“Siapapun yang berasal dari laut gelap, harus dimusnahkan!” Hookmon maju dengan gencar dan mengarahkan pengait besarnya ke arah mereka.
“Awas!” Teriak teman-teman mereka yang disekap di jala. Dengan sigap, ketiga Digidestined beserta 3 Digimon dan Tiny Devil menghindar ke samping kiri dan kanan. Lantai kayu tempat mereka berpijak yang diserang oleh Hookmon langsung rusak karena kena hantam pengait besarnya.
“Hookmon, dengarkan kami! Kami bukanlah penyusup yang ingin merebut kapalmu.Kami berasal dari Bumi, bukan dari laut gelap. Jadi aku mohon, jangan serang kami lagi!” Seru Kiku kepadanya, Namun Hookmon hanya diam tak bergeming.
“Itu benar. Kami bukanlah musuhmu, dan ini semua adalah salah paham. Sadarlah, Hookmon!” Hyoga menambahkan.
“Sampai detik ini, aku masih berada di laut gelap. Dan di laut gelap tidak ada makhluk yang baik, karena di sanalah sarang Digimon jahat. Jadi, kalian semua pasti komplotan yang bersekutu dengan para Digimon jahat. Oleh karena itu, aku akan menghancurkan kalian!” Seru Hookmon dengan suara lantang, kemudian dia mengarahkan pistolnya ke musuh-musuhnya. Merespon hal itu, Hyoga memberi instruksi kepada teman-temannya untuk menghindar. Sesaat kemudian, Hookmon menembakkan bola besi beberapa kali ke musuh-musuhnya. Tetapi mereka semua berhasil menghindar.
“Kau salah, Hookmon! Ini bukan laut gelap. Kau masih berada di dunia Digital. Jadi ini adalah laut dunia digital yang asli. Sadarlah!” Tailmon berusaha menyadarkan Digimon bajak laut berbaju merah itu. Sementara itu, Hookmon berlari ke arah Tailmon dan berusaha menyerang dengan pengaitnya. Akan tetapi, Digimon kucing putih itu menghindar dengan cekatan. Melihat temannya dalam kesulitan, Lekismon lari ke arah Hookmon dan berusaha memukulnya dengan tinjunya. Sayangnya, serangan tersebut meleset. Melihat ada kesempatan, Tailmon melompat ke arah Hookmon dan berusaha menendangnya. Akan tetapi, Hookmon menghindar dengan cepat dan langsung meraih ekor Tailmon dengan tangan pengaitnya dan melemparnya ke lantai.
“Tailmoncchi!” Teriak Tamernya dari jauh. Saat Lekismon berusaha menyerang Hookmon dari jauh, Digimon bajak laut berbajumerah itu menembakkan bola besi ke arahnya. Lekismon kena hantam dan terlempar.
“Lekismon!” Hayakawa meneriakinya, disusul oleh Hookmon yang menembakkan Captain Cannon beberapa kali ke arah Hyoga dan Kiku. Walapun demikian, kedua orang tersebut berhasil menghindar. Tiba-tiba saja, Hyoga memberi instruksi kepada Kiku untuk mengarahkan jempol dan telunjuk ke dalam mulut. Setelah itu, bersiullah mereka berdua dengan kencang. Bunyi siulan tersebut terdengar sampai ke bagian luar kapal. Mendengar siulan itu, Ikkakumon langsung menabrak bagian belakang kapal dengan keras sampai-sampai kapal tersebut guncang.
“Ada apa lagi ini? Kenapa kapal ini bisa guncang?” Tanya Agumon panik.
”Aku pun tak tahu, tapi seperti ada yang menabrak bagian belakang kapal.” Gabumon berasumsi demikian.
”Jangan-jangan, itu Ikkakumon! Karena hanya dia yang tidak ada di sini.” Kata Tentomon.
“Hebat juga dia, bisa membuat kapal besar ini berguncang. Hehehe, dasar Ikkakumon.” Kata Impmon terkekeh-kekeh.
“Kurang ajar! Jadi ada yang menyerang dari luar kapalku, hah?!?! Takkan kubiarkan dia!”
“SUUUUUIIIIIT” Hyoga dan Kiku bersiul lagi, dan Ikkakumon pun menabrak kapal itu kembali. Hookmon yang baru saja ingin melompat keluar jendela kapal langsung hilang keseimbangan dan nyaris jatuh. Tanpa menunda waktu, Lekismon langsung melompat ke depan Hookmon dan berkata,
“Maafkan aku, Hookmon. Moon Night Bomb!”
“Urgh!” Hookmon meringis kesakitan, dan dia agak pusing sedikit.
“Lightning Kick!” Tailmon pun langsung menendangnya, disusul oleh Hyoga yang juga melayangkan tinjunya ke Digimon bajak laut berbaju merah itu. Seketika itu juga, dia langsung pingsan dan akhirnya mereka langsung menolong semua teman-teman mereka yang terjerat jala. Para gerombolan Numemonhanya ketakutan karena melihatsang kapten kalah dan memilih untuk melepaskan tangan mereka dari jala yang menjerat sebagian besar dari Digidestined beserta Digimon mereka. Langsung saja, gerombolan Numemon itu sedikit menjauh dari para Digidestineddan berusaha membangunkan sang kapten yang masih pingsan. Setelah beberapa saat, Hookmon pun siuman. Penasaran akan keadaanya, para Digidesined juga Digimon mereka mendekati Digimon bajak laut berbaju merah tersebut.
“Cih, untung saja aku tidak ada niat menghajarnya habis-habisan karena penyerangannya tadi.” Tukas Raph.
“Kau juga salah, Raph. Kenapa kau menambah rumit situasi dengan melempari barang ke kapal ini?” Omel Sakura balik.
“Shuush, kalian berdua diam sebentar!” Kata Hyoga memperingatkan. Perlahan, sang putri klan Hojo itu mendekatkan posisinya ke Hookmon.
“Nee, Hookmon… kenapa kau menyerang kami tadi?” Tanya Hayakawa.
“Ugh… apa yang terjadi?” Tanya Digimon bajak laut itu.
“Uh… bro, you attacked us. Duh!” Jawab Raph dengan kesal.
“Menyerang… kalian?” Tanya Hookmon kembali.
“Kau tidak ingat sama sekali?” Tanya Mai bingung.
“Dugaan Poyomon benar. Hookmon dikendalikan sesuatu.” Kata Kiku dengan cemas.
“Apa maksudmu, Takane-chan? Bukankah Devimon sudah kalah?” Tanya Kokichi.
“Benar, ada unsur lain selain Black Gear yang mampu mengendalikan Hookmon. Terlebih lagi, dia menyebutkan laut gelap.” Timpal Lekismon.
“Yami no umi? Hmm… aku tidak pernah mendengar itu.” Kata Hayakawa. Soma langsung mengecek peta navigasi di telepon genggamnya untuk mencari tahu lokasi laut itu.
“Terlebih lagi, sebelumnya Hookmon menyebut Dragomon. Aku saja tidak tahu itu makhluk atau Digimon apa.” Tambah Hyoga.
“Ah… situasinya makin rumit nih!” Protes Gabumon.
“Mau bagaimana lagi, Gabumoncchi? Kondisi membuat kita seperti ini ssu.” Kata Kise.
“Soma, kau sudah menemukan lokasi laut itu?” Tanya Coronamon.
“Belum, aku masih mencari.” Jawab Soma. Sayangnya, pencarian lokasi laut hitam nihil. Soma pun memberikan jawaban dengan cemas kepada teman-temannya, “Tidak terdeteksi sama sekali, ini benar-benar aneh. Apa laut gelap itu benar-benar ada?”
”Laut gelap? Ya, aku baru ingat sekarang.” Jawab Hookmon sambil memukul telapak tangan kirinya dengan tangan kanan dikepal.
“Kau ingat tempat itu, Hookmon?” Tanya Agumon.
“Ya, aku ingat. Itu adalah laut yang sangat menakutkan.” Jawab Hookmon.
“Apa kau pernah masuk kesana?” Biyomon penasaran dengan ungkapan Digimon bajak laut berbaju merah tersebut.
“Ya, memang pernah. Tapi ngomong-ngomong, kalian ini siapa?” Mendengar itu, para Digidestined beserta Digimon mereka langsung Sweatdrop.
“Begini, sebenernya kami adalah…” Zhao menjelaskan kepadanya secara rinci.
“Oh, jadi kalian adalah anak-anak terpilih yang baru?” Hookmon terkejut mendengar pernyataan Zhao.
“Iya, begitulah.” Jawab Musashi.
“Hm, aku mengerti sekarang. Berarti, yang kutemukan di pulau antah berantah itu sangat berharga.” Sahut Hookmon.
“Apa maksudmu?” Tentomon heran atas pernyataan Digimon bajak laut berbaju merah itu.
“Nanti saja aku jelaskan. Hei kalian, sediakan makan siang sekarang juga!” Perintah Hookmon dengan suara keras sembari menoleh ke arah para Numemon.
“Ta-tapi kapten, persediaan ikan kita tidak cukup. Yang tersisa hanya biskuit.” Jawab gerombolan Numemon dengan takut-takut.
“Jadi begitu? Hm, baiklah.” Hookmon berjalan ke pojok gudang yang mengarah ke gudang mesiu tempat penyimpanan senjata. Disana, dia mengambil sebuah jala ikan dan berjalan ke arah para Digidestined beserta Digimon mereka dan awak-awak kapalnya.
“Untuk apa jala itu?” Tanya Palmon dengan lugunya.
“Sudah jelas, untuk menangkap ikan. Ayo!” Respon Digimon bajak laut berbaju merah itu.
“Baik, kapten!” Maka gerombolan Numemon itu mengikutinya dari belakang juga yang lainnya. Para Digidestined beserta Digimon mereka pun mengikuti Hookmon dan para Numemon. Setelah sampai di bagian luar kapal, Hookmon menebar jala bersama para Numemon. Selang beberapa menit, jala tersebut sudah terisi oleh ikan-ikan yang jumlahnya banyak.
“Sekarang, tarik jalanya!” Perintah Hookmon sambil mengacungkan tangan pengait ke atas.
“Hoo! Hoo!” Seru para Numemon menarik jala bersama-sama, walaupun mereka sempat kewalahan karena jala itu sangat berat untuk diangkat.
“Biar kami bantu. Ayo, teman-teman!” Coronamon ikut menarik jala bersama para Digimon yang lainnya juga Tamer mereka. Setelah bersusah payah, akhirnya jala tersebut bisa diangkat ke atas kapal.
“Wah, panen besar!” Agumon terkejut dan kagum melihat hasil tangkapan.
“sepertinya lezat sekali ikan ini, aku jadi tak sabar untuk menyantapnya.” Gabumon pun tak kalah terpesona, disusul oleh Sweatdrop dari para Tamer juga Digimon yang lain.
“Kau ini bagaimana sih? Ikan ini kan masih mentah, harus dimasak dulu.”Tailmonmenerangkan kepadanya.
“Oh iya, betul juga.” Gabumon menepuk jidatnya, dan yang lainnya merespon dengan tertawa terbahak-bahak. Dengan dibantu oleh Ikkakumon juga, ikan yang tertangkap pun jumlahnya lebih banyak lagi, bahkan bisa dibilang cukup sampai 2 atau 3 hari.
“Ikkakumon, terimakasih.” Kata Zhao dengan senang. Bersamaan dengan itu, sang Digimon singa laut bertanduk itu kembali ke bentuk rookienya bersamaan dengan Lekismon.
“Bisa tolong bantu aku naik ke kapal?” Tanya Gomamon, lalu Hookmon melompat ke atas kayu di dek, dan meloncat ke bagian bawah lambung kapal, lalu menancapkan tangan pengaitnya ke lubang tempat moncong meriam berada dan bergelantung di sana. Setelah itu, dia mengulurkan tangan kanannya dan berteriak,
“Ayo, naiklah ke atas aku!” Dengan gerombolan ikan kecil, Gomamon naik dan meloncat ke arah Hookmon. Akhirnya, Digimon singat laut kecil itu berada di atas topi Digimon bajak laut berbaju merah tersebut sehingga dipanjatlah lambung kapalnya. Sesampainya di atas kapal, Para Digidestined juga Digimon mereka takjub atas aksi Hookmon dan bertepuk tangan.
“Terima kasih, Hookmon.” Kata Gomamon setelah melompat dari atas topinya.
“Sama-sama.” Balas Digimon bajak laut berbaju merah tersebut.
“Hebat sekali!” Kata Hayakawa.
“Ah, bisa saja kau ini. Lagipula, aku kan kapten kapal. Jadi, semua yang ada di sini adalah tanggung jawabku.” Balas Hookmon.
“Tapi cara memanjatmu mirip dengan bajak laut yang ada di buku cerita, bahkan tanpa tali pengait.” Ujar Raph.
“Eh? Tapi aku tidak pernah membajak kapal, karena aku belum pernah melihat kapal selain kapalku di sini.” Sahut Hookmon dengan Sweatdrop.
“Apa kau tidak berbohong?” Mai bertanya sambil mendekati Hookmon dengan mata tajam.
“Iya, aku berkata yang sesungguhnya.” Hookmon sedikit mundur, dan Gomamon pun berkata kepada Mai,
“Kau jangan begitu, Mai. Aku percaya dengan ucapannya.”
“Hm, baiklah. Lagipula, aku hanya bercanda kok.” Sahut Mai, tentunya disambut dengan sweatdrop dari yang lainnya.
“Baiklah. Tapi ngomong-ngomong, aku rasa ikan sebanyak ini cukup untuk kita semua. Ini bahkanlebih menurut perhitunganku.” Kata Sakura.
“Aku yakin Agumon akan sanggup menghabiskan ini sendirian.” Kata Impmon dengan iseng.
“H-Hei!” Agumon pun protes.
“Impmon, sudahlah…” Kata Palmon dengan tatapan meminta.
“Tapi, siapa yang akan memasakkan ini semua? Kan tidak mungkin semua ikannya kita masak.” Kata Tentomon dengan ragu.
“Sebagian bisa diawetkan dulu.” Kata Musashi.
“Ide yang bagus, Asukacchi.” Sahut Kise.
“Iya. Pertarungan tadi menguras tenagaku. Aku sudah mulai lapar.” Keluh Raph.
“Jelas saja energimu yang paling banyak habis. Kau kan orang yang ambil tindakan dulu baru berpikir.” Kata Hyoga.
“Nishishi~ berarti kalau di antara kalian dibuat jebakan, Hamato-chan yang akan jatuh duluan.” Kata Kokichi iseng. Sontak itu membuat Raph marah dan wajahnya memerah karena jengkel. Untungnya, Soma berhasil menyadarkan emosinya.
“Jangan mudah tersinggung. Kalau kau termakan jebakan, benar kata Kokichi, kau bisa jadi sasaran pertama.” Kata pemuda asal Rumania itu. Sang remaja asal Amerika itu menghela nafasnya berat.
“Baiklah, kau menang.” Katanya dengan gusar.
Tanpa berbicara sepatah kata, Hookmon mengambil jala ikan bersama dengan para Numemon. Tampaknya, para Digidestined juga Digimon mereka mengetahui bahwa mereka akan membawa ikan-kan tersebut ke dapur. Mengambil inisiatif, mereka mengikuti sang kapten bersama para awaknya dari belakang. Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di dapur yang lumayan besar.
“Nah. Karena kalian adalah tamuku, sebaiknya kalian menunggu di ruang makan.” Usul Hookmon.
“Tapi, siapa yang akan memasak ikan-ikan itu?” Tanya Tailmon.
“Tenang saja. Buatkan sup ikan dan fish fillet untuk mereka!” Tegas sang kapten kepada para Numemon dengan suara lantang , direspon oleh Sweatdrop dari yang lainnya.
“Kau ini benar-benar kapten yang galak, Hookmon.” Ujar Lunamon.
“Jika tidak galak dan tegas, mereka akan bermalas-malasan.” Sahut sang kapten.
“Tapi, apa kau tidak terlalu keras terhadap mereka?” Tanya Biyomon.
“Tenang saja, aku bukan kapten yang tega kepada awak kapalnya.” Jawab Hookmon, lalu dia menoleh ke dalam dapur dan berkata, “Jangan lupa, buatlah untuk kalian juga.”
“Wah, terimakasih, kapten!” Sahut Numemon dengan penuh semangat.
“Nah, sekarang ikut aku ke ruang makan.” Hookmon menuntun mereka ke ruang makan, dan mereka pun setuju. Sesampainya di ruang makan, mereka duduk di bangku kayu panjang. Di hadapan mereka juga ada meja kayu yang panjang. Tak lama kemudian, Hookmon berjalan keluar ruang makan. Penasaran akan dirinya, Kokichi berkata,
“Kau mau kemana, Hookmon?”
“Aku harus menaruh sisa ikan tangkapan ke depot es, supaya diawetkan.” Jawabnya.
“Kalau begitu, biar kubantu.” Kata Kokichi, dan beberapa dari para Digidestined pun ikut membantunya. Beberapa saat kemudian, Hookmon dan para Digidestined menaruh semua ikan-ikan yang mereka tangkap sebelumnya yang tersisa ke dalam depot es. Hyoga pun tak lupa mengalirkan sedikit cosmonya untuk membuat peti es tersebut semakin dingin agar ikannya bisa awet lebih lama.
“Baiklah, aku rasa ini sudah cukup dingin. Sebaiknya kita kembali saja makan.” Ajak Raph. Selesai menaruh ikan stok persediaan di peti es, mereka langsung kembali ke ruang makan. Akan tetapi, sesampainya di pintu ruang makan, Hookmon tidak masuk kedalam.
“Kenapa kau tidak ikut masuk?” Tanya Impmon heran.
“Ada mau mencari sesuatu, mungkin agak lama. Jadi sebaiknya kalian tunggu saja disini.”
”Oke.” Balas Kokichi. Setelah menunggu selama lebih dari seperempat jam, Agumon dan Gabumon sudah tak sabar untuk makan karena mereka benar-benar lapar.
”Uh, lama sekali makanannya. Apa kita masih harus menunggu lebih lama lagi?” Protes Agumon.
”Entahlah, perutku sudah keroncongan ini. Lebih dari itu, Hookmon kemana ya? Lama sekali dia.” Keluh Gabumon.
“Aku tak tahu, sabarlah. Sebentar lagi, dia juga pasti akan kembali.” Jawab Coronamon.
“Tentunya juga dengan makanan yang dimasak oleh para Numemon.” Sahut Raph. Benar saja. Tak lama setelah itu, makanan pun tiba. Di saat yang bersamaan, Hookmon datang dengan beberapa botol minuman juga minuman kaleng di tangannya, serta ditemani beberapa Numemon yang membawa Fish Fillet dan sup ikan. Para tamer dan Digimon mereka bersorak senang karena makanan sudah sampai. Setelah makanan dan minuman dihidangkan, mereka pun mulai menikmati hidangan yang disediakan, bahkan Agumon menambah porsi makanan yang ia makan sebelumnya
“Wow, ini enak sekali!” Puji sang Digimon berbentuk dinosaurus kecil itu.
“Astaga, Agumon sudah lah. Yang lain belum kebagian.” Kata Raph dengan sweatdrop meluncur dari kepalanya. Jelas saja dia ingin Agumon selesai makan, ternyata Digimonnya itu sudah mengambil porsi ketiga dari makan yang seharusnya. Karena Agumon masih terus lanjut makan, sang tamer langsung menepuk kepalanya dengan keras.
“Aduh, sakit!” Protes sang Digimon.
“Kau sudah kebanyakan!” Omel Raph. Jelas saja, tamer yang lain dan Digimon mereka langsung sweatdrop.
“Apa mereka selalu seperti ini?” Tanya Hookmon.
“Baru sekali ini seperti itu. Biasanya tidak pernah.” Jawab Hyoga to the point. Kise menatap minuman yang dibawa Hookmon, masih tergeletak di atas meja.
“Nee… Hookmoncchi, itu apa?” Tanya Kise.
“Hm? Ini bir. Ada apa memangnya?” Tanya Hookmon kembali.
“Aku ingin coba minum.” Jawab Kise. Belum saja remaja berambut pirang itu sempat mengambil, ia ditahan Soma.
“Tidak boleh. Kau masih di bawah umur.” Katanya tegas.
“Uh, baiklah kalau begitu.” Sahut Kise dengan sedikit menggerutu.
“Tapi ngomong-ngomong, ikan apa yang kau gunakan untuk sup dan Fish Fillet ini, Hookmon?” Tanya Gabumon sambil mengunyah.
“Oh, itu ikan Digi tuna dan Digi cod. Sangat bagus untuk kesehatan dan staminamu.” Jawab Hookmon.
“Pantas saja rasanya enak sekali, ternyata banyak manfaatnya.” Ujar Tentomon.
”Iya, memang enak. Ditambah lagi, Digi cod bisa diambil minyak hatinya untuk menjadi vitamin.” Kata Hookmon menjelaskan.
”Sama seperti ikan cod di Bumi.” Kata Musashi.
”Oh, benarkah demikian?” Tanya Hookmon.
“Iya, dan anak-anak sangat menyukainya.” Sakura menambahkan.
“Hm, ternyata ada beberapa kemiripan antara Dunia Digital dengan Dunia manusia.” Hookmon berkata sambil memegang dangunya.
“Iya, kurang lebih seperti itu.” Timpal Zhao. 15 menit kemudian, mereka selesai makan.Tiba-tiba, Mai memegang gelas dan berkata kepada Digimon bajak laut berbaju merah tersebut,
“Oh iya Hookmon, boleh aku minta birnya?”
“Boleh, kenapa tidak?” Langsung saja, Hookmon mengambil botol bir. Namun sebelum dia menuangkan bir ke gelas Mai, Kise menyelak,
“Uh, curang. Giliran Shiranuicchi saja boleh minum, aku tidak.”
“Jelas saja, kau kan masih remaja. Jadi aku takkan memberikan ini padamu.” Sahut Hookmon.
“Tapi dari mana kau tahu kalau aku belum dewasa?” Kise penasaran dengan kata-kata Digimon bajak laut berbaju merah itu.
“Dari perawakanmu saja sudah terlihat kalau kau belum berumur 18 tahun ke atas.” Jawab Hookmon, dan semakin cemberutlah wajah remaja berambut kuning itu.
“Halo kapten, kau belum menuangkan birnya.” Celetuk gadis berbaju merah itu.
“Oh iya, aku hampir lupa. Maaf, ini.” Respon Hookmon dengan Sweatdrop meluncur di pelipisnya, dan yang lain langsung merespon dengan tertawa terbaha-bahak. Kecuali Kise, karena dia tidak boleh mencicipi bir.
”Terima kasih.” Ucap gadis berbaju merah itu kepadanya.
“Sama-sama, nona manis.” Hookmon menggodainya dengan tatapan menggoda, Mai pun langsung Sweatdrop melihatnya.
“Kapten memang begitu, dia paling senang melihat wanita cantik seperti kau.” Jawab salah satu Numemon yang ikut makan bersama mereka.
“Urgh, kenapa juga harus kau katakan seperti itu? Aku jadi malu mendengarnya.” Hookmon menundukkan kepala sedikit, dan yang lainnya pun tertawa terbahak-bahak.
“Baiklah, ayo kita bersulang!”
”Tunggu! Aku juga mau birnya.” Soma langsung menyuguhkan gelas, maka langsung dituangkan oleh Hookmon.
”Cheers.” Seru Mai dan Soma.
“Salute.” Balas Hookmon, mereka pun bersulang dan langsung menenggak bir.
”Mereka terlihat senang sekali.” Kata Coronamon.
“Iya ya, seperti sudah lama tidak minum bersama saja.” Sahut Biyomon.
“Glek-glek, ah! Segar sekali!” Kata gadis berbaju merah itu.
”Kau mau tambah lagi?” Tanya Hookmon sembari memegang botol bir kembali.
”Tentu saja, dan aku takkan kalah olehmu, kapten.” Jawabnya dengan sedikit menantang.
”Oh iya? Kita lihat saja, hehehe.” Balas Hookmon sambil terkekeh-kekeh dan menuangkan segelas lagi, maka yang lainnya langsung sweatdrop melihat tingkah mereka yang seperti itu.
“Hei, aku saja belum habis. Kau benar-benar mau tambah lagi, Mai?” Soma bertanya.
“Iya, kenapa tidak? Aku kan jarang bisa minum-minum seperti ini.” Jawabnya.
“Tidak apa-apa, biarkan saja. Lagipula, aku juga baru kali ini minum bersama dengan manusia.” Sang kapten menambahkan.
“Ayo kita minum lagi, hahaha!” Mai memegang gelasnya ke arah Hookmon, dan kembalilah mereka bersulang untuk gelas yang kedua.
“Boleh juga nyali gadis yang satu ini, hahaha!”Yang lainnya kembali Sweatdrop melihat mereka berdua.
“Ya ampun. Kalau begini terus, mereka bisa mabuk.” Biyomon berkata sambil menepuk jidatnya.
“Uh, kalau saja ada minuman pengganti bir…” Keluh Kise.
”Oh, ini ada sirup koktail dengan berbagai rasa dan tanpa alkohol. Aku harap, kau menyukainya.” Hookmon mengambil 2 botol sirup koktail.
”Fiuh, akhirnya ada juga. Terima kasih, Hookmoncchi.” Kata Kise.
“Sama-sama. Oh iya, tolong bukakan juga semua koktail yang di kaleng.” Seru sang kapten kepada para awaknya. Tanpa menunda perintah sang kapten, para Numemon langsung membukakan semua kaleng koktail itu.
“Wah, pilihan rasanya banyak sekali!” Seru Palmon.
“Iya, terutama yang buah-buahan.” Gomamon menambahkan.
“Hummm, yang ini betul-betul segar!” Tailmon langsung menyeruput sambil memejamkan mata.
“Slurp, ah! Yang cokelat ini juga nikmat.” Coronamon tak kalah semangat meminumnya.
“Yang vanilla ini manis rasanya, enak sekali.” Lunamon menjulurkan lidahnya. Melihat para Digimon minum dengan penuh semangat, para Tamer mereka masing-masing hanya bisa tertawa melihat kepolosan mereka.
“Oh iya Hookmon. Ngomong-ngomong, tadi kau berkata bahwa kau pernah ke laut gelap. Seperti apakah laut gelap itu?” Hayakawa bertanya sembari menaruh gelas minumnya.
”Jika berbicara soal laut gelap, aku tak yakin kau akan percaya dengan yang aku lihat disana.” Jawab Digimon bajak laut berbaju merah itu.
”Kenapa kau berkata begitu?” Tanya Raph dengan heran.
“Iya. Sesuai namanya, laut gelap itu adalah laut yang langit dan awannya gelap juga banyak sekali kabut disana. Jadi, jarak pandang kita hanya bisa mencapai beberapa meter saja.
”Tapi, apa tak ada hal aneh lainnya selain itu?” Hyoga bertanya dengan penasaran.
“Ya, tentu saja ada.” Jawab Hookmon.
“Katakanlah, apa itu?” Tanya Musashi, lalu Hookmon menghela nafas panjang.
”Baiklah, akan aku katakan. Di sana banyak bayangan hitam dan siluet makhluk misterius dengan berbagai bentuk dan rupa, juga ukurannya bermacam-macam. Mulai dari yang kecil, sampai yang besar. Bahkan, ada yang raksasa. Jadi, banyak makhluk misterius disana.” Hookmon menjelaskan dengan detail.
“Kedengarannya seram juga, apakah mereka itu makhluk halus atau berwujud?” Tanya Sakura.
“Jika kuperhatikan, sebagian besar dari mereka berwujud, bukan makhluk halus atau hantu.”
“Fiuh, untung saja tak ada hantu disana.” Sontak Hayakawa.
“Aku hanya berkata sebagian besar dari mereka. Maksudku ada juga penampakan berupa sosok yang menyerupai manusia, namun sosoknya sangat menyeramkan.”Kata Hookmon.
“Hmm… aku jadi penasaran dengan situasi di laut itu. Aku ingin lihat sosok yang mirip manusia itu.” Kata Kokichi layaknya anak kecil yang benar-benar penasaran dengan mitos yang ada.
“Aku juga penasaran, tapi sayangnya sangat berbahaya kalau kita ke sana.” Kata Mai.
“Ditambah lagi, laut hitam bukan lah tujuan kita saat ini.” Tambah Soma.
“Tapi menurutku ada yang janggal.” Pinta Tailmon.
“Apa itu, Tailmoncchi?” Tanya Kise, dan Digimon kucing putih itu pun merespon Tamernya,
“Iya. Jika lokasi laut gelap tidak terdeksi pada Digi Compass, bagaimana carakau bisa masuk kesana?” Tanya Digimon kucing putih itu.
“Jika dipikir lagi, memang janggal. Seperti ada dimensi lain di balik dunia Digital.” Tentomon menambahkan.
”Aku sendiri tidak tahu bagaimana, karena tidak ada tanda-tanda bahwa kapalku sudah masuk ke laut itu. Yang aku ingat, mendadak saja langit sekitar gelap dan sangat berkabut.” Jawab Hookmon, maka semakin heranlah mereka.
”Apa ada yang aneh sebelumnya? Misalnya perubahan cuaca?” Tanya Soma karena penasaran.
“Perubahan cuaca? Hm, coba kuingat-ingat dulu… Oh iya, memang ada.”Jawab Hookmon sambil mengetuk kepalanya.
“Perubahan cuaca? Seperti apa?” Raph semakin penasaran mendengarnya.
“Tak lama sebelumnya, tiba-tiba langit mendung. Setelah itu, kapalku diterjang hujan badai dan ombak.” Jawab Digimon bajak laut berbaju merah itu.
“Aneh sekali, padahal di dunia Digital tidak pernah ada hujan badai.” Kata Gomamon.
“Iya, bahkan jarang sekali hujan di sini.” Coronamon menambahkan.
”Jarang hujan? Benarkah begitu, Gabumon?” Tanya Hyoga kepada Digimonnya.
”Iya, betul sekali. Di sini, hampir setiap saat cuacanya cerah.” Jawab Digimon serigala biru itu.
”Kedengarannya mengerikan sekali, lalu bagaimana kau bisa lolos darisana?” Tanya Sakura.
”Soal itu…” Hookmon tak melanjutkan perkataanya, dan mereka pun heran melihat ekspresi wajah sang kapten.
“Ada apa, Hookmon?” Tanya Palmon.
“Sebenarnya, kami sendiri tidak tahu persis bagaimana bisa lolos dari sana. Tapi yang jelas, kami sudah cukup lama berada disana. Bahkan kami sampai diserang oleh gerombolan Digimon jahat yang jumlahnya sangat banyak.” Kata salah satu Numemon.
”Diserang? Lalu, bagaimana selanjutnya?” Semakin penasaranlah Zhao mendengar penjelasan dari Numemon.
“Kami sempat menyerang mereka balik dengan meriam dan bom rakitan tangan yang disimpan kapten di gudang mesiu, namun karena pesenjataan kami terbatas dan jumlah mereka yang jauh melebihi kami, kami kalah kuat.” Jawab Numemon yang lain sambil menghela nafas, lalu dia melanjutkan,”Tapi syukurlah, kapten mati-matian menolong kami.”
”Iya, aku berkali-kali menghajar mereka. Sampai-sampai hal itu hampir membuatku kehilangan kendali atas diriku.” Hookmon menambahkan.
”Apa maksudmu?” Tanya Agumon.
”Iya. Sejak saat itu, aku hampir kehilangan akal dan hampir tidak waras.Karena banyak sekali musuh yang berusaha menyerang kapal dan awal-awakku. Bahkan, sebagian besar dari mereka berhasil naik ke atas kapal. Jadi aku tumpas mereka satu per satu, sampai-sampai aku tak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. ” Hookmon menjelaskan.
“Kasihan sekali, pantas saja jiwamu jadi goyah.” Sahut Kokichi.
”Iya, karena terlalu lama bertarung.” Mai menambahkan.
”Itu berarti, bisa dibilang Hookmon terkena shock atau trauma. Hal itu pula yang menyebabkan kekhawatirannya meningkat secara drastis.” Soma berasumsi demikian.
“Pantas saja dia menyerang kita secara membabi buta, karena saat itu, kita ibarat para Digimon jahat yang menyerang kapalnya.” Ujar Kiku.
“Poyo poyo.” Poyomon menambahkan.
“Tapi apa kau sudah pulih total?” Tanya Lunamon.
“Oh, tentu saja. Berkat kalian, aku jadi sehat kembali baik secara fisik maupun mental. Hahaha!” Jawab sang kapten dengan penuh percaya diri, sambil menuang bir ke gelasnya. Respon para Digidestined dan Digimon mereka? Tentunya mereka langsung Sweatdrop.
“Ada-ada saja kapten kapal kita yang satu ini. Oh iya, Hookmon-san, apa kau tahu di mana letak Area X?” Tanya Hayakawa, sambil Hookmon menenggak bir.
“Hm? Area X? Iya, aku tahu. Jika aku tak salah ingat, Area X berada di sebelah timur laut dari posisi kita berada sekarang.” Jawab sang kapten setelah selesai minum bir.
“Apakah jarak kesana masih jauh.” Tanya Impmon.
“Jaraknya jauh, karena akan memakan waktu sekitar 3 hari 2 malam.”
”3 hari 2 malam? Wah, jadi agak membosankan kalau diatas kapal seperti ini.” Zhao sedikit mengeluh.
”Agar lebih pasti, aku akan coba periksa di peta.” Sang kapten berjalan menuju kamar pribadinya. Penasaran dengan lokasi Area X, para Digidestined juga Digimon mereka dan para Numemon mengikutinya dari belakang. Sesampainya di kamar Hookmon, Digimon bajak laut berbaju merah tersebut melihat peta yang ada di meja kamarnya. Di saat yang bersamaan, dia mengambil sepasang tangan palsu di dekat mejanya lalu mencopot tangan kirinya dengan tangan pengaitnya.
“Tolong bantu aku mengganti tanganku sebentar.” Perintah sang kapten kepada salah satu Numemon, maka Digimon siput hijau itu melompat ke atas meja dan mengganti tangan sang kapten. “Terimakasih.” Ujar sang kapten.
“Sama-sama, kapten.” Balas Numemon, sambil Hookmon mencoba mengukur jarak dengan pensil dan penggaris. Sebelum mengukur jarak, dia menunjukkan posisi kapal berada sekarang dan Area X pada peta.
“Posisi kita sekarang berada di sini, sedangkan Area X berada di ujung sebelah kanan atas.” Saat mengukur jarak, ternyata benar apa yang dikatakan sang kapten bahwa letak Area X berada di sebelah timur laut. “Jika ditarik garis dari sini… jaraknya kira-kira mencapai… yak. Sekitar 700 mil.” Jawab sang kapten.
”Tak heran akan memakan waktu 3 hari, memang jaraknya jauh.” Sahut Musashi.
“Oh iya, ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian. Ayo, ikut aku.” Hookmon bergegas ke arah gudang, dan mereka semua mengikutinya. Sesampainya di gudang, sang kapten berjalan ke bilik kecil yang tersembunyi. Di sana, ada peti yang ukurannya tak besar. Namun isinya sangatlah mengejutkan, yaitu Crest.
“I-Ini…” Raph terkejut melihat isi peti tersebut.
“Apa ini crest yang Kakek Gennai maksud?” Tanya Hyoga dengan ragu. Alat navigasi milik Soma berdering, memberitahu bahwa benda yang mereka cari ternyata ada di dalam peti itu.
“Sulit dipercaya!” Ujar Soma.
“Benar, ini crest yang kita cari.” Kata Mai dengan senang.
“Tapi… dari mana kau mendapatkan ini Hookmon?” Tanya Kiku.
“Mengenai itu…” Akhirnya, Hookmon bercerita kepada mereka semua bahwa peti berisikan Crest itu dia dapatkan di pulau antah berantah, tepat sebelum kapalnya diterjang hujan badai dan ombak. Dia juga bercerita bahwa dia menemukan pulau misterius lainnya saat dia berada di laut gelap, dan dia bersama para awaknya sempat bersembunyi di pulau misterius tersebut.
“Jadi begitu? Tapi selama kau bersembunyi di pulau itu, apakah kau juga melihat atau menemukan sesuatu?” Tanya Sakura.
“Iya, aku memang melihat ada sesuatu yang aneh disana.” Jawab Hookmon.
“Apa itu?” Tanya Zhao.
“Aku melihat ada goa besar disana sewaktu aku bersembunyi.Karena penasaran akan goa itu, aku masuk ke dalam. Lalu di ujung goa itu, aku melihat ada ukiran yang terpahat. Bentuknya seperti simbol atau lambang.
”APA?” Teriak para Digidestined juga para Digimon mereka.
”Eh? Kenapa kalian terkejut seperti itu?” Memangnya kalian tahu soal simbol yang kubilang barusan?”
“Jika memang demikian, kemungkinan besar itu adalah simbol yang dimaksud oleh kakek Gennai.” Jawab Agumon sambil memegang dagunya.
“Tapi simbol itu berada di pulau misterius di laut gelap.” Kata Gabumon.
“Iya, dan laut gelap itu sangat berbahaya.” Biyomon menambahkan.
”Lalu bagaimana caranya agar kita bisa melihatnya?” Tanya Palmon khawatir.
“Tunggu dulu, memangnya simbol itu berkaitan dengan Crest yang aku temukan ini?” Hookmon penasaran sambil memegang peti berisiCrest.
“Iya, sangat berhubungan. Simbol itu harus dimasukkan ke dalam Crest.” Jawab Tentomon.
“Kakek Gennai berkata, jika kami memasukkan simbol itu ke Crest, kami akan mendapatkan tenaga lebih.” Gomamon menjelaskan kepada Hookmon.
“Karena ada beberapa musuh yang tak bisa dihadapi dengan kekuatan kami yang sekarang, jadi kami membutuhkan kekuatan lebih. Begitulah yang dikatakan oleh kakek Gennai.” Palmon menambahkan.
“Hm, jadi begitu ya? Aku mengerti sekarang. Berarti, ada maksud dibalik petualanganku di laut gelap. Baiklah, aku sudah memutuskan.” Hookmon menutup peti berisi Crest tersebut.
“Maksudmu?” Tanya para Digidestined dan Digimon mereka.
“Iya. Maksudku kalian memang anak-anak terpilih yang sudah ditentukan akan menyelamatkan dunia Digital, dan ternyata aku sudah ditakdirkan untuk menemukan Crest agar kalian dapat melanjutkan perjalanan. Jadi aku memutuskan, akan pergi ke laut gelap untuk yang kedua kali.” Sang kapten menatap mereka dengan tatapan serius.
“Tunggu dulu, itu sangat riskan.” Sahut Coronamon.
”Apa yang dikatakan oleh Coronamon benar adanya. Walaupun jumlah kita banyak, belum tentu kita bisa bertahan lama jika kita masuk kesana.” Ujar Tailmon.
“Lagipula, kita belum tahu cara untuk keluar dari laut itu. Dan ukiran yang terpahat disana, belum tentu itu simbol.” Kise menambahkan.
“Benar, bisa saja itu adalah tanda atau petunjuk bahwa ada yang pernah tinggal disana.” Kata Kokichi.
“Memang semuanya masih misteri, tapi tak ada salahnya mencoba.” Kata Hookmon.
“Uh, perasaanku jadi tidak enak.” Lunamon memegang tangannya.
“Aku juga.” Impmon berkata dengan khawatir.
“Kalian kenapa? Apa ada sesuatu yang aneh?” Tanya Hayakawa sambil mendekati Digimonnya.
“Tidak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja aku punya firasat bahwa laut itu akan memanggil kita.” Jawab Lunamon.
“Benar sekali, walaupun aku sendiri belum tahu persis energi gelap yang ada di laut itu.” Impmon menerangkan.
“Uh, kenapa jadi menegangkan seperti ini?” Kita baru saja menemukan Crest, tapi sudah ada 1 hal yang menurutku absurd.” Raph sedikit menggerutu.
”Betul, bukankah lebih baik kita melanjutkan perjalanan saja?” Hyoga bertanya agar situasinya menjadi tenang.
”Iya, itu pasti. Entah apapun yang terjadi, kita harus berlayar ke Area X.” Tegas Musashi.
“Setuju!” Seru Para Digidestined serta Digimon mereka.
“Nah. Karena kalian sudah di sini, aku ada tugas khusus untuk kalian.”
“Tugas khusus?” Biyomon heran dengan apa yang dikatakan Hookmon.
“Iya. Kalian akan aku berikan tugas untuk membersihkan kapal ini. Mulai dari gudang, sampai ke dek.”
“APA?” Mereka semua terkejut mendengarnya.
“Dan tidak ada kata tidak untuk itu. Hei, tolong ambilkan peralatan untuk mereka.” Hookmon menyuruh para Numemon mengambil sapu, pengki, ember, dan kain pel. Beberapa saat kemudian, mereka kembali sambil membawa semua peralatan.
“Jika kalian anak-anak terpilih, kalian akan aku latih supaya jadi disiplin dan mandiri.” Tegas Hookmon kepada mereka.
“Um, tunggu dulu. Apa sebaiknya nanti saja kita kerjakan?” Zhao bertanya sambil sweatdrop.
“Tidak ada nanti-nanti! Jika kalian ada yang kulihat malas-malasan, kalian tidak boleh makan malam!” Hookmon menegaskan dengan suara lantang.
“Eh? Iya iya! Siap, kapten!” Sontak mereka semua langsung menuruti perintah Hookmon dan membersihkan kapal. Selama kurang lebih 2 jam, mereka membersihkan semua bagian kapal satu per satu. Peluh keringat membasahi tubuh mereka, dan akhirnya mereka pun melapor pada sang kapten bahwa pekerjaan mereka sudah selesai.
“Hm! Bagus. Sekarang kalian boleh istirahat.” Kata Hookmon dengan lantang. Tak lama kemudian, beberapa dari para Digidestined langsung jatuh terduduk kelelahan, yang tak lain adalah Zhao, Hayakawa, Kise, dan Kokichi.
“Kalian baru segini saja sudah lelah. Apa kabar nanti perjalanan kita yang lain?” Sindir Raph.
“Memangnya Hamatocchi dan yang lain sudah mengerjakan pekerjaan rumah selama ini?” Tanya Kise sambil mengeluh.
“Latihanku jauh lebih melelahkan daripada ini.” Balas Raph sambil menjulurkan lidahnya.
“Raph benar. Membersihkan kapal ini belum ada apa-apanya dengan latihan yang kita kerjakan ketika kami di bumi.” Timpal Hyoga.
“Belum lagi perjalananku di istananya Dracula jauh lebih melelahkan.” Sambung Soma. Keempat remaja yang sudah kelelahan itu hanya terdiam dan membayangkan latihan-latihan yang teman-temannya alami.
“Ya sudah, sebaiknya kita istirahat saja. Siapa tahu kita ternyata sudah sampai.” Ajak Sakura sambil beranjak ke dapur untuk mengambil beberapa gelas minuman. Setelah beberapa saat, mereka pun minum untuk melepas dahaga dan letih mereka.
“Kapan ya kita akan sampai ke tempat itu? Rasanya lama sekali.” Tanya Hayakawa.
“Aku jadi rindu rumah.” Kata Zhao.
“Aku juga khawatir dengan adikku, Erina. Dia mengidap penyakit keras…” Tambah Musashi.
“Kalian jangan terlalu cemas seperti itu. Kita akan pulang juga nanti.” Kata Mai. Akhirnya para tamer memutuskan tidak memikirkan kapan mereka pulang sementara waktu. Setidaknya, mereka sudah menemukan jawaban untuk cara mereka pulang, iya kan?
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya, tolong kasih kudosnya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next chapter~!
Chapter 13: Dark Ocean, Where the Secret Lies Within
Summary:
Setelah bertarung habis-habisan melawan Hookmon, para Digidestined yang baru beserta Digimon mereka mengarungi lautan untuk mencari harta karun berisi Crests. Sayangnya, ada halangan yang sudah menanti mereka. Mungkinkah mereka berhasil menemukan kesebelas crest itu
Notes:
Corona, oh Corona... ternyata adanya pandemik malah berhasil bikin chapter ini kelar. Kesibukan kerja jadi penghalang nyelesaiin chapter ini. Tapi at the end, ini chapter terpanjang dan tergreget buatku XD
Again, makasih lagi buat partner nulis fanfic ini, Bang Patuan. Akhirnya, rekor nulis kami terpecahkan nyampe 14k lebih. Makasih juga buat readers yang masih ngikutin DWA sampe sekarang. Semoga kalian enjoy chapter yang kelarnya lama ini dan panjangnya super panjang :'D
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Karena 4 orang dari mereka sudah letih, mereka memutuskan untuk istirahat. Sebagian besar dari mereka duduk di dek kapal untuk meregangkan otot. Sedangkan para Digimon? Mereka berkumpul bersama sambil berdiskusi agar mereka bisa meyakinkan para tamer mereka yang terlihat cemas. Tentunya bersama Poyomon juga yang digendong oleh Kiku. 1 jam kemudian, mereka selesai berdiskusi. Akhirnya, Agumon mendekati para tamer yang sedang rehat dan angkat suara,
“Teman-teman, dengarkan kami sebentar. Kami tahu bahwa kalian pasti ingin pulang ke Bumi. Oleh karena itu, kami minta maaf karena kami sudah membawa kalian semua ke dunia Digital secara mendadak.”
“Kami juga tak memberitahu sebelumnya tujuan kami membawa kalian. Sekali lagi, kami minta maaf.”Gabumon menambahkan, sambil mereka semua menundukkan kepalanya. Merespon pernyataan mereka, Mai pun menghampiri para Digimon dan berkata,
”Kalian tak perlu minta maaf. Kami semua sudah mengetahui tujuan kalian membawa kami ke sini.”
“Toh kita semua juga sudah melakukan perjalanan sejauh ini, dan kemungkinan besar kita akan menemukan jalan pulang setelah kita ungkap misteri di Area X.” Soma menerangkan kepada mereka.
”Terimakasih, Soma.” Sahut Coronamon kepada pemuda berambut putih itu.
“Sebenarnya, masih ada yang ingin kami beritahu kepada kalian.” Kata Biyomon.
“Apa itu? Katakanlah.” Mai penasaran mendengarnya.
“Sebenarnya kami tak tahu banyak soal Area X. Tapi yang pernah kami dengar sebelum bertemu kalian, kami mendengar kabar bahwa disana ada semacam gerbang dimensi yang menghubungkan antara dunia Digital dan Bumi. Tapi berhubung kami masih kecil, kami tak mengerti maksudnya.” Tentomon menjelaskan.
”Apalagi Area X itu sangat jauh dari tempat kami berada, jadi hanya itu saja yang kami tahu.” Gomamon menambahkan.
”Soal itu, kita tak perlu cemas. Yang penting, kita sudah menemukan petunjuk agar bisa pulang ke Bumi.” Kata Raph.
“Betul sekali. Sekarang yang terpenting adalah kita harus bisa menelusuri lautan agar sampai kesana.” Hyoga menambahkan.
”Dan tak lupa juga agar kita harus selalu kompak dan bersatu, supaya kita berhasil melewati rintangan berat seperti apapun.” Tegas Sakura.
”Sepakat.” Sahut Palmon.
“Sepertinya tak ada pilihan lain lagi, baiklah.” Tukas Musashi, lalu yang lainnya pun mengangguk setuju.
“Karena hari sudah mulai petang, lebih baik kita masuk ke dalam saja.” Usul Soma.
“Kau benar. Lagipula, sepertinya angin mulai berhembus kencang.” Ujar Kiku, lalu Hookmon muncul di dekat mereka bersama dengan Zhao, Kise, Hayakawa, dan Kokichi.
“Biasanya menjelang senja, anginnya memang seperti ini. Tapi justru dengan begitulah kapal ini bisa cepat melaju. Hanya saja, hembusannya lebih kencang dari biasanya.”
“Oh, apakah itu berarti kapal ini melaju lebih cepat dari biasanya?” Tanya Kise dengan penasaran.
“Bisa dikatakan seperti itu, ya mudah-mudahan saja ini bukan pertanda badai.” Jawab Kokichi.
“Iya, semoga saja.”Hayakawa menambahkan. Sesaat kemudian, para Digidestined juga Digimon mereka berbincang-bincang sedikit sementara Hookmon berjalan ke bagian depan kapal sambil mengeluarkan teropong jarak jauhnya. Kemudian, dia melihat dengan teropongnya sembari memperbesar jarak penglihatan. Lalu berkatalah dia dalam hatinya,
“Astaga naga!” Tanpa disadari, para Digidestined beserta Digimon mereka berada di belakang sang kapten.
”Hookmon, kau sedang melihat apa?” Tanya Impmon, dan sang kapten tersentak kaget.
”Oh, tidak ada apa-apa. Ayo, kita masuk ke dalam.” Hookmon menuntun mereka masuk ke dalam dengan raut wajah yang menunjukkan bahwa dia khawatir akan yang dia lihat. Hanya saja, dia merasa tidak enak jika memberitahu yang sebenarnya kepada para digidestined juga Digimon mereka. Setelah mereka berada di dalam, Hookmon menunjukkan kamar mereka. Di dalam kapal itu, terdapat 2 kamar besar dengan tempat tidur ukuran standar dalam jumlah yang banyak. Kamar-kamar itu letaknya di dekat ruang makan, dan posisi 2 kamar tersebut bersebelahan. Yang sebelah kiri untuk pria, dan yang sebelah kanan untuk wanita. Beberapa saat kemudian, mereka beristirahat sembari menunggu waktu makan malam. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan jam 8 malam, dan mereka pun langsung menikmati makan malam dengan tenang walaupun angin di luar semakin kencang.
Untuk menunya, Hookmon menghidangkan fish&chips. Selesai makan malam, mereka duduk sambil bercakap-cakap selama kurang lebih setengah jam. Ditengah-tengah percakapan itu, Hyoga berkata,
“Rasanya ada yang aneh saat kita bertarung melawan musuh-musuh kita selama ini.”
“Aneh bagaimana?” Tanya Coronamon.
“Iya. Jika diperhatikan, pada pertarungan awal, kekuatan kami sebagai anak-anak terpilih hampir tidak ada gunanya untuk menyerang musuh seperti Kuwagamon, Shellmon, Seadramon, ataupun kedua Digimon serangga yang menyerang kita di hutan.” Kata Raph
“Maksudmu Snimon dan Flymon?” Tanya Agumon memastikan.
“Iya.Tapi dalam pertarungan setelahnya, kekuatan kami akhirnya berguna.” Jawab Kiku .
“Kalau dipikir, memang aneh. Seperti ada perkembangan seiring semakin banyaknya Digimon yang berevolusi.” Sahut Musashi.
“Bisa dibilang, kekuatan kalian sebagai tamer kami berhubungan erat dengan perkembangan evolusi kami.” Tentomon menjelaskan.
“Apakah itu berarti jika kalian berevolusi ke bentuk yang lebih kuat lagi, kami juga akan bertambah kuat?” Mai bertanya dengan penasaran.
“Soal itu, kami belum bisa pastikan. Tapi ada kemungkinan seperti itu.” Biyomon menjawab dengan polos.
“Tapi kita harus tetap waspada. Sebab, kita tidak tahu musuh seperti apa yang akan kita hadapi nanti.” Hyoga mengingatkan teman-temannya.
“Betul sekali, dan kita juga harus tahu seperti apa kekuatan mereka.” Zhao menambahkan.
“Tapi ngomong-ngomong, bagaimana kalian semua bisa sampai di Bumi saat menjemput kami?” Tanya Zhao.
“Oh, itu karena kakek Gennai yang mengirim kami.” Jawab Gomamon.
“Darimana kalian bisa tahu itu? Bukankah kalian belum pernah bertemu dengan kakek itu sebelumnya?” Sakura bertanya dengan heran.
“Walaupun kami belum pernah melihat dia sebelumnya, dia sudah memberitahu kami sebelumnya hanya dengan pesan suara.” Palmon menjelaskan kepada tamernya.
“Lho, darimana kalian bisa tahu kalau suara itu suara Kakek Gennai?” Tanya Raph karena dia bingung.
“Saat itu juga, kami bertanya kepadanya.Lalu dia pun memberitahu siapa dirinya. Selanjutnya, dia berkata bahwa kami adalah para digimon yang terpilih untuk menyelamatkan dunia digital.” Gabumon menjelaskan.
”Dia juga berkata bahwa dia sudah menentukan kalian sebagai tamer kami.” Agumon menambahkan.
“Jadi begitu? Lalu, sebenarnya apa yang terjadi pada dunia digital?” Kiku bertanya sembari menyuapi Poyomon.
”Yang pertama, kakek Gennai berkata soal Devimon yang mencoba menguasai Pulau File. Lalu yang kedua, kami mendengar kabar dari kakek Gennai bahwa ada beberapa kelompok Digimon jahat yang berusaha mencari jalan ke Bumi.” Jawab Tailmon.
”Mencari jalan ke Bumi? Apa tujuan mereka?” Hayakawa semakin penasaran mendengarnya.
”Tujuannya tak lain karena ingin menghancurkan manusia dan menguasai Bumi, itu yang kami dengar darinya.” Coronamon menjawab dengan muka serius.
”Astaga, mengerikan sekali.” Sakura merespon pernyataan Digimonnya.
”Jika memang demikian, kita tak boleh membiarkan hal itu terjadi!” Tegas Raph.
“Iya, kita tak bisa hanya berdiam diri saja dan membiarkan Bumi dalam bahaya.” Hyoga menambahkan. Tanpa menghiraukan apa yang dibicarakan oleh para digidestined juga Digimon mereka, Hookmon tetap diam seribu bahasa karena memikirkan betul apakah mereka akan baik-baik saja dalam perjalanan mengarungi lautan. Dia merasa curiga akan cuaca karena angin bertiup semakin kencang. Tiba-tiba saja, Mai menepuk bahu sang kapten dan berkata,
“Hookmon, kenapa kau diam saja?”
“Oh, tidak. Tak ada apa-apa.” Jawab sang kapten, tanpa memberitahu apa yang dia pikirkan.
“Apa kau memikirkan sesuatu?” Kokichi bertanya sambil memperhatikan raut wajah sang kapten.
“Tidak, tenang saja.” Jawabnya dengan suara tenang, meskipun dia merasa canggung. Tentu Kokichi sama sekali tidak senang melihat respon dari Hookmon karena dia tahu kalau sang Digimon bajak laut itu berbohong. Hanya saja, ia tak mau menggubris karena ia takut teman-teman yang lain nanti akan memarahinya.
“Mungkin kau terlalu letih selama ini.” Lunamon berasumsi demikian.
”Karena kau yang mengurusi semua yang ada di kapal ini.” Tailmon menambahkan.
”Ya mungkin juga, tapi aku sudah terbiasa. Karena itulah pekerjaan seorang kapten kapal. Hehehe.” Jawab sang kapten dengan ketawa terkekeh-kekeh sambil menuang anggur merah ke gelasnya, tak lebih untuk menutupi rasa khawatir. Respon mereka semua? Mereka langsung sweatdrop melihatnya.
”Dasar kapten yang satu ini.” Kata Hayakawa.
”Iya, ada-ada saja. Hoaaaaahem. Setelah makan, aku jadi mengantuk.” Ujar Zhao, diikuti oleh tawa dari teman-temannya juga Hookmon.
“Dasar pemalas…” Gomamon facepalm melihat tingkah tamernya itu.
Kemudian, mereka bergegas untuk mencuci muka dan kembali ke kamar masing-masing lalu tidur.Akan tetapi, keadaan tiba-tiba berubah 180 derajat. 3 jam setelah mereka merebahkan diri, turunlah hujan yang sangat deras dan badai datang dengan ombaknya yang ganas. Suara angin badai disertai petir yang mengoyak langit membangunkan semua yang berada di dalam kapal. Deru ombak telah membuat kapal goncang.
“Ayo, kita harus ke dek sekarang juga! Aku akan pergi ke anjungan dan mencoba mengendalikan kapal. Sedangkan kalian… kalian harus membantu para Numemon menjaga tiang layar!” Seru Hookmon
“Baik!” Respon para Digidestinedjuga Digimon mereka, dan para Numemon. Dengan berlari secepat kilat, mereka semua langsung ke dek. Hookmon langsung ke anjungan lalu memegang kemudi kapal, dan berusaha keras menstabilkan kapal juga menghindari ombak yang datang menggulung. Sementara para Numemon, Digidestined, juga Digimon mereka menarik tali pengikat tiang layar sekuat tenaga mereka. Tujuannya adalah agar tiang layar tidak patah karena diterjang badai. Karena selain dari kemudi, keseimbangan kapal juga bergantung pada tiang layar.
“Yak! Satu, dua, tiga! Hup! Ayo, tarik terus!” Teriak para Numemon. Tak jarang, ombak menghantam lambung kapal bahkan sampai sebagian dari mereka terdorong oleh air.
“Urgh!” Agumon, Gabumon, Palmon, Tailmon, Coronamon, juga Lunamon terdorong oleh air sampai ke bagian dek belakang.
“Bertahanlah kalian!” Sebagian dari Numemon berusaha menolong mereka dengan melemparkan tali yang ujungnya ada pengait, sedangkan sebagian lagi tetap memegang tali pengikat tiang layar.
“Raihlah tali itu! Jangan sampai tergelincir!” Seru para Numemon.Kapal sempat oleng beberapa kali dihantam ombak. Namun karena keahlian sang kapten, kapal tersebut tidak kandas. Dengan penuh perjuangan, mereka semua menerobos badai selama kurang lebih 1 jam. Setelah 1 jam yang penuh dengan teror, akhirnya angin ribut menghilang dan ombak mulai reda. Akan tetapi, hujan masih deras disertai petir yang besar. Pada awalnya, mereka bisa bernafas lega. Kejadian itu berlangsung selama kurang lebih setengah jam. Namun setelah ketenangan selama setengah jam, apakah badai benar-benar sudah reda? Kelihatannya demikian. Tapi tak lama setelah itu, mereka melihat hal yang aneh jauh di depan mereka.
“Lihat! Ada sesuatu yang datang dari depan kita!” Seru Raph sambil menunjuk Mendengar itu, salah satu Numemon mengambil teropong lalu memperhatikan dengan seksama.
“Astaga, Kapten! Kapten!”
“Ada apa?”
“Di depan kita ada ombak besar yang datang menggulung!”
“Apa? Coba kulihat dulu…” Hookmon mengambil teropong dari Numemon dan melihat sembari memperbesar jarak penglihatan. ”Ya ampun, besar sekali! Ini bahaya! Baiklah, aku akan mencoba menghindari ombak itu! Jika sampai terlambat, kita akan celaka!” Bergegas secepat mungkin, sang kapten berlari ke anjungan dan memegang kemudi kapal.
“Astaga, lihat itu!” Hyoga berkata sambil mengarahkan pandangannya ke ombak pasang yang mendekat dengan kecepatan penuh.
“Ombak itu cepat sekali, kita tak akan sempat menghindar!” Mai berteriak panik.
“Jangan menyerah! Kita harus berusaha!” Tegas Musashi. Sayangnya, ombak pasang terus mendekati kapal tanpa mengurangi kecepatan.
“Kapten! Jarak ombak itu sudah dekat! Sekarang bagaimana, kapten?!?!” Para Numemon panik dan tak tahu harus berbuat apa.
“Sial! Ini tidak mungkin terjadi! Ini benar-benar sial! SIAAAAAL!!!” Hookmon menghardik usaha kerasnya yang sia-sia dalam mempertahankan kapal dengan memukul kemudi dengan kencang.
“Terlambat! Ombaknya datang!” Teriak Sakura sembari menengok ke arah ombak yang sudah di depan kapal.
“Oh, TIIIIIDAAAAAK!!!” Teriak mereka semua ketakutan, dan seketika itu juga, ombak pasang tersebut menerjang kapal tanpa ampun. Lantas, apakah kapal yang mereka tumpangi itu tenggelam dan karam di laut, layaknya pelaut yang menempuh topan badai besar? Apakah mereka selamat dalam badai itu? Atau justru sebaliknya? Ya, “selamat” adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi mereka. Ajaibnya, kapal yang mereka tumpangi selamat beserta dengan semua yang ada di sana walaupun mereka pingsan. Dalam sekejap, laut menjadi tenang bahkan hening tanpa suara. Namun apakah ada hal yang aneh?
“Uh, kepalaku sakit.” Kokichi siuman, lalu berjalan mendekati Impmon.“Impmon. Hei Impmon, sadarlah!” Dia mengguncang tubuh Digimonnya.
“Aduh, sakit sekali bos...” Keluh Impmon sambil memegang kepalanya.
“Syukurlah, kau sudah siuman.” Kata remaja berambut hitam keunguan itu.
“Iya. Ayo, kita harus membangunkan yang lain.” Usul Digimon berbentuk imp itu. Kemudian, mereka membangunkan teman-teman mereka satu per satu. Setelah para digidestined beserta Digimon mereka siuman, mereka berusaha membangunkan para Numemon. Setelah sadar, kawanan Digimon siput hijau itu berjalan ke arah sang kapten diikuti oleh para digidestined juga Digimon mereka.
“Kapten, sadarlah! Kapten!” Salah satu Numemon menepuk dan menggoncangkan tubuhnya. Akhirnya, sang kapten siuman juga.
“Uh, aku… aku masih hidup?” Tanya Hookmon karena heran.
“Benar. Ajaib sekali, kita bisa selamat.” Jawab Numemon.
“Tapi, dimana kita sekarang ini?” Zhao bingung melihat pemandangan sekitar.
“Tempat ini sangat berkabut.” Kata Kiku sambil menggendong Poyomon.
“Poyo poyo.”
“Langitnya sangat berawan dan gelap, seperti mendung saja.” Kise menambahkan.
“Apa? Tunggu dulu, jangan-jangan…” Sang kapten langsung bangkit berdiri dan melihat sekitar. Penasaran akan apa yang terjadi, para digidestined juga Digimon mereka menghampiri sang kapten.
”Anu, Hookmon? Apa kau tahu dimana sebenarnya kita berada sekarang?” Tanya Hayakawa.
”Tempat ini, jika kuperhatikan… Ya, tak salah lagi. Ini adalah… Laut Gelap!” Jawab Hookmon Sontak keadaan menjadi hening sesaat, sampai mereka semua berteriak,
“APA?!” Tak percaya dengan ucapan sang Kapten, Soma mengeluarkan Digi Compass dan mengaktifkan fitur navigasi. Apakah alat tersebut berfungsi layaknya saat mereka berada di tempat-tempat sebelumnya? Sayangnya, hal itu tidak akan terjadi. Mengapa bisa demikian? Itu dikarenakan jarum kompas langsung berputar tak beraturan ke sana-kemari, dengan kata lain rusak. Begitu pun dengan peta, Laut Gelap tak terdeteksi letaknya.
“Ini tidak mungkin! Aku tak percaya ini!” Raph tersentak kaget melihat Digi Compass.
“Iya, kita sekarang berada di Laut Gelap. Laut ini, persis seperti pada saat aku pertama kali datang. Sangat mencekam!” Sang kapten menjawab dengan wajah khawatir dan berkeringat.
”Tempat ini, auranya mencekam sekali! Seperti ada sesuatu yang berusaha memanggil dan menarik kita kesini.” Ujar Soma.
”Iya, aku juga bisa merasakannya. Perasaan tidak enak, seolah-olah ada yang memanggil kita!” Impmon menambahkan.
”Sekarang, kita harus perhatikan sekeliling. Siapa tahu, ada yang mencoba menyerang kita secara diam-diam.” Lunamon mengusulkan kepada mereka semua. Kedua Digimon tersebut bisa merasakan energi negatif dari Laut Gelap dikarenakan mereka adalah Digimon elemen dark, sedangkan Soma, karena dia adalah reinkarnasi Dracula. 1 jam kemudian, tidak ada yang janggal selain dari laut yang berkabut dan mendung. Namun entah darimana asalnya, tiba-tiba muncul suara-suara aneh seperti suara erangan, geraman, bahkan tangisan dan tawa yang menyeramkan.
“Tempat ini menyeramkan sekali! Kenapa ada banyak suara-suara aneh dari mana saja?” Hyoga bertanya dengan sedikit ketakutan.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, di tempat ini banyak sekali makhluk misterius dengan berbagai macam rupa dan bentuk. Bahkan, ada pula yang berwujud seperti manusia tapi sosoknya menyeramkan.” Hookmon menjelaskan secara detail.
“Aduh, jangan menakutiku seperti itu! Aku jadi semakin takut!” Keluh Mai.
“Tapi aku yakin apa yang diucapkan oleh Hookmon itu benar, walaupun kedengarannya mustahil.” Sahut Musashi, kemudian mereka mulai melihat sosok bayangan hitam yang muncul dan menghilang begitu saja. Bahkan ada yang melihat seperti sekelebatan bayangan putih, lalu muncullah sosok perempuan berambut panjang dengan baju putih dan bermuka pucat. Wajahnya sangat menyeramkan.
“KYAAAAA!!!” Hayakawa berteriak ketakutan sampai memegang erat bahu Zhao.
“UWAAAAA!!!” Sakura pun ikut berteriak ketakutan.
”HIHIHIHIHI!!! SELAMAT DATANG, ANAK-ANAK TERPILIH!!!” Kata sosok perempuan berbaju putih dan berambut panjang menjuntai dengan ketawa cekikikan. Suaranya seperti suara nenek tua, hanya saja sangat tak bersahabat. Ya, tak asing lagi dia adalah hantu penunggu Laut Gelap. Tak lama kemudian, hantu wanita itu menghilang seperti angin lalu.
“Apa itu tadi?!?! Seram sekali!!!” Kise menelan ludah karena melihat hantu itu pergi begitu saja. Beberapa detik kemudian, terdengarlah oleh mereka suara erangan yang keras. Kemudian muncullah sosok laki laki bertubuh besar dan tinggi berwarna hitam. Dia mempunyai sepasang taring yang mencuat keluar seperti macan pedang dan tanduk besar, bahkan berambut panjang dan berbulu tebal.
“GRRRRR!!! MAU APA KALIAN KEMARI?!?!?! APA KALIAN INGIN MENANTANGKU, HAH???” Hardik sosok laki-laki itu sambil memukul lantai kapal dengan mengepalkan kedua tangannya yang besar dan panjang. Ya, dia juga salah satu hantu penunggu. Lalu dia menghilang seperti ditelan kabut.
”AAAAAKH!!! HIIIII!!! MAKHLUK APA ITU???” Mai sangat takut melihat sosok hantu laki-laki itu.
”Ke-kenapa tempat ini bisa banyak hantunya? A-apakah tempat ini berada di dimensi yang berbeda dari dunia digital?” Kokichi bertanya dengan terbata-bata, karena kedua hantu yang dia lihat ternyata jauh lebih menyeramkan dari apa yang dia bayangkan selama ini.
”Bisa dibilang… seperti itu, bos.” Jawab Impmon sembari menelan ludah.
”Digi Compass tak berfungsi, Laut ini berada di dimensi lain… dan ada penampakan makhluk astral. Berarti tempat ini benar-benar… ya. Mirip sekali, seperti istana Dracula!!!” Soma menyimpulkan demikian.
“APA KATAMU?” Teman-temannya terkejut setengah mati mendengarnya.
“Iya, istana Dracula pun demikian. Istana itu benar-benar ada dan nyata, tapi istana itu berada di dimensi lain dari Bumi. Jadi bisa dikatakan, seperti ada dunia lain pada satu dunia yang sama. Begitu pun dengan Laut Gelap. Hanya saja dia berada di dunia digital, bukan di Bumi.” Soma menjelaskan secara detail.
”Kalau begitu, kita harus benar-benar waspada! Mungkin saja, para hantu itu akan menyerang kita kapan pun!” Usul Musashi.
“Kau benar, kita tidak tahu berapa jumlah mereka. Tapi sepertinya, mereka berkoloni satu sama lain.” Hyoga berasumsi demikian.
“Yang jelas, kita harus konsentrasi penuh! Jangan sampai pikiran kita kosong, karena mereka bisa saja merasuki salah satu diantara kita !” Soma mengusulkan kepada teman-temannya, maka mereka pun mengangguk.
”Kalau sudah begini, tak ada pilihan lain!” Hookmon bergegas masuk ke kapal.
“Hookmon, tunggu! Mau kemana kau?” Tanya Kiku karena heran melihatnya.
“Aku akan mengambil peti berisi Crest, kalian tunggu di sini!” Jawab sang kapten.
”Kapten, jangan tinggalkan kami!” Seru para Numemon karena ketakutan.
“Tidak! Kalian tetap di sini dan temani mereka! Itu adalah perintah!” Sahut sang kapten.
”Ba-baiklah!” Para Numemon pun tak berani membantah Hookmon. Siapa sangka? Setelah badai yang penuh dengan teror, sekarang mereka harus menghadapi kembali situasi yang penuh dengan teror yang menakutkan. Sekitar hampir 5 menit berlalu, Hookmon belum juga kembali. Anehnya, entah dari mana asalnya, terdengarlah suara misterius yang hanya terdengar oleh Impmon saja. Suara itu berkata,
“Hei, kau…” Impmon menoleh ke belakang berusaha mencari sumber suara misterius tersebut, dan bertanya dalam hatinya,
“Siapa? Siapa itu???”
“Kau tak perlu tahu siapa aku, tapi ada yang ingin kusampaikan kepadamu.” Jawab suara misterius itu.
“Tidak! Aku takkan tertipu begitu saja oleh ucapanmu!” Impmon menegur suara itu dengan berani.
“Kau yang bernama Impmon, kan? Aku kenal denganmu, kau satu spesies denganku.”Balas suara misterius tersebut.
“Kau… mengenalku? Bagaimana bisa? Tidak! Kau pasti berbohong!” Impmon menghardik suara itu.
“Kau adalah Digimon dark dan virus, sama halnya dengan aku. Aku juga dark dan virus, sama-sama setan. Jadi, kau tak perlu meragukanku. Kemarilah, aku sudah lama tak bertemu dengan yang satu clan denganku. Apakah kau tidak merasa senang jika bertemu dengan teman yang sama clannya denganmu?”
“Benarkah demikian? Kalau begitu, aku akan kesana.” Respon Impmon dengan polosnya, karena dia terbujuk dengan perkataan suara misterius tersebut. Maka berjalanlah dia perlahan-lahan ke bagian belakang kapal, diikuti oleh Kokichi yang heran melihat Digimonnya berjalan sendiri tanpa sebab.
“Impmon. Hei, Impmon! Kau mau kemana??? Impmon! Impmon!!!” Kokichi berusaha meneriakinya, namun usahanya sia-sia saja karena Digimon Imp itu tak dapat mendengar suaranya lagi.
“Dari gerakannya, aneh sekali. Seperti ada yang mengendalikan dirinya.” Ujar Hyoga.
“Ayo, kita susul dia!” Raph mengusulkan kepada teman-temannya. Setelah sampai di dekat Impmon, mereka terkejut setengah mati karena melihat tatapan matanya kosong dan dia tak berkedip sedikit pun. Melihat dirinya mematung seperti itu, remaja berambut hitam keunguan itu menepuk pundak Digimonnya.
“Impmon. Hei, Impmon… Sadarlah! Impmon… sadarlah!!!” Dia berusaha mengguncangkan tubuhnya, tapi tak menunjukkan hasil apa-apa. Malahan, Impmon langsung terjatuh dengan tatapan mata masih kosong dan wajah pucat. Hyoga dan Soma mendekatinya.
“Hm, sepertinya dia kerasukan.” Kata remaja berambut kuning itu sambil memegang kepala Impmon.
“Betul sekali, kita harus segera menolongnya sebelum terlambat!” Soma menambahkan. Tiba-tiba, Ogonken milik Musashi bereaksi dengan munculnya bunga listrik di beberapa area di pedang itu.
“Ogonken bereaksi… berarti dia merasakan keberadaan makhluk asing di dekat sini.” Kata sang remaja berambut biru itu.
“Siapa itu Musashi…?” Tanya Tentomon ketakutan.
“Apa kau merasakan keberadaan hal aneh yang mempengaruhi Impmon?” Tanya Agumon panik.
“Belum, tapi pedangku sudah merasakannya. Berarti dia dekat dari sini karena aliran listrik di Ogonken mengalir kencang. Hanya saja aku belum tahu letak pastinya.” Jawab Musashi.
“Kalau begitu, kita harus siap. Bisa jadi dia akan menerjang kita kalau kita tidak waspada.” Kata Sakura. Semuanya langsung pada posisi siap bertarung, meski Kiku terpaksa harus meletakkan Poyomon di atas kepalanya. Benar saja, karena respon Ogonken yang terlalu tinggi, pedang itu malah mengarahkan Musashi untuk menyerang satu area yang berhadapan langsung dengan Kise dengan menggunakan Hiryuu Ao Ken.
“Asukacchi, kok kau malah mau menyerang ke sana? Kan yang kerasukan Impmon, bukan Tailmoncchi.” Protes Kise.
“Aku tahu, tapi Ogonken berkata lain.” Jawab Musashi. Benar saja. Tak lama setelah Ogonken memancarkan elektromagnet yang kuat, muncul 2 bayangan putih yang menyerupai orb yang melayang. Hanya saja, kedua orb itu mempunyai wajah yang tak jelas namun menyeramkan.
“Awaaaaas!!!” Kise ketakutan melihat 2 orb itu terbang ke arah Tailmon, lalu dia mendorong Digimonnya demi melindunginya. Alhasil, dia terkena imbasnya dan kerasukan oleh salah 1 dari orb tersebut. Mendengar kepanikan, Hookmon pun muncul dengan membawa peti berisi Crest.
“Apa yang terjadi???” Tanya sang kapten, dan orb yang satunya terbang dengan sangat cepat ke arahnya.
“Hookmon, awas!!!” Para Digidestined yang lainnya beserta Digimon mereka meneriaki sang kapten, tapi sayangnya terlambat. Roh jahat itu sudah masuk ke dalam tubuh Hookmon sampai peti berisi crest yang dibawanya jatuh.
“GRRRRROAAAAARRRRR!!! GRAAAAARRRRRGH!!!”
“GRAAAAGH!!! HAAAAARRRRRGH!!!” Mereka berdua langsung kerasukan oleh 2 roh jahat dengan posisi merangkak seperti macan yang mencakar tempat mereka berpijak juga seperti kera yang mengepalkan kedua tangannya lalu memukul dadanya, dan tentunya suara mereka juga berubah total dan sangat mengerikan. Parahnya lagi, mereka berdua langsung memasang kuda-kuda tanda mereka sedang bertarung satu sama lain. Merespon hal tersebut, para Digidestined beserta Tailmon juga Digimon yang lainnya menghampiri mereka berdua selagi para Numemon juga Kokichi menjaga Impmon yang masih berdiri mematung. Dengan memberanikan diri, Hyoga dan Soma maju perlahan ke arah Kise dan Hookmon yang sedang bertarung layaknya binatang buas.
“Tunggu! Aku akan membantu kalian!” Raph berseru kepada kedua temannya yang berusaha mendekati Kise dan Hookmon.
“Tidak! Jangan coba-coba! Ini di luar nalar dan logika, kau takkan sanggup menolong mereka!” Sahut Hyoga.
“Mereka berdua sangat berbahaya! Karena kekuatannya sangat kuat. Lebih baik, kau dan yang lainnya tetap di situ dan persiapkan mental kalian! Kemungkinan saja, masih ada roh-roh jahat lainnya yang berusaha menyerang kita!” Soma memperingati kawan-kawannyanya.
”Sial! Baiklah, aku mengerti. Berhati-hatilah!” Seru Raph.
“Kita harus fokus dengan keadaan sekitar!” Ujar Gabumon.
“Kau betul, jangan sampai pikiran kita kosong!” Coronamon menambahkan.
“Cih, sial! Harusnya aku yang kena, bukan dia!” Tailmon menggerutu melihat tamer kerasukan.
“Jangan begitu. Yang penting, kita harus mempercayakan semuanya kepada Hyoga dan Soma.” Hayakawa memberitahu kepada Digimon kucing putih itu.
“Apa yang diucapkan Nona Hayakawa betul apa adanya, bersabarlah. Aku yakin, mereka pasti bisa menangani ini.” Lunamon menambahkan.
“Terima kasih, Lunamon.” Jawab Talimon. Untuk sesaat, keadaan menjadi sunyi karena kedua roh jahat yang merasuki Kise dan Hookmon berhenti bertarung dan menatap tajam tanpa mengedipkan mata ke arah mereka berdua seakan mau menerkam saja.
“GRRRRR!!! GROAAAAAAR!!! KALIAN MENGGANGGU KAMI SAJA!!!” ENYAHLAH KALIAN!!!” Dengan kuda-kuda seperti macan yang siap menyergap mangsanya, “Kise” melompat secepat kilat ke arah Soma. Tak kalah cepat dengannya, Soma langsung menghindar lalu merangkulnya dengan posisi mencekik agar dia tidak lolos.
“Ryouta, Ryouta!!!” Tailmon meneriaki tamernya yang sedang kesurupan karena khawatir.
“Ini bukan Ryouta, tubuhnya sedang diambil alih. Ini adalah, sosok siluman harimau!” Jawab Soma, disusul oleh Hookmon yang menyerangnya secara mendadak. Dengan cepat dan sigap, Hyoga mendorong sang kapten yang kesurupan dan langsung menindihnya dengan kedua tangannya juga kaki kanannya sehingga memberontaklah dia.
“AAAAARGH!!! LEPASAKAN AKU!!! LEPASKAN!!!” Roh jahat yang merasuki Hookmon menggelepar.
“Kau takkan kulepas sebelum kau pergi meninggalkan tubuh ini! Aku tahu siapa engkau sebenarnya, kau adalah siluman kera!” Hyoga menghardik roh itu dengan suara keras dan lantang.
“GRAAAAARGH!!! MEMANGNYA KENAPA JIKA KALIAN TAHU WUJUD KAMI YANG SEBENARNYA??? HAH??? ITU TIDAK PENTING BAGIKU!!! KARENA, KALIAN SEMUA HARUS MATI DI SINI!!!” Roh jahat yang satunya menghardik mereka kembali dengan tatapan tajam.
“Jika kalian tidak mau keluar, maka kami akan menyiksa kalian dan mengeluarkan kalian dengan paksa!” Soma meneriaki siluman harimau itu.
“HEH, MEMANGNYA KAU BISA APA PADAKU??? KAU BUKAN TANDINGANKU!!!” Siluman harimau itu mengejek pemuda berambut putih itu dengan tatapan sinis seolah mengintimidasi.
“Baik, jika kau memaksaku melakukannya…” Soma memegang kening Kise sambil menatapnya dengan mata tajam, dan mulai berdoa dalam hati. Maka roh itu pun mulai mengerang kesakitan dan kepanasan.
“AAAAARGH!!! SAKIT!!! SAKIT!!! PANAAAAAS!!! PANAAAAAS!!! AMPUN!!! AMPUUUUUUN!!!”
“Kami ada beberapa pertanyaan untukmu! Siapa yang menyuruhmu dan temanmu menyerang kami?”
“MENYURUH KAMI?!?!?! HAHAHAHAHA!!! TIDAK ADA!!!”
“JANGAN BOHONG!!! Kami tahu bahwa ada yang menyuruh kalian kemari dan menyerang kami! Katakan, siapa dia? AYO JAWAB!!!”
“Di-dia adalah penguasa tempat ini. Dia… bersama dengan temannya, yang telah lama terkurung di sini… adalah… pemimpin kami! Ya. Mereka berdua, adalah pemimpin kami!”
“Katakan, siapa namanya? AYO JAWAB!!!”
“Me-mereka adalah, D-Dragomon dan Daemon! AAAAARGH!!! KAMI MENUNTUT BALAAAAAS!!! BALAS DENDAAAAAM!!!” Melihat kedua siluman tersebut semakin berontak, Soma dan Hyoga memanjatkan doa Bapa Kami dan Salam Maria secara beberapa kali sampai pada akhirnya kedua roh jahat itu berhasil diusir dari tubuh Kise dan Hookmon. Secara bersamaan, sang Digimon bajak laut dan sang remaja berambut pirang itu langsung terkulai lemas dengan keringat bercucuran dan suhu tubuh mereka menurun drastis setelah roh yang merasuki mereka berhasil keluar.
“Dragomon? Hookmon pernah menyebut nama itu sebelumnya. ”Kata Kiku dengan nada khawatir.
“Hah? Maksudmu Digimon yang disebutkan Hookmon pada saat kita awal bertemu dengannya dan ia menyerang kita mendadak begitu?” Tanya Zhao. Sang gadis berambut kepang dua itu pun merespon dengan anggukan.
“Lalu Daemon itu siapa?” Tanya Sakura khawatir.
“Aku pernah dengar soal dia… tapi aku belum pernah melihatnya.” Jawab Palmon, disusul anggukan Digimon yang lain.
“Ini semakin aneh. Dengan Hookmon yang kerasukan barusan ditambah roh yang seharusnya merasuki Tailmon tapi malah kena Ryouta… ini membuatku semakin yakin ada yang mengincar kita lagi.” Kata Musashi berasumsi.
“Itu benar, ditambah lagi ombak pasang menyerang kita. Itu membuatnya semakin jelas.” Timpal Gomamon.
“Soal itu nanti saja, sekarang kita harus sadarkan Impmon.” Kata Agumon mengajak.
“Tapi cara menyadarkannya bagaimana? Kita tidak mungkin pakai kekuatan light karena bisa saja itu membunuh Impmon secara cepat.” Kata Biyomon.
“Aku juga belum menemukan ide yang pas. Untung juga Kokichi masih menjaga Digimonnya itu. Dia pasti khawatir.”Kata Hayakawa.
“Tailmon, Raph, Musashi, Zhao, kalian jaga dulu mereka berdua. Mai dan Hayakawa, bawakan air gula untuk mereka.” Soma memerintahkan kepada teman-temannya, sembari memegang tubuh Kise.
”Lalu bagaimana dengan Impmon?” Mai bertanya dengan khawatir.
”Kami akan mencoba menolongnya, semoga saja belum terlambat.” Jawab Hyoga sambil merebahkan Hookmon yang masih pingsan.
“Baiklah kalau begitu. Ayo, Mai!” Lalu beranjaklah kedua gadis itu masuk ke dalam kapal bersama dengan ketiga remaja juga Digimon kucing putih itu. Saat Tailmon dan ketiga remaja tersebut mengawasi Kise dan Hookmon, maka pergilah sang pemuda berambut putih bersama sang remaja berambut kuning itu ke arah Impmon yang masih terkapar tak berdaya dengan tatapan mata kosong tanpa berkedip sedikit pun.
”Keadaannya buruk sekali, tubuhnya sangat dingin.” Kata salah satu Numemon yang memegang Impmon bersama Kokichi.
“Tolong kalian minggir dulu sebentar, biar kami tangani dia.” Sahut Soma.
”Impmon, apa kau dapat mendengarku? Impmon? Impmon???” Hyoga berusaha keras memanggil Impmon yang sedang kerasukan, memastikan apa dia sudah dipengaruhi seutuhnya atau belum.
”Sepertinya percuma saja, tadi aku sudah memanggilnya berkali-kali namun dia tidak merespon sama sekali.” Ujar Kokichi.
”Jika sudah begini, kita harus coba memakai kekuatan batin.” Usul Soma.
“Kau benar, hanya itu satu-satunya cara yang tersisa.” Sahut Hyoga. Kemudian, mereka memejamkan mata dan memfokuskan diri mereka agar mereka bisa masuk ke dalam alam bawah sadar Impmon. Setelah beberapa saat, mereka memanggilnya secara membatin disusul oleh Mai dan Hayakawa yang datang membawakan air gula untuk Kise dan Hookmon. Sementara itu, di dalam alam bawah sadar Impmon, jiwanya sedang mendengar bisikan-bisikan ghaib yang bersikeras membuat dia menjadi jahat.
”Untuk apa kau ikut bertualang dengan mereka?!?! Mereka itu bukan temanmu!!!”
”Kau ini adalah Digimon setan yang seharusnya ditakdirkan menjadi jahat, sedangkan mereka adalah pembasmi Digimon jahat. Jadi kau tak pantas menjadi bagian dari mereka!!!”
“Kau lebih pantas menjadi teman kami, karena kau adalah Digimon dark dan virus!!!”
“Bukankah kau pernah berkata bahwa kau ingin menjadi kuat?!?! Jika memang itu keinginanmu, kami akan mengabulkannya dengan cuma-cuma!!! Ayo, ikutlah dengan kami!!!”
“Tidak!!! Jangan ganggu aku!!! Pergi kalian semua!!! PERGI!!! JANGAN GANGGU AKU!!! PERGI!!!” Jiwa Impmon berjuang melawan bisikan-bisikan ghaib yang berusaha mengambil alih dirinya sambil meronta-ronta memegang kepalanya. Tak lama setelah itu, terdengarlah olehnya suara Hyoga dan Soma yang berusaha memanggilnya berkali-kali.
”Impmon, Impmon. Apa kau dapat mendengar kami? Jawablah, Impmon. Impmon!”
”Suara itu, pasti Hyoga dan Soma! Hei, aku di sini! Tolong aku!!!” Dia berusaha membalas suara mereka. Namun bisikan-bisikan ghaib yang tak lain adalah para roh jahat yang berusaha merasuki Impmon menyadari kehadiran para musuh mereka. Bagaimanakah selanjutnya? Apakah kedua orang tersebut berhasil menyelamatkan sang Digimon setan kecil itu?
Saat Kise dan Hookmon siuman, Mai dan Hayakawa membantu mereka meminumkan air gula agar mereka cepat pulih. Sementara itu, tiba-tiba Impmon menggeliat sambil berteriak tanda jiwanya sudah merespon suara Soma dan Hyoga.“Tidak!!! Jangan ganggu aku!!! Tolong! Tolong akuuuuu!!!”
“Impmon, dengarkan kami baik-baik! Jangan biarkan mereka menguasaimu!!! Keluarkan mereka semua dari dalam tubuhmu!!!” Seru Hyoga sambil melantunkan doa Bapa Kami dan Salam Maria dalam hati.
“Impmon! Berjuanglah!!! Kau harus melawan mereka semua!!! Jangan biarkan dirimu dikuasai oleh mereka!!! Keluarkan mereka semua dari dalam tubuhmu!!! Ayo, Impmon!!! KELUARKAN!!!”Soma pun berteriak keras sembari berdoa dalam hati juga.
”AAAAAAAAAARGH!!! JANGAN GANGGU AAAAAKUUUUUUUUUU!!! PERGIIIII KALIAAAAAAAAAAN!!! PERGIIIIIIIIII!!!” Impmon berteriak sekeras suara guntur sampai-sampai mereka semua yang ada di kapal tercengang melihatnya, dan akhirnya dia berhasil ditolong. Sayangnya, Digimon setan kecil itu terbaring tak berdaya dan suhu tubuhnya dingin sekali.
“Impmon, kau sudah sadar! Syukurlah!” Kokichi memeluk Digimonnya.
“Hosh, hosh, hosh. A-aku h-haus, b-bos.” Impmon menjawab dengan terbata-bata dan lemas.
“Apa kau sudah kuat berdiri?” Tanya Soma sambil memegang pundak Digimon setan kecil tersebut.
“Hosh, hosh. Ti-tidak, aku tak kuat. Ma-maafkan aku.” Jawab Impmon.
”Tak heran jika dia tak sanggup, karena energi negatif dari para roh jahat di sini kuat sekali.” Kata Hyoga sambil mengelap keringat.
”Kau benar, dan sepertinya jumlah mereka banyak seperti yang dikatakan oleh Hookmon.”Sahut Soma sembari menepuk punggung Impmon, disusul oleh Kiku yang membawa air gula untuk Digimon setan kecil itu. Setelah itu, mereka bertiga membantu Impmon untuk bangun disusul oleh gadis berambut cokelat kepang 2 tersebut meminumkan air gula kepadanya,
“Minumlah yang banyak, agar kau cepat sembuh.”
“Glek, glek, glek.Te-terima kasih, Kiku.” Ujar Impmon, dibalas oleh anggukan darinya.
“Kau harus istirahat dulu, sama halnya seperti Ryouta dan Hookmon.” Sahut gadis berambut cokelat kepang 2 itu. Beberapa saat kemudian, suasana mendadak menjadi sunyi. Tak seorangpun yang bisa berkata-kata karena semua yang mereka alami masih misteri. Sekitar 15 menit kemudian, Hookmon mengambil kembali Crest yang terjatuh di lantai kapal lalu memasukkannya ke dalam peti crest tersebut, selagi salah satu dari Numemon memanjat ke atas tiang kapal. Tak lama setelah dia sampai di atas tiang yang ada pijakan kecil, dia berusaha melihat baik-baik dari balik kabut yang menyelimuti, sementara para Digidestined beserta Digimon mereka juga Hookmon dan para Numemon lainnya melihat ke sekeliling mereka. Awalnya memang tak ada yang aneh namun setelah 15 menit berikutnya, mereka melihat banyak sosok bayangan hitam bermata putih dan bermata merah yang menyerupai manusia tapi wajahnya tak nampak (dengan kata lain, seperti buram atau samar). Hanya saja, semua bayangan tersebut hanya menatap mereka tanpa melakukan apapun.Tapi apakah itu berarti mereka jauh dari bahaya? Sayangnya tidak. Numemon yang berada di tiang kapal berteriak kencang,
“Kapten, ada kapal dari arah depan!” Para Digidestined melihat kapal yang dimaksud dan mereka pun kebingungan, bahkan sampai ada yang wanti-wanti.
“Bukankah hanya ada kapal kita ya yang di sini? Itu kapal siapa?” Tanya Sakura curiga.
“Mungkin mereka ingin menolong kita.” Usul Palmon.
“Aku malah curiga mereka ingin menyerang kita. Bukannya aneh jika ada kapal tiba-tiba muncul entah dari mana?” Kata Musashi.
“Bisa jadi. Soalnya kapal itu terlihat sekali mereka ingin menuju kemari.Jika tidak, sudah pasti mereka terlihat kebingungan.” Kata Zhao.
“Whatever, for sure if the ship messes with us, they will pay!” Ujar Raph sambil menyiapkan saisnya.
“Uh… sebenarnya tidak perlu sampai begitu, Raph.” Kata Mai dengan sweatdrop meluncur dari pelipisnya. Sementara itu, Hookmon memperhatikan kapal yang jaraknya sangat jauh itu dengan teropong. Di saat yang bersamaan pula, keluarlah cahaya dari peti berisi Crest. Curiga akan cahaya itu, mereka semua menghampiri peti crest. Kemudian, Kokichi membuka peti tersebut dan diihatnyalah bahwa sinar itu berasal dari bagian bawah peti,
”Aneh sekali, semula aku berpikir cahaya ini muncul dari dalam Crest. Ternyata malah dari bagian dalam peti ini.”
”Kalau begitu, kalian semua harus mengambil crest tersebut.” Usul Hookmon, maka para Digidestined mengambil masing-masing 1 crest lalu mereka kalungkan pada leher mereka. Setelah itu, mereka menemukan secarik kertas lusuh. Penasaran akan isi kertas itu, remaja berambut hitam keunguan itu mengambilnya. ”Di dalamnya ada tulisan.Tapi, aku tak mengerti arti dari tulisan ini.”
“Itu Digicode.” Balas para digimon mereka.
”Digicode?” Para tamer mereka bertanya penuh heran.
”Iya, Digicode adalah huruf Digimon.” Jawab Agumon.
”Di dalam dunia digital, kami memakai Digicode pada saat menulis karena kami tidak memakai huruf alfabet seperti di dunia manusia.” Gabumon menambahkan.
”Tapi kalau diperhatikan, tulisannya tidak jelas karena tidak begitu kelihatan.” Sahut Tentomon.
”Berikan kertas itu padaku.” Hookmon berkata sambil mengulurkan tangan kanannya. Kemudian, Kokichi memberikan kertas lusuh itu kepada sang kapten. Segera saja, sang kapten masuk ke dalam kapal diikuti oleh mereka semua. Tak lama setelah itu, dia mendekati salah satu gentong berisi air dan merendam kertas itu di dalam gentong berisikan air tersebut. ”Ini direndam sebentar di air, lalu…” Selang beberapa detik, dia menarik keluar kertas itu dari dalam air dan menuju ke kamarnya disusul oleh yang lainnya. Langsung saja, dia berjalan ke arah lampu semprong di meja kamarnya lalu mendekatkan kertas lusuh yang basah itu ke depan lampu tersebut. Lamban laun, mulai terlihatlah huruf digicode oleh karena pantulan dari cahaya lampu terhadap kertas itu.
”Wah, ajaib!” Seru para Digidestined juga Digimon mereka. Setelah terlihat jelas semua, sang kapten mulai membaca isi dari kertas itu,
”Jika kalian sudah membaca catatan ini, berarti kalian sudah menemukan apa yang kalian cari selama ini. Kalian akan membutuhkannya suatu saat nanti demi melindungi dunia digital dari para makhluk jahat. Karena pada akhir-akhir ini, para kelompok makhluk jahat sedang berusaha menguasai dunia digital bahkan mereka punya rencana yang lebih buruk dari sekedar menguasai dunia digital. Sayangnya, belum diketahui seperti apa rencana mereka. Yang jelas, ada raksasa jahat yang bersemayam di Laut Gelap sampai saat ini. Dia berusaha keras mencari jalan keluar dari sana agar dia bisa lolos dan meneror dunia digital. Untuk itu, raksasa tersebut akan memancing kalian masuk ke dalam Laut Gelap agar dia menemukan petunjuk tentang portal dimensi yang bisa membawa dia keluar dari sana menuju ke dunia digital.”
”Pada saat itu pula, kalian akan menemukan simbol-simbol yang terdapat pada pulau antah berantah di Laut Gelap, tepatnya di dalam goa. Kalian harus menemukan jalan ke pulau itu, mencari simbol-simbol itu, lalu memasukkannya ke dalam benda yang kalian dapatkan dari peti ini. Ingat, berhati-hatilah! Karena raksasa jahat itu adalah penguasa Laut Gelap dan dia tak akan segan-segan untuk menghalangi bahkan menghabisi kalian dalam perjalanan. Terlebih lagi, dia tidak sendiri karena dia juga punya prajurit yang jumlahnya banyak berdasarkan kerajaan Laut Gelap yang dia ciptakan, juga ada 1 makhluk kuat yang terkurung dan bersekongkol dengannya. Jadi berhati-hatilah, dan carilah cahaya yang akan memandu kalian ke pulau antah berantah tersebut! Ingatlah selalu, bahwa cahaya akan mengalahkan kegelapan!”
Setelah mereka semua selesai membaca catatan itu, di lain tempat yang jaraknya jauh dari mereka, adalah sosok bayangan makhluk raksasa bermata merah yang muncul dari balik kabut yang menyelimuti Laut Gelap. Sesudah makhluk itu menampakkan bayangannya, muncul pula sosok bayangan makhluk yang tingginya tak sampai 2 meter, bermata biru dan melayang di udara. Lalu makhluk raksasa bermata merah itu berkata kepada makhluk bermata biru dengan suara yang menyeramkan,
“Sepertinya para tamu istimewa kita sudah datang, siapa sangka mereka akan datang secepat ini?”. Makhluk bermata biru menjawab,
“Hehehe, bukankah kau sendiri yang mengundang mereka kemari?”
“Hahaha, kau benar! Karena aku sudah tak sabar ingin keluar dari sini!”
”Bersabarlah, akan ada saatnya kita keluar dari tempat yang menjenuhkan ini!”
”Heh, baiklah kalau begitu! Lebih baik, aku serahkan anak-anak terpilih yang baru itu ke tangan para pasukanku! Aku juga ingin mengetahui, seberapa hebat mereka semua!”
”Kau masih ragu dengan kekuatan mereka, setelah aku terkurung di sini karena ulah anak-anak terpilih yang terdahulu?!?!”
”Tidak, bukan begitu maksudku. Anak-anak terpilih yang sekarang, jumlahnya lebih banyak dari yang terdahulu. Jadi aku ingin tau, apa mereka hanya menang dari segi kuantitas saja atau tidak.
”Hm, boleh juga idemu itu. Baiklah, kita hanya bisa menjadi penonton yang duduk manis sambil menikmati pertunjukkan. HAHAHAHAHA!!!”
”Iya, memang itu maksudku. HEHEHEHEHE!!!”Setelah kedua makhluk tersebut selesai berbicara, muncullah sosok bayangan hitam memakai jubah ungu melayang di udara. Sosok tersebut tak begitu nampak perawakannya, namun dia memakai jubah ungu bertudung kepala juga melayang di udara. Berkatalah dia kepada makhluk raksasa bermata merah dengan suara yang tak kalah menyeramkan,
”Jika kau mengizinkan, aku juga akan menyuruh pasukanku menyerang mereka.”
”Baik, tidak masalah. Perlakukanlah mereka sesukamu! Tapi ingat, jangan kau bunuh mereka begitu saja! Siksa mereka secara perlahan!”
“Hm, sepertinya mereka punya strategi yang variatif. Bagaimana jika sebagian besar dari pasukanmu menyerang bersama dengan pasukanku?”
“Aku setuju, karena kita belum tau persis seberapa kuat mereka. Baik, kemarilah kalian!!!” Seru makhluk raksasa bermata merah itu, diikuti oleh munculnya gerombolan pasukannya. “Kalian harus susul kapal tua yang dikendalikan oleh pasukan dari kawan kita yang satu ini. Setelah itu, kalian tunggu instruksi dari bos kalian!”
“Baik, tuanku!” Kata para makhluk yang berwujud seperti katak berduri pada bagian atas kepalanya dan bergigi tajam, ukuran mereka sebesar anjing dewasa.”
“Ingat, sudah ada yang pergi lebih dahulu untuk menyerang mereka lebih awal. Jadi, kalian tidak boleh bergerak sebelum kuberi aba-aba! Karena kalian kutugaskan khusus ke kapal tesebut!”
“Siap, tuanku!!!” Tanpa menunda-nunda, mereka berangkat dengan cepat.
“Lalu bagaimana dengan orang itu yang pergi begitu saja? Apa dia langsung pergi ke kapal musuh kita?” Tanya makhluk bermata biru.
“Mungkin kau benar, kelihatannya dia sudah tak sabar ingin menghabisi musuhnya.” Jawab makhluk raksasa bermata merah.
“Kalau begitu, ini akan menjadi tontonan yang sangat mengasyikkan! HAHAHA!!!” Balas makhluk bermata biru.
“Tepat sekali, HAHAHA!!!”Sahut makhluk raksasa bermata merah.
“Judul filmnya: “Perang dan Ajal di Laut Gelap.” HAHAHAHAHA!!!” Makhluk jubah ungu menambahkan.
“Judul yang bagus, HAHAHA!!!” Sahut kedua makhluk tersebut.
Sementara itu, di dalam kapal Hookmon, sang kapten bertanya kepada Kiku. “Gadis berambut coklat kepang 2, siapa namamu?”
“Kiku.” Jawabnya, lalu sang kapten bertanya kembali,
“Hm, Kiku ya? Baiklah, akan kuingat namamu.” Mendengar itu, mereka semua langsung sweatdrop sampai Mai bertanya kepadanya sambil menunjuk ke dirinya sendiri,
“Jangan bilang kau juga lupa namaku dan yang lainnya...”
“Aku tidak lupa namamu, kau adalah Mai. Dan remaja yang ingin minum bir ini Ryouta, sedangkan pemuda berambut putih itu Soma, dan sebagian dari kalian…” Belum selesai berkata-kata, Hayakawa menyelak sang kapten sambil sweatdrop,
“Aduh, sudahlah Hookmon. Itu tidak penting. Lalu, apa yang ingin kau katakan pada Kiku?”
“Oh iya, maafkan aku. Begini, apakah kau ingin ikut bertarung dengan kami semua?” Tanya sang Kapten kepada Kiku.
“Tentu saja aku ikut, takkan kubiarkan mereka mengganggu kita lagi! Tapi sayangnya, aku belum tau di mana harus menyembunyikan Poyomon.” Jawabnya.
“Poyo poyo...” Kata Poyomon dengan suara lemas agak sedih.
“Jika demikian, kau bisa menyembunyikan Poyomon di dalam peti ini.” Usul Hookmon sambil memegang peti crest yang sudah tak berisi lagi.
“Ide bagus, Hookmon! Poyomon, jika aku instruksikan kau untuk masuk ke dalam peti ini, kau harus masuk ke dalamnya. Oke?”Ujar gadis berambut cokelat itu kepada Digimonnya.
“Poyo poyo!” Balas Poyomon dengan senang sampai memejamkan matanya.
“Agar lebih aman lagi, nanti akan kusuruh 2 Numemon berjaga di sekitar peti.” Kata Hookmon.
“Imp, Ukoback, kalian juga bantu kedua Numemon itu menjaga peti!” Soma memanggil kedua soulnya.
“Baik, kapten!”
”Squeak squeak!”
“Baiklah kalau begitu. Sebelumnya ikut aku sebentar…” Kemudian sang kapten memandu mereka ke gudang mesiu, tempat di mana semua senjata di kapal berada. Sesampainya di sana, mereka melihat banyak gentong berisi bubuk mesiu, bom rakitan tangan, beberapa pucuk pistol tua dan sebuah senapan tua, juga peluru yang tersimpan di kotak penyimpanan peluru. Melihat itu semua, takjublah para Digidestined beserta Digimon mereka.
“Wow, I can’t believe my eyes! Lots of gunpowder and shot!”Seru Raph dengan bangganya.
“Ya kurang lebih seperti inilah persenjataan yang kami miliki.” Kata salah satu Numemon.
“Aku tak sangka, ada sebanyak ini!” Ujar Hyoga.
“Mudah-mudahan, amunisinya cukup.” Sahut Hookmon.
“Tapi bagaimana cara memakainya ssu?” Tanya Kise.
“Kalau aku, aku hanya bisa memakai senjata tajam.” Ujar Zhao, diikuti oleh Soma yang sedang memegang sambil memperhatikan salah satu pistol tua milik Hookmon yang tergantung pada dinding gudang. Pada saat Hookmon mengambil pistol tua yang lain dengan maksud ingin mendemonstrasikan cara memakainya, mereka semua konsentrasi ke arah sang kapten kecuali Soma. Setelah itu, pemuda berambut putih itu mengarahkan pistol yang dia pegang ke arah teman-temannya dan berteriak,
“Mainile sus!” Maka menengoklah mereka semua tercekat kaget melihat aksinya, namun Hookmon langsung mengambil pistol secepat kilat dan mengarahkannya ke pemuda berambut putih itu.
“Ada apa denganmu, Soma? Kenapa tiba-tiba kau jadi begitu?” Tanya sang kapten dengan suara tenang.
“...Heh. Hehehehehe.Hahahahaha. Aku hanya bercanda, kok. Aku hanya sedikit menguji kalian apabila gerombolan makhluk jahat menyerang kita.” Jawab Soma.
“Hahaha. Ternyata kau bisa juga bercanda seperti itu, ya? Boleh juga, hahaha.” Sahut Hookmon.
”Soma, jangan menakuti kami seperti itu. Kami semua terkejut setengah mati melihatmu tadi.” Tukas Hyakawa dengan panik.
”Iya, Hayakawa benar. Aku pun sampai terperanjat.” Kise menambahkan.
”Hahaha. Tenang saja, semua pistol dan senapan di sini sudah kukosongkan pelurunya. Soal bom rakitan tangan, daya ledaknya tak begitu besar namun sanggup menghabisi musuh.” Kata Hookmon. Respon para Digimon mereka? Mereka hanya bisa sweatdrop melihatnya tanpa berbicara. “Oh iya, Zhao. Jika kau ingin senjata tajam, aku ada 1 pedang untukmu.” Segera saja, sang kapten memberikan pedang yang dia simpan.
“Pedang ini…” Sembari Zhao mengamati pedang yang diberikan oleh Hookmon sang kapten menyela,
“Ini adalah cutlass, pedang bajak laut yang usianya sudah lebih dari 2 abad. Tapi pedang ini masih kuat, cobalah!” Usul sang kapten, lalu dikeluarkan pedang itu oleh remaja berambut cokelat itu dari sarungnya dan dia mulai mencobanya.
“Wah, bentuknya unik juga!” Saat Zhao sibuk memainkan cutlass, Hookmon mengeluarkan cutlass yang tersembunyi dari balik bajunya dan langsung menyerang remaja berambut cokelat itu. Dengan lihai, Zhao menangkis serangan dari sang kapten.
“Oops! Maaf. Tidak kena, kapten! Aku sudah belajar dari Kak Shi soal teknik bermain pedang!” Celetuk Zhao.
“Cepat juga reflekmu, sepertinya kau benar-benar pendekar pedang. Baiklah, kau boleh pakai cutlass itu.” Hookmon menyarungkan cutlassnya, dibarengi oleh Zhao. Melihat atraksi konyol mereka berdua, semua teman-temannya langsung sweatdrop.
Tanpa mengulur waktu, sang kapten memberitahu para Digidestined juga Digimon mereka cara memakai bom rakitan tangan. Beberapa dari mereka seperti Kise, Kokichi, dan Hayakawa, diajarkan cara memakai pistol tua. Dia juga memberikan peluru cadangan untuk mereka bertiga. Sedangkan para Numemon, mereka mengandalkan bom rakitan tangan, meriam kapal, juga senjata mereka sendiri. Selesai persiapan, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kapal sampai kapalnya guncang. Berlari secepat mungkin ke arah geladak atau dek, mereka mengamati dengan seksama. Tak lama kemudian, muncullah dari dalam laut sosok cumi-cumi raksasa berwarna putih yang mempunyai cakar tajam. Selang beberapa detik, muncul pula sosok anjing laut raksasa berwarna biru tua dan rupanya menyeramkan.
“Apa? Mereka muncul berdua sekaligus?” Kise tersentak kaget melihat kedua makhluk itu dan mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang didapat tentang kedua makhluk tersebut,
“Gesomon, atribut virus, adalah Digimon kelas champion berbentuk cumi-cumi raksasa yang dijuluki sebagai ”hantu putih” yang tinggal di dasar laut. Dia mempunyai sepasang tentakel yang mempunyai cakar yang tajam.Senjata pamungkasnya adalah Devil Bashing dan Deadly Shade.”
“Raremon, atribut virus, adalah Digimon kelas champion berwjudud seperti hantu anjing laut aneh yang mempunyai cakar yang tajam. Di beberapa bagian tubuhnya tertempel besi dan baja yang berfungsi supaya dia tahan banting dan sulit dikalahkan. Senjata pamungkasnya adalah Stinking Gas, Rotten Tackle, dan Scar Nail.”
”Teman-teman, musuh sudah di depan mata! Siapkan senjata!” Seru Raph dengan suara lantang.
“Jangan! Simpan amunisi kita untuk pertarungan selanjutnya!” Perintah Hookmon menahan remaja berambut merah dan teman-temannya.
“Hookmon benar! Kita belum mengetahui berapa banyak jumlah musuh kita semuanya, dan amunisi kita terbatas.” Sahut Gomamon, sambil maju ke ujung dek untuk melompat.
“Daripada membuang-buang peluru dan bom, lebih baik kami berdua yang akan menangani mereka.” Ujar Coronamon menyusul temannya.
“Gomamon, Coronamon!” Kedua tamer mereka berlari menghampiri Digimon mereka, namun Digimon singa laut kecil itu sudah melompat ke air bersama kawannya. Tak lama kemudian, Digivice Zhao dan Soma bersinar dan berubahlah kedua Digimon tersebut. Setelah berevolusi, Ikkakumon langsung berenang menghampiri Gesomon sedangkan Firamon terbang mendekati Raremon. Terjadi adu cakar antara Ikkakumon dan Gesomon dalam waktu 5 menit diselingi dengan saling menyundul satu sama lain, sementara Firamon menabrak Raremon dengan kecepatan penuh. Tak mau kalah dengan musuhnya, Digimon hantu anjing laut itu menabrak balik sampai Digimon singa api bersayap itu jatuh ke air. Tapi dengan gesitnya, Firamon langsung bangkit berdiri lalu terbang keluar air dan mencakar Raremon.
“Ayo Ikkakumon, Firamon! Hajar terus, kalahkan mereka! Berjuanglah!” Para Digidestined berserta Digimon mereka meneriaki dari kapal.Tak lama kemudian, Gesomon mengeluarkan Deadly Shade. Ikkakumon terperanjat kaget sampai mundur, tapi terciprat oleh tinta itu sehingga penglihatannya kabur. Tak menunda kesempatan, cumi-cumi raksasa itu menghujani Digimon singa laut besar itu dengan Devil Bashing. Gesomon terus menerus memukul Ikkakumon dengan Tentakel-tentakelnya yang kecil, ditambah pula dengan cakarnya yang tajam.
“Ikkakumon, bertahanlah!” Zhao meneriaki Digimonnya, maka Ikkakumon pun berusaha membalas serangan Gesomon dengan tanduknya walaupun penglihatan masih rabun. Digimon cumi-cumi raksasa itu tak menyangka bahwa musuhnya sanggup menyundul dirinya dengan pandangan yang samar-samar. Setelah terdorong, Gesomon mencakar Ikkakumon sampai dia terjatuh ke dalam air. Melihat kawannya dalam kesulitan, Firamon yang sedang beradu cakar dengan Raremon langsung terbang cepat ke arah Gesomon dan mengeluarkan jurus Flame Dive Disusul oleh Ikkakumon yang bangkit dari dala air, kemudian menembakkan Harpoon Torpedo. Seketika itu juga, tubuh Gesomon terbakar dan dia langsung kalah.
Melihat partnernya tumbang, Raremon menyelam ke dalam air tanpa sepengetahuan Firamon dan Ikkakumon. Selang beberapa detik kemudian, dia muncul ke permukaan air di dekat kedua musuhnya dan menyudul Ikkakumon dengan Rotten Tackle, lalu menembakkan Stinking Gas dari mulutnya. Karena penglihatannya masih kabur, Digimon singa laut besar itu meringis kesakitan.
“Urgh!”
”Ikkakumon!” Teriak Firamon sambil mendekati temannya. Tetapi Raremon langsung menyelam kembali dengan cepat, mencakar Firamon dengan Scar Nail, lalu menarik kaki Digimon singa api bersayap tersebut ke dalam air.
“Aku akan menolongmu!” Tentomon terbang ke arah kedua temannya, dan berubahlah dia menjadi Kabuterimon.Tanpa menunggu, Kabuterimon menyelam ke dalam air untuk menolong Firamon. Saat berhadapan dengan Raremon, Kabuterimon menyundul lawannya dengan cepat sehingga Firamon lepas dari cengkeraman Raremon. Tak lama kemudian, mereka berdua segera keluar dari dalam air diikuti oleh Raremon yang mengejar mereka. Kesal dengan kelakuan kedua musuhnya, Raremon menembakkan Stinking Gas. Akan tetapi, Firamon langsung membalasnya dengan tembakan Fira Bomb dibantu oleh Kabuterimon dengan Electro Shocker. Alhasil, kedua jurus tersebut berhasil menghajar Raremon sampai dia K.O.
“Berhasil!” Sorak Zhao dengan senang.
“Apa kita sudah menang?” Tanya Hyoga penasaran. Ketika mereka sedang mengawasi keadaan, Kise menatap ke arah Raph dan ia terkejut bukan main karena ada seseorang di belakang yang siap untuk membunuh remaja rambut merah itu. Dia memakai baju zirah berwarna abu-abu, bentuknya seperti samurai dan mulutnya tertutup oleh topeng besinya.
“Hamatocchi! Di belakangmu!” Jerit Kise. Raph pun menatap ke belakang dan menghiraukan rasa kagetnya, menahan serangan siapapun itu di belakangnya. Bagaimana dia tidak terkejut. Sosok itu adalah sosok yang familiar dengannya.
“Hey, tin head! Bagaimana ceritanya kau bisa masuk ke sini?!” Tanya Raph dengan gusar dan marah. Yang ditanya tidak menjawab, melainkan menendang Raph sampai terpental. Tak terima tamernya diserang, Agumon menyerang dengan Pepper Breath, namun tidak kena. Sosok itu berhasil menyingkir dari serangan digimon dinosaurus kecil itu.
“Raph, kau tidak terluka kan?” Sakura menghampiri Raph sambil mengecek tangannya.
“Aku aman-aman aja.” Jawab Raph.
“Itu siapa?” Tanya Agumon.
“My family’s nemesis. The one and only Oroku Saki a.k.a The Shredder!” Jawab Raph.
“…AAAAAH!!!” Mai berteriak terkejut.
“Kau kenal dia, Mai?” Tanya Biyomon.
“Iya! Oroku Saki pemimpin klan The Foot yang terkenal suka merekrut criminal sebagai pasukannya untuk menjalankan pekerjaan kotornya!” Jawab Mai. Tak lama kemudian, samurai berbaju abu-abu itu menghela nafas panjang,
”Hooooosh. It’s been a while, Raphael. You haven’t changed a bit.”
”Stop talking nonsense! Jawab pertanyaanku, bagaimana kau bisa masuk ke tempat ini?”
“Kau tak perlu tau itu! Prepare yourself!” Shredder mengarahkan kuku besinya ke Raph, namun remaja berambut merah itu menghindar kembali sambil mengeluarkan kedua Sainya dan membalas serangan. Segera saja, Shredder menangkis dengan kuku besinya.
”Heh, sepertinya kau masih kuat seperti dulu! Ternyata kau banyak belajar dari gurumu. Seperti Leonardo.” Mereka saling mendorong satu sama lain.
“Jangan kau bawa-bawa Master Splinter dan kakakku! Kau seharusnya sudah mati, tapi bagaimana kau bisa hidup kembali?” Raph bertanya sambil menggeretak musuh bebuyutannya.
”Tempat ini adalah dimensi lain dari dunia yang berbeda, bisa dikatakan the unknown underworld atau neraka di dunia antah berantah. Terlebih lagi, ada portal dimensi yang menghubungkan antara tempat ini dengan tempat aku berada sebelumnya, yaitu the world of death. Di sana pula, ada makhluk kuat yang menciptakan portal dimensi lalu kami pindah kemari dengan menggunakan portal itu.
”Apa? Itukah sebabnya banyak sekali roh jahat di sini?” Tanya Raph dengan suara lantang.
”Exactly! You’re not such a bonehead at all!” Keduanya terdorong ke belakang. Saat Shredder ingin menghajar Raph untuk yang ketiga kalinya, Musashi, Mai, dan Sakura maju bersamaan sambil mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Melihat ketiganya menyerang bersamaan, Shredder mengeluarkan pedang dari balik mantelnya dan menghajar mereka bertiga dengan bagian belakang pedang, diikuti oleh listrik yang mengalir keluar menyelimuti pedang itu.
”Pedang elektromagnet, seperti pedangku!” Gumam Musashi.
”Heh, jangan samakan pedangku dengan pedangmu ! Lagipula, aku bisa membunuhmu hanya dengan cakar besi ini! HEAAAAAH!!!” Shredder melompat ke arah Musashi sambil mengarahkan kuku besinya. Pada saat remaja berambut biru kehitaman itu mau membalas serangan, Raph langsung melompat dan menabrak samurai berbaju abu-abu itu sembari berteriak,
”Musashi, sekarang!”
”Hiryu Ao Ken!”” Keluarlah naga listrik dari pedang miliknya menghajar Shredder. Namun, apakah serangan tersebut mempan? Sayangnya, tidak begitu efektif. Dari balik asap yang menyelimuti tempat dimana samurai baju abu-abu tersebut, dia bangkit berdiri dan berkata,
”Boleh juga seranganmu itu, ternyata kau seorang samurai handal!” Tak lama kemudian, terdengarlah suara dari air seperti ada yang berenang mendekat. Berjalan mendekat ke ujung geladak atau dek, para Digidestined melihat sosok apa yang akan muncul ke arah mereka. Ternyata, mereka adalah sekumpulan makhluk yang berbentuk seperti katak kuning berduri dan bergigi tajam.
”Digimon apa itu?” Teriak Kise, sambil mengeluarkan Data Analyzer. Beginilah informasi yang dia dapatkan,
”Gizamon, atribut virus, adalah Digimon kelas rookie berbentuk seperti katak berduri dan bergigi tajam yang tinggal di laut. Selaput pada keempat kakinya berfungsi agar dia bisa berenang jarak jauh juga di laut dalam. Mereka selalu berkoloni. Senjata pamungkasnya adalah Spiral Saw dan Water Shot.”
“Kenapa kita malah kedatangan tamu-tamu yang tak diinginkan di sini sih?! Ini benar-benar merepotkan!” Keluh Zhao.
“Kalau seperti ini, kita tidak bisa bertarung hanya mengandalkan tenaga sendiri. Tailmon, ayo maju!” Seru Kise. Tailmon dengan sigap menyerang beberapa Gazimon dengan Lightning Paw. Sakura pun tak mau kalah dan mengevolusikan Togemon untuk menghajar beberapa Gazimon yang tak terawasi Tailmon.
Di lain pihak, Raph dan Musashi bertarung melawan Shredder. Di saat itu, pedang milik remaja berambut biru itu bertabrakan dengan pedang milik lawannya itu. “Pedang Tengu… pedang terkutuk yang diserahkan ke klan Tokugawa pada masa Edo… ternyata masih ada!”
“Ah… aku akhirnya tahu siapa dirimu, bocah. Kau salah satu ksatria cosmo yang terkenal dengan 10 pedang suci. Salah satunya yang kau pegang itu, Ogonken.” Balas Shredder. Kedua swordmen itu saling beradu pedang dan kekuatan, dan beberapa kali, Raph mengganggu Shredder untuk membantu Musashi. Tidak tinggal diam, Hyoga pun meluncurkan serangan Diamond Dust ke arah samurai berbaju zirah itu dan membekukannya.
“Hyoga, terimakasih.” Kata Musashi.
“Apa esmu cukup untuk membekukannya?” Tanya Gabumon khawatir.
“Dia tidak akan sanggup memecahkan esnya, kecuali aku sendiri. Mengingat juga dia juga bukan Digimon, pasti efektif.” Jawab Hyoga. Saat beberapa menit sudah berlalu, sang remaja asal Rusia itu memutuskan memecahkan esnya dengan cosmonya. Sayangnya, dugaannya meleset, karena Shredder rupanya bisa bertahan.
“Dia harusnya mati! Bagaimana dia bisa tahan?!” Seru Raph kaget.
“Aku… aku bisa merasakan, kalau yang dihadapan kita ini bukan manusia, melainkan hanya roh hantunya saja.” Kata Soma.
“Jika itu yang kau duga, berarti ucapanmu itu masuk akal, Soma.” Kata Hyoga. Tiba-tiba, Sakura menghampiri Kokichi dan membisikkan sesuatu.
“Hmm… Ide bagus, Haruno-chan.” Kata Kokichi. Dari kejauhan, makhluk berjubah ungu mengamati dari jauh dan berkata,
”Hahaha! Dasar anak-anak bodoh! Dia bukan sekedar hantu samurai yang gentayangan! Baiklah, ayo para legionku! Masuklah ke dalam tubuh samurai itu!” Lalu makhluk berjubah ungu itu mengarahkan tangan kanannya ke depan, dan beterbanganlah roh-roh kecil seperti orbs yang terbang ke arah kapal Hookmon. Kumpulan orbs itu masuk ke dalam tubuh Shredder melalui baju zirahnya.
“AAAAAAAAAARGH!!!”
“WHAT??? He’s completely gone mad!!!” Raph tersentak kaget.
“Roh-roh itu, mereka berusaha menggerogotinya!!!” Ujar Hyoga.
”Sebaiknya kita berhati-hati, mungkin dia menjadi lebih kuat!!!” Musashi memperingatkan teman-temannya, disusul oleh cahaya merah kehitaman yang muncul dari tubuh Shredder. Sementara itu, sebagian dari mereka beserta para Digimon masih bertarung dengan gerombolan Gizamon yang terus menerus muncul dari permukaan air. Tiba-tiba saja, Kokichi menghampiri Hookmon dan bertanya,
“Hookmon, apa kau punya jala yang sudah tak dipakai?”
”Iya, aku punya. Tapi untuk apa?” Sang kapten heran mendengarnya.
”Aku akan memancing para Gizamon, kemudian akan kujerat mereka dengan jala itu dan menghajar mereka.”
“Oh, baiklah. Aku ambil sebentar…” Tak lama kemudian, Hookmon pergi lalu kembali dengan membawa jala tua tersebut.
“Terima kasih.” Kata Kokichi.
“Sama-sama, berhati-hatilah.” Balas Hookmon. Langsung saja, remaja berambut hitam keunguan itu berlari ke arah kawanan Gizamon dan berteriak,
”Hei kalian, ayo kemari! Hadapi aku!” Pada saat yang bersamaan, Impmon yang baru saja menghajar 2 Gizamon dengan Bada Boom dan tinjunya, menoleh ke arah tamernya dan berseru,
“Bos, kau jangan nekat! Jumlah mereka banyak sekali!” Namun Kokichi tak menghiraukan Digimonnya, sehingga muncullah sebagian dari kawanan yang melompat ke arah remaja berambut hitam keunguan tersebut. Berlari sekencang mungkin, Kokichi memancing mereka ke bagian belakang buritan atau dek supaya seolah-olah dia terpojok, diikuti oleh Sakura dan beberapa teman-teman mereka. Sesampainya di sana, dia menoleh ke belakang dan melihat kawanan Gizamon melompat ke arahnya. Saat itu juga, Kokichi melempar jala itu ke arah para Digimon katak kuning berduri sehingga mereka terperangkap di dalamnya.
“Teman-teman, sekarang!” Sakura memberi isyarat untuk menyerang mereka sembari mengeluarkan beberapa bom kertas juga Kunai, disusul oleh Kokichi, Kiku, Kise, dan Hayakawa yang ”menghujani” mereka dengan bom rakitan tangan juga serangan dari Digimon mereka.
“Hore! Kita berhasil!” Tak jauh dari sana, Raph, Musashi, Mai, dan Hyoga masih bertarung dengan Shredder dengan gencarnya sedangkan Soma dan Hookmon mengamati pertarungan mereka dengan seksama. Di saat yang bersamaan, makhluk berjubah ungu yang memantau pergerakan mereka dari jauh berkata,
“Hahaha!!! Bertarunglah, bertarunglah sampai mati!!!” Lalu makhluk raksasa bermata merah itu menyahutnya,
“Boleh juga kekuatan sihirmu, tak heran jika kau dijuluki sebagai “malaikat maut”.”
“Sebaiknya kita lihat saja pertarungan ini sampai selesai.” Balas makhluk bermata biru.
“Kau benar, hahaha!!!” Respon makhluk raksasa bermata merah. Di Lain pihak, Soma menatap ke arah Hookmon dengan tatapan khawatir.
“Mereka tak sanggup jika bertarung melawan Samurai itu. Kekuatan kegelapannya terlalu kuat. Jika dipaksa, bisa-bisa mereka terluka parah!” Kata Soma khawatir.
“Maksudmu, kita harus ikut membantu juga?” Tanya Hookmon.
“Jika ini terpaksa, maka aku akan lakukan.” Soma pun mengangkat pedang Claimh Solais miliknya dan memanggil Valkyrie untuk membantunya bertarung. Sementara itu, dengan pertarungan semakin tidak berimbang, Raph dan Hyoga terpaksa mengevolusikan Agumon dan Gabumon menjadi Greymon dan Garurumon. Shredder yang mereka lawan ini juga semakin kuat dari yang biasa Raph hadapi.
“Nova Blast!”
“Howling Blaster!”
Kedua serangan kombinasi Greymon dan Garurumon pun diluncurkan, namun Shredder mampu menghindar dengan lihainya.
“Sekarang kita harus bagaimana…?” Kise pun mulai merasa putus asa. Begitu juga dengan Hayakawa dan Kokichi karena mereka bertiga yang tidak dapat bertarung sebagus teman-temannya yang lain. Mereka pasrah melihat kawan-kawannya bertarung seperti itu, namun…
“Hadapi aku, baju zirah sialan!!” Di saat itu, Zhao berlari sambil memegang pedang yang sebelumnya ia pakai untuk latihan dengan Hookmon.
“Hoo.. boleh juga.” Shredder pun meladeni pertarungan dengan remaja berambut coklat spiky itu. Di tengah duel yang cukup sengit itu, Soma pun menyerang dari atas dengan pedang Claimh Solais mengenai samurai itu.
“Kerja bagus, Soma!” Sorak Firamon.
“Aku yakin dia pasti lemah dengan serangan cahaya. Tailmon, Firamon, kita serang dia bersama-sama!” Seru Soma.
“Baik!” Sahut Tailmon dan Firamon bersamaan.
”Greymon, jangan asal menembak! Nova Blastmu bisa merusak kapalku, bahkan menghancurkannya!” Hookmon memperingati Digimon dinosaurus kuning itu.
“Maafkan aku, Hookmon. Aku akan berhati-hati.” Sahut Greymon.
“Palmon, ayo evolusi sekarang juga!” Ujar Sakura.
”Kau juga, Lunamon!” Seru Hayakawa, kemudian mereka berdua mengarahkan Digivice dan berubahlah kedua Digimon tersebut. Pada saat para Digidestined juga Digimon mereka menyerbu secara bersamaan, Shredder melompat jauh ke atas. Lalu muncullah listrik dari pedangnya, dan dia mengeluarkan listrik dari pedang Tengunya yang berbentuk seperti gelombang kejut dengan cepat ke arah Greymon dan Garurumon.
“That electric wave beam... Greymon, Garurumon, awas! ” Raph meneriaki kedua Digimon itu, namun sayang terlambat.
“Urgh!” Greymon dan Garurumon langsung jatuh tersungkur.
”Garurumon!” Hyoga menghampiri Digimonnya. Karena para Digidestined juga Digimon mereka kaget dan mengalihkan pandangan mereka ke arah kedua Digimon itu, mereka tak menyadari bahwa Shredder sudah turun dari atas. Tanpa menunda waktu, samurai berbaju zirah abu-abu itu menembakkan lagi listriknya ke arah Togemon dan Lekismon.
“Bahaya! Menghindar dari sana!” Teriak Hookmon, sayangnya mereka tak sempat menghindar.
”Argh!” Togemon dan Lekismon langsung jatuh, sehingga Kedua Tamer mereka langsung menghampiri kedua Digimonnya.
“Tu-tubuhku tak bisa kugerakkan…” Garurumon meringis kesakitan.
”Apa? Garurumon, bertahanlah!” Hyoga mengguncang tubuh serigala biru itu.
”Kalian tak bisa bergerak karena kena gelombang kejutku! Hahaha!!!” Shredder menertawai mereka, dan keempat Digimon yang terkena serangan gelombang kejut kembali ke wujud Rookie.
”Kurang ajar! Takkan kubiarkan kau bertindak lebih jauh lagi!!!” Raph memegang kedua Sainya dan ingin segera menghajar Shredder, tapi Mai, Musashi, dan Zhao langsung menghentikan dia.
”Ingat, tahan emosimu.” Pinta Musashi.
“Kita harus tenang menghadapinya,agar menemukan cara yang tepat untuk menyerang dia.” Zhao menambahkan.
”Lagipula, kita berdua kan ninja. Jadi harus bertarung dengan kepala dingin, agar musuh tak menemukan celah pada saat kita lengah. Aku yakin, pasti gurumu mengajarkan hal itu padamu.” Mai berkata dengan suara pelan.
”Celah? Iya, benar. Celah!” Gumam Raph dalam hatinya.
“What are you mumbling about? Hahaha, that doesn’t matter to me! Because all of you will die here!!!” Shredder mengarahkan kedua jari tangannya ke dahinya, dan mulai membaca mantra aneh.
“Ninjutsu itu… Teman-teman, hati-hati! Dia akan segera menyerang kita!” Raph mengetahui betul pergerakan dari musuh bebuyutannya tersebut. Tak lama kemudian, samurai berbaju zirah abu-abu itu berubah wujud menjadi seperti siluman landak yang mempunyai cakar tajam pada kedua tangannya dan memancarkan listrik serta aura jahat.
“Ninjutsunya aneh sekali, aku belum pernah melihat yang seperti itu.” Ujar Sakura sambil memegang Togemon.
”Aku pun baru pertama kali ini melihatnya. Tapi yang pernah aku dengar, dia bisa membelah diri.” Respon Mai. Benar saja, samurai berbaju Zirah abu-abu yang sudah berubah wujud itu, kembali menggunakan ilmu aneh dan membelah dirinya menjadi 4 ekor siluman landak.
”HAHAHA!!! MATILAH KALIAN SATU PER SATU!!!” Keempat siluman landak itu berteriak dengan suara yang menyeramkan, dan langsung salto di udara menghampiri Firamon. Dengan lihainya, Firamon menghindar. Melihat ada kesempatan, Shredder mengepung Digimon singa api bersayap itu dari berbagai sisi dan menyerangnya secara bertubi-tubi dengan cakar dan gigitan. Tak mau menyerah begitu saja, Firamon berusaha membalas serangan dengan cakarnya. Dengan segera, Ikkakumon, Tentomon, dan Biyomon membantu Firamon.
“Spiral Twister!”
”Super Shocker!”
“Harpoon Torpedo!” Ketiga tembakan dari Biyomon, Tentomon, dan Ikkakumon berhasil menghajar 3 siluman landak sehingga tersisa 1. Tapi dengan lihai, dia langsung mencakar kembali Firamon sampai terjatuh ke lantai kapal.
“Firamon!” Soma berlari ke arah Digimonnya, disusul oleh siluman landak yang tak lain adalah Shredder sendiri, turun dari atas.
“Hahaha!!! Percuma saja menghajarku tadi!!!” Lalu dia kembali membelah dirinya sampai menjadi 4, dibarengi oleh Soma yang siap menyerangnya. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar bunyi letusan tembakan. Ternyata, Hookmon menembaki Shredder dari jauh dengan senapan tuanya. ”APA ?!?! KURANG AJAR !!!” BERANINYA KAU !!!” Melihat sang kapten menembak, Kise, Kokichi, dan Hayakawa langsung teringat akan pistol tua pemberian Hookmon dan langsung menggunakannya .
”Bagus! Ayo, tembak terus!!!” Seru Raph. Setelah beberapa kali terkena timah panas, siluman landak tersebut merintih kesakitan dan kembali ke wujud aslinya sambil memegang pedangnya dengan kedua tangannya.
“HEBAT JUGA KALIAN!!! TERIMA INI!!! HEEEEEAAAAAH!!!” Dia berlari dengan cepat, namun Raph melihat celah terbuka pada musuh bebuyutannya tersebut dan memegang kedua Sainya.
“Kau lengah, Shredder! Rasakan ini!” Dengan kecepatan super, Raph menyerang samurai baju zirah abu-abu itu. Serangannya tepat mengenai dada Shredder.
“KA-KAU!!!”
“Soma, sekarang!”
”Ayo, Valkyrie!” Ketiganya langsung menusuk Shredder, tapi dia masih hidup.
”AAAAAAAAAARGH!!!” Hyoga, Musashi, Zhao, Mai, dan Sakura membantu. Tapi dengan kekuatan terakhirnya, Shredder masih berusaha mencabut pedang yang menancap di dadanya dengan tangan kirinya. Namun akhirnya, dia tak sanggup melakukan hal itu karena dia sudah kehabisan tenaga. Alih-alih mencabut pedang, dia malah berusaha keras mencekik Raph.
“URGH!!!” Raph tercekik oleh samurai berbaju zirah abu-abu itu.
“R-RAPHAEL... K-KAU DAN TEMAN-TEMANMUnBERHASIL MENGALAHKANKU… T-TAPI INGAT PERKATAANKU INI. K-KAU TAKKAN PERNAH BISA KELUAR DARI TEMPAT INI HIDUP-HIDUP!!! C-CAMKAN ITU!!! UUUUUWAAAAAAAAAARGH!!!” Sekumpulan roh jahat yang masuk ke tubuhnya keluar satu per satu, maka ambruklah tubuh Shredder dan lenyalah samurai berbaju zirah abu-abu tersebut beserta dengan baju zirah juga pedangnya. Beberapa saat kemudian, dari balik kabut, muncullah dari arah depan kapal yang mereka lihat sebelumnya. Ukuran kapal itu lumayan besar, tapi tak sebesar kapal Hookmon. Posisi kapal itu sudah lumayan dekat, dan berbelok ke sisi sebelah kanan kapal Hookmon. Tanpa ragu-ragu, Hookmon memerintahkan mereka semua dengan suara lantang dan berkata,
“KALIAN SEMUA, KOSONGKAN DEK!!! SEGERA SIAPKAN MERIAM!!!” Langsung saja, para Numemon pergi ke ruang meriam dekat gudang mesiu bersama para Digidestined juga Digimon mereka. Dengan cepat, para Numemon mengisi meriam sementara para Digidestined juga Digimon mereka membantu mengambil bola meriam cadangan. Setelah meriam selesai diisi, mereka membuka jendela kapal dan mengarahkan moncong meriam keluar. Tak lama setelah itu, posisi kapal musuh sudah tepat di samping kapal Hookmon. Lalu, sang kapten berteriak, “TEMBAAAAAK!!!” Meriam ditembakkan bertubi-tubi ke kapal musuh, dan sebagian dari musuh yang sosoknya tak begitu jelas pun bergelimpangan bahkan ada yang terlempar ke laut. ”KENA!!! MAMPUS KALIAN SEMUA!!!” Hardik sang kapten. Kapal musuh pun langsung rusak berat bahkan mulai terbakar karena lontaran tembakan meriam yang bertubi-tubi, namun kapal itu masih kokoh berdiri. Terkejutlah para Digidestined juga Digimon mereka. Mengambil inisiatif, salah satu dari Numemon berkata Sambil menyiapkan bom rakitan tangan,
“Kita baru melumpuhkan sebagian dari mereka. Tak ada pilihan lain, kita serang mereka sekarang juga!!!”
“Siap!” Teriak para Digidestined dan Digimon mereka. Tanpa membuang-buang waktu, mereka bergegas ke geladak atau dek. Anehnya, sesampainya di geladak, mereka belum melihat siapapun di balik kapal musuh padahal kapal itu sudah setengah terbakar. Memperhatikan dengan seksama, Hookmon memberi instruksi kepada mereka semua sambil mengeluarkan pedang cutlassnya,
“SIAPKAN SENJATA KALIAN!!!” Setelah 5 menit berlalu, mulailah Nampak oleh mereka sosok hantu tengkorak yang jumlahnya banyak. Mereka memakai berbagai macam senjata. Ada yang memakai tulang, pisau, panah, pistol, senapan, juga pedang. Tapi diantara mereka semua, ada 1 wujud dari tengkorak yang memakai pedang yang besar berbeda dari yang lainnya. Dia mempunyai sepasang tanduk, dan tubuhnya lebih tinggi dan besar dari para tengkorak yang lainnya. Soma merasa curiga dengan sosok tengkorak tersebut dan pasukannya, namun pemuda berambut putih itu belum bisa memastikan betul apakah dia pernah melihat mereka atau belum. Tanpa menunda kesempatan, sosok tengkorak bertanduk yang memegang pedang tersebut berteriak,
“SERANG MEREKAAAAA!!!”
”HOOOOOOOOOO!!!”Balas para tengkorak lainnya. Ya, sudah dipastikan dia adalah komandan pasukan musuh. Menyambut kedatangan musuhnya, Hookmon pun berteriak keras,
“PERTEMPURAN SAMPAI MATI!!! TIDAK ADA SANDERA!!! PILIHANNYA HANYA HIDUP ATAU MATIIIII!!!”
“HOOOOOOOOOO!!!” Sorak para Numemon, juga Digidestined dan Digimon mereka. Gerombolan tengkorak itu melempar tali pengait ke kapal Hookmon, lalu dipanjatlah kapal sang kapten disusul oleh gerombolan Gizamon yang kembali muncul dari air bersama dengan sosok kadal biru dengan tombak harpoon di tangannya. Saat gerombolan pasukan tengkorak itu memanjat kapal, komandan mereka tetap diam sembari memastikan apakah semua pasukannya sudah masuk ke kapal musuh atau belum. Sementara itu, gerombolan Gizamon melompat dari air langsung ke geladak atau dek. Para Digimon beserta sekumpulan Numemon menyerang mereka satu per satu, disusul oleh para gerombolan pasukan tengkorak yang sudah sampai di ujung geladak. Melihat itu, Raph langsung berteriak sambil memegang kedua sainya,
“ONWAAAAARD!!!” Pada saat itu pula, pertempuran sengit tak terhindarkan itu terjadi. Mereka berlari menghampiri musuh masing masing. Di saat yang bersamaan, kobaran api pada kapal musuh sudah menjalar kemana-mana namun komandan musuh masih tetap diam sambil mengawasi juga Hookmon yang ikut mengawasi pergerakan lawan. Tiba-tiba saja, sosok kadal biru yang mengawasi para Gizamon dari air melompat jauh ke udara dan mendarat di atas tiang kapal Hookmon. Sang kapten memperhatikan betul pergerakan sosok kadal biru tersebut dengan seksama sambil terkejut. Tanpa membuang waktu, dia turun dari atas tiang kapal dengan tali dan berteriak,
“HEAAAAAH!!!” Kemudian dia menyerang sang kapten dengan harpoonnya, tapi Hookmon menangkis serangan dengan cutlassnya. ”Hookmon, lama tak jumpa!”
”K-kau masih hidup, Divermon!” Saat mereka saling mendorong satu sama lain, Hookmon tak kuat menahan sampai dia jatuh ke lantai kapal. Melihat sang kapten dalam kesulitan, Kise menembak Digimon kadal biru itu sambil terkejut karena mereka saling mengenal satu sama lain. Tanpa berkata-kata, remaja berambut kuning itu mengeluarkan Digivice dan mendapatkan informasi mengenai Digimon kadal biru tersebut,
”Divermon, atribut data, adalah Digimon kadal air kelas ultimate yang tinggal di dalam laut. Dia selalu berenang mengarungi lautan dunia digital dan mempunyai kecepatan yang luar biasa saat berenang dan bertarung di dalam air. Senjata pemungkasnya adalah Striking Fish dan Abyss Dive.”
Sementara itu, komandan pasukan tengkorak memotong tiang kapalnya yang sudah tebakar dengan pedangnya sebagai jembatan ke kapal Hookmon. Dia berjalan ke arah Soma dan langsung menyerangnya. Beruntungnya, pemuda berambut putih itu menyadari musuh yang menyerang mendadak dan menepis serangan. Hanya saja, dia kaget betul dan berkata,
“K-kau… apakah kau ini…”
”Hahaha!!! Kau belum pernah bertemu denganku sebelumnya, tapi aku tau siapa dirimu yang sebenarnya, pengkhianat!!!” Melihat komandan mereka maju menyerang musuhnya, para gerombolan tengkorak menoleh ke arahnya bersama dengan para Digidestined juga Digimon mereka dan berusaha mendekati keduanya. Namun, sang komandan musuh tersebut menghalangi mereka dan berkata, ”Serahkan dia padaku! Aku hanya ingin bertarung sendiri dengannya!” Tak tinggal diam melihat majikannya kesulitan, Valkyrie maju sambil menghunuskan pedangnya ke arah tengkorak bertanduk itu. Tiba-tiba, muncul tameng dari tangan kiri tengkorak bertanduk itu dan dia segera menghajar balik roh wanita berbaju zirah tersebut.
”ARGH!”
”Valkyrie!!!”
”Sudah kubilang jangan ganggu aku! Apa kau tak paham, hah!?!?” Valkyrie langsung jatuh tersungkur di depan tengkorak bertanduk itu. Melihat musuhnya lengah, Soma menebas tengkorak bertanduk itu sampai terpental.
“Kau pasti Skull Knight, komandan pasukan tengkorak terdahulu yang juga melayani Dracula!”
“Heh, sepertinya kau tau banyak tentang pasukan terdahulu tuan Dracula! Benar-benar pemuda kutu buku! Tapi itu tidak penting bagiku!!! Karena kau akan mati di sini sekarang juga!!! HEAAAAAH!!!” Skull Knight melompat dan berusaha menebas Soma, tapi pemuda berambut putih itu menangkis serangan dengan pedang Claim Solaish.
Di lain tempat, Ikkakumon sedang dikepung oleh gerombolan Gizamon yang berada di dalam air sementara para Digidestined juga Digimon mereka masih gencar bertarung dengan para pasukan tengkorak juga sekumpulan Gizamon yang naik ke kapal. Ikkakumon berhasil menghajar sebagian kecil dari Gizamon dengan cakarnya, namun sebagian lagi berhasil mengeroyokinya sehingga Digimon singa laut besar itu menyelam ke dalam air dan memancing mereka. Setelah berenang lumayan jauh, dia menembakkan Harpoon Torpedo dalam jumlah yang banyak. Akhirnya, Ikkakumon berhasil mengalahkan mereka semua.
Benarkah semuanya sudah kalah? Sayangnya belum, karena beberapa dari mereka melompat ke arah Firamon dan melakukan hal yang serupa dengan yang mereka lakukan ke Ikkakumon. Tak berdaya karena sebelumnya sudah diserang oleh Shredder, Firamon jatuh ke lantai kapal dan kembali menjadi Coronamon. Dengan tenaga yang masih tersisa, Digimon kucing api itu menghajar para Gizamon yang mengepungnya dibantu oleh beberapa temannya. Pertempuran hidup dan mati berlangsung selama setengah jam, para pasukan tengkorak juga Gizamon menyerbu tanpa ampun.
Namun dengan penuh keberanian dan semangat tempur yang luar biasa, para Digidestined juga Digimon mereka dan para Numemon menyerang musuh dengan segala kemampuan dan senjata yang ada. Alhasil, mereka berhasil mengalahkan sebagian besar dari pasukan tengkorak juga gerombolan Gizamon. Melihat hal itu, Skull Knight langsung menepis hingga mendorong Soma dengan pedangnya sampai terdorong.
”Cih, tak ada pilihan lain untukku!” Tengkorak bertanduk itu memasang kuda-kuda, lalu dia menghilang begitu saja.
”Apa? Sial! Teman-teman, hati-hati! Dia bisa muncul kapanpun dan menyerang kita!” Soma memperingati mereka semua sambil memperhatikan sekitarnya. Selang berapa detik, Skull Knight muncul tiba-tiba di dekat Raph dan langsung menabraknya. Remaja berambut merah itu terpental.
”Raph!” Agumon menghampiri Tamernya, tapi Raph langsung bangkit berdiri perlahan dan mengisyaratkan Agumon agar menembak prajurit tengkorak yang nyaris melesatkan panahnya ke arah mereka dari jauh. Digimon dinosaurus kuning kecil itu menghajar tengkorak tersebut dengan Pepper Breath. Walaupun 1 musuh biasa telah kalah, Skull Knight tak segan-segan menabrak Digimon dinosaurus kecil itu. Sesaat kemudian, tengkorak bertanduk itu berkata kepada 4 prajuritnya,
“Masuklah kalian dan geledah semuanya! Jika ada yang bersembunyi, habisi mereka!”
“Takkan kubiarkan!” Hyoga maju dengan cepatnya sehingga dia lengah bahwa Skull Knight kembali menghilang.
“Hyoga, hati-hati! Tengkorak bertanduk itu sedang mengincarmu!” Peringatan tersebut muncul dari Gabumon kepada tamernya, maka menolehlah remaja berambut kuning itu ke sekitar. Sayangnya, dia kalah cepat dengan Skull Knight saat menghindar dari serangan tabrakannya sampai-sampai dia terjatuh diikuti oleh 4 pasukan tengkorak yang masuk dan berlari ke bagian dalam kapal Hookmon. Mengetahui Poyomon juga yang lain dalam bahaya, Kiku berlari secepat mungkin bersama kokichi, Impmon, Kise, Tailmon, Hayakawa, dan Lunamon selagi Soma maju secepat kilat ke arah tengkorak bertanduk itu dan menusuk perutnya. Setan tengkorak bertanduk itu teriak kesakitan sampai-sampai pedang serta tameng yang dipegangnya jatuh. Dengan kekuatan penuh, dia menghajar Soma dengan kedua tangannya sampai terlempar.
“KURANG AJAR!!! RASAKAN INI!!!” Skull Knight menahan perutnya, maka timbullah rasa curiga dari Soma karena melihat tingkah laku musuhnya yang aneh. Tak lama kemudian, tengkorak bertanduk tersebut mengayunkan kedua tangannya ke atas sehingga terlihatlah perutnya. Dari dalam perutnya yang berlubang bekas tusukan, keluarlah sinar seperti laser berwarna putih kebiru-biruan. Pemuda berambut putih tersebut menghindar dengan cepat disusul oleh gentong besar berisi air yang hancur sekejap terkena laser itu. Soma menoleh ke arah gentong yang hancur itu, lalu dia menegok kembali ke arah musuhnya yang sedang bersiap menembak laser untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, Hookmon masih bertarung dengan Divermon dengan beradu senjata. Sekitar 5 menit setelahnya, Divermon kembali mendorong Hookmon sampai terjatuh disusul oleh beberapa Gizamon yang juga menyerangnya secara mendadak.
Keduanya kaget melihat kawanan Digimon katak kuning berduri itu muncul dan main serang begitu saja, tapi Hookmon tak kehabisan ide. Dia mengganti tangan kirinya dengan tangan pistol besar berpeluru bola meriam lalu menembakkan ”Captain Cannon” beberapa kali. Sebagian besar dari mereka kena tembak dan langsung tumbang. Terkejut karena hal itu, Divermon lengah sehingga Hookmon menendang musuhnya sampai terpental. Sebagian dari Gizamon yang tersisa mencoba menolong bos mereka, tapi Digimon kadal air itu malah berkata,
“Jangan! Kalian masuk saja ke dalam dan kejar anak-anak itu! Biar aku saja yang tangani dia!”
“Baik, bos!” Balas para Gizamon, maka mereka jalankanlah perintah bos mereka. Tak tinggal diam, Hookmon mengejar mereka dan berkata,
“Tunggu! Kalian takkan lolos dariku!” Tapi Divermon tak tinggal diam. Dia melempar tombak harpoonnya ke samping Hookmon.
“Kau takkan kuizinkan pergi begitu saja! Jika kau ingin menolong mereka, hadapi aku!” Kemudian, Digimon kadal air itu mengambil tombak harpoon yang menempel di punggungnya, tepatnya di sebelah mesin pengatur arah dan kecepatan pada saat dia berada di dalam air. Sedangkan tombak harpoon yang dilemparnya barusan, dia ambil kembali dengan menarik tali yang terikat pada bagian belakangnya lalu diikatkan ke harpoon yang satunya lagi sehingga membentuk tombak harpoon yang panjang. Tak mau kalah dengan musuhnya, Hookmon menyarungkan pedang cutlass dan mengganti tangan kanannya dengan tangan pengaitnya yang besar. Sedangkan tangan kirinya diganti dengan tangan biasa dan dia menghunuskan cutlassnya kembali. Mereka saling bertatapan satu sama lain, tanpa bergerak sedikit pun. Setelah sekian waktu mengumpulkan tenaga dan mengambil ancang-ancang, kedua Digimon itu maju dengan cepat lalu beradu senjatalah mereka dengan gerak kilat. Mereka saling menyerang dan menangkis satu sama lain. Di tengah-tengah pertarungan itu, Hookmon bertanya kepada Divermon,
“Dragomon, apakah Dragomon, yang memasukkan kami ke tempat ini?!?!”
“Iya, benar sekali. Tuan Dragomonlah yang memanggil kalian kemari, dengan tujuan agar dia menemukan petunjuk mengenai portal dimensi!” Jawab Divermon.
“Portal dimensi? Apakah dia berniat untuk mencari jalan keluar dari laut ini?!?!”
“Iya, tentu saja. Kami mendengar kabar bahwa anak-anak terpilih yang baru telah masuk ke dunia digital. Tentu dengan rasa keingintahuan yang mendalam, tuan Dragomon ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai mereka.”
“Lalu apa hubungannya dengan portal dimensi yang kau maksud?!?!”
“Kau masih belum mengerti juga? Baik, akan kuberitahu. Harta karun yang kau temukan di pulau antah berantah juga simbol yang mereka cari di sini mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Dan jika mereka berhasil mendapatkan keduanya, akan ada kekuatan besar yang bisa mengirim mereka kembali ke dunia digital. Dengan kata lain, sebuah gerbang dimensi akan muncul. Tapi bukan cuma itu saja, di sini juga ada Daemon, sang raja setan yang mengetahui rahasia dibalik portal itu!”
“APA KATAMU?!?!”
“Dan pada saat itulah, KAMI AKAN KELUAR DARI TEMPAT INI DAN MEMBUMIHANGUSKAN DUNIA DIGITAL JUGA BUMI!!!”
“KURANG AJAR!!! KAU PIKIR AKU AKAN MEMBIARKANMU MELAKUKAN ITU?!?! RASAKAN INI!!!” Hookmon menebas Divermon dengan cutlassnya, namun Digimon kadal air itu menangkis dengan harpoonnya. Melihat ada kesempatan, sang kapten langsung mengayunkan pengaitnya ke musuhnya. Divermon sempat kena tusuk oleh pengait itu, namun dia langsung mendorong lawannya dengan harpoonnya. Hookmon sempat melompat mundur, tapi akhirnya dia kena tancap juga pada bagian perutnya. Keduanya terluka parah dengan nafas tersengal-sengal. Pada saat yang bersamaan, Skull Knight menembakkan laser ke arah Soma secara membabi-buta sampai-sampai pemuda berambut putih itu kena tembak. Ajaibnya, dia masih bisa berdiri bahkan berusaha memancing tengkorak bertanduk itu ke arah Divermon. Alhasil, Digimon kadal air itu terkena sinar laser yang ditembakkan oleh partnernya sendiri disusul oleh Hookmon yang langsung menebasnya.
“AAAAAAAAAARGH!!! BEDEBAH KAU, HOOKMON!!! KALI INI, KAU MENANG!!! TAPI DI LAIN WAKTU, KAU PASTI AKAN MATI JUGA YANG LAINNYA!!! UWAAAAARGH!!!” Divermon langsung tumbang kemudian hancurlah tubuhnya. Sementara itu, Soma masih menghindar secepat mungkin dari laser Skull Knight yang tak henti-hentinya mengejar dirinya. Melihat tengkorak bertanduk itu hanya fokus ke pemuda berambut putih itu, sang kapten cepat-cepat mengganti tangan kirinya dengan pistol besar lalu menembakkan Captain Cannon ke musuhnya. Skull Knight kena hajar oleh tembakan meriam tersebut, maka Soma langsung menebas tengkorak bertanduk itu sampai menancapkan Claim Solaish ke dadanya.
“UUUUUUUUUUURGH!!!” Maka lenyaplah dia saat itu juga, tapi sayangnya Soma dan Hookmon sudah terluka dan kewalahan sampai-sampai mereka tak punya sisa tenaga lagi untuk membantu teman-temannya. Di lain pihak, kumpulan Gizamon tersebut mengobrak-abrik isi kapal tanpa memperdulikan situasi. Mereka terus mencari di mana Digidestined lainnya berada. Ketika mereka sampai di area mendekati dek kapal, para Gizamon terkejut ketika sebagian dari mereka terkena bom asap, ada yang kena jebakan jaring, dan bahkan ada yang masuk terperosok ke lubang buatan di dalam kapal itu. Segera setelah para Digimon katak kuning berduri itu terkena jebakan masing-masing, para digidestined menghujani mereka dengan bom rakitan tangan juga timah panas dari pistol tua pemberian sang kapten.
“Jebakan kita berhasil bos!” Seru Impmon sambil tos dengan Kokichi.
“Nishishi, terimakasih idemu juga, Haruno-chan.” Kata Kokichi senang.
“Sama-sama.” Sahut Sakura.
“Tapi kenapa sampai terpikirkan ide jebakan? Padahal, kapal ini bisa saja tidak muat untuk semua jebakan yang Kokichi buat.” Kata Zhao.
“Kau bahkan membantunya, Harunocchi.” Timpal Kise.
“Oh, soal itu. Sakura kebetulan menyadari kalau Kokichi dan Impmon kerja berdua tidak akan sanggup. Gazimon yang kita lihat tadi jumlahnya cukup banyak. Karena dia yang mengidekan, ia juga turun tangan membantu supaya cepat selesai.” Kata Palmon.
“Begitu ya. Masuk akal juga, soalnya jebakan sebanyak ini tidak mungkin mereka berdua saja yang kerja.” Kata Tailmon.
“Daripada kau hanya berkomentar saja.” Celoteh Impmon yang sukses membuat Tailmon ngambek.
“Sudahlah, yang penting peti sudah aman.” Kata Kiku sambil menunjukkan peti berisi crest itu.
“Syukurlah Poyomon juga aman-aman saja.” Kata Mai dengan senang. Tapi dibalik keberhasilan mereka, tanpa mereka sadari, tiba-tiba muncul 4 tengkorak. Kedua Numemon beserta Imp, juga Ukoback langsung menghajar mereka dengan senjata mereka masing-masing. Keempat tengkorak itu sempat kaget dan mundur, namun keempatnya segera menyerang balik sampai-sampai sebagian besar dari para digidestined tidak sempat menghindar lagi. Tak tinggal diam, Raph, Musashi dan Hyoga muncul dari belakang. Remaja berambut kuning itu mengeluarkan Diamond Dust sehingga membekulah keempat tengkorak tersebut disusul oleh kedua temannya yang menghajar mereka sampai pecah menjadi serpihan es diikuti oleh Zhao yang juga ikut andil. Setelah para digidestined juga Digimon mereka berhasil mengalahkan semua musuh, tubuh semua orang juga makhluk yang berada di kapal bercahaya lalu menghilang, sedangkan kapal musuh yang sudah dilahap si jago merah tenggelam ke dalam laut. Anehnya, mereka semua muncul begitu saja di sebuah pulau antah berantah di Laut Gelap.
Poyomon berteriak dari dalam peti crest sehingga Kiku membuka peti tersebut. Lalu Digimon kecil berwarna putih itu pergi begitu saja menelusuri pulau sehingga para digidestined juga Digimon mereka mengikutinya dari belakang. Sekitar 15 menit kemudian, mereka menemukan sebuah goa yang terletak di tengah-tengah pulau. Poyomon masuk ke dalam goa tersebut, disusul oleh sang tamer juga yang lainnya. Beberapa saat kemudian, alangkah terkejutnya mereka karena telah menemukan simbol yang terukir di dinding goa. Setelah diperhatikan dengan seksama, terdapat 8 simbol juga huruf digicode, di sebelah kanan masing-masing simbol. Yang satu berbentuk matahari bertuliskan “keberanian”. Yang satu berbentuk lingkaran bergaris vertikal pada bagian tengahnya juga bentuk tanduk yang menyamping pada bagian kiri dan kanannya bertuliskan, “persahabatan”. Yang satu berbentuk hati yang pada 2 sisinya mempunyai motif yang berbeda dan bertuliskan “cinta”. Yang satu berbentuk 2 lingkaran yang bentuknya unik juga berbeda (yang sebelah kiri sedikit lebih besar dari yang kanan) bertuliskan “pengetahuan”.
Yang satu berbentuk titik air hujan juga ada lingkaran kecil pada bagian bawahnya, dan bertuliskan “ketulusan”. Yang satu berbentuk seperti salib dan ada motif segitiga siku-siku sebanyak 2 pasang pada bagian atas dan bawah salibnya (tepatnya di sisi kiri dan kanannya) bertuliskan “keandalan”. Yang satu berbentuk mirip seperti Teru Teru Bozu (boneka penangkal hujan dari Jepang) tapi bagian kepalanya seperti matahari kecil, bertuliskan “harapan”. Sedangkan crest yang terakhir berbentuk kelopak bunga yang memancarkan sinar, bertuliskan “cahaya.” Merespon adanya simbol, crest yang dikalungkan oleh Raph, Hyoga, Mai, Musashi, Sakura, Zhao, Kiku, juga Kise bersinar. Mereka segara menghampiri simbol masing-masing, lalu mengarahkan crest mereka dan masukklah simbol-simbol tersebut ke dalam crest masing-masing.
“Yang 3 lagi bagaimana?” Tanya Sakura bingung.
“Benar juga. Kenapa hanya delapan simbol yang terlihat?” Tanya Hayakawa.
“Entahlah, pasti ada sebuah pertanda yang ingin disampaikan, Nona Hayakawa.” Sahut Lunamon.
“Bisa jadi, Lunamon. Mungkin selama perjalanan kita akan menemukan simbol yang tersisa.” Kata Soma.
“Kalau begitu, di tempat berbeda lagi ya?” Tanya Impmon.
“Sudah pasti.” Jawab Palmon.
“Mungkin yang delapan itu berhubungan dengan anak-anak terpilih sebelumnya.” Kata Coronamon.
“Oooh~ ternyata kita sepaham, Coronamon.” Celetuk Kokichi.
“Hmm... berarti ada spesifikasi khusus untuk menemukan 3 simbol terakhir.” Kata Zhao.
Di lain tempat dimana makhluk raksasa bermata merah bersemayam dengan kedua partnernya, kabut tersibak dan mereka mulai menampakkan wujud asli mereka. Wujud dari sang raksasa tersebut adalah gurita bertangan dan berkaki tentakel dengan rantai yang melilit kedua tangannya juga sabuk hitam pada kaki kirinya, dan gelang kuning pada kaki kanannya. Dia mempunyai sayap berwarna merah kecoklatan, dan kalung seperti tasbih besar pada lehernya.
Sedangkan makhluk bermata biru, dia mengenakan jubah merah bergambar mata pada bagian ujungnya, lengan, tengah, juga penutup kepalanya. Gambar mata bagian tengah berwarna hijau dan di bawahnya ada pentagram, sedangkan pada bagian lengan dan ujung jubah berwarna kuning. Bagian kepalanya ada juga gambar pentagram tapi warna kuning dan bagian dalamnya ada mata. Makhluk bermata biru itu mempunyai sepasang tanduk, juga sayap berwarna hitam, dan dia memakai kalung seperti tasbih yang bagian bawahnya ada lingkaran bermata. Selain itu, ternyata makhluk berjubah ungu berwujud tengkorak yang melayang tanpa kaki. Tulang rusuk dan tulang belakangnya nampak dari balik jubah ungu yang pada bagian kepalanya ada seperti sekumpulan kepala tengkorak kecil, dan dia memegang sabit besar. Pada beberapa bagian jubahnya, ada motif aneh. Lebih anehnya lagi, muncul api entah dari mana menyelimuti makhluk jubah merah. Megetahui jalan pikiran temannya, makhluk jubah ungu menoleh kepadanya dan berkata, “Aku yang akan pergi, aku akan membuat perhitungan dengan mereka!”
Sementara itu, para Digidestined beserta Digimon mereka seperti mendapatkan tenaga baru dari cahaya yang berasal dari simbol walaupun mereka sudah letih karena bertempur. Sesaat kemudian, tubuh mereka kembali bercahaya dan menghilang. Sampailah mereka ke kapal Hookmon dengan semangat baru. Tetapi, Soma mencurigai seperti ada sesuatu pada kekuatan roh di dalam tubuhnya. Benar saja, tiba-tiba muncul sabit terbang entah dari mana. Awalnya muncul 1, namun lamban laun menjadi 2, 3, bahkan sampai 10. Kesepuluh sabit terbang itu menghampiri para Digidestined juga Digimon mereka, namun mereka semua menghindar dengan gesit. Perhatian mereka semua teralihkan, tak terkecuali Hookmon juga para Numemon. Dan pada saat itu juga, makhluk berjubah ungu muncul dengan terbang melayang tepat di atas Soma sambil mengayunkan sabit besarnya ke arah pemuda berambut putih tersebut. Dia sempat berguling untuk menghindar, namun bahunya kena tebas sabit besar itu sehingga dia berteriak kesakitan sembari terkejut melihat sosok makhluk berjubah ungu yang tak asing baginya.
“AAAAARGH!!!”
“SOMA!!!” Coronamon, juga semuanya tersentak kaget melihat itu semua. Tanpa ragu-ragu, Raph, Hyoga, Musashi, Zhao, juga Hookmon menyerbu musuh baru mereka secara bersamaan. Membalas serangan, makhluk berjubah ungu itu menciptakan 4 bayangan yang akhirnya berwujud sama dengan dirinya (seperti clone). Lalu dia langsung menghajar mereka berlima dengan sabit besarnya sehingga terlukalah kelimanya dan jatuh. Tak tinggal diam, para Digimon berusaha keras menyerang makhluk berjubah ungu tersebut dibantu oleh para Numemon. Tapi sayangnya meleset semua, karena dia menghilang kesana kemari sambil menertawakan jerih payah mereka. Di balik itu, Mai, Sakura, dan Kiku mencoba untuk menghajar makhluk berjubah ungu itu dengan jurus mereka masing-masing. Tetapi dia menyadari serangan mendadak itu dan segera menghajar mereka dengan bagian belakang sabitnya sampai terjatuh. Pada saat para Numemon berusaha menghancurkan sabit-sabit kecil yang berterbangan dengan bom rakitan tangan, makhluk berjubah ungu itu menampakkan rupanya yang tertutup oleh jubah. Sambil menahan sakit, Soma semakin terkejut dan yakin bahwa sosok itu sungguh tak asing baginya.
“K-kau... malaikat maut... Death!!!”
“APA?” Para Digidestined terkejut setengah mati mendengarnya dan terbujur ketakutan karena wujud Death yang berbentuk tengkorak tanpa kaki dengan mata juga tulang rusuk yang menyala seperti api dan dikelilingi roh-roh jahat yang terbang mengelilinginya.
“You mean the grim reaper?!?! How could he exist?!?!” Raph tak percaya dengan apa yang dia lihat.
“HAHAHAHAHA!!! Saatnya untuk serius!” Kemudian dia membaca mantera misterius, lalu tiba-tiba muncul 4 cermin gaib yang melayang di udara. Dari dalam 4 cermin itu, muncul tangan misterius sebatas pergelangan yang disambung dengan rantai besi yang besar sebesar rantai kapal. Satu per satu, tangan rantai itu muncul dan mencengkram Hayakawa sampai dia dicengkram oleh keempat tangan gaib tersebut dan diangkat ke atas. Mereka semua shock melihat gadis berbaju putih dan biru itu diangkat ke atas oleh malaikat maut, dan dia terlihat seperti tali ikatan silang diagonal.
“Apa ini?!KYAAAA!!! TIDAAAK!!! LEPASKAN AKU!!”
“Tidak!!! HAYAKAWA!!!” Zhao tau betul apa yang akan dilakukan oleh malaikat maut kepada sahabatnya dengan kekuatan sihirnya, namun remaja berambut cokelat itu sudah terluka oleh sabit besar Death sehingga tenaganya tak cukup untuk melepaskan kawannya yang terbelenggu.
“HAHAHAHAHA!!! Aku bisa melihat kematian kalian! Dimulai dari kau, gadis kecil!” Selesai berkata-kata, Death memegang sabit besarnya dua tangan. Dengan kata lain, dia mulai mengayunkan sabitnya kepada tumbal yang diincar sejak awal. Hayakawa pun memejamkan matanya dan menengok ke arah lain karena takut.
“HAYAKAWA, HAYAKAWA!!!” Zhao, juga yang lainnya berteriak kepada gadis berambut cokelat dan berpakaian layaknya seorang putri yang bersekolah.
“LEPASKAN DIA!!! KALAU KAU INGIN TUMBAL, AKULAH ORANGNYA!!! JANGAN SENTUH DIA!!!” Soma menghardik Death.
“HAHAHAHAHA!!! Aku tak membutuhkanmu sebagai tumbal!!! Yang aku butuhkan adalah tumbal yang sempurna, supaya kau kembali ke jati dirimu yang sebenarnya!!!”
“KURANG AJAR!!! JIKA KAU MENYAKITI DIA, TAKKAN KUAMPUNI KAU!!!” Pemuda berambut putih itu bersiap untuk melompat dan menolong Hayakawa, namun gadis berbaju putih biru itu berusaha menghentikan usaha kawannya sambil terharu dan berteriak,
“So-Soma... SOMA, JANGAN LAKUKAN ITU!!!”
Apakah gadis berbaju putih dan biru itu akan jadi tumbal si pencabut nyawa? Atau masih adakah secercah harapan untuk menyelamatkannya? Lalu bagaimana nasib para Digidestined dan Digimon mereka, juga Hookmon dan para Numemon? Tak disangka, Ikkakumon menembakkan 4 rudal dari Harpoon Torpedo sekaligus untuk menghancurkan keempat cermin serta tangan rantai sehingga Death sangat terkejut melihatnya. Hayakawa lolos dari cengkeraman 4 tangan setan itu dan langsung memukul kepala Death dengan tongkatnya.
“Urgh! Sial!” Tanpa menunda, sebagian besar dari mereka langsung menghajarnya habis-habisan dengan tembakan, bom rakitan tangan, dan jurus lainnya. Death mengutuk keras semua serangan tersebut sambil meringis, lalu dia membaca mantera aneh lagi. Maka muncullah 3 sabit besar yang mengelilingi dia layaknya perisai berbentuk baling-baling kapal. Setelah melindungi dirinya dengan perisai buatannya, dia kembali menciptakan sabit-sabit kecil dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Keadaan menjadi berubah total, sekarang mereka diserang balik oleh malaikat maut dan berusaha keras menghindari sabit-sabit tersebut. Tak tinggal diam, Hyoga mengeluarkan kalung Rosario dan mulai membaca doa Bapa Kami dan Salam Maria. Death terkejut setengah mati sampai shock mendengar remaja asal Rusia itu melantukan doa, dan tubuhnya mulai merasakan sakit juga panas yang luar biasa. Sampai-sampai dia memegang kepala dan dadanya ibarat orang yang kesakitan yang tiada tara. “AAAAARGH, TUBUHKU SAKIT!!! SAKIIIIIT!!! PANAS!!! PANAAAAAAS!!! TIIIIIDAAAAAK!!!” Sabit-sabit terbangnya terbakar satu per satu sampai lenyap semuanya.
“KAU TAKKAN BISA LOLOS!!! TERIMALAH INI!!!” Soma melompat dengan cepat lalu menancapkan pedang Claim Solasih tepat ke rusuk Death.
“UWAAAAAAAAAARGH!!! K-KAU HEBAT, SOMA!!! TAPI INGATLAH INI SEUMUR HIDUPMU!!! WALAUPUN AKU KALAH, KAU TAKKAN PERNAH BISA LOLOS DARI TAKDIRMU!!!”
“AKU TAK TAKUT KEPADA TAKDIRKU SEBAGAI REINKARNASI DRACULA!!! KEMBALILAH KE ASALMU, DASAR SETAN JAHAT!!!”
“AAAAAAAAAARGH!!!” Tubuh Death perlahan lenyap dan muncullah lubang hitam gelap yang berbentuk seperti pusaran angin, lalu malaikat maut itu terhisap ke dalam lubang hitam itu.
“Yang barusan itu mengerikan sekali...” Kata Kise tak bergeming.
“Setidaknya dia sudah pergi, untuk sementara...” Kata Tailmon.
“Sekarang fokus kita adalah menolong teman-teman kita yang terluka.” Ajak Biyomon. Langsung saja, mereka menolong kawan-kawan mereka. Tapi tak lama kemudian, muncul lubang seperti portal dimensi yang pada bagian ujung lubang itu nampak laut yang bermandikan cahaya mentari. Pastinya, itu merupakan laut Dunia Digital dan sang kapten langsung mengarahkan kapal ke portal tersebut sehingga mereka pun berhasil keluar dari Laut Gelap. Saat kapal terlihat sudah masuk ke dalam portal dimensi, portal itu seperti menutup lubangnya kemudian lenyap begitu saja. Dari kejauhan, Dragomon berkata dengan kesalnya,
“Sial! Mereka lolos!”
“Jangan marah, Dragomon. Sudah kubilang bahwa ada saatnya kita keluar dari laut ini. Walaupun malaikat maut telah kalah,kita masih punya 1 kesempatan besar untuk menciptakan portal yang lebih besar dari itu.” Balas Daemon.
“Hahaha! Betul juga, dan pada saat itu kita hancurkan mereka semua! Akan kutunjukkan kepada mereka suatu saat nanti, kekuatan dari Dragomon sang penguasa laut gelap!”
Sementara di kapal Hookmon, Sakura berhasil menyembuhkan teman-temannya yang sempat terluka parah, meskipun itu memakan waktu cukup lama.
“Setidaknya ini cukup meringankan rasa sakit di luka kalian dan meminimalisir kemungkinan luka terbuka.” Kata sang gadis berambut pink itu.
“Terimakasih, Sakura. Kalau tidak, nyawa kami bisa melayang kapan saja.” Kata Hyoga.
“Mengerikan juga ya pertarungan tadi.” Timpal Palmon.
“Aku masih tidak percaya yang kita lawan barusan adalah malaikat kematian.” Sahut Agumon.
“Iya. Soma, I think that nimrod knew you well.” Kata Raph, menyetujui Agumon.
“Itu benar. Aku pernah melawannya di Istana Dracula. Hanya saja, aku masih curiga dengan kedatangannya ke sini. Dia bahkan seharusnya tidak punya akses untuk masuk ke sini...” Kata Soma.
“...Kecuali jika ada yang memanggilnya.” Kata Musashi menyimpulkan.
“Siapa yang memanggilnya kalau begitu?” Tanya Coronamon.
“Entahlah, tapi pasti kita akan bertemu dengan mereka.” Kata Gabumon. Di tengah percakapan, tiba-tiba para Digidestined merasakan tubuh mereka seperti berkedip.
“Hei! Kalian kenapa?!” Hookmon bertanya dengan panik.
“Aku tidak tahu!” Jerit Hayakawa panik. Para Digimon berusaha menangkap tangan tamer mereka masing-masing. Naas, tubuh mereka perlahan-lahan menghilang.
“Apa maksudnya itu...? bos... menghilang...?” Tanya Impmon bingung dan takut.
“Kenapa mereka menghilang seperti itu? Apa mereka kembali ke Bumi?” Tanya Lunamon cemas.
“Sepertinya begitu.” Jawab Hookmon dengan sedih. Ia memegang satu per satu kepala Digimon yang sudah ditinggal pada saat itu. Para Digimon itu hanya berharap bahwa tamer mereka akan kembali ke Dunia Digital, entah kapan waktunya itu akan terjadi.
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic and next chapter~!
Chapter 14: Returning to the Earth, A New Chapter Opened
Summary:
Secara mendadak, para Digidestined menghilang secara misterius. Ternyata mereka kembali ke bumi. Apa yang akan mereka lakukan di Bumi? Bagaimana kah mereka bisa kembali ke Dunia Digital?
Notes:
Dah ada sebulan fanficnya ngestuck wkwkwk, tapi akhirnya kelar juga. Makasih lagi buat Bang Patuan untuk bantuan nulisnya. Dengan begini... new storynya DWA di fanfic ini terbuka. Kira-kira apa yang terjadi ya?
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
~New York, Amerika Serikat, 6 Petang~
Raph masih teringat, terakhir dia sebelumnya bersama Digidestined yang lainnya di kapal milik Hookmon dan di saat itu pula, tubuhnya dan para Digidestined yang lain perlahan menghilang dari hadapan Digimon mereka. Matanya pun masih terpejam, sampai ketika ia membuka kedua matanya, Raph ternyata sudah berada di kamar seseorang yang persis ia ingat. “Ini... bukannya kamar Casey? Kenapa aku di sini? Bukankah seharusnya aku di Dunia Digital...?” Gumamnya bingung. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat lah sosok pemilik kamar, yaitu seorang pemuda dengan rambut biru gondrongnya.
“Bro! Lu menghilang selama semingguan! Dari mana aja, sih?!” Tanyanya dengan terkejut. Raph pun terdiam dan ia terpikirkan apa alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang harus dijawab temannya itu. Akhirnya, ia sudah menemukan alasan yang tepat, meski itu harus berbohong.
“Ah, soal itu... gue ngumpet selama seminggu. Kan lu tahu gue berantem sama Leo, Mr. Casey Jones.” Jawab Raph santai.
“Nah itu, semingguan juga mereka nanyain gue! Capek juga ditanyain terus soal keberadaan lu yang menghilang tanpa kabar.” Kata Casey sambil menggaruk kepalanya. Lalu, Raph pun menjentikkan jarinya.
“Nah, sekarang ini mendingan lu telepon Leo atau Master Splinter. Bilang aja klo gue baik-baik aja dan baru pulang dari persembunyian karena emosi gue dah tenang.” Kata sang remaja berambut merah itu. Sang pria berambut biru gondrong itu mengamati tubuh Raph dengan seksama, dan ia melihat sesuatu yang aneh dari tubuh sang remaja berambut merah itu.
“Bentar, itu badan lu kenapa serba luka-luka gitu? Berantem sama siapa lagi sih lu?” Tanya Casey penasaran dan khawatir.
“Ah, ini. Ini luka gara-gara berantem lawan Foot clan doang, kok. Gak ada yang perlu lu khawatirin. Sudah ah, telepon Master Splinter sana!” Kata Raph dengan sedikit gusar.
“Oke deh. Kalau lu maunya gitu. Tunggu sini yak. Soalnya kalau lu keluar kamar, suara lu yang super keras itu bakal kedengeran pula. Nanti malah diomelin via telepon, repot urusannya. Kan gak lucu.” Kata Casey cekikikan.
“Iya, bawel! Sudah ah, sana sana! Gue tungguin nih, bro.” Kata Raph. Dengan begitu, Casey keluar dari kamarnya dan sang remaja berambut merah itu sudah lebih leluasa. Ia membayangkan kapan dirinya akan kembali ke dunia digital. Ah... ia pun juga merindukan celotehan Agumon yang kurang lebih seperti Leo, tapi versi masih bisa ia tolerir herannya. Ketika Raph meronggoh kantongnya, ia terkejut bukan main. Digivicenya masih ada bersamanya. Di saat ia juga memeriksa telepon genggamnya, ia ingat bahwa ia tak pernah menginstall apapun di telepon genggamnya selama di dunia digital. Herannya, ada aplikasi aneh seperti aplikasi untuk komunikasi dan ketika ia buka, nama-nama orang yang tercatat di aplikasi itu nama yang sangat familiar untuknya, yaitu teman-temannya sesama tamer. “Apa ini... aplikasi yang secara misterius diinstal Kakek Gennai untuk kita ya? Dengan cepat, ia pun menghubungi nomor-nomor yang ada di aplikasi itu. Tidak butuh waktu lama, Raph pun sudah tersambung dengan kesepuluh orang yang ada di aplikasi itu. Ternyata, itu berbentuk seperti group video call.
“Raph, kau sudah di rumahmu?” Tanya Kiku pertama kali langsung bertanya.
“Ah, belum. Aku masih di rumah Casey, temanku. Herannya dia malah terlalu khawatir dengan luka-lukaku ini.” Jawab Raph tanpa ragu.
“Tentu saja dia khawatir. Masalahnya lukamu itu belum sepenuhnya pulih. Aku kan hanya mengobati agar mengurangi rasa sakit dan kemungkinan luka terbuka.” Kata Sakura.
“Terang saja itu masih terlihat, Raph. Yakov pun begitu ketika aku sampai di rumah. Dia langsung khawatir.” Sambung Hyoga.
“Begitu ya. Tapi kenapa kita kembali ke Bumi ya? Apa ada sesuatu yang aneh?” Tanya Mai penasaran. Soma pun menggelengkan kepalanya.
“Aku pun tidak begitu tahu. Tapi yang jelas, mungkin ini maksudnya kita harus bertemu keluarga kita dulu. Ini hanya perkiraan saja.” Jawab sang pemuda asal Rumania itu.
“Kalau begitu...” Kise terdiam dan beberapa saat kemudian, ia menjerit panik, membuat teman-temannya menjauhkan telepon genggam mereka dari telinga masing-masing.
“Kise-chan, berisik tahu! Jangan teriak terlalu kencang!” Protes Kokichi.
“Kau tak mengerti, Oumacchi! Tailmoncchi pasti sendirian. Dia pasti ketakutan. Belum lagi nanti aku bisa dihukum Akashicchi karena menghilang seminggu tanpa kabar!” Kise pun mulai celoteh dengan panik, yang sukses membuat teman-temannya sweatdrop.
“Ryouta, dengarkan aku. Aku tahu kau takut teman-temanmu akan marah, tapi kan kita juga “diambil” tanpa kita ketahui juga.” Kata Zhao sedikit malas.
“Zhao ada benarnya. Tentu banyak yang akan marah, tapi kita dipanggil karena kebutuhan dunia digital. Mereka mengetahui potensi kita.” Sambung Musashi.
“Tapi, selain dari itu, singkat cerita kita semua sudah di rumah masing-masing. Selagi ada kesempatan kita di bumi, sebaiknya kita habiskan saja waktu dulu untuk berhubungan dengan teman dan keluarga kita masing-masing. Yang pasti, Shou-senpai dan aku masih bisa bertemu di sekolah.” Kata Hayakawa.
“Ya sudah, kalau ada apa-apa, kita teleponan lagi. Yang penting kita harus sama-sama tahu apa ada kabar lanjutan.” Kata Raph. Semua pun mengangguk dan akhirnya mereka mengakhiri panggilan itu. Di saat itu, bertepatan dengan Casey memasuki kamar yang ditempati Raph, sambil membawa kotak P3K.
“Raphael, sini bentar. Biar gue obatin luka lu.” Katanya. Raph pun menghampiri temannya itu dan membiarkan sang pria berambut biru itu memerban lukanya. Setelah Casey mengobati luka remaja berambut merah itu, keluarganya pun datang tak berapa lama kemudian. Di saat itu, Raph diomeli habis-habisan oleh ayahnya, namun bukan Raphael namanya jika tidak melawan balik. Bagaimana dengan yang lainnya ketika mereka sampai di Bumi?
Hyoga sampai di rumahnya Yakov. Ketika sang remaja asal Rusia itu sampai di sana, bertepatan pula dengan sang pemilik rumah baru sampai dari memancing ikan, yaitu seorang bocah yatim piatu yang tinggal bersama Hyoga. Yakov pun terkejut bukan main ketika melihat tubuh Hyoga terluka. Dengan cepat, Yakov pun mengobati luka-luka di tubuh remaja itu.
Di lain tempat, Mai ternyata kembali rumahnya. Rupanya, orang-orang di desanya sudah sangat mengkhawatirkan kondisinya. Mereka bahkan menyampaikan bahwa beberapa warga desa hingga menanyakan Andy mengenai keberadaan Mai. Tentu gadis berambut cokelat dan kuncir ekor kuda itu sangat senang mendengarnya. Sayangnya, jawaban Andy ketika warga yang menanyakan soal kekasihnya, malah terkesan terlalu jujur dan to the point. Mai ingin sekali kekasihnya bisa “khawatir” padanya, namun justru karena laki-laki berambut kuning panjang dan berbaju karate itu tak mengkhawatirkan kekasihnya, menandakan dia percaya bahwa gadis yang paling disayanginya sudah lebih kuat dari sebelumnya dan tegar menghadapi situasi walau tanpa dirinya.
Sementara itu, Musashi sampai di rumah sakit tempat adiknya dirawat. Lebih tepatnya, ia sampai di kamarnya Erina. Dengan inisiatif yang ada, sang remaja berambut biru itu menanyakan kondisi adiknya sudah sejauh mana. Respon dari perawat di sana cukup mengkhawatirkan. Meski kondisi Erina membaik, tetapi dia masih dalam fase kritis. Situasi pun diperburuk dengan SMS masuk dari orang yang mempekerjakannya, yang tentu saja isinya menanyakan keberadaan Musashi yang sudah menghilang seminggu dan berakibat banyak Klan Fuma yang sudah menghabisi satu per satu anggota klan Yasha.
Zhao dan Hayakawa sampai di sekolah mereka, tepatnya di ruang kelasnya Hayakawa. Saat mereka bergerak keluar, rupanya jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dengan cepat, mereka keluar kelas dan mereka disapa Wang Yuanji, yang adalah kekasihnya Zhao. Tentu Hayakawa terpaksa berbohong mengenai alasan kepergian mereka selama seminggu. Beruntung, Yuanji mempercayai sang gadis berambut coklat panjang itu.
Sakura sampai di depan gerbang desa Konoha. Dengan cepat, ia pun berjalan masuk ke desanya. Rupanya ia sudah ditunggu oleh pemimpin desanya, yang sekaligus adalah mentornya Sakura. Sang gadis berambut pink itu menjelaskan alasan kepergiannya selama seminggu, tapi yang jelas ia tidak menggubris soal kepergiannya ke Dunia Digital. Selesai berbincang, mentornya mengajak Sakura kembali latihan. Di tengah-tengah latihan, salah satu dari guru ninja yang dulu pernah mengajar gadis berambut pink itu, Kakashi, menghampiri dan memberitahu kepadanya bahwa ibu Sakura menulis surat kepadanya. Kakashi tidak membuka surat tersebut, namun dia sudah paham bahwa ibu dari muridnya sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya. Saat ninja kurus tinggi bermata sayu dan memakai masker tersebut memberikan surat itu pada Sakura, gadis berambut pink itu langsung membuka dan membacanya. Selesai membaca surat dari ibunya, dia melipat kembali surat tesebut dan memasukkannya kembali ke dalam amplop, lalu melanjutkan latihannya sambil mengucapkan terima kasih kepada Kakashi.
Kiku sampai di tempat latihan tinju adiknya. Rupanya Ryuuji, adik kandung Kiku, langsung menghampiri kakaknya dan menanyakan soal kepergian sang kakak. Sang gadis berambut kepang dua itu hanya menjawab kalau dia dipanggil oleh orang penting. Ryuuji tidak mau menanyakan lebih jauh soal itu. Yang pasti, ia senang kakaknya bisa kembali. Mereka pun kembali latihan untuk persiapan Champion Carnival yang Ryuuji hadapi nanti.
Kise sampai di lapangan basket sekolahnya. Naas, ketika ia sampai, teman-teman setimnya melihatnya. Sang kapten tim langsung mengomeli Kise dan membuatnya menangis ketakutan. Bagaimana dia tidak menangis? Kaptennya saja tiba-tiba menodongkan gunting sambil bertanya kenapa Kise absen sekolah dan latihan selama seminggu. Setelah situasi yang tidak mengenakkan itu, remaja berambut kuning itu pun latihan basket kembali seperti biasa.
Kokichi sampai di markas D.I.C.E. Beruntungnya, semua anggota D.I.C.E sedang tidak di tempat, sehingga Kokichi bisa santai lebih dahulu. Ia masih tidak percaya kalau ia akan kembali lagi ke tempat favoritnya lagi setelah seminggu ia menghilang dari markas D.I.C.E. Ia pun bisa membayangkan wajah khawatir anggota D.I.C.E sambil berebut menanyakan kondisi Kokichi di luar sebelumnya. Ia pun cekikikan ketika membayangkan itu. Tanpa ia sadari, sang remaja berambut hitam keunguan itu tertidur. 15 menit kemudian, ia terbangun karena anggota D.I.C.E sudah sampai di markas mereka dan mulai bertanya-tanya mengenai Kokichi.
Soma sampai di Kuil Hakuba, yang adalah rumah teman sekaligus sahabatnya, Hakuba Mina. Ternyata, Mina sedang berada di ruang tamu. Mereka pun bertemu dan sang gadis berambut coklat kejinggaan itu bertanya situasi Soma dan kenapa ia menghilang seminggu. Mina bahkan menjelaskan bahwa beberapa rekan Soma pun mencari-carinya. Sang pemuda asal Rumania itu menjelaskan kalau dia ada urusan penting dengan perkuliahannya. Beruntungnya, Mina paham dengan alasan Soma itu. Sang pemuda asal Rumania itu pun meminta temannya untuk menghubungi rekan-rekannya yang masih mencarinya. Mina pun kembali ke kuil dan menelpon rekan-rekan Soma, sementara itu, Soma tetap di luar dan ia menghubungi kesepuluh Tamer lainnya. Tak berapa lama, kesepuluh tamer itu mengangkat telepon mereka dalam bentuk video call.
“Bagaimana kondisi kalian sekarang?” Tanya Soma
“Not good. My family scolded me.” Jawab Raph.
“Kita semua pasti diomeli karena menghilang seminggu itu, Raph.” Sahut Hyoga.
“Tapi Alorvskycchi tidak merasakan horornya diomeli Akashicchi. Dia menodongkan gunting ke wajahku....” Kata Kise ketakutan.
“Astaga, paling si Akashi-chan yang kamu bilang itu hanya menggertak saja. Paling kalau dia ditodong seseorang seperti Hamato-chan, pasti mengompol. Nishishi~!” Kata Kokichi. Tamer yang lain pun sudah menduga respon Kise seperti apa selanjutnya.
“Kalian berdua jangan berkelahi, atau ketika kita kembali lagi ke Dunia Digital, aku jitak kalian dua kali lipat lebih keras dari biasanya!” Omel Sakura. Akhirnya mereka berdua pun diam.
“Kita fokus kembali ke topik pembicaraan yang sebenarnya! Soma, kenapa kau menelpon kami lagi?” Tanya Kiku.
“Begini, karena kita secara misterius terpilih untuk menolong Dunia Digital, semaksimal mungkin kita harus menjaga rahasia mengenai Dunia Digital, apapun alasannya.” Kata Soma menjelaskan.
“Lalu jika diancam tetap harus menjelaskan yang sejujurnya?” Tanya Musashi.
“Tetap tidak boleh bocor, apapun alasannya.” Sahut Soma.
“Cruz-chan benar. Memangnya ada apa sampai kau takut seperti itu, Asuka-chan?” Tanya Kokichi. Musashi pun hanya mendengus.
“Bukan urusanmu, kau tidak akan paham sama sekali.” Jawab sang remaja berambut biru dongker itu dengan dingin.
“Hei. Kita harus kembali ke topik utama sekarang!” Omel Mai. “Oh iya, apa ada hal lain yang ingin kau sampaikan, Soma? Sepertinya penting sekali.” Sambungnya.
“Iya. Kita hanya pakai chat ini khusus untuk membicarakan hal yang terkait ke Dunia Digital. Lebih spesifiknya lagi, mengenai kapan kita akan kembali ke Dunia Digital.” Jawab Soma.
“Aku juga penasaran kenapa kita kembali ke Bumi lagi secara mendadak. Tapi beruntung juga, kita bisa bertemu keluarga kita masing-masing walau hanya sebentar.” Kata Hayakawa.
“Dan tentunya bisa istirahat super panjang. Pertarungan kita di Laut Gelap itu sangat melelahkan, tahu!” Protes Zhao.
“Kalau begitu, kita hanya menunggu kepastian saja kapan kita akan kembali ke sana. Untuk sementara waktu, kita jalani saja kehidupan normal seperti sedia kala. Kalau ada informasi baru, aku akan kabari kalian. Rămâneți în legătură online.” Kata Soma.
“Soma, for fuck sake, can you speak the language that I and the others understand really well? We don’t speak Romanian!" Protes Raph. Tamer lainnya pun juga sweatdrop dan Soma tertawa canggung.
“Kalau itu bisa sedikit kupahami, dia minta kita tetap online apapun ceritanya, supaya kita bisa dihubungi.” Kata Hyoga.
“Terimakasih atas penjelasannya, Hyoga.” Kata Sakura senang.
“Baiklah, kita akan bertelpon lagi kapanpun Soma menghubungi kita. Xièxie.” Kata Zhao. Dengan begitu, mereka memutuskan sambungan telepon mereka. Kapan mereka akan kembali ke Dunia Digital, mereka pun tak tahu. Yang pasti, setidaknya ini waktunya mereka beraktivitas seperti biasa, layaknya sebelum mereka dipilih menjadi anak-anak terpilih. Hanya saja, waktu mereka di Bumi ternyata cuma sebatas 3 hari saja sebelum akhirnya mereka kembali ke dunia digital. Di sela-sela waktu 3 hari tersebut, Raph dihukum oleh Master Splinter dengan latihan yang lebih intensif dari sebelumnya sembari diejek oleh adik kesayangan juga rivalnya, Michael Angelo. Tak lupa pula, menggodanya dengan pizza bonus pemberian ayah angkatnya karena dialah yang paling rajin mencari Raph dibanding kedua saudaranya yang lain. Hyoga pun melanjutkan latihannya dengan melatih energi cosmonya juga fisiknya, terkadang sampai ditemani oleh Yakov, juga keempat temannya yang merupakan ksatria saint sembari berlatih bersama. Sedangkan Mai, dia sempat berkencan dengan tunanganya sehabis waktu latihan bersama. Tak lupa pula, terkadang gadis berambut cokelat kuncir ekor kuda itu masih diintip oleh gurunya sewaktu mandi. Dan pastinya, dia tak segan untuk menghajar gurunya yang cabul itu walaupun sudah kakek-kakek.
Tapi diantara mereka bersebelas, yang paling tenang dan serius menjalankan aktifitasnya adalah Soma. Pemuda berambut putih itu sering bolak-balik keliling perpustakaan kampusnya sewaktu jam istirahat dan pulang kuliah. Dia selalu pergi ke bilik sejarah, karena ingin mencari tau lebih lanjut tentang asal-usul istana Castlevania juga mengenai Drakula beserta pasukan penjaga malam. Karena sebelumnya, dia hanya mengetahui Drakula dari novel horor karya Bran Stoker, juga pengalaman selama bertarung di istana sang tuan penjaga malam. Setelah mencari dengan tekun, akhirnya dia menemukan sebuah buku tebal yang sangat tua namun ajaibnya buku itu terawat dengan baik. Isi dari buku tersebut adalah catatan mengenai beberapa bagian sejarah perang salib, cambuk pemburu hantu atau lebih dikenal sebagai Vampire Killer, silsilah keluarga Belmont sekaligus para sahabat mereka selama bertualang, juga tentang Drakula beserta para pasukan malam dan tak lupa pula istananya. Setelah berhasil menemukan apa yang dia cari selama ini, pemuda berambut putih tersebut meminjam buku tua itu dari perpustakaan dalam kurun waktu 1 minggu. Menjelang sore hari, dia menyempatkan diri membantu Mina membersihkan Kuil Hakuba. Lalu sebelum pulang, dia mulai membaca buku itu di dalam kuil, tepatnya di dekat ruang sembahyang sewaktu Mina sedang berdoa dengan khusyuk.
Halaman demi halaman dia baca secara teliti, dan pemuda Rumania itu sangat terkejut ketika membaca bab di dalam buku tersebut yang membahas tentang 2 orang tokoh legendaris yang mempunyai kontribusi yang sangat besar pada zaman perang salib. Berdasarkan dari nama kedua tokoh legendaris tak terkalahkan tersebut, dia merasa janggal dengan salah satu dari mereka yang bernama Leon Belmont, seorang ksatria muda dari keluarga bangsawan ternama. Tapi hanya selang beberapa detik saat dia berhenti membaca sesaat, dia langsung teringat akan kawan sekaligus rival terberatnya yang bernama Julius Belmont. Pemuda berambut putih itu menarik kesimpulan, bahwa Leon Belmont adalah kakek buyut Julius dari generasi pertama dalam silsilah keluarga Belmont, yang menjadi ksatria perkasa pada zaman itu. Dan ternyata, manuskrip buku tersebut menyatakan hal yang sedemikian rupa. Untuk tokoh yang satunya lagi, awalnya Soma tidak begitu tertarik padanya karena nama dari tokoh tersebut sangat asing baginya, dan latar belakang tokoh tersebut adalah seorang bangsawan serta ahli strategis perang juga guru yang membantu orang-orang tak berpendidikan. Namun dia kembali terkejut setelah membaca lebih lanjut bahwa tokoh yang bernama Mathias Cronqvist itu merupakan sahabat karib Leon Belmont. Bertekad untuk mengetahui lebih lanjut, Soma terus melanjutkan bacaanya selama beberapa saat sampai akhirnya dia mengeksplore bab tentang cambuk Vampire Killer. Pemuda Rumania itu tak menyangka, bahwa tadinya cambuk legendaris tersebut bukanlah senjata milik Leon pada saat pertama kali dia ikut perang. Melainkan milik seorang kakek bernama Rinaldo Gandolvi yang merupakan seorang ahli kimia yang menciptakan obat-obatan dan ramuan, juga baju zirah.
Rasa penasaran juga keringat pun bercampur dalam diri pemuda berambut putih itu, sehingga dia meneruskan membaca buku tua tersebut sampai menemukan bagian dimana Leon bertemu dengan Rinaldo dan menjalin persahabatan. Singkat cerita, pada bagian kesekian bab yang membahas Vampire Killer, disebutkan bahwa Rinaldo mempercayakan cambuk miliknya tersebut kepada Leon demi memberantas pasukan penjaga malam. Namun yang lebih mengejutkannya lagi adalah bagian akhir dari bab tersebut, yang menyatakan bahwa sang ksatria muda berambut kuning dan memakai jaket putih bercampur merah tersebut harus mengorbankan gadis kesayangan, sekaligus tunangannya untuk menyempurnakan cambuk legendaris tersebut, agar dia bisa mengalahkan sang raja vampir pertama penguasa istana Castlevania. Pada zaman itu, istana tersebut berlokasi di dekat hutan angker bernama Hutan Malam Abadi atau lebih dikenal sebagai Forest of Eternal Night. Dijuluki Malam Abadi karena hutan tersebut berada di dimensi lain dari Bumi, dan gelap gulita sepanjang hari karena hutan tersebut tak bisa dijangkau oleh cahaya mentari. Hanya cahaya bulanlah yang menerangi hutan angker itu. Dengan penuh perjuangan, segenap jiwa dan raga, tekad, amarah bercampur kesedihan yang mendalam atas kematian tunanganya, Leon Belmont berhasil mengalahkan raja vampir tersebut beserta pasukannya.
Namun siapa sangka, sang raja vampir itu bukanlah Dracula yang dikenal oleh seluruh umat manusia. Sesaat sebelum raja vampir itu meregang nyawa, ternyata “pelayannya” yang paling setia berkhianat kepadanya. Yang paling mengejutkan lagi adalah, rupa-rupanya sosok “pelayan” tersebut adalah malaikat maut, alias Death, yang pernah Soma kalahkan! Keringat dingin pun mengucur di kening pemuda Rumania itu, dan dia melanjutkan bacaannya. Maka ditemukanlah fakta bahwa Death mengambil roh dan jiwa tuannya sendiri yang dia khianati, lalu menyerahkan roh dan jiwa tersebut kepada sosok tuannya yang kedua. Pada saat itu pula, Soma terkejut setengah mati karena mengetahui siapa sosok tuan kedua yang disembah oleh malaikat maut itu. Sosok itu tak asing bagi pemuda Rumania itu, yaitu Mathias Cronqvist, sahabat seperjuangan Leon Belmont! Tanpa disadari, Soma sudah membaca buku tua tersebut selama 2 jam dan Mina pun selesai berdoa dan segera meninggalkan ruang sembahyang menuju ke dapur untuk menyediakan makanan. Tak lama Kemudian, gadis berambut coklat kejinggaan tersebut menghampiri pemuda berambut putih itu. Kemudian, dia menepuk bahu Soma dari belakang sambil tersenyum dan berkata,
“Hei tuan kutu buku, serius sekali membacanya.”
“Oh, Mina. Kau mengagetkanku saja.” Soma tercekat.
“Maaf, aku pikir ini sudah waktunya makan malam. Maukah kau makan di sini bersamaku?” Tanya gadis berambut coklat kejinggaan itu.
“Iya, tentu saja. Kebetulan sekali, aku sudah lapar. Terima kasih sudah mengajakku makan malam bersama.” Jawab Soma dengan wajah polos. Tentunya, Mina tertawa kecil mendengar jawaban pemuda Rumania itu.
“Sama-sama. Aku lihat kau selama ini sepertinya sibuk sekali, dan kau masih sempat membantuku bersih-bersih di kuil. Jadi, tak ada salahnya jika aku mengajakmu makan bersama.”
“Baiklah, aku titip dulu buku ini sebentar di sini. Pas waktu pulang, aku akan mengambilnya lagi.”
“Tak masalah, asal kau tidak lupa mengembalikannya ke perpustakaan kampus. Karena sepertinya kau sangat tertarik membaca buku yang tebalnya ratusan halaman itu.”
“Iya iya, ah kau ini. Ayo, saatnya makan malam.” Soma langsung sweatdrop mendengar kata-kata sahabatnya, sampai Mina kembali tertawa kecil melihatnya.
“Maka berjalanlah mereka ke ruang makan dan menikmati makanan yang sudah disediakan oleh gadis berambut coklat kejinggaan itu.
Setelah hari ketiga di Bumi, para Digidestined melanjutkan aktivitas mereka dengan tenang dan sesuai biasanya. Yang membedakan adalah mereka tetap harus merahasiakan identitas mereka sebagai tamer. Sementara di markas D.I.C.E, terlihat Kokichi sedang membaca data di komputernya yang ternyata adalah data informasi yang sudah dibocorkan oleh salah satu anggotanya. Yang menarik perhatiannya adalah informasi tersebut berkaitan pula dengan salah satu tamer yang menjadi rekannya saat ini.
“Menarik... jadi dia bekerja di bawah perintah klan paling berbahaya hanya untuk iming-iming belaka. Rasanya aku ingin lihat reaksi ketika kebenaran ini kuberitahu padanya.” Guman sang pemimpin D.I.C.E itu. Di saat dia sedang asik membaca data tersebut, telepon selulernya bergetar dan itu berasal dari teman-teman sesama tamernya. Remaja berambut hitam keunguan itu langsung mengangkat teleponnya.
“Halo semua, maaf aku mendadak menelpon kalian dengan video call seperti ini.” Kata Hayakawa.
“Hayakawa-chan, ada apa sampai menelpon kita seperti ini? Apa sudah ada informasi kapan kita kembali ke Dunia Digital?” Tanya Mai.
“Belum, tapi aku hanya ingin menanyakan kabar kalian.” Jawab Hayakawa.
“Hojo-chan, kau ingat kan kalau aplikasi ini dipakai hanya pada saat kita butuh info yang penting?” Kata Kokichi sambil menyeringai.
“Ih! Biarkan saja dulu Hojocchi berbicara. Oumacchi menyebalkan sekali!” Protes Kise.
“Kalian berdua, hentikan pertengkaran kalian!” Omel Sakura.
“Aku benci hal ini, tapi Kokichi ada benarnya juga. Jika kau ingin mengetahui keberadaan kita semua, tidak perlu bertelpon seperti ini.” Tukas Musashi.
“Meskipun begitu, mungkin Hayakawa khawatir dengan kita. Bisa jadi salah satu dari kita malah sudah pergi ke Dunia Digital.” Kata Hyoga .
“Hate to break the moment, masalahnya kita kan pasti jika kembali ke sana secara bersamaan. Mustahil satu atau beberapa dari kita langsung ke sana secara bertahap.” Kata Raph.
“Jika begitu, bagaimana nanti kita ditarik kembali ke sana?” Tanya Zhao.
“Hm, aku belum mengetahui bagaimana. Namun ada 1 hal yang janggal bagiku.” Balas Kiku.
“Eh, apa itu?” Tanya kesembilan Tamer lainnya.
“Masa' kalian tak sadar, sih? Baiklah, aku jelaskan. Dua hari yang lalu, Soma berkata kepada kita bahwa kita harus tetap berkomunikasi via online, dan dia berkata bahwa dia akan mengabari kita jika ada informasi baru. Tapi sejak terakhir kali dia menelpon, tak ada kabar sama sekali darinya sampai detik ini. Sekarang pun dia bahkan tak ada sambungan telepon darinya.” Kiku menjelaskan kepada mereka semua.
“Nah, benar juga. Aneh kalau Soma tidak ikut berkomunikasi dengan kita, padahal dia yang seharusnya menelpon kita lebih dulu.” Kata Raph curiga.
“Jangan-jangan, Cruz-chan membohongi kita.” Protes Kokichi.
“Aku tidak yakin orang seperti Soma akan berbohong pada kita, Kokichi-kun. Hanya saja aku penasaran alasan dia tidak ikut pembicaraan dengan kita.” Kata Sakura.
“Подожди минутку, bisa jadi Soma sibuk dengan kegiatan lain yang sifatnya genting. Masuk akal jika dia tidak menjawab telepon kita.” Sahut Hyoga.
“Asumsimu benar juga, Hyoga.” Kata Musashi sambil mengangguk.
“Oke, begini saja. Untuk sementara, kita hanya bisa menunggu kabar dari Soma-san. Akan lebih baik jika kita tak menggangunya dulu. Oh iya, 1 hal lagi. Maafkan aku karena telah mengganggu kalian semua. Arigatōgozaimasu.” Segera setelah selesai berbicara, Hayakawa langsung mengakhiri percakapan dan mematikan telepon genggamnya. Tentunya, hal tersebut mengundang pertanyaan baru bagi teman-temannya walaupun beberapa dari mereka merasa risih karena Hayakawa menelpon di saat yang kurang tepat. Di balik itu semua, sebetulnya gadis keluarga bangsawan tersebut amat mengkhawatirkan kondisi pemuda berambut putih yang dia sukai itu. Seringkali, dia memikirkan keadaan Soma di sela-sela jam istirahat di sekolahnya, sampai Zhao menegurnya karena disangka melamun.
“Hei, kenapa kau diam saja?”
“Oh, senpai. Aku...” Hayakawa menjawab dengan terbata-bata, karena dia merasa canggung.
“Aku tau, kau pasti sangat mengkhawatirkan Soma. Tenang saja, dia bukanlah pemuda lemah yang menghilang tanpa kabar begitu saja. Pasti dia sedang menyelesaikan pekerjaannya.” Zhao berusaha menyemangatinya.
“Ta-tapi, bagaimana kau bisa seyakin itu, senpai?” Tanya Hayakawa.
“Aku kan pernah bersama dengannya saat kami berdua diculik Devimon, jadi aku tau seperti apa Soma itu.” Jawab Zhao.
“Betul juga ya, lalu aku datang dan menghajar Devimon dengan batu yang kupukul dengan tongkatku.” Sahut Hayakawa sambil mengetuk kepalanya dengan telunjuk.
“Hahaha, benar sekali. Karena itu pula, makanya Digimon iblis keparat itu gagal total mengambil kekuatan Soma. Aku salut padamu, Hayakawa.” Zhao menepuk punggung adik kelasnya sambil tersenyum.
“Aduh, senpai. Sakit tau!”
“Maaf deh, aku terlalu semangat. Hehehe...” Zhao langsung sweatdrop sembari mengelus rambutnya.
“Hei hei hei, sepertinya kalian berdua seru sekali ngobrolnya. Lagi ngobrolin siapa, sih?” Yuanji berkata sambil berjalan mendekati mereka berdua.
“Ada deh, kau ini kepo tak karuan aja sih, Yuanji.” Jawab Zhao kepada gadis cantik berambut kuning itu.
“Dasar. Oh iya Zhao, apa pekerjaanmu sudah selesai? Ayahmu pasti akan bertanya lagi.” Tanya Yuanji dengan penasaran, namun tetap dengan ekspresi agak datarnya.
“Ah, nanti saja lah. Deadlinenya juga bukan besok ini, kok.” Kata Zhao dengan malas sambil menyandarkan punggungnya di kursi dengan santai.
“Shou-senpai, turuti kata Genki-san.” Kata Hayakawa memohon. Sang remaja berambut coklat itu menghela nafasnya.
“Iya, iya, aku kerjakan sekarang deh.” Kata Zhao sambil menghela nafasnya dan langsung mengambil kertas dan pulpen di bukunya. Hayakawa dan Yuanji pun memperhatikan setiap pekerjaan Zhao dari awal hingga selesai. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Bel sekolah berbunyi tanda berakhirnya jam pelajaran sekolah, para siswa dan siswi pun pulang. Zhao keluar kelas berdua dengan Yuanji, disusul oleh Hayakawa yang sudah menunggu kedua teman sekaligus seniornya di dekat tangga sekolah. Sewaktu keluar pagar, gadis cantik berambut kuning itu berkata bahwa dia harus pulang lebih duluan karena ada tugas mendadak yang harus dikerjakan. Maka remaja berambut coklat jabrik itu pulang bersama Hayakawa. Di tengah jalan, gadis bangsawan tersebut bertanya kepadanya,
“Oh iya, senpai. Ngomong-ngomong, Bagaimana keadaan Lunamon dan yang lainnya ya?”
“Benar juga, aku pun hampir lupa dengan Gomamon. Tapi Aku rasa, mereka pasti baik-baik saja. Mengingat ada Hookmon dan para Numemon di kapal.” Jawab Zhao.
“Tapi kasihan mereka, karena kita meninggalkan mereka begitu saja tanpa ada tanda yang jelas.”
“Benar juga, aku harap kita bisa menemui mereka secepatnya. Karena mereka adalah Digimon kita, dan kita adalah tamer mereka.”
“Iya, dan aku juga berharap kita segera dapat kabar dari Soma-san.” Mendengar hal itu, Zhao mengangguk. Akhirnya, mereka sampai di rumah masing-masing. Tapi siapa sangka. Tepat pada jam 6 sore, tiba-tiba Soma menelpon kesepuluh temannya. Maka terkejutlah mereka semua.
“Maaf aku baru mengabari sekarang.” Kata Soma sambil tertawa canggung serta sweatdrop.
“Soma, kau ke mana saja sih?” Protes Mai.
“Kami cemas karena kau tidak mengangkat telepon dari kami tahu, Cruzcchi!” Timpal Kise
“Hayakawa bahkan sangat mencemaskanmu lho.” Kata Zhao sambil tertawa iseng.
“Shou-senpai!!” Hayakawa pun ngambek setelah dikerjai seniornya itu.
“What is between you and our white-haired pal anyway?” Tanya Raph dengan alis terangkat sebelah.
“Tidak ada apa-apa, Raph. Hehehe.” Kata Hayakawa pelan sambil tersenyum canggung.
“Hey, kita jadi keluar topik pembicaraan! Soma, memangnya kau sedang apa sebenarnya? Sampai baru sekarang baru berkabar. Ke mana kau selama ini?” Tanya Hyoga penasaran.
“Oh, soal itu... aku punya pekerjaan yang melelahkan, makanya aku baru berkabar.” Jawab Soma.
“Hm? Sesusah apa? Masa iya bisa makan tiga hari? Aku jadi curiga.” Kata Kokichi dengan seringai khasnya.
“Hmph... Soma kan sudah kuliah. Tugas berat bisa membuatnya bekerja semingguan.” Jawab Musashi singkat.
“Tidak apa-apa, Musashi. Kalaupun kujelaskan, dia belum tentu paham.” Soma menerangkan ke remaja berambut biru dongker itu.
“Kembali ke topik utama. Soma, apa ada informasi terbaru soal kembalinya kita ke Dunia Digital?” Tanya Sakura.
“Sayangnya belum ada info sampai detik ini. Kemungkinan besar, perkiraanku kita akan ditarik kembali seperti pada saat awal kita ke Dunia Digital. Intinya, kita harus sudah ada persiapan secepatnya. Karena sewaktu-waktu, bisa saja kita ditarik pada saat yang tidak terduga.” Jawab Soma.
“Gladly, persiapanku sudah semua. Aku yakin yang lainnya juga demikian.” Kata Raph. Rupanya disertai anggukan tamer lainnya.
“Apa berarti Alorvskycchi akan bawa armornya?” Tanya Kise penasaran.
“Itu sedang kupikirkan. Kemungkinan besar sih iya, tapi kita lihat nanti saja ketika kita ditarik.” Jawab Hyoga.
“Kalau begitu, kita harus sudah bawa tas berisi peralatan dan perlengkapan masing-masing. Mulai dari makanan, pakaian, minuman, bahkan bila perlu obat-obatan.” Kata Kiku menjelaskan. Kesepuluh tamer itu pun mengangguk paham atas apa yang gadis berambut kepang dua itu katakan.
“Baiklah kalau begitu, sampai bertemu nanti.” Kata Soma, lalu ia mengakhiri teleponnya dengan kesepuluh tamer lainnya. Beberapa saat setelah itu, pemuda berambut putih tersebut menulis surat. Surat itu dia tujukan kepada Mina, andaikata gadis berambut coklat kejinggaan tersebut berkunjung ke rumahnya untuk mencari tau kabar teman sekaligus sahabatnya itu. Namun pada isi surat tersebut, Soma tidak berkata kemana akan pergi. Yang ditulisnya adalah bahwa dia sedang menyelesaikan urusan yang sangat penting di suatu tempat, dan belum diketahui pasti kapan bisa pulang ke rumah. Dia juga menjelaskan bahwa buku tua yang dia pinjam dari perpustakaan sudah dikembalikan sewaktu pulang kuliah. Tak lupa pula, Soma berpesan kepada Mina melalui surat itu bahwa dia tidak perlu khawatir akan keadaannya. Pemuda Rumania tersebut juga berkata bahwa cepat atau lambat, dia pasti akan kembali. Pada bagian akhir surat tersebut,Soma menulis...
“Tertanda, Soma Cruz.” Sekitar 15 menit setelah selesai menulis surat, tubuhnya perlahan menghilang. Pemuda Rumania itu terkejut setengah mati karena sebetulnya dia sudah agak mengantuk karena kelelahan beraktifitas selama 3 hari. Tentunya, kesepuluh temannya juga pasti menghilang pada waktu yang bersamaan. Untuk kembali ke Dunia Digital, dan memulai petualangan baru!
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic and next chapter~!
Chapter 15: Return to Digital World
Summary:
Para Tamers akhirnya kembali lagi ke Dunia Digital setelah 3 hari menghilang. Mereka mendarat tepat di kapalnya Hookmon, yang pada saat itu, Digimon mereka sedang di kapal itu juga. Apa yang terjadi selanjutnya?
Notes:
Dari sebulan, sekarang dua bulan fanficnya ngestuck wkwkwk, tapi akhirnya kelar juga. Makasih lagi buat Bang Patuan untuk bantuan nulisnya. Nyampe chapter 15 ini juga bikin bahagia sih. Also... gak nyangka juga dah 2 tahun ini FF. Makasih banget untuk readers yang mau nyamper baca, bahkan ngasih comment. Tanpa kalian, ini fanfic gak akan sampai sejauh ini. Thanks guys
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
- Kapal Bajak Laut, Dunia Digital, jam 6:15 Petang -
Tubuh para Digidestined yang terurai di Bumi perlahan muncul kembali, tepanya di atas kapal Hookmon. Setelah muncul perlahan bagai sekumpulan data, ada 1 hal yang tak berubah. Yaitu kemunculan mereka yang diakhiri dengan jatuh dari atas dan menimpa satu sama lain, mirip sekali seperti pada saat mereka pertama kali datang ke Dunia Digital. Yang membedakan adalah, mereka jatuh di atas lantai kapal. Satu per satu, mereka menyampaikan keluh kesah dengan meringis, bahkan ada yang menjerit akibat posisi jatuh yang tak mengenakkan itu. Sampai-sampai Kise tertindih oleh Mai, dan Soma tertindih oleh Hayakawa, tanpa disadari oleh remaja berambut kuning dan pemuda berambut putih tersebut.
“Aduh, sakit sekali! Hm? Ngomong-ngomong, siapa yang ada di atasku?” Tanya kedua lelaki itu, maka ditengoklah ke atas oleh mereka berdua.
“Kyaaa! Apa yang kalian lihat?!” Kaboom! Pukulan keras dari kedua gadis yang spontan meneriaki dua lelaki itu menghantam keduanya dengan telak, sampai kepala mereka benjol.
“Adududuh! Maafkan aku, Shiranuicchi... Aku benar-benar tak sengaja.” Kise meminta maaf sambil memelas kepada gadis berambut coklat panjang kuncir ekor kuda tersebut.
“Huuuh, bodoh!!” Sahut Mai sambil memejamkan matanya dan sedikit ngambek.
“Di saat aku sedang kelelahan, malah begini jadinya...” Keluh Soma sambil memegang kepalanya yang benjol.
“A-aku minta maaf, Soma-san. A-apa pukulanku terlalu keras?” Tanya Hayakawa sambil tersipu malu, bahkan wajahnya memerah secara tiba-tiba.
“Tak perlu minta maaf. Aku yang salah... harusnya aku yang minta maaf padamu, Hayakawa.” Sahut pemuda Rumania itu. Akhirnya, kedua gadis tersebut langsung menyingkir dari kedua lelaki yang mereka tindih secara tak sengaja. Lalu menolong keduanya untuk berdiri. Tak lama kemudian, mereka semua bisa kembali berdiri. Mendengar keributan yang dibuat oleh para digidestined, semua Digimon mereka langsung muncul ditandai oleh Agumon yang membuka pintu dek kapal juga Poyomon yang digendong oleh salah satu Numemon yang juga ikut serta melihat para tamer kembali. Hanya Hookmon yang tak ada di situ. Ceria tak kepalang, mereka menghampiri Digimon masing-masing sampai Poyomon menangis di pangkuan Kiku.
“Syukurlah kalian kembali. Kami khawatir dengan kalian, tahu.” Ujar Agumon.
“We are good. Kami justru khawatir dengan kalian.” Kata Raph sambil mengelus kepala Agumon.
“Poyomon, jangan sedih. Aku kan sudah kembali.” Bujuk Kiku.
“Poyo poyo...” Ujar Poyomon, sampai dia menangis di pelukan tamer yang sangat disayanginya.
“Aww... aku rasa dia merindukanmu, Kiku.” Kata Sakura.
“Sakura benar. Poyomon menangis semalaman setiap mau tidur karena ia merindukanmu.” Timpal Palmon. Mendengar Palmon berkata demikian, Kiku langsung mengelus Digimonnya lembut.
Berbeda dengan Digimon lainnya, Gabumon justru mempunyai rasa penasaran yang tergambar jelas di wajahnya ketika ia memeluk tamernya.
“Ada apa, Gabumon? Kau terlihat bingung begitu.” Kata Hyoga.
“Itu... kotak apa yang kau tenteng di punggungmu?” Tanya Digimon serigala biru itu.
“Oh? Ini? Ini armor saint cloth cygnus milikku.” Kata remaja asal Rusia itu menjelaskan.
“Wow, kelihatannya keren sekali! Boleh aku melihatnya?” Gabumon bertanya dengan mata berbinar-binar.
“Nanti saja, saat kita bertarung melawan musuh. Karena armor saint dirancang khusus dengan tujuan untuk melindungi, bukan untuk menyerang.” Jawab Hyoga dengan tenang.
“Hm, baiklah. Aku jadi semakin penasaran nih, hehehe...” Balas Digimon serigala biru tersebut, kemudian dieluslah kepalanya saking senangnya sang tamer kepadanya.
“Oh iya Biyomon, Ngomong-ngomong, dimana Hookmon?” Tanya Mai kepada Digimon burung pink itu, maka raut wajahnya langsung berubah dan dia mendekat ke tamernya dan berbisik,
“Hookmon ada di kamarnya, dia marah besar karena kalian tiba-tiba pergi meninggalkan kami begitu saja. Terlebih lagi, sejak kalian pergi selama 3 hari, tidak ada angin sama sekali. Makanya kita belum sampai juga ke daratan yang menuju Area X sampai saat ini.” Biyomon menjelaskan kepada Mai.
“Waduh, bisa gawat kalau begitu!” Teriak Mai spontan, sampai semuanya ikut menoleh.
“Ada apa, Mai? Kenapa kau berteriak seperti itu?” Tanya Zhao ke gadis berambut panjang kuncir ekor kuda itu. Maka Mai pun menerangkan apa yang dikatakan oleh Biyomon. Lalu terkejutlah para tamer, sampai Tentomon melanjutkan pembicaraan dengan khawatir,
“Betul sekali. Bahkan setelah pertempuran di Laut Gelap, dia menyuruh kami juga para Numemon untuk memperbaiki kapal. Karena sebagian dari bagian kapal rusak saat itu.
“Hanya saja, dia tetap memberi jatah makan seperti biasa. Bahkan dia jadi sering bermain dengan Poyomon pada siang hari bersama kami. Namun dia jadi pendiam sejak saat itu, dan sering mengurung diri di kamarnya.” Gomamon menambahkan.
“Bisa rumit ini persoalannya, kita harus cari cara supaya Hookmon tak terus-terusan seperti itu.” Usul Musashi.
“Tapi bagaimana caranya, Asukacchi? Kalau Hookmon marah, dia takkan segan-segan untuk tak memberikan kita makan atau minum... Mungkin juga, tak segan untuk menghajar kita semua?!” Tanya Kise sambil ketakutan.
“Aku pun masih memikirkan hal itu, Ryouta. Apa mungkin kalian ada ide?” Tanya remaja berambut biru dongker itu kepada yang lain.
“Mungkin sekarang ini, lebih baik kalian minta maaf dan menjelaskan kepadanya kenapa tiba-tiba kalian pergi.” Tailmon memberikan usul kepada para tamer.
“Iya, aku setuju. Barangkali, kapten akan mendengar kalian dan bisa memahami situasi seperti sekarang ini.” Salah satu dari Numemon menambahkan kepada mereka. Mereka menatap ke arah satu dengan yang lain tanda bisa saja ujungnya mereka saling tunjuk.
“Don’t look at me, dummy! Aku tidak pandai berbicara pada orang. Bisa mengamuk nantinya.” Protes Raph.
“Kita semua akan bertemu dengan Hookmon, Raph. Tidak boleh ada yang tidak ikut!” Kata Soma menegur.
“Even Kokichi?” Raph pun menautkan sebelah alisnya.
“Begitu pula dengan Kokichi.” Timpal Hyoga.
“Hei, aku ini bukan tipe yang tidak mau mengakui kesalahan karena aku meninggalkan salah satu anggota D.I.C.E di sini sendirian tanpa pamit.” Kata Kokichi sambil menggembungkan pipinya, lalu ia menangis deras, padahal itu pura-pura. “Waaah, Hamato-chan jahat padaku!”
“Kokichi, kau tahu kan, kalau kita sadar kau pura-pura?” Kata Musashi tajam.
“Nishishi~ Sasuga nee. Ucapan itu keluar dari mulut lone wolf kita.” Kata Kokichi sambil menyeringai, namun tidak digubris oleh sang remaja berambut biru itu.
“Sudah, sudah! Kita tak perlu berkelahi sekarang!” Kata Sakura berusaha melerai.
“Apa rencanamu, Soma?” Tanya Zhao. Sang pemuda asal Rumania itu terdiam dan memikirkan cara untuk berbicara pada Hookmon.
“Meski kita semua yang nanti masuk, hanya beberapa orang saja untuk perwakilan berbicara pada Hookmon. Seperti yang kita tahu barusan, bisa saja emosinya tidak stabil.” Kata Soma.
“For sure, kita tidak bisa andalkan Kokichi dan Ryouta. Y’know, these two will argue with no end and we end up angering him even more.” Kata Raph.
“Hamatocchi!” Kise menggembungkan pipinya karena kesal.
“Ya Hamato-chan tidak salah sih. Bisa-bisa aku akan membuat Kise-chan makin kesal nanti.” Kata Kokichi sambil tersenyum. “Aku sarankan Asuka-chan tidak ikut juga.”
“Apa karena kau tidak percaya padaku karena satu hal? Tidak biasanya kau berbicara padaku seperti itu.” Kata Musashi curiga.
“Bukan urusanmu.” Kata Kokichi sambil menjulurkan lidah.
“Oke, anggap saja Musashi tidak boleh bicara seperti Ryouta dan Kokichi. Berarti masih ada 8 dari kita yang masih ada potensi.” Kata Kiku.
“Daripada kita butuh waktu lama memilih mana yang tidak bisa, lebih baik mencari siapa yang bisa. Soma, Hayakawa, Kiku, dan Sakura yang akan mewakili untuk bicara.” Kata Hyoga meluruskan.
“Kalau dipikir lagi, Hyoga ada benarnya.” Kata Zhao.
“Memangnya Mai-san tidak bisa?” Tanya Hayakawa.
“Dia sedikit... membawa perasaan.” Jawab Hyoga.
“Hei, aku tidak begitu tahu!” Protes Mai.
“Masalahnya Hyoga benar. Ketika nanti Hookmon marah pada kita, bisa-bisa kau protes bawa-bawa nama Andy dan malah membuatnya semakin mengamuk.” Kata Soma yang sukses membungkam gadis berambut kuncir kuda itu.
“Jika perlu, aku akan membantu kalian dalam hal meluruskan permohonan maaf kita.” Hyoga menawarkan diri demi membantu teman-temannya.
“Alright, let’s move on! We need to present our representatives to the captain!” Seru Raph dengan pedenya, sampai dijitak oleh Musashi.
“Urusai!” Hardik Musashi dengan tangan kanan dikepal dan tatapan tajam, sampai Tentomon melipat tangan di depan dada dan melihat ke arah tamernya dengan wajah kesal karena tak mengerti apa yang diucapkannya, tak lupa pula menghentakkan sebelah kakinya. “Maafkan aku, Tentomon. Aku kesal karena dia berbicara seperti orang yang bercanda di kala situasi ini.
“Hei! Siapa yang bercanda?!?! Sembarangan saja kau ini!!” Balas remaja berambut merah itu sambil mengepalkan kedua tangannya dan menatap marah ke remaja berambut biru gondrong itu. Respon para tamer yang lainnya? Mereka langsung sweatdrop melihat keduanya bertengkar, maka kedua Digimon mereka mencoba melerai keduanya. Namun keduanya tetap ngotot, sampai Hayakawa maju ke tengah-tengah mereka, melerai dengan kedua tangannya dan berkata,
“Sudah, sudah! Aduh, kalian ini malah bertengkar seperti anak kecil saja. Kalau begini jadinya bukan solusi yang kita jumpai, malah hanya menambah persoalan saja. Ya sudah, ayo kita temui Hookmon-san sekarang juga!” Lerai Hayakawa dengan ketus. Akhirnya, kedua remaja itu mengangguk setuju dan kembali tenang. Maka berjalanlah mereka semua memasuki kapal, dan sampai di depan pintu kamar Hookmon.
“Ada yang mau mengetuk pintu?” Tanya Lunamon dengan berbisik-bisik kepada yang lain, juga raut wajah ketakutan.
“Biar aku coba. Baiklah...” Bisik Coronamon sembari mengusap kedua tangannya lalu berjalan perlahan, tapi aksinya langsung dihentikan oleh salah 1 dari Numemon dan berbisik kepadanya,
“Aku saja, karena kapten akan tahu siapa yang mengetuk pintu.” Maka diketuklah pintu kamar itu olehnya. Setelah 3 kali mengetuk, tidak ada jawaban sama sekali. Saat mencoba lagi sampai ketiga kalinya, barulah terdengar suara sang kapten.
“Numemon, apa itu kau?” Tanya Hookmon dengan suara tenang, tapi nada suaranya terdengar tegas. Tentunya, hal itu memberikan rasa tegang kepada para tamer juga Digimon mereka, dan para Numemon lainnya.
“I-iya kapten, ini aku.” Jawab Numemon sambil sedikit gemetar dan menelan ludah.
“Sudah kuduga, ada perlu apa denganku?” Sang kapten kembali bertanya dengan tegas.
“A-ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu, kapten.” Jawab Digimon siput hijau itu.
“Masuklah.” Balas sang Kapten dengan suara tenang, maka dia pun memberi syarat kepada yang lainnya agar menunggu di luar. Sambil menutup pintu lalu berjalan menghampiri sang kapten, dilihatlah oleh Digimon siput hijau tersebut bahwa Hookmon sedang menulis sesuatu dengan kertas dan tinta botol juga pena yang terbuat dari bulu elang laut. Dengan cepat, sang kapten menghentikan aktifitasnya dibarengi oleh Numemon yang berada di sampingnya. Di luar kamar, para digidestined bersama Digimon mereka penasaran sekaligus berharap agar mereka boleh masuk. Setelah 1 menit tak terdengar suara dari dalam kamar Hookmon, berkatalah sang kapten, “Baiklah, suruh mereka masuk sekarang juga.” Mereka semua yang di luar kaget bercampur lega mendengar jawaban Hookmon yang terdengar agak kencang. Maka Numemon yang berada di kamar langsung berjalan ke arah pintu, dan membuka pintu lalu menyuruh mereka semua masuk. Setelah semuanya hadir dengan berbaris, Hookmon menaruh kertas dan memasukkan ke dalam laci mejanya sambil mengelap tinta pada ujung pena bulu elang laut dengan kain kecil berwarna putih, lalu meletakkannya di atas botol tinta yang sudah kosong. Setelah itu, dia memutar kursinya ke arah para digidestined juga Digimon mereka dengan mata tajam dan wajah yang sangat serius. Lalu duduklah sang kapten di kursinya sampai mereka semua merespon dengan wajah takut karena keberadaan sang kapten yang seolah-olah memberi tekanan kepada mereka. Untuk sesaat, tak ada satupun diantara mereka yang berani memulai percakapan. Sampai Kokichi menyikut Kise dibalas oleh isyarat dari remaja pebasket berambut kuning itu dengan kedua tangannya, tanda dia menolak karena tidak berani. Akhirnya, Hookmon mulai berbicara dengan suara tegas dan menatap tajam ke arah mereka semua. “Ada apa? Kenapa kalian terlihat takut dan canggung seperti itu? Jika kalian tak kunjung bicara juga, aku takkan beranjak dari kursi ini dan kalian tidak boleh keluar dari kamarku!”
“K-kami minta maaf karena tiba-tiba kami menghilang begitu saja tanpa kabar, Hookmon.” Sakura menjawab sampai keringat dingin di pelipisnya menetes.
“Kami tahu bahwa kau pasti marah karena kami meninggalkan Digimon kami secara mendadak, tapi kami betul-betul tak menyangka bahwa hal ini akan menimpa kami bersebelas.” Kiku menambahkan.
“Benar sekali. Terlebih lagi, kami juga tak menyangka bahwa ternyata kami akan pulang ke Bumi. Bahkan kami tak tahu menahu soal kapan bisa kembali ke Dunia Digital. Ternyata, waktu kami di Bumi adalah 3 hari dan kami tak menyangka pula akan kembali ke Dunia Digital pada sore hari. Tepatnya petang ini.” Soma menjelaskan lebih detail.
“Kami sama sekali tak bermaksud meninggalkan kesebelas Digimon kami di sini, apalagi merepotkanmu dengan situasi dan kondisi yang tak terduga ini. Oleh karena itu, Kami minta maaf yang sebesar-besarnya, Hookmon-san.” Hayakawa memohon maaf sambil membungkuk ke arah sang kapten, diikuti oleh kesepuluh temannya juga para Digimon mereka semua. Selang sekian detik, berkatalah Hookmon kepada mereka dengan suara tenang.
“Hm, baik. Aku terima permohonan maaf kalian.” Jawab Hookmon. Tak menyangka bahwa sang kapten akan memaafkan mereka dan tidak marah lagi, para digidestined merasa senang sekali dan lega bahkan sebagian besar dari mereka bersorak gembira. Sedangkan para Digimon mereka bisa bernafas lega karena kekhawatiran mereka akan Hookmon yang marah hilang seketika. Zhao menghela nafas dan menyenderkan kepalanya dengan kedua tangannya, sedangkan Raph dan Musashi menepuk bahu Soma sambil mengacukan jempol kepadanya. Disusul oleh remaja berambut biru dongker yang juga meminta maaf kepada remaja berambut merah yang dipukulnya sewaktu di dek. Raph pun memaafkan Musashi, lalu dia juga meminta maaf karena kurang bisa membaca situasi. Untuk para Numemon? Mereka menghela nafas panjang dan saling menepuk punggung sesamanya tanda keberhasilan usaha bersama.
“Poyo, poyo poyo.” Tiba-tiba, Poyomon melompat dari pelukan Kiku lalu mendekati Hookmon.
“Tak perlu khawatir, Poyomon. Aku sudah memaafkan mereka semua, dan kau tak perlu menangis lagi karena tamermu yang paling kau sayangi sudah kembali.” Jawab Hookmon sambil menggendong Poyomon.
“Poyo poyo!” Balas Poyomon dengan penuh semangat, diikuti oleh tawa dari kesepuluh Digimon yang adalah kawan-kawan dia, juga para tamer dan Numemon.
“Nah, sebelum kita makan malam, aku ingin kalian membantuku membersihkan dinding dan lantai kapal yang terkena bubuk mesiu.” Perintah Hookmon kepada mereka semua.
“What? To clean up the gunpowder? It’s too risky!” Balas Raph dengan kedua lengan ke depan.
“Benar, Hookmon. Kami tak punya alat ataupun cairan pembersih yang aman untuk membersihkannya.” Mai menambahkan.
“Tapi jika tak dibersihkan juga, kapal ini tetap bereksiko terbakar.” Sahut Hyoga.
“Seandainya saja ada cairan pembersih tanpa alkohol...” Gumam Sakura, lalu Kiku teringat akan salah satu benda yang dia bawa di dalam tasnya.
“Oh, tunggu sebentar! Aku punya cairan pembersih seperti itu, kebetulan sekali aku membawanya.” Ujar gadis berambut coklat kepang dua tersebut sambil membuka tasnya dan mengambil cairan pembersih yang dimaksud. “Aku tak menyangka bahwa ini akan berguna juga.”
“Kau membawa cairan pembersih? Persiapanmu menarik sekali, Kiku.” Kata Sakura terkejut. Di lain pihak, Kise menggeleng, menolak pekerjaan yang Hookmon berikan itu.
“Kise-chan, kenapa menolak?” Tanya Kokichi iseng.
“Aku tidak mau.” Jawab Kise menolak.
“Is it because you don’t want your beautiful hands got dirty? Come on, don’t be such a crybaby!” Omel Raph.
“Kalau kau tidak ikut, kau tidak akan dapat makan malam!” Ancam Hookmon. Remaja berambut kuning pendek itu kemudian menjerit ketakutan.
“HIIIEEEE!! AKU MINTA MAAF!!” Kise pun langsung duduk tersungkur dan membungkuk berkali-kali.
“Uh... yang itu sepertinya tidak perlu.” Kata Soma sambil facepalm.
“Dasar drama queen.” Kata Hyoga.
“Lebih tepatnya, drama king.” Kata Zhao mengoreksi. Lalu Sakura berjalan ke arah Kise dan menjewer telinga remaja berambut kuning itu.
“Sudah, jangan mendramatisir situasi! Cepat kerja!” Omel Sakura. Kise pun mengaduh sambil menangis kesakitan.
“Ayo, kita mulai saja.” Kata Musashi. Ia pun mulai mengambil peralatan membersihkan kapal seperti lap, sapu, dan pel. Mereka pun mulai membersihkan seisi kapal dengan menyapu bagian dek yang tak terkena tumpahan bubuk mesiu. Zhao malahan kecapekan dan rehat di dekat pintu dekat dek kapal. Baru saja ia rehat, ia malah dijitak Soma.
“Kita belum selesai, jangan istirahat dulu!” Protes sang pemuda Rumania itu.
“Aduh, iya ya. Aku cuma meregangkan otot sebentar, kok.” Balas Zhao sembari streching.
“Hm? Aku lihat ada yang malas-malasan di sini. Ayo cepat, kerjakan! Jangan harap kau boleh makan malam jika kulihat lagi kau bermalas-malasan!” Ctar! Hookmon memecut cambuknya tepat ke samping Zhao, maka remaja berambut coklat itu langsung sigap berdiri dengan ketakutan dan merespon sang kapten dengan berkata,
“B-Baik! Siap, kapten!” Lalu dia melanjutkan perkerjaannya. Bahkan, Soma tercekat kaget akan hal itu lalu terdiam sesaat sambil sweatdrop.
“Hei, kenapa kau diam saja?! Kau juga, ayo kerjakan!” Perintah Hookmon sambil memegang cambuk dan siap-siap memecut kembali.
“S-siap!” Jawab pemuda berambut putih itu, disusul oleh Hookmon yang mengantungi cambuknya lalu mengambil kotak perkakas, sekaleng kecil cat, dan kuas. Kemudian, dia pergi ke tempat di mana Kokichi memasang jebakan saat bertarung melawan gerombolan Gizamon di Laut Gelap. Melihat sang kapten yang “menghilang” dari pandangan mereka, kesebelas digidestined juga Digimon mereka langsung sweatdrop dan bergumam dalam hati mereka bahwa Hookmon itu sangat galak dan tidak setengah-setengah dalam bertindak, layaknya kapten kapal yang galak. Ternyata, sewaktu para digidestined pulang ke Bumi, sang kapten diam-diam memperbaiki lantai kapal yang rusak itu pada waktu krunya juga para Digimon tertidur pulas akibat kecapekan memperbaiki dek kapal. Itu pun sudah hampir selesai. Sementara itu, para pria selesai menyapu semua debu dan kotoran bersama Digimon mereka sembari Kiku menuangkan cairan pembersih tanpa alkohol ke bagian yang terkena tumpahan bubuk mesiu. Secara bergiliran, para tamer wanita dan Digimon mereka (kecuali Poyomon) membasahi seluruh lantai kapal dengan cairan pembersih itu. Setelahnya, mereka semua langsung mengelap tumpahan bubuk mesiu dengan kain lap, lalu dipel. Tapi kemanakah para Numemon? Seperti biasa. Selagi kesebelas tamer dan Digimon mereka bersih-bersih, kawanan Digimon siput hijau tersebut sedang memasak di dapur.
“Uurgh, ini lebih melelahkan dari bersih-bersih yang kita lakukan sebelumnya.” Keluh Kise.
“Ah kau ini, baru segitu saja sudah mengeluh.” Balas Kokichi.
“Kau sendiri juga sudah letih kan, Oumacchi?!” Sahut remaja berambut kuning itu dengan kesal.
“Hihihi! Siapa bilang? Aku masih kuat kok, ya kan Impmon?” Ujar remaja berambut biru keunguan tersebut kepada Digimon dan temannya. Maka Impmon mengangguk sambil memejamkan matanya.
“Huh, bilang saja kau hanya ingin sekedar pamer.” Kata Kise, kemudian Sakura datang ke mereka dan menjewer kuping kedua remaja tersebut dan berkata,
“Kalian ini selalu bertikai hanya karena masalah sepele. Ayo, kita harus menyelesaikan pekerjaan! Jangan sampai Hookmon melihat kita malas-malasan seperti ini!”
“Aduh! Iya iya, dasar Haruno-chan. Kau ini tak bisa lembut sedikit ya? Hihihi.” Balas Kokichi sambil menyeringai.
“Oh, atau kalian mau kuadukan ke Hookmon?!” Tanya gadis berambut pink itu dengan tegas.
“Waduh, aku mohon jangan adukan kami, Harunocchi!” Kise memohon sampai menjerit panik.
“Kalau begitu, cepat lanjutkan!” Tegas Sakura, maka mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Sekitar 1 jam kemudian, Hookmon selesai memperbaiki lantai kapal yang rusak sekaligus mencatnya. Maka datanglah dia sambil meletakkan kotak perkakas juga kaleng cat dan kuas di dalam gentong kosong, lalu menutup gentong itu dibarengi oleh para digidestined serta Digimon mereka yang sudah setengah selesai. Tak terasa, sudah 2 jam lebih mereka membersihkan kapal. Akhirnya, mereka berhasil membersihkan seluruh tumpahan bubuk mesiu. Setelah merapikan alat-alat, mereka melihat sang kapten mengambil gelas dalam jumlah banyak dan membuka gentong berisi air putih lalu memberi isyarat kepada para Digidestined serta Digimon mereka bahwa boleh minum sepuasnya. Selesai menghilangkan haus, mereka rehat sejenak lalu pergi ke ruang makan. Sesampainnya mereka di ruang makan, para Digidestined beserta Digimon mereka langsung duduk di meja makan dengan makanan yang sudah tersedia.
Para Numemon pun juga duduk di sebelah mereka. Tak lama kemudian, Hookmon pun duduk di meja makan itu. Setelah itu, mereka menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Beruntunglah, Numemon memasak makanan yang dihidangkan itu dalam jumlah lebih. Ternyata Agumon mengambil porsi extra.
“Oi, Agumon! Jangan kau makan semua!” Protes Raph.
“Maaf Raph, habisnya aku lapar.” Keluh Agumon.
“Selama Raph tidak ada, Agumon selalu makan 3 porsi lebih banyak dibandingkan kami semua. Makanya kami tidak heran kalau Numemon memasak dengan jumlah segini banyak.” Kata Biyomon.
“Kita sudah berusaha menahannya, tapi dia tetap seperti itu. Yang ada dia malah mengambek.” Kata Palmon, yang sukses membuat Raph facedesk.
“Ya ampun, kau ini merepotkan sekali sih! Untung saja Hookmon tak memarahimu.” Tukas remaja berambut merah itu.
“Betul, bisa repot jadinya kalau kau sakit perut karena kebanyakan makan.” Gabumon menambahkan.
“Ugh, kalian ini...” Balas Agumon dengan wajah ngambek sambil menggembungkan pipinya, dan hal itu mengundang tawa bagi semua teman-temannya. Di sela-sela waktu makan, sebagian besar dari mereka bercengkrama satu sama lain, tapi Kiku sibuk menyuapi Poyomon dalam pangkuannya. Digimon infant berwarna putih itu selesai makan lebih dulu dibanding yang lain, lalu tiba-tiba tubuhnya bersinar. Semua yang ada di ruang makan terkejut melihatnya, dan tak lama kemudian dia tumbuh menjadi Tokomon. Gadis berambut coklat kepang dua itu sangat bahagia melihat Digimonnya tumbuh besar setelah makan, sampai teman-temannya juga Hookmon dan para Numemon pun terpukau melihatnya.
“Kau hebat, Tokomon! Setelah ini, kau akan tumbuh menjadi Patamon suatu saat nanti.” Kata Kiku sambil memeluknya dengan kasih sayang, tentunya dibalas oleh Tokomon dengan senyum polosnya. Lalu gadis berambut coklat kepang dua tersebut melanjutkan makan juga yang lainnya. Selesai makan, mereka langsung minum sambil melanjutkan percakapan masing-masing. Setengah jam kemudian, Hookmon berdehem sambil berkata,
“Setelah merapikan piring masing-masing, aku minta kalian semua berkumpul di sini. Ada yang ingin kubicarakan.”
“Baiklah.” Jawab kesebelas digidestined juga Digimon mereka, lalu mereka pergi ke dapur untuk merapikan piring, kemudian kembali ke ruang makan. Setelah semuanya duduk, Gomamon penasaran lalu bertanya kepada Hookmon,
“Apa yang ingin kau katakan, Hookmon?”
“Kita sudah 3 hari berturut-turut berlayar dan belum sampai ke daratan yang menuju Area X karena tidak ada hembusan angin, sehingga kapal melaju sangat lambat. Oleh karena itu, besok pagi kalian harus bangun dan bersiap-siap, karena aku akan mengatur strategi agar kita bisa sampai ke daratan tersebut.” Sang kapten menjelaskan dengan seksama.
“Tepatnya kapan kita akan sampai di sana?” Tanya Tailmon.
“Kurang lebih siang hari, itu perkiraanku.” Jawab Hookmon.
“Wah, aku jadi tak sabar ingin melihat daratan itu.” Ucap Lunamon.
“Benar sekali, karena aku sudah jenuh dengan yang namanya mabuk laut. Membuatku pusing saja.” Keluh Coronamon, kemudian yang lainnya tertawa mendengarnya.
“Hehehe, dasar payah. Masak kau mengeluh dengan mabuk lautmu itu?” Ejek Impmon sembari tertawa terkekeh-kekeh.
“Huh, kau sendiri juga gampang mabuk laut, kan?” Tukas Digimon kucing api berwarna jingga itu, lalu kapal goyang sedikit. Kemudian, kedua Digimon tersebut langsung memegang perut mereka masing-masing tanda mereka mabuk laut diakhiri dengan kata “urgh!”
“Ya sudah, kalau begitu kalian berdua istirahat saja di kamar.” Usul Kokichi.
“Betul, supaya mabuk lautnya cepat hilang.” Soma menambahkan, dan kedua Digimon mereka mengangguk sambil berjalan ke kamar ditemani oleh kedua tamer mereka. Selesai mengantar kedua Digimon mereka, keduanya kembali ke ruang makan.
“Aku akan minum sebentar di sini. Kalau kalian ingin tidur, istirahatlah.” Ujar Hookmon dengan membuka sebotol arak atau spirit.
“Sebelum tidur, aku ingin ke dek sebentar.” Balas Raph.
“Iya, ada yang ingin kami diskusikan.” Hyoga menambahkan.
“Aku ikut bergabung dengan kapten.” Seru Mai saking tak sabar ingin minum bersama, tentunya direspon oleh sweatdrop dari teman-temannya.
“Aku akan menemani Mai di sini.” Ujar Biyomon.
“Kalau begitu, aku juga ikut Raph dan Hyoga ke dek.” Kata Musashi. Lalu Sakura, Zhao, Kise, Hayakawa dan Kokichi menyusul mereka bertiga.
“Aku akan menemani Tokomon tidur di kamar. Bagaimana denganmu, Soma?” Tanya Kiku kepada pemuda berambut putih itu.
“Aku mau minum sebentar dengan mereka di sini, sekaligus menghangatkan tubuh.” Jawab Soma. Kemudian mereka bergegas ke tempat tujuan masing-masing. Raph beserta dengan ketujuh tamer lainnya juga Digimon mereka berdiskusi mengenai apa kira-kira rencana mereka setelah sampai ke daratan, juga persiapan untuk esok hari. Sedangkan Mai, dia minum dengan cerianya sambil tertawa terbahak-bahak dengan Hookmon. Sampai Biyomon menahan tamernya itu, supaya dia tidak minum terlalu banyak, dan Soma hanya bisa sweatdrop melihat keduanya mabuk. Kiku menemani Tokomon yang sudah mengantuk sembari mengelusnya dengan lembut sampai tertidur. Coronamon dan Impmon pun sudah tertidur pulas. Saat waktu menunjukkan jam 10 malam, mereka semua kembali ke kamar masing-masing dan bersitirahat. Esok harinya, pada jam setengah 6 pagi, kesebelas Digimon berusaha membangunkan tamer mereka masing-masing. Namun mereka belum bangun juga, sampai Hookmon datang dan membangunkan mereka dengan suara lantang bagaikan komandan yang membangunkan prajurit yang bermalas-malasan. Kaget karena mendengar suara lantang sang kapten, mereka langsung terjaga dengan panik dan buru-buru bangkit berdiri sambil merapikan tempat tidur masing-masing.
“Para Numemon saja sudah bangun 2 jam lebih dulu dari kalian, kalian masih malas-malasan? Ayo cepat, cuci muka kalian!” Titah sang kapten dengan suara keras, sampai mereka meresponnya dengan tercekat kaget dan berlari. Selesai mencuci muka, para digidestined dan Digimon mereka pergi ke dek dan berbaris. Di sana, mereka melihat Hookmon juga beberapa dari Numemon sedang menarik perahu yang lumayan besar dari air ke atas kapal dengan menarik tali pada katrol tunggal, yang digantung di tiang besi. Maka terlihatlah oleh mereka sebagian besar Numemon turun dari perahu itu.
“Perahu itu, jangan-jangan...” Sebelum Hyoga selesai bicara, sang kapten menyela dan berkata,
“Di sini ada 1 sekoci, dan kalian semua harus pergi ke sekoci ini. Nanti aku akan menurunkannya ke air lalu melepaskan tali. Setelah itu, kalian harus mendayung sampai posisi kalian berada di depan kapal. Kemudian aku akan memberi aba-aba pada saat kalian berada di posisi yang pas. Gunakan tali yang ada di sekoci, lalu melemparkan tali itu kemari, supaya aku tambatkan di tiang susur. Setelahnya, kalian harus mendayung. Sudah jelas?”
“I-iya, baik kapten!” Jawab mereka semua dengan spontan.
“Bagus, segera ke posisi masing-masing!” Perintah Hookmon dengan tegas, maka para digidestined juga Digimon mereka bergegas ke sekoci tersebut Sementara itu, para Numemon membantu sang kapten menurunkan sekoci. Seketika itu juga, sekoci diturunkan sampai menyentuh air. Lalu Raph melepas tali yang mengikat sekoci itu sampai tali ditarik kembali menggunakan katrol oleh Hookmon dan para Numemon, disusul oleh kesebelas digidestined dan Digimon mereka yang mendayung. Tentunya dengan panduan sang kapten. Setelah posisi mereka berada sekitar belasan meter di depan kapal, Hookmon memberi isyarat kepada mereka. Raph mengambil dan mengikat tali membentuk simpul jerat, lalu diayunkan layaknya koboi yang sedang bermain tali laso. Sehabis mengayunkan tali, remaja berambut merah itu melemparnya ke kapal dan langsung ditangkap oleh sang kapten kemudian ditambatkan olehnya di tiang susur. “Baiklah, ayo kita angkat sauh! Dayung sekuat tenaga!” Teriak sang kapten. Lalu mereka mulai mendayung perahu dengan kompak tanpa ada yang mengeluh, karena mereka sudah bertekad bahwa hari ini juga, mereka harus sampai ke daratan. Walau tak ada angin yang berhembus, kapal mulai bergerak sebagaimana mestinya dengan tenaga para digidestined juga Digimon mereka, dan tak lupa pula panduan sang kapten. Tak terasa 1 jam berlalu, dan mereka masih mendayung perahu dengan penuh semangat.
Sementara itu, Hookmon bertanya kepada para Numemon mengenai persediaan makanan. Mereka berkata bahwa stok ikan tinggal sedikit. Kemudian, sang kapten segera menyuruh mereka menebar jala dan menangkap ikan. Selagi menunggu hasil tangkapan bersama para awak kapal, Hookmon memantau kesebelas digidestined juga Digimon mereka dengan seksama. Setengah jam kemudian, mulailah terlihat oleh sang kapten bahwa beberapa dari mereka ada yang mengeluh karena letih dan lapar. Sambil menunggu hasil tangkapan, dia melihat bahwa masih belum ada angin yang bertiup. Mengambil langkah cepat, Hookmon mengeluarkan cambuk lalu memarahi para didigestined juga Digimon mereka dengan memecut lantai kapal dan menembak ke atas. Walaupun jarak mereka belasan meter, teriakan sang kapten juga suara pecutan dan tembakan yang begitu keras terdengar oleh mereka sampai mereka tersentak kaget. Setelah itu, mereka mendengar pula dengan jelas bahwa jika mereka berhenti mendayung, mereka tidak boleh sarapan pagi. Dia juga tak lupa memarahi para Numemon karena belum mendapat hasil tangkapan, sampai mereka semua terperanjat kaget dan ketakutan lalu memeriksa jala. Setengah jam sesudah itu, jala pun terisi dengan ikan bercampur beberapa ekor kepiting, udang, dan kerang. Para Digimon siput hijau itu langsung mengangkat jaring dibantu oleh sang kapten, selagi kesebelas digidestined juga Digimon mereka masih terus mendayung. Jala pun berhasil diangkat, kemudian Hookmon menyuruh para Numemon untuk menghidangkan makanan disertai biskuit juga teh dan kopi. Tak menunda waktu, para Digimon siput hijau tersebut membawa hasil tangkapan lalu berjalan ke arah dapur. Pada saat itu juga, sang kapten bersiul kencang kepada para digidestined juga Digimon mereka supaya kembali ke kapal. Lalu dia melepaskan tali dari tiang susur disusul oleh Hyoga yang menarik dan meletakkan tali itu di perahu.
Mengikuti instruksi, para digidestined serta Digimon mereka mendayung menuju ke samping kapal. Saat sampai, Hookmon melempar tali dan Raph menangkapnya kemudian mengikatnya ke perahu. Setelah itu, sang kapten menarik dan menggulung talinya pada katrol lalu mengangkat perahu tersebut sekuat tenaga. Karena perahunya cukup berat untuk ditarik seorang diri ditambah jumlah penumpang yang banyak, beberapa dari mereka seperti Raph, Hyoga, Musashi, Soma, Mai, dan Sakura memanjat kapal saat perahu tersebut setengah terangkat. Raph dan Hyoga ikut membantu sang kapten. Perahu pun berhasil diangkat, dan mereka bisa rehat sejenak sembari menunggu sarapan. Di sela-sela waktu istirahat, Hookmon berkata kepada mereka,
“Sarapan sedang disiapkan. Tapi jika kalian lapar, kalian bisa “ganjal” dengan biskuit serta teh dan kopi yang sudah tersedia di meja makan.”
“Asyik, ada biskuit!” Agumon langsung lari ke arah ruang makan.
“Hei Agumon, tunggu dulu!” Raph berusaha mengejarnya, namun Digimon dinosaurus kuning kecil itu sudah tak terlihat.
“Kalau begitu, aku juga! Karena aku sudah tak sabar ingin mencicipi biskuit ala pelaut!” Gabumon pun berlari menyusul kawannya.
“Gabumon, tunggu! Cih, dasar... main “potong kompas” saja sih dia itu.” Ujar Hyoga sambil facepalm, sampai teman-temannya tertawa melihat spontanitas kedua Digimon tersebut. Kemudian, mereka semua pergi ke meja makan dan menikmati kudapan yang sudah disiapkan di atas meja, yaitu biskuit ala pelaut yang berbentuk persegi dan agak keras juga renyah. Selagi mereka makan, Sakura memperhatikan Kiku yang sedari tadi menyuapi Tokomon.
“Um, Kiku-chan. Kapan kira-kira Tokomon berevolusi ya?” Tanya gadis berambut pink itu.
“Entahlah. Jadi Tokomon begini saja sudah bagus. Setidaknya dia masih bisa menyerang balik kalau terancam.” Jawab sang gadis berambut kepang dua itu. Palmon pun berjalan ke arah Tokomon sambil memperhatikannya secara seksama.
“Mungkin jika ia mengeluarkan tenaga untuk menyerang, aku yakin dia akan berevolusi menjadi Patamon dalam waktu dekat, atau paling tidak energinya mencukupi.” Kata Digimon berbentuk tanaman itu. Tokomon pun tersenyum dengan polosnya. Ketika mereka masih asyik bercengkrama, terdengarlah suara erangan menahan sakit. Ternyata suara itu adalah suara Kise dan Kokichi yang saling mencubit pipi karena mereka berebut biskuit terakhir.
“Astaga... mereka berkelahi karena biskuit?” Tanya Soma sambil menggelengkan kepalanya, sementara Coronamon facepalm. Beberapa dari mereka pun sweatdrop. Tak disangka, ketika kedua remaja itu masih berkelahi, Agumon memanjat meja itu, mengambil biskuit terakhir itu dan memakannya. Bahkan Gabumon dan Raph pun sampai sweatdrop melihatnya.
“...Agumoncchi!”
“Agumon!”
Sontak Kokichi dan Kise menjerit dengan kesal. Sang Digimon dinosaurus jingga kecil itu tertawa melihat reaksi keduanya. 4 siku merah terlihat di kepala Sakura dan kedua tangannya sudah mengepal dengan keras. Lalu..
WHAAAM!
“Sakura, sabar..” Kata Palmon sambil menenangkan tamernya itu.
“Kalian berdua kalau masih berkelahi lagi, aku lempar kalian dari kapal ini ya!” Omel Sakura. Kali ini, semua tamer, tak terkecuali Kokichi dan Kise, sweatdrop mendengar omelan Sakura itu.
“Astaga... dia mungkin selalu seperti ini ya dengan orang-orang terdekatnya.” Kata Musashi sambil memijit tulang hidungnya.
“Aku jadi takut dengannya..” Kata Tentomon takut-takut sambil memeluk kaki tamernya itu. Tak lama kemudian, Hookmon datang ke ruang makan dengan membuka pintu sedikit kencang. Lalu mereka semua kaget akan kehadiran sang kapten yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
“Sepertinya aku dengar kegaduhan di sini. Ada apa ini?” Tanya Hookmon, sampai sebagian dari mereka tercekat kaget.
“Barusan Ryouta dan Kokichi bertengkar karena rebutan biskuit, lalu Sakura memukuli dan memarahi mereka berdua.” Jawab Zhao sambil facepalm.
“Memangnya kenapa sampai rebutan begitu? Apa biskuitnya masih kurang juga?” Sang kapten bertanya dengan nada ketus, sehingga para digidestined juga Digimon mereka langsung sweatdrop dan sedikit takut.
“Se-sebenarnya bukan kurang. Tapi Agumoncchi menghabiskan biskuitnya lebih banyak dari kami, makanya kami berdua sampai bertengkar demi biskuit yang tinggal 1 potong itu.” Kise menjawab sambil gemetar.
“Itu benar, bahkan dia sampai memanjat meja dan memakan biskuit yang terakhir itu. Sehingga kami berdua tidak kebagian lagi. Egois sekali sih kau Agumon, malah menertawakan kami pula.” Kokichi menambahkan dengan wajah pura-pura mengeluh sembari bertopang dagu, lalu Hookmon dengan suara datarnya menatap tajam ke Digimon dinosaurus kuning kecil itu dan berkata,
“Apa itu benar, Agumon?” Agumon pun ketakutan melihat sang kapten yang menatapnya.
“I-itu benar, Hookmon... Ma-maafkan aku, tapi aku tak bermaksud buruk... Nafsu makanku tinggi dan aku lapar sekali, ini saja masih kurang.”
“Hei, Agumon! Kau ini bagaimana, sih?! Malah bicara seperti itu sama Hookmon, kau harusnya berterima kasih kepadanya karena dia masih berbaik hati menyediakan biskuit! Kan sudah kubilang tadi malam bahwa kau tidak boleh menghabiskan semua makanan! Memangnya kau mau dimarahi olehnya?!” Raph menegurnya dengan ketus, disusul oleh sang kapten yang menoleh ke arahnya. Setelah itu, sang kapten menoleh kembali ke Agumon dan berkata,
“Untung saja tamermu sangat mempedulikanmu, dan untungnya kau dan yang lainnya adalah tamu yang istimewa bagiku. Jika tidak, aku sudah melemparmu ke tengah laut bersama dengan kedua temanmu itu! Tahu?!” Balas Hookmon sambil menunjuk ke Kise dan Kokichi, sampai keduanya terkejut setengah mati mendengarnya. Hookmon mulai menunjukkan sifat pemarahnya, karena dia terusik di pagi hari yang cerah itu. Mendadak suasana jadi hening seketika, dan ruang makan itu dipenuhi oleh aura ketakutan dari kesebelas digidestined juga Digimon mereka karena sang kapten yang marah kepada tingkah mereka yang seperti anak nakal.
“HIIIII!!! AMPUN, HOOKMONCCHI! AKU BENAR-BENAR TAK SENGAJA! MAAFKAN AKU!” Kise menjerit ketakutan sampai memohon maaf dengan membungkuk di hadapan sang kapten.
“Tenanglah, aku takkan memarahimu juga kedua temanmu. Tapi karena kalian telah membuat masalah, kalian bertiga harus diberi pelajaran! Kalian harus mencuci semua piring serta peralatan makan lainnya! Dan jika kalian membantah, kalian tidak boleh makan dan minum sampai waktu jam makan siang selesai!!! MENGERTI?!?!”
“B-BAIK, KAPTEN! KAMI MENGERTI!” Jawab mereka bertiga sambil menghormat dengan spontan dan keringat dingin mengucur di pipi mereka.
“Hm, bagus! Itu namanya kalian bertanggungjawab! Tak lama lagi, makanan akan siap. Dan aku mau ke kamarku sebentar. Jadi, kalian makanlah terlebih dahulu, aku akan menyusul belakangan. Jika ada perlu apa-apa, kalian boleh memanggilku. Tapi ingat, jangan lupa mengetuk pintu! Karena aku tidak suka orang yang main serobot begitu saja!” Hookmon menerangkan kepada mereka dengan seksama, maka mereka pun menangguk pelan karena merasa takut akan dimarahi oleh sang kapten. Selang beberapa detik, Hookmon keluar dari ruang makan dan tak terdengar suara lagi dari sana. Lalu sang kapten berjalan ke kamarnya. Ketika memasuki kamar, dia menghela nafas panjang dan pusing akan tingkah laku para tamunya yang seperti itu di pagi yang cerah. Akan tetapi, bukan sang kapten namanya jika dia menyerah pada situasi tak menyenangkan seperti itu. Dia berpikir bahwa ini sudah waktu baginya untuk menyelesaikan apa yang ia tulis tadi malam. Tanpa berpikir panjang, sang kapten mengambil kertas dari laci mejanya. Kemudian dia mengambil pena bulu elang laut dari botol tinta yang sudah kosong, lalu mencelupkannya ke dalam tinta pada botol tinta lainnya yang masih berisi. Langsung saja, Hookmon melanjutkan tulisannya.
Di lain tempat, suasana ruang makan jadi hening. Para digidestined dan Digimon mereka diam seribu bahasa karena mereka tak tahu harus berkata apa. Setelah beberapa menit keheningan, akhirnya Raph pun angkat suara dan menegur Digimonnya kembali,
“Tuh, kan? Apa kubilang? Kau sih buat perkara yang tidak-tidak, sekarang jadi kena “getahnya”! Coba kalau kau menuruti perkataanku, kau takkan dihukum hanya gara-gara hal konyol seperti ini!”
“Aku benar-benar minta maaf, Raph. Aku janji takkan berbuat begitu lagi.” Balas Agumon dengan lesu.
“Ya sudah, tak apa-apa. Begini saja, lain kali kalau kau ingin tambah atau porsi lebih, kau harus bilang padaku terlebih dahulu.” Sahut remaja berambut merah itu, lalu Digimon dinosaurus kecil berwarna kuning itu mengangguk.
“Tapi karena kalian berdua juga sih, main rebutan biskuit seperti anak kecil saja.” Kata Hyoga dengan mencondongkan kepala ke arah Kise dan Kokichi sambil menyeruput teh.
“Habis mau gimana lagi, Alorvskycchi? Sisanya hanya tinggal satu.” Jawab remaja berambut kuning itu.
“Kan bisa kalian bagi dua dengan memoteknya. Bagaimana kalian ini?” Ujar Mai merespon keluhan Kise.
“Itu dia, Shiranui-chan. Sebenarnya mau kupotek sebelum kami rebutan. Tapi Kise-chan tak rela jika biskuit itu jatuh ke tanganku, nishishi~” Sahut Kokichi sembari menyeringai.
“Kalian ini, masih saja mencari alasan!” Tukas Sakura sambil facepalm.
“Sudah! Sebaiknya kita menunggu sarapan saja di sini dengan tenang. Tidak baik kalau kita terus-menerus bertikai, merusak suasana saja.” Hayakawa mencoba menenangkan situasi.
“Iya, kau benar. Aku pun bosan melihat pertikaian tak berguna seperti ini.” Sahut Musashi dengan nada datar.
“Awww… sepertinya ada yang tidak suka dengan hubungan rivalku dengan Kise-chan.” Sang remaja berambut hitam keunguan itu pura-pura terkejut. “Kenapa kau tidak urus saja urusanmu, Asuka-chan?” Kokichi pun menyeringai. Musashi pun memilih tidak menjawab pertanyaan dari pemimpin D.I.C.E itu.
“Sudahlah. Sebaiknya kau, Ryota dan Agumon mengerjakan apa yang Hookmon minta setelah sarapan nanti. ” Kata Coronamon.
“Lagipula, meski cukup aneh, tapi cara Agumon sedikit berguna untuk melerai pertikaian konyol antara Kokichi dan Ryota.” Kata Soma sambil menopang dagunya.
“Tapi, ada yang membawa masalah baru.” Kata Biyomon.
“Oh, iya… apa ada yang lihat oleh Zhao?” Tanya Gomamon dengan sedikit khawatir. Rupanya terlihat di bangku yang berbeda, Zhao sedang tidur dengan pulasnya.
“Astaga, dia masih saja sempat tidur…” Kata Kiku sambil sweatdrop. Tanpa aba-aba, Gomamon mendekati tamernya dan menggigit kakinya. Zhao pun terbangun dan mengaduh.
“Aduh! Gomamon! Sakit tahu!” Protes sang remaja asal Tiongkok itu.
“Di saat begini, kau malah enak-enakan tidur. Peka sedikit dong, Zhao!” Tegur Digimon singa laut kecil itu kepada tamernya.
“Huh. Iya deh, aku memang tak peka!” Keluh remaja Tiongkok itu sambil bertopang dagu.
“Jangan begitu, Gomamon. Mungkin Zhao mengantuk karena lapar.” Kata Tokomon.
“Bukan begitu, Tokomon. Walaupun mengantuk, bukan berarti dia acuhkan perkara ini begitu saja dengan tidur sesukanya.” Balas Gomamon.
“Ya sudah, lebih baik aku cuci muka lagi agar kantukku ini hilang. Kau tunggu di sini ya, Gomamon.” Ujar Zhao, maka Digimonnya pun mengangguk. Lalu berjalanlah dia menelusuri lorong ke kamar kecil untuk membasuh wajahnya. Selesai mencuci muka, remaja berambut coklat jabrik itu berjalan kembali menuju ruang makan. Tapi saat melewati kamar Hookmon, tanpa disengaja dia mendengar suara dari balik pintu kamar sang kapten dan terdengarlah olehnya suara Hookmon berbicara kepada Numemon. Berikut percakapan yang didengar oleh Zhao,
“Jika kita sudah sampai, tolong berikan ini kepada anak-anak terpilih itu.” Titah Hookmon.
“Apa ini, kapten?” Tanya Numemon sembari menerima dan melihat pemberian sang kapten.
“Itu adalah surat dariku untuk mereka.” Jawab Hookmon
“Baik, akan aku berikan ini kepada mereka saat kita berlabuh nanti.” Balas Digimon siput hijau itu.
“Kalau begitu, kau boleh pergi sekarang. Karena sebentar lagi, kau dan yang lainnya harus menghidangkan makanan untuk kita semua.”
“Siap, kapten!” Kemudian disimpanlah surat yang dimasukkan ke dalam botol kosong itu oleh Digimon siput hijau tersebut. Dengan langkah cepat, Zhao berjalan ke ruang makan agar tidak ketahuan bahwa dia tak sengaja menguping kedua Digimon itu. Pintu ruang makan pun dibuka olehnya agak kencang, sehingga teman-temannya terkejut melihatnya kembali terburu-buru.
“Hm? Ada apa, Zhao?” Tanya Gomamon.
“Ah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin santai di sini sambil menunggu makanan.” Jawab Zhao, namun Gomamon heran melihat wajah tamernya karena sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.
“Tapi selama pergi tadi, kau tidak melihat yang aneh-aneh, kan?” Gabumon bertanya untuk memastikan.
“Tentu saja tidak. Sebentar lagi, sarapan akan segera tiba.” Balas remaja Tiongkok tersebut mengalihkan topik pembicaraan.
“Kau yakin sekali, darimana kau tahu itu?” Tanya Tentomon dengan heran.
“I-itu karena... karena kita sudah menunggu agak lama di sini.” Jawab Zhao, dan Gomamon, Gabumon, Tentomon, juga yang lainnya sweatdrop. Berupaya mengalihkan perhatian teman-temannya, remaja berambut coklat jabrik itu mengambil kopi dari teko lalu menuangkannya ke cangkir dan menyeruput kopi itu sambil berkata, “Setelah cuci muka, minum kopi jadi lebih nikmat. Yummy!” Merespon hal konyol yang dilakukannya, semua teman-temannya kembali sweatdrop.
“Yeah, whatever you say.” Sahut Raph sambil menyeruput kopi dan memejamkan matanya. Maka Agumon pun kesal mendengarnya dan menatap tamernya dengan tatapan marah.
“RAAAAAPH!”
“Eh? Iya ya! Maafkan aku, Agumon! Sepertinya sekarang aku yang mendapat pelajaran darimu, hehehe.” Balas remaja berambut merah itu sembari sweatdrop setelah kopi yang diminumnya disemburkan dari mulutnya karena dia tercekat kaget melihat wajah Agumon yang marah. Tak disangka, semburan itu menyemprot wajah Musashi. Remaja berambut biru dongker itu langsung mengubah raut wajahnya menjadi wajah sangar dan menatap remaja berambut merah itu dengan tatapan marah dan tajam. Tapi alih-alih memaki Raph, dia mengelap wajahnya yang kena semprot kopi itu. Beberapa dari mereka seperti Kokichi, Kise, dan Impmon menertawainya. Sedangkan sebagian besar lagi langsung sweatdrop. Akhirnya, Raph pun minta maaf kepada Musashi.
“Ya sudah, tak apa-apa. Aku maafkan kau.” Jawab Musashi dengan nada dingin. Tak sampai 5 menit, para koki kapal datang menghidangkan makanan. Kali ini, para Numemon tak hanya menyajikan ikan bakar, goreng serta sup ikan. Tapi juga ada udang, kepiting, dan kerang. Akhirnya, jerih payah mereka terbayarkan oleh sarapan pagi yang menunya variatif tersebut. Di sela-sela waktu sarapan, Hookmon tak kunjung datang juga. Maka pergilah salah satu dari Numemon yang ikut sarapan bersama para digidestined juga Digimon mereka ke kamar sang kapten. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, tak ada jawaban dari dalam kamar. Sampai Digimon siput hijau itu memberanikan diri untuk membuka pintu kamar sang kapten. Ternyata pintunya tak dikunci, dan didapatinyalah Hookmon tertidur di mejanya. Tak ingin menggangu sang kapten yang tidur mendengkur, Numemon segera pergi dari kamar secara perlahan dan kembali melanjutkan makan. Maka bertanyalah Biyomon kepada Digimon siput hijau tersebut,
“Numemon, tadi Hookmon berkata bahwa dia akan menyusul kita untuk sarapan. Kenapa dia belum datang kemari sampai sekarang?”
“Aku tadi pergi ke kamar kapten, dia tertidur pulas di mejanya.”
“Ya ampun, bisa sampai tertidur seperti itu?” Tanya Impmon dengan wajah bingung.
“Mungkin dia terlalu lelah, karena selama ini dia selalu bangun lebih awal dari kita.” Jawab Lunamon.
“Benar, dan dia juga tidur belakangan dari kita.” Tailmon menambahkan.
“Iya, begitulah. Untuk sementara, lebih baik kita biarkan kapten istirahat. Nanti juga dia akan terjaga dengan sendirinya.” Balas Digimon siput hijau itu, dan yang lainnya pun mengangguk paham. Selesai sarapan, Kise, Kokichi, dan Agumon langsung mencuci piring dan peralatan makan lainnya. Sementara yang lainnya istirahat sebentar di ruang makan sambil bercakap-cakap. Karena keduanya adalah rival berat, selama mencuci piring, remaja berambut kuning itu meluapkan kekesalannya kepada remaja berambut hitam keunguan tersebut dengan meracau. Tentunya dibalas oleh Kokichi dengan menjulurkan lidahnya, namun Agumon tertunduk karena masih menyesali apa yang diperbuatnya. Sampai akhirnya salah satu dari Numemon yang merapikan piring berkata kepadanya,
“Hei, jangan murung terus. Semangatlah.”
“Tapi aku benar-benar tak sengaja...”
“Sudahlah, yang penting kau sudah minta maaf. Toh tamermu juga sudah memaafkanmu, jadi tak ada yang perlu kau sesali lagi.”
“Terima kasih, Numemon.”
“Sama-sama. Tapi ngomong-ngomong, coba lihat kedua temanmu itu. Mereka masih saja bertengkar dari tadi.”
“Benar juga, ya.” Agumon dan Numemon melihat pertengkaran mereka berdua seperti cuplikan film lawak, dan tertawalah kedua Digimon itu karena geli melihat kedua remaja tersebut yang masih saja bertengkar. Mereka beruntung, karena Hookmon tertidur pulas. Jika tidak, dia pasti sudah memarahi mereka berempat. Sekitar lebih dari seperempat jam, ketiganya selesai mencuci piring. Maka kembalilah mereka ke ruang makan. Tak disangka, Agumon membawa setoples kecil biskuit. Melihat itu, heranlah Raph dan bertanya kepada Digimon dinosaurus kuning kecil itu,
“Agumon, darimana kau dapat toples berisi biskuit itu?”
“Oh, ini aku dapatkan dari Numemon.” Jawab Agumon
“Wah, beruntung sekali kau.” Balas Hyoga.
“Dia bilang ini adalah stok yang dia simpan selama ini, tapi dia lupa memakannya. Jadi, dia memberikan ini padaku.” Digimon dinosaurus kecil itu menerangkan kepada teman-temannya.
“Tapi apa tidak kadaluarsa?” Tentomon skeptis dengan biskuit tersebut.
“Numemon bilang biskuit ini bisa bertahan dalam jangka waktu lama, jadi tidak mudah kadaluarsa.
“Ya lumayan jugalah, bisa menemani kita saat minum kopi atau teh.” Sahut Gabumon, maka yang lainnya pun tertawa mendengarnya.
“Asal Agumon rela membagikan biskuit itu kepadaku dan Kiku.” Ujar Tokomon dengan polosnya, lalu mereka kembali tertawa terbahak-bahak mendengar Digimon berwarna putih polos itu.
“Tentu saja, Tokomon.” Balas Agumon. Selesai mereka bercakap-cakap di waktu singkat sembari menikmati biskuit bonus itu, Hookmon pun bangun dari tidurnya yang sesaat dan mencuci muka. Setelah itu, dia pergi ke ruang makan untuk sarapan ditemani oleh para digidestined juga Digimon mereka masing-masing. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 9 kurang 15 menit. Akan tetapi, angin belum juga berhembus sehingga kapal terapung di tengah laut dan nyaris tak bergerak. Dibalik situasi yang mereka hadapi, Mai berkata kepada sang kapten,
“Hookmon, apakah ada tempat untuk mandi di kapal ini?”
“Memangnya kau ingin mandi sekarang juga?” Tanya Kiku heran.
“Iya, pastinya. Karena udaranya panas di sini, dan aku melihat hanya ada wastafel kayu di kamar kecil. Tapi tak ada bathtub ataupun shower.” Jawab gadis berambut coklat kuncir ekor kuda itu.
“Kalau begitu, ikut aku.” Balas sang kapten, lalu berjalanlah mereka berdua ke kamar kecil. Diambillah gentong kayu yang besar oleh Hookmon. Gentong itu berisikan air hujan, lalu dia membuka gentong tersebut dan mengambil ember kayu kecil untuk cidukan. “Di sini tak ada bak mandi atau pancuran, tapi kau bisa pakai air dari gentong itu.” Ujar Hookmon sambil menutupi kamar kecil tanpa pintu itu dengan kain putih besar yang diikat pada tiang kayu, sebagai tirai penutup.
“Terima kasih, Hookmon.” Balas Mai, lalu Hookmon mengacungkan jempol kepadanya dan keluar dari kamar kecil tersebut. Sementara itu, kesepuluh tamer lainnya juga para Digimon pergi ke dek untuk mencari udara segar, walaupun sebenarnya angin tak kunjung berhembus juga terik cahaya mentari yang panas. Untuk menghilangkan kejenuhan, mereka punya cara masing-masing. Raph latihan dengan Musashi, Hyoga fokus ke energi Cosmo yang dimilikinya, Sementara Sakura melatih energi Chakra, Zhao yang sedang termenung di ujung dek sambil bertopang dagu, tak lupa mengantuk sesekali, Kiku yang sedang sparing sendiri dengan memukul gentong kosong, Kise yang berusaha menolong Tailmon dari kejahilan Impmon, Kokichi yang menertawai aksi Digimonnya, Hayakawa yang bermain bersama Lunamon, Tokomon, Coronamon, dan kawan-kawan mereka, sampai akhirnya Soma yang termenung sendirian di dekat tiang layar memikirkan buku tua yang dia baca ketika berada di Bumi. Pemuda berambut putih itu mengingat kembali isi buku itu, kemudian berusaha mencari tahu mengapa Death bisa muncul di dunia Digital. Dia berpikir bahwa dengan membaca buku tersebut, dia akan menemukan jawabannya. Di sela-sela waktu istirahat sejenak itu, Soma bertanya-tanya dalam hatinya,
“Seharusnya Death berada di jurang maut, karena dia telah kukalahkan sebelumnya. Tapi mengapa dia bisa muncul lagi? Apa ada sesuatu yang bisa membuatnya hidup kembali? Tapi itu mustahil, karena butuh kekuatan besar yang berasal dari Dracula agar dia bisa bangkit dari kematian. Sedangkan Dracula sudah dikalahkan oleh Julius puluhan tahun yang lalu, lalu bagaimana caranya?” 15 menit kemudian, terdengarlah oleh mereka suara teriakan dari dalam kapal. Mereka semua langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut sambil sweatdrop mendengarnya, dan ternyata itu adalah suara Mai. Langsung saja, mereka melihat ke dalam kapal dan menemukan Hookmon tergeletak pingsan di lorong dengan kepala benjol dan mata berkunang-kunang. Para Numemon berusaha menggotongnya, lalu bertanyalah Hayakawa kepada mereka,
“Um, apa yang terjadi, Numemon?”
“... Ini pasti gara-gara kapten mengintip gadis itu saat mandi.” Jawab salah satu dari Numemon sembari facepalm.
“Salah sendiri, siapa suruh mengintip wanita yang sedang mandi? Begini jadinya.” Sahut Sakura sambil bertolak pinggang. Mendengar yang diucapkan gadis berambut pink itu, Zhao, Kise, dan Kokichi berkata sambil membayangkan hal tersebut,
“Mengintip wanita yang sedang mandi...” Merespon hal itu, Hayakawa menjewer kuping seniornya itu sedangkan Sakura menjitak remaja berambut kuning juga remaja berambut biru keunguan tersebut. Bahkan Tailmon serta Gomamon juga tak lupa mencakar tamer mereka. Sedangkan Impmon, dia tertegun dengan sweatdropnya karena bingung harus tertawa atau sedih melihat bosnya “terjebak” dalam hal konyol seperti itu.
“Tapi tak kusangka, Hookmon melakukan itu.” Kata Palmon dengan wajah terheran-heran.
“Pasti karena dia kebanyakan minum tadi malam, apalagi sampai menggodai Mai.” Ujar Biyomon dengan facepalm.
“Soma, semalam kau kan minum bersama mereka berdua. Kenapa kau tidak mencoba menghentikan Hookmon?” Tanya Kiku dengan wajah heran.
“Sebenarnya Biyomon dan aku sudah berusaha memisahkan mereka berdua, tapi Mai malah memarahi kami berdua karena dia sudah mabuk dan tak keberatan saat digoda oleh Hookmon.” Soma menjawab dengan suara tenang, tapi sweatdrop kembali meluncur di kepalanya disusul oleh teman-temannya yang juga kembali sweatdrop mendengarnya.
“Lalu bagaimana ceritanya kalian kembali ke kamar tidur?” Tanya Lunamon penasaran.
“Kami berdua menggotongnya ke kamar saat dia sudah tertidur pulas di meja, sampai ada bau alkohol di mulutnya.” Biyomon menjawab dan sweatdrop pun meluncur di kepalanya, disusul oleh tamer lainnya juga Digimon mereka yang juga sweatdrop kembali. Mengambil langkah cepat, Tokomon mendekati Hookmon yang sedang pingsan dan mencoba menggigitnya agar siuman. Sayangnya, sang kapten tak merespon. Akhirnya, Kiku mengendong Digimonnya dan memberi usul kepada teman-temannya,
“Sekarang kita bawa saja dia ke kamarnya, dan Numemon, kau bersama teman-temanmu tolong temani Hayakawa dan Sakura ke kamar untuk menengok Mai.
“Aku ikut dengan mereka.” Seru Biyomon, diikuti oleh Tokomon, Palmon, dan Lunamon yang juga ikut dengannya. Maka Kiku menyetujui Digimonnya untuk ikut dengan teman-temannya. Langsung saja, gadis berambut coklat kepang dua itu mengangkat sang kapten bersama Raph, Hyoga, dan Musashi dibantu oleh Agumon dan Gabumon. Lalu mereka membaringkan Hookmon pada tandu kapal yang terbuat dari kayu yang disambung dengan tali. Meski terlihat agak kurus, ternyata Hookmon lumayan berat untuk digotong oleh mereka berempat. Saat berada di depan pintu kamar sang kapten, Tentomon membuka pintu dan masuk ke kamar sang kapten bersama Agumon dan Gabumon. Setelah itu, mereka membaringkan Hookmon di tempat tidurnya. Sementara itu, Kise, Kokichi, Zhao, juga Soma dan Digimon mereka masih berdiri di lorong karena tak habis pikir.
“Hihihi, ada-ada saja Shiranui-chan. Bisa-bisanya dia terlibat masalah dengan kapten kapal kita.” Kokichi berkata dengan seringaian khasnya.
“Di saat begini malah mengejek Maicchi seperti itu, keterlaluan sekali kau Oumacchi!” Balas Kise, lalu remaja berambut biru keunguan itu menjulur lidahnya.
“Sudah deh, lebih baik kita istirahat saja daripada ribut terus!” Sahut Zhao dengan stretching sembari menguap. Tanpa ada tanda, Gomamon langsung menyemprot remaja berambut coklat jabrik itu dengan semprotan air dari mulutnya. “Aduh, Gomamon! Mataku perih, nih!”
“Daripada kau tak membantu sama sekali, ayo ikut aku ke dek, Zhao!” Perintah Gomamon kepada tamernya yang malas itu. Kemudian, dia berlari menuju dek diikuti oleh Zhao, Kise, Soma, Kokichi, Tailmon, Impmon, juga Coronamon. Sesampainya di dek, remaja berambut coklat jabrik itu bertanya kepada Digimon singa laut kecil itu. Lalu Gomamon menjawab bahwa dia akan menarik kapal sekuat tenaga.
“Tapi walaupun kau berevolusi, apa kau sanggup menarik kapal ini sendirian?” Zhao mengkhawatirkan Digimon singa laut itu.
“Kalau hanya berevolusi saja, aku takkan sanggup menarik kapal ini. Oleh karena itu, kau dan yang lainnya harus membuat simpul jerat yang besar dari tali yang tergeletak di ujung sebelah kanan itu.” Jawab Gomamon sambil menunjuk ke ujung dek sebelah kanan, tempat tali kapal berada.
“Baiklah, serahkan padaku!” Balas remaja berambut coklat jabrik itu dengan semangatnya. Pada saat itu pula, Soma berkata kepada Coronamon,
“Coronamon, kau bantu Zhao dan yang lain di sini. Aku akan membantu Gomamon menarik kapal.”
“Bagaimana caranya?” Coronamon heran, maka pemuda berambut putih itu berjalan ke sekoci dimana mereka menarik kapal sebelumnya dan mengambil tali dari sekoci tersebut lalu menghampiri Digimon kucing api itu dan berkata,
“Akan kupanggil roh yang bisa melakukan itu, dan tolong titip pakaianku di sini. Karena aku harus menyelam.” Soma menaruh tali kapal yang dipegangnya dan melepaskan jaket, baju, juga celana panjangnya. Sehingga yang tersisa hanya celana boxernya saja.
“Baik, Soma. Ayo teman-teman, kita lakukan sekarang!” Usul Digimon kucing api itu. Seketika itu juga, mereka membuat simpul jerat yang besar. Pada saat yang bersamaan, Gomamon menoleh ke Soma dan berkata,
“Terima kasih karena kau mau membantuku, Soma.”
“Sama-sama, Gomamon. Yang penting, kita harus sampai di daratan siang ini juga.” Balas pemuda berambut putih itu, maka Gomamon mengangguk. Setelah itu, Soma mengambil tali yang ditaruhnya di lantai kapal dan mengikat ujung tali tersebut pada tiang susur. Hanya selang beberapa saat saja, Zhao dan kawan-kawannya selesai membuat simpul jerat besar yang diminta oleh Gomamon dan langsung diikatkan juga ujung tali itu oleh mereka di tiang susur. Tanpa menunda waktu, Digimon singa laut kecil itu langsung menggigit tali yang berbentuk simpul jerat besar tersebut dan membawanya ke ujung kapal. Soma sudah menunggunya dan bersiap-siap untuk melompat dari kapal. Gomamon melompat lebih dulu, kemudian pemuda berambut putih itu menyusulnya lalu tubuh Digimon singa laut itu bercahaya dan berevolusi menjadi Ikkakumon. Soma mendarat di punggung Ikkakumon dan berkata kepada Digimon singa laut besar tersebut bahwa dia harus menunggu aba-aba darinya. Maka menyelamlah dia ke dalam laut dan memanggil Triton, si raja laut. Setelah memanggil roh berbentuk manusia duyung yang membawa trisula emas dan duduk di atas singgasana yang terbuat dari kulit kerang raksasa dan terumbu karang, yang dibawahnya terdapat 4 ekor ikan, dia mengikat tali yang dibawanya ke tubuh si raja laut. Setelah itu, Soma megisyaratkan Triton agar menarik kapal. Tanpa membuang waktu, pemuda berambut putih itu mengapung dan memberi aba-aba kepada Ikkakumon agar menarik kapal. Akhirnya, kapal pun bisa ditarik dengan tenaga dari keduanya dan mulai bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Menyadari kapal yang bergerak seperti ditiup angin laut, terkejutlah mereka semua yang berada di atas kapal. Tanpa terasa, 1 jam pun berlalu. Kemudian berhembuslah angin laut agak kencang sementara kapal masih ditarik oleh Ikkakumon dan Triton, sehingga kapal melaju lebih cepat lagi.
Menghiraukan capek dan letih, Digimon singa laut besar juga si raja laut terus menarik kapal dengan mengerahkan seluruh tenaga mereka. Namun Hookmon belum kunjung siuman dari pingsannya, sehingga sebagian dari para digidestined juga Numemon mengawasinya. Setelah lebih dari 1 setengah jam menarik kapal, tiba-tiba muncullah sekawanan burung camar dan dara laut yang terbang di langit. Maka takjublah mereka semua yang berada di atas kapal melihat kawanan burung laut tersebut. Baik yang di dek, maupun yang di dalam kapal. Hawa panas pun langsung digantikan dengan angin sepoi-sepoi diiringi oleh suara kicauan kawanan burung laut dan sinar mentari yang hangat sekali. Selang beberapa menit, angin sudah lumayan kencang sehingga kecepatan kapal bertambah, lalu mereka melihat sesuatu di tengah laut dari kejauhan. Mengambil inisiatif, para Digidestined juga Digimon mereka berusaha membangunkan Hookmon yang masih pingsan. Langsung saja, sang kapten siuman setelah wajahnya beberapa kali ditepuk. Tanpa basa-basi, mereka memberitahu akan sesuatu yang mereka lihat dari jauh. Merasa janggal, sang kapten segera bergegas ke dek, diikuti oleh para digidestined bersama Digimon mereka, tak lupa pula para Numemon. Mencoba memastikan, Hookmon menyuruh Numemon melihat dengan teropong dan mereka mendapati suatu objek yang tak asing di laut.
“Kapten, aku melihat batu karang. Dan sepertinya aku melihat ada dua karang disana.”
“Dua batu karang?! Coba kulihat sebentar...” Maka Digimon siput hijau tersebut memberikan teropong itu kepada sang kapten. “Kedua batu karang itu... mereka adalah, Karang Kembar!”.
“Karang Kembar?” Para digidestined dan Digimon mereka heran mendengarnya.
“Benar, Karang Kembar adalah julukan bagi 2 batu karang raksasa. Jarak keduanya sangat dekat antara yang satu dengan yang lainnya.” Sang kapten menerangkan kepada mereka.
“Jika kita sudah melewati keduanya, maka kita sudah lumayan dekat dengan daratan.” Numemon menambahkan.
“Kalau begitu, kita harus panggil Ikkakumon dan Soma sekarang juga!” Usul Zhao, dan mereka pun mengangguk. Tanpa membuang waktu, remaja berambut coklat itu juga teman-temannya mengarahkan jempol dan telunjuknya ke mulut dan bersiul kencang, lalu dia bersama teman-temannya memanggil Digimon singa laut dan pemuda berambut putih yang masih berada di air untuk segera naik ke kapal. Dengan segera, Soma memanggil Triton agar berhenti menarik kapal karena si raja laut tersebut sudah menunaikan tugasnya. Kemudian menghilanglah Triton dari laut. Ikkakumon pun menyusut menjadi Gomamon, lalu mereka berenang menuju ke samping kapal. Sekoci pun diturunkan, kemudian naiklah mereka dengan menggunakan sekoci itu dibantu oleh kawan-kawan mereka. Beberapa saat kemudian, Soma masuk ke dalam kapal lalu dia mengganti celana boxernya yang basah dengan yang dia bawa di tasnya, lalu memakai pakaian yang dia pakai sebelumnya. Selesai berpakaian, pemuda berambut putih itu bergegas ke dek dan bergabung dengan yang lain.
“Kalau kuperhatikan, sepertinya arus laut mengarahkan kapal ini menuju ke Karang Kembar.” Ujar Tentomon.
“Betul sekali, arus laut di lokasi ini dipengaruhi oleh matahari. Itu sebabnya, udara di sini terasa panas meskipun ada angin sakal.” Jawab Hookmon.
“Berarti, kapal ini akan segera melewati kedua batu karang itu?” Musashi berasumsi demikian setelah mendengar jawaban sang kapten.
“Benar, kita harus bersiap-siap.” Hookmon pergi menuju ke anjungan. Namun baru saja berjalan beberapa langkah, sang kapten nyaris jatuh dengan posisi memegang perutnya.
“Kapten, kau baik-baik saja?” Numemon menghampiri sang kapten lalu memegang tangannya. Kemudian Kokichi dan Impmon datang membantu menopangnya.
“Aku tak apa-apa, ini karena luka tusukan dari Divermon yang belum sembuh total.” Jawab Hookmon meyakinkan dirinya juga para digidestined.
“Kalau begitu, kau belum bisa memegang kemudi kapal sampai lukanya benar-benar sembuh.” Sahut Palmon.
“Lalu siapa yang akan menggantikannya?” Tanya Sakura sambil melihat ke arah teman-temannya.
“Jangan hanya bertanya saja, Sakura-chan. Bagaimana kalau Raph yang menggantikan Hookmon mengambil alih kemudi?” Remaja berambut biru keunguan itu memberi usul kepada Raph, lalu ditolak mentah-mentah oleh yang diminta.
“No way! Yang ada nanti aku malah menabrakkan kapal ini ke kedua batu karang itu. My precision is not good enough when it comes to controlling ship.”
“Raph! Lagi-lagi kau bicara dengan bahasa yang tak kumengerti!” Agumon menggerutu kepada tamernya.
“Ups! Maafkan aku, Agumon!” Respon remaja berambut merah itu dengan oleh sweatdrop di pelipisnya, disusul oleh sweatdrop dari mereka semua.
“Kalau begitu, aku saja yang ambil alih kemudi.” Hyoga menawarkan diri, maka Gabumon menghampiri tamernya dan berkata,
“Apa kau yakin bisa, Hyoga?”
“Jangan khawatir, Gabumon. Aku akan berusaha keras supaya kita bisa melewatinya.” Hyoga menjawab Digimon serigala biru itu dengan tenang, namun penuh percaya diri.
“Aku akan memandumu saat jarak kapal sudah agak dekat dengan Karang Kembar.” Ujar Hookmon, maka Hyoga pun mengangguk setuju. 15 menit telah berlalu, dan angin bertiup diiiringi oleh arus laut. Perlahan tapi pasti, kapal berlayar mendekati Karang Kembar. Para digidetined juga Digimon mereka menatap ke batu Karang kembar dengan seksama, karena saat yang ditunggu-tunggu hampir tiba. Posisi kapal pun sudah mendekat dengan kedua karang tersebut, maka sang kapten memberi instruksi kepada remaja berambut kuning itu, “Putar kemudi 1 kali ke kiri!”
“Satu kali ke kiri!” Seru Hyoga, maka dia memutar kemudi kapal sesuai arahan sang kapten. Tak lama kemudian, setelah berbelok ke arah kiri, posisi kapal sudah dekat dengan Karang Kembar. Langsung saja, Hookmon memberi instruksi kepada remaja berambut kuning itu,
“Putar kemudi 3 kali ke depan!”
“Tiga kali ke depan!” Sesaat setelah Hyoga selesai memutar kemudi kapal sebanyak 3 kali ke depan, kapal sudah siap melewati Batu Karang Kembar. Para digidestined beserta Digimon mereka melihat dengan wajah tegang sembari menelan ludah. Langsung saja, sang kapten memberi perintah kepada mereka yang di dek,
“Semua yang berada di dek, putar layar! Tingkatkan kecepatan! Kita akan menerobos angin dan melewati Karang Kembar!” Tanpa menunda waktu, para Numemon juga digidestined dan Digimon mereka memutar layar kapal dan menerobos angin yang berada diantara kedua batu karang raksasa tersebut. Kapal pun terus melaju ke depan, dan mereka menatap pemandangan itu dengan perasaan bergejolak. Antara takjub dan takut, karena jika arah kapal melenceng sedikit saja, maka taring dasar laut akan mengoyak dan meneggelamkan kapal! Akhirnya, setelah 10 menit yang menegangkan berlalu, mereka berhasil menerobos Karang Kembar. Dengan segera, Hookmon kembali memberi instruksi kepada Hyoga, yang masih menjadi juru mudi.
“Hyoga, putar kemudi 1 kali ke kanan sekarang juga!”
“Baik! Satu kali ke kanan!”
“Dan kalian para awak kapal, putar layar ke posisi semula!
“Siap!” Jawab para Numemon, juga digidestined dan Digimon mereka. Setelah mereka selesai melakukan semua yang diperintahkan oleh sang kapten, arus laut kembali normal seperti sebelum mereka melihat Karang Kembar dan angin berhembus seperti sedia kala. Lalu mulailah terlihat oleh mereka semua dari jauh pemandangan yang paling dinanti-natikan, yaitu daratan! Meskipun jaraknya belum dekat, namun mereka sudah tak sabar menanti kapal menyentuh daratan itu. Mata mereka semua berbinar-binar melihatnya, karena mereka akan sampai di tujuan dalam waktu kurang lebih 1 jam.
“Ah… indah sekali!” Sorak Kiku ketika melihat pemandangan daratan di hadapan mereka.
“Perjalanan di lautan ini benar-benar melelahkan ya.” Keluh Zhao.
“Benar, tapi terbayar semua.” Kata Gomamon menimpali, sambil streching karena letih.
“Semoga ketika kita sampai di daratan, Tokomon sudah siap berevolusi.” Kata Lunamon.
“Aku harap juga begitu. Tidak mungkin kan hanya 1 Digimon di antara kita semua yang masih kelas In-training, sementara kita semua kelas rookie.” Timpal Coronamon.
“Tapi… mengerikan juga ya. Ketika Patamon saat itu berevolusi menjadi Angemon dan… ya, seperti yang kita saksikan sendiri itu.” Kata Palmon dengan sedih.
“Hmm… kalau begitu… apa kita juga saat berevolusi semakin kuat, akan bernasib sama seperti Angemon ya?” Tanya Biyomon dengan polosnya.
“Aku juga tidak tahu. Kakek Gennai tidak bicara apa-apa mengenai itu. Aku jadi khawatir dengan situasinya jika hal itu terjadi.” Kata Hayakawa.
“Iya juga ya, aku pun jadi berpikir demikian. Apalagi, kita belum tahu menahu soal musuh yang akan kita hadapi nanti.” Sakura menambahkan.
“Jangan sedih begitu. Kita kan sudah bertualang sejauh ini, dan kita kemari bukan untuk gagal.” Pinta Mai dengan percaya diri.
“Iya, Mai benar. Apapun yang terjadi, kita harus siap sedia menghadapi rintangan seberat apapun.” Sahut Kiku sambil menggendong Tokomon.
“Hei, kalian kenapa? Apa ada masalah?” Soma mendekati para gadis dengan heran, lalu Coronamon mendekati tamernya bersama Zhao dan Gomamon dan menjelaskan persoalan mereka disusul oleh Mai dan Kiku yang juga menambahkan kepada pemuda berambut putih itu. Setelah mendengar semuanya, pemuda berambut putih itu berkata, “Jujur saja, selama ini aku pun melewati bahaya dan rintangan dengan takut dan gentar. Apalagi aku ini reinkarnasi Dracula, yang notabennya bisa jadi jahat kapan saja dan dimana saja. Tapi aku berhasil melawan ketakutan yang ada dalam diriku dan menghadapi itu semua, karena aku bertekad untuk menjadi diriku sendiri. Terlebih lagi, yang paling penting bagiku adalah demi melindungi orang-orang yang kusayangi.” Mendengar kata-kata pemuda berambut putih itu, Hayakawa langsung mengeluarkan semburat merah di pipinya sambil kagum mendengar kata-katanya. Namun karena gadis yang lain sedang fokus ke Soma, mereka tidak mengetahui hal itu.
“T-tapi bagaimana jika Digimon kita mengalami nasib yang sama seperti Angemon, pada saat dia mengalahkan Devimon?” Tanya gadis berbaju putih dan biru itu.
“Soal itu, kita tak akan pernah tahu entah bisa terjadi kepada Digimon kita atau tidak. Tapi yang aku pelajari dari pertarungan mereka adalah, kita tak boleh kalah oleh rasa takut.” Jawab Soma.
“Benar. Karena yang terpenting adalah, rasa takut itu harus kita lawan, walaupun tidak mudah. Karena aku juga merasakan ketakutan yang mendalam atas pertarungan dengan Devimon. Aku takut bahwa aku, tidak, bahkan kita semua akan dikalahkan olehnya. Lalu, saat Angemon berhasil mengalahkannya, aku pun takut bahwa aku takkan pernah bertemu dengannya lagi. Namun lihatlah sekarang, Tokomon ada bersamaku di sini.” Kiku meyakinkan teman-temannya.
“Tepat sekali. Jika gadis seperti Kiku bisa melewati pengalaman pahit seperti itu, kita pun pasti bisa menghadapinya.” Mai menambahkan, lalu tergugahlah semangat mereka. Tak lama kemudian, kelima tamer laki-laki mendekati para tamer perempuan dan ikut menyemangati mereka. Tanpa terasa, setengah jam sudah berlalu begitu saja dan mereka sudah hampir sampai di daratan. Waktu sudah menunjukkan jam 12 tepat. Maka Hookmon mengajak mereka semua makan siang sebelum kapal berlabuh. Selesai makan siang yang singkat itu, daratan sudah terlihat jelas oleh mereka, karena jaraknya sudah dekat sekali. Langsung saja, Hookmon memberikan instruksi kepada mereka semua,
“Hyoga, pergilah ke anjungan dan pegang kemudi kapal! Dan kalian semua, pergilah ke tiang layar dan bersiaplah! Kita akan segera berlabuh!”
“Baik!” Balas Hyoga dan teman-temannya, juga para Numemon. Lalu dia memegang kemudi kapal, bersamaan dengan para Digidestined lainnya juga Numemon yang bergegas ke tiang layar.
“Arahkan kemudi ke kanan 2 kali! Putar layar sekarang juga!”
“Siap!” Beberapa saat sebelum kapal menyentuh pelabuhan, sang kapten kembali memberikan instruksi kepada mereka semua,
“Putar kemudi dan layar ke posisi semula! Setelah itu, turunkan kecepatan!” Langsung saja, mereka semua mengikuti arahan Hookmon. Beberapa saat kemudian, kecepatan kapal melambat sampai pada posisi nyaris berhenti. Beberapa detik sebelum kapal berhenti, sang kapten menyuruh para Numemon untuk menurunkan layar, lalu melempar jangkar. Kapal pun bersandar di pelabuhan. Yang pertama mereka lihat di sana adalah pelabuhan kecil yang kosong, lalu mereka juga melihat tanjung. Selesai melakukan semua itu, Sang kapten menuju ke sekoci disusul oleh para Digidestined juga Digimon mereka dan para Numemon. Mereka semua langsung naik ke sekoci, kecuali Hookmon, karena dia harus menurunkan sekoci sendirian. Lalu, berkatalah Raph kepada sang kapten,
“Hookmon, terima kasih banyak.”
“Sama-sama, aku juga berterima kasih karena kalian telah datang kemari. Semoga kalian berhasil.” Balas Digimon bajak laut berbaju merah itu. Sekoci pun menyentuh air, lalu remaja berambut merah itu melepaskan tali yang diikat pada sekoci sambil ditarik dengan katrol oleh Hookmon. Kemudian, Numemon mendayung sekoci sampai menyentuh bibir pantai. Akhirnya, mereka sampai di daratan juga setelah perjalanan panjang yang mereka lampaui! Para Digidestined dan Digimon mereka sangat bergembira akan hal itu, namun Numemon yang membawa botol berisi surat dari Hookmon mendekati Musashi dan berkata,
“Ini ada surat dari kapten untukmu dan teman-temanmu.” Saat surat itu diberikan kepada Musashi, remaja berambut gondrong berwarna biru itu membuka botol lalu mengambil surat itu dari dalam botol. Terkejutlah mereka semua, maka para Numemon pergi ke sekoci diam-diam dari hadapan mereka tanpa disadari oleh para Digidestined serta Digimon mereka, karena perhatian mereka semua tertuju kepada surat pemberian Hookmon. Kemudian, remaja berambut biru gondrong itu mulai mambaca surat tersebut,
“Ini adalah catatan kecil mengenai Digimon kalian dan aktifitas kami semua selama kalian menghilang. Sebelum itu, aku berpikir bahwa mungkin saja kalian pergi meninggalkan kami semua menuju Bumi. Entah benar atau tidak, tapi sepertinya ada maksud dan tujuan dari kepergian kalian yang sangat mendadak. Namun itu semua diluar jangkauan pemikiranku, dan kembali ke aktifitas kami semua di kapal. Dalam 3 hari ini, kesibukan utama kami adalah memperbaiki kapal yang rusak akibat pertempuran di Laut Gelap. Tak mudah untuk memperbaiki dan mengurus semuanya, karena kerusakan kapal cukup parah, terutama bagian dek. Apalagi Digimon kalian merasa kesepian karena ditinggalkan oleh Tamer tercinta mereka. Terutama Tokomon, yang notabennya masih seperti anak bayi yang ditinggal ibunya. Pada siang hari, dia acap kali murung dan tiap malam menangis merindukan Kiku. Kami semua sempat kewalahan karena sulit sekali untuk menenangkannya, namun dengan mengajaknya bermain sebelum waktu tidur siang sangat membuatnya kembali ceria dan kami lega bisa membuatnya terhibur. Pada waktu makan, kami tak seceria sewaktu kalian berada di kapal ini. Masakan yang lezat pun tak menggugah selera makan kami, karena kami sangat mengkhawatirkan kondisi kalian di sana. Kecuali Agumon, yang selalu makan dengan porsi lebih dibanding kami. Sesekali, Impmon menjahili teman-temannya sebagai pengganti hiburan yang membosankan bagi dirinya. Tapi dibalik itu semua, aku percaya bahwa kalian akan baik-baik saja.
Aku pun yakin, bahwa kalian akan segera kembali ke dunia Digital. Ternyata, kalian benar-benar kembali setelah 3 hari. Perasaan kami pun bercampur aduk ketika kami mendengar kedatangan kalian yang tiba-tiba itu. Namun apa daya. Walaupun di satu sisi aku senang dengan kedatangan kalian, aku juga sempat kecewa pada kalian karena kalian tak mengabari kami sama sekali. Aku tahu bahwa hal itu mustahil, karena kalian berada di dunia yang terpisah dari dunia Digital. Tapi tetap saja aku kecewa, karena kalian telah meninggalkan para Digimon yang kalian sayangi sepenuh hati. Namun setelah kudengar beberapa perwakilan dari kalian angkat suara di saat aku menyidak kalian, hatiku pun menjadi luluh dan perasaan kecewaku hilang seketika. Walaupun beberapa dari kalian ada yang membuat masalah dengan kenakalan mereka, aku tak menyesal bahwa aku telah bertemu dengan kalian. Karena tanpa kalian, aku tak mungkin bisa berpetualang ke Laut Gelap untuk yang kedua kalinya. Dan aku sangat senang dan merasa terhormat bisa membantu kalian dalam menghadapi semua rintangan di sana, sampai pada waktu kalian menemukan simbol.
Aku punya saran untuk kalian semua. Bersyukurlah karena kalian telah menemukan 8 simbol sekaligus di Laut Gelap. Karena yang pernah kudengar, anak-anak terpilih yang terdahulu tidak seberuntung kalian. Mereka menemukan simbol-simbol itu satu per satu, di tempat yang tentunya berlainan satu sama lain. Kemudian menyangkut soal Digimon kalian masing-masing, kalian boleh melatih mereka semua, karena itu merupakan kewajiban bagi mereka agar mereka bertambah kuat. Tapi ingat 1 hal, jangan paksakan mereka, apalagi sampai memforsir tubuh mereka. Karena itu hanya memperburuk kondisi fisik dan mental mereka. Oh iya, satu hal lagi. Teman kalian yang bernama Mai itu ternyata kuat juga ya minumnya. Yang aku senang dari dia selain itu adalah, dia cukup dekat denganku dibanding yang lain. Seolah-olah dia berbicara bukan kepada seorang kapten, melainkan seperti dengan temannya sendiri. Ya mungkin saja itu karena pengaruh alkohol dari minuman keras yang aku berikan kepadanya, hehehe.”
“Wow... aku tidak menyangka isi suratnya seperti ini.” Kata Tentomon ketika membaca suratnya. Mai pun sweatdrop ketika membaca surat itu tepat di bagian akhirnya.
“Huuuh... kok Hookmon bilang begitu sih?” Mai protes.
“Tapi, menarik juga ketika kita menemukan 8 simbol itu secara bersamaan.” Kata Gomamon.
“Benar juga, kita menemukannya di saat bersamaan, dibandingkan pendahulu kita.” Sambung Zhao.
“Kinda agree there, tapi...” Raph menunjuk Hayakawa, Soma, dan Kokichi. “Tidak dengan mereka bertiga. Tetap saja mereka harus mencari di tempat terpisah.” Sambungnya.
“Kenapa punya mereka justru di tempat terpisah ya?” Tanya Agumon.
“Mungkin punyaku tidak pernah ditemukan oleh pendahulu kita. Begitu juga milik Hayakawa dan Kokichi.” Kata Soma menjelaskan.
“Jika demikian, di mana lokasi 3 crest yang tersisa?” Tanya Biyomon. Sang pemuda asal Rumania itu mengambil telepon genggamnya dan membuka peta navigasi.
“Hmm... Semuanya di dua titik ini.” Jawab Soma.
“Titik itu bukannya hanya bisa muat orang dengan jumlah terbatas ya?” Tanya Coronamon.
“Kau sudah pernah ke sana ya?” Tanya Sakura dan dijawab Coronamon dengan anggukan.
“Tunggu sebentar, kemana Numemon?” Tanya Hayakawa, karena dia baru sadar bahwa para Numemon pergi tanpa pamit. Lalu Kokichi melihat ke arah laut sambil menunjuk dan berkata,
“Itu mereka, pasti mereka mau pergi berlayar dan melanjutkan perjalanan!” kemudian Impmon, Lunamon, Coronamon, juga teman-teman mereka berlari ke ujung tanjung dan mengucapkan salam perpisahan kepada Hookmon dan para Numemon sembari melambaikan tangan mereka.
“Selamat jalan, Hookmon, Numemon. Terimakasih atas tumpangannya, ya!” Selesai sekoci ditarik oleh sang kapten menggunakan tali yang diikat dengan katrol, para Numemon bergegas naik ke kapal. Hookmon juga para awak kapalnya yang melambaikan tangan dan membalas salam mereka,
“Selamat tinggal, anak-anak terpilih yang baru! Jaga diri kalian baik-baik, ya!”
“Terimakasih atas makanannya yang lezat!” Balas Agumon, lalu Raph dan yang lainnya sweatdrop sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
“Terima kasih juga karena telah menemani Poyomon bermain!” Kiku menambahkan.
“Maafkan kami atas kenakalan kami ya, Hookmoncchi!” Ujar Kise, disusul oleh Agumon dan Kokichi yang sweatdrop.
“Kapan-kapan kita minum bersama lagi, ya!” Mai pun tak lupa menambahkan, sampai teman-temannya kembali sweatdrop. Mendengar itu semua, para Numemon masih melambaikan tangan kepada para Digidestined juga Digimon mereka. Tak lama sebelum mereka menunggu ombak datang dan menarik jangkar, Digimon bajak laut berbaju merah itu berbalik badan dan menembakkan Captain Cannon 1 kali ke udara sebagai tanda perpisahan. Ombak pun datang selang beberapa detik, kemudian mereka menarik jangkar dan kembali berlayar mengarungi lautan Dunia Digital. Akhirnya, para Digidestined pun berjalan menelusuri tanjung dan melanjutkan petualangan mereka!
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic and next chapter~!
Chapter 16: The Searching of the Last Three Symbols
Summary:
8 simbol sudah ditemukan, tersisa tiga orang lagi yang belum menemukan simbol untuk crest mereka. Berdasarkan info, ketiga simbol itu berada di dua lokasi berbeda. Berhasil kah mereka menemukan ketiganya?
Notes:
Halo readers! Maafkan aku pake banget! Aku gak update lama karena pekerjaan yang bisa dibilang banyak. Tapi sebagai ucapan maafku, aku akan upload dua chapter sekaligus. Again, ini karena rasanya jadi bebanin partnerku, jadi makasih banyak banget buat Bang Patuan yang udah kerja keras banget untuk kerjain majority partnya. Semoga kalian senang ^_^
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
- Tanjung, Dunia Digital, jam setengah 1 siang -
Pada tengah hari, para Digidestined dan Digimon mereka berjalan menelusuri tanjung berdasarkan arah dan petunjuk dari Digi compass juga peta navigasi. Mereka menemukan 2 titik yang berlainan. Satu titik terletak di sebelah timur, sedangkan yang satunya di sebelah tenggara. Karena mereka belum bisa memastikan titik mana yang pertama kali harus mereka tempuh, mereka memutuskan untuk mengikuti jalan yang ada di hadapan mereka. Selama perjalanan, mereka melihat bahwa di tanjung itu banyak pepohonan dan rumput liar, juga tanaman lainnya. Layaknya hutan kecil, meskipun seperti tebing karang. Tanpa terasa, 2 jam sudah mereka berjalan dan akhirnya mereka sampai pada titik temu dimana posisi mereka sudah tidak begitu jauh dari kedua titik tersebut. Di hadapan mereka, terdapat 2 jalan dan tanda panah pada masing-masing jalan, juga huruf Digicode pada kedua tanda panah tersebut. Lalu Agumon dan Gabumon mendekat dan membacanya,
“Hm, di sini tertulis “Sumur Tua”.”
“Sedangkan di sini tertulis “Stadium Terbengkalai”.”
“Tapi yang mana rute yang harus kita tempuh terlebih dahulu?” Tanya Biyomon.
“Soal itu, aku masih memikirkannya.” Jawab Tentomon.
“Apa sebaiknya kita bagi kelompok saja?” Tanya Palmon. Sebelum Gomamon menjawab pertanyaan Palmon, tiba-tiba saja crest Soma dan Hayakawa bersinar. Kemudian jarum kompas mengarah ke jalan yang di sebelah kanan, yang mengarah ke Sumur Tua. Peta navigasi pun memancarkan sinar yang kuat dari arah tenggara peta.
“Aneh sekali, kenapa tiba-tiba crestku bersinar?” Hayakawa heran melihatnya.
“Punyaku juga, apa mungkin ini berhubungan dengan apa yang ditunjukkan oleh Digi compass dan peta?” Soma bertanya sambil memperhatikan crest juga Digi compass.
“Ya soal itu sih kita belum bisa memastikannya. Bagaimana kalau kita telusuri saja Sumur Tua itu? Barangkali saja kita juga dapat menemukan kedua simbol kalian, juga simbolku, nishishi~” Balas Kokichi sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Benar juga, bos. Aku juga tak sabar ingin melihat simbol itu agar dapat kekuatan lebih, hehehe.” Sahut Impmon, dan dia pun bertoast ria dengan tamernya.
“Huh, pede sekali kau. Dasar Oumacchi, padahal Impmon saja belum pernah berubah sampai detik ini. Coba lihat Tailmonku, sampai sekarang dia masih bertahan di tingkat champion.” Balas Kise dengan wajah kesal dan sedikit angkuh.
“Iya, dan kalian berdua itu ya, baik tamer maupun Digimonnya sama saja kelakuannya.” Tailmon menambahkan.
“Oh, apa kau mau aku demonstrasikan kekuatanku padamu, Tailmon?” Impmon bertanya dengan senyum sinis dan hampir mengeluarkan Bada Boom ke arah lawan bicaranya. Tapi Lunamon langsung menghentikan aksinya dan berkata,
“Hentikan! Kau ini, masih saja bercanda!”
“Begini saja, kita akan bagi 2 kelompok. Soma, Hayakawa, Coronamon, dan Lunamon, kalian pergilah ke Sumur Tua itu. Bisa saja, apa yang dibilang Kokichi betul.” Usul Raph kepada teman-temannya.
“Tapi kalau hanya mereka berempat saja, apa tidak berbahaya?” Tanya Sakura kepada remaja berambut merah itu.
“Hm, benar juga. Berarti harus ada beberapa yang menemani mereka kesana.” Ujar Raph sembari memegang dagunya.
“Aku dan Gabumon akan ikut dengan mereka.” Hyoga menawarkan diri, disusul oleh Gabumon yang setuju dengan hal tersebut.
“Aku juga, tentunya bersama Tailmon.” Pinta Kise sambil mengangkat tangan kanannya, diikuti oleh Tailmon yang mengangguk.
“Make it five, will you?!” Seru Mai dengan pedenya.
“Hah? Apa kau serius, Mai?” Tanya Zhao dengan wajah skeptis.
“Tentu saja, dan Biyomon pun juga ikut bersamaku.” Jawab gadis berambut coklat kuncir ekor kuda itu.
“Baiklah, sudah ditentukan. Kalau begitu, aku dan yang lainnya akan menunggu kalian di sini.” Sahut Musashi dengan nada datar dan tegas.
“Berhati-hatilah, awasi sekeliling kalian.” Kiku memperingatkan kawan-kawannya, maka mereka pun mengangguk setuju.
“Ayo kita pergi sekarang, Coronamon. Coronamon, hei... kenapa kau diam saja?” Soma bingung melihat Digimonnya terdiam sambil memejamkan mata. Kemudian, berkatalah dia,
“Soma, aku merasa tidak enak akan hal ini.”
“Ada apa, Coronamon? Tidak biasanya kau cemas begini.”
“Mungkin apa yang dulu kau katakan kepadaku benar adanya, bahwa Impmon mempunyai kekuatan gelap yang sifatnya destruktif.
“Hei, kenapa kau jadi bawa-bawa namaku sih? Aku dan bos kan tidak ikut dengan rombonganmu, toh aku tidak pernah berniat mencelakai kalian.” Tegur Impmon kepada Digimon kucing api itu.
“Itu benar, Coronamon. Meskipun Impmonku iseng, tapi dia sering membantu kok. Nishishi, dan tak lupa juga aku.” Kokichi menambahkan dengan tersenyum dan sedikit memejamkan matanya.
“Aduh kalian ini, sudah hentikan! Kalau begini terus, kapan lagi kita bisa melanjutkan perjalanan?” Hayakawa melerai teman-temannya.
“Iya, kau benar. Oke, kita berangkat sekarang.” Sahut Soma sambil berjalan dan menepuk pundak gadis keluarga bangsawan itu sambil tersenyum kepadanya. Maka semburat merah pun muncul dari wajahnya, dan akhirnya mereka mulai berjalan menjelajahi jalan ke Sumur Tua.
“Kau hebat, sering membuat situasi panas menjadi tenang lagi. Aku salut padamu.” Kata Mai sambil menepuk bahu Hayakawa.
“A-aku hanya tak ingin kita bertengkar terus-menerus. So- soalnya de-demi menjaga per-pertemanan kita semua.” Balas Hayakawa.
“Justru itu, makanya aku salut padamu. Dan aku tahu, kenapa kau berkata dengan terbata-bata seperti itu. Pasti karena, ada si “dia” di dekatmu, kan? Hehehe.” Ujar Mai dengan senyum menggoda, sampai Hayakawa semakin memerah wajahnya.
“Ma-Mai-san, bu-bukan begitu. A-aku hanya...”
“Ah, sudahlah. Tak perlu kau terangkan, tapi aku benar, toh?” Mai bertanya sembari menyikut temannya, maka semakin tersipulah gadis keluarga bangsawan tersebut.
“Mai-san!” Hayakawa sempat ngambek kepada gadis berambut coklat kuncir ekor kuda itu, sampai kedua Digimon mereka juga ketiga tamer serta Digimon mereka sampai sweatdrop melihat mereka.
“Maicchi, Hojochii, kalian ini kenapa sih? Kok jadi heboh sendiri seperti itu?” Kise bertanya dengan wajah bingung.
“Ah, tidak ada apa-apa. Hanya sekedar obrolan wanita yang tak perlu diketahui pria kok, hehehe.” Mai menjawab dengan senyum percaya diri, maka semua yang mendengar itu pun kembali sweatdrop.
“Ya terserahlah, yang penting kita harus mencari tahu dimana Sumur Tua itu.” Sahut Hyoga. Setelah berjalan sekitar setengah jam, mereka menemukan batu raksasa yang menjulang tinggi seperti bukit. Sayangnya, bukit itu pula yang menjadi jalan buntu bagi mereka, karena letaknya di ujung jalan dan seolah tak ada jalan lagi di sekitarnya... benarkah demikian? Nampaknya begitu, tapi setelah diperhatikan seksama, ada jalan “tikus” yang terletak di tengah-tengah bukit itu. Sesaat sebelum mereka lanjut berjalan, peta navigasi memancarkan sinyal yang semakin kuat dari sebelumnya.
“Tampaknya tak ada pilihan lain. Aku, Coronamon, Hayakawa, dan Lunamon yang akan kesana.” Kata Soma.
“Kalian tunggu di sini, kami akan segera kembali.” Ujar Hayakawa, maka mengangguklah ketiga teman juga Digimon mereka. Selama di jalan, Soma, Hayakawa, Coronamon, dan Lunamon berjalan perlahan tanpa bicara sepatah kata. Tapi dalam pikiran kedua orang tersebut, terbesit hal yang hanya diketahui oleh masing-masing dari mereka. “Ya ampun, aku berjalan berdua dengan Soma-san. Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya sekarang juga? Tapi apa tidak terlalu cepat? Bagaimana jika dia tidak menerima kata-kataku nanti? Apa sebaiknya aku bertanya pada Lunamon? Tapi, aku tak mau merepotkan dia. Lagian ada Coronamon, nanti malah jadi runyam deh. Argh, fokus dong, Hayakawa! Apa sih yang kau pikirkan?!” Gumam Hayakawa dalam hati, dan dia berusaha keras menahan semburat merah di wajahnya.
“Apa ya yang membuat Death hidup kembali? Jelas-jelas Dracula sudah kalah, masa’ dia bisa meraih kekuatan Dracula supaya muncul ke dunia? Malah Dunia Digital pula. Hm, ada yang tak beres di sini. Tapi apa? Tak mungkin dia mengincarku begitu saja tanpa sebab, pasti ada motif dibalik semua ini. Lalu apa?” Karena meleng, Soma tersandung batu sehingga dia jatuh. “Aduh!” Spontan Hayakawa berlari ke arah pemuda berambut putih itu dan menolongnya,
“Soma-san! Kau tak apa-apa?!” Baru saja gadis keluarga bangsawan itu memegang tangannya dan mau membantunya berdiri, keduanya terdiam mematung saling menatap dan pada wajah mereka muncul warna merah pada bagian kelopak mata.
“Ehem!” Coronamon dan Lunamon berdehem melihatnya sambil memejamkan mata.
“O-oh, iya! A-aku tak apa-apa!”
“O-oh, s-syukurlah!” Keduanya langsung bertolak punggung karena tersipu malu. Akhirnya, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar 10 menit berlalu, Coronamon melihat sesuatu di depan,
“Lihat itu!” Sahut Coronamon sembari menunjuk ke depan. Tak disangka, ada sumur besar di depan mereka, berjarak sekitar 40 meter dari tempat mereka. Penasaran akan sumur tersebut, mereka menghampiri sumur tersebut lalu melongok ke bawah. Sayangnya, bagian dalam sumur tersebut terlihat tak begitu jelas karena gelap dan dalam. Tetapi mereka yakin bahwa sumur itu adalah Sumur Tua yang dimaksud, dan ternyata benar. Kedua crest mereka memancarkan sinar yang kuat sekali.
“Inilah Sumur Tua yang kita cari itu!” Seru Lunamon.
“Benar, ayo kita masuk sekarang juga!” Balas Coronamon.
“Tunggu dulu! Kalian berdua tetap di sini dan awasi kami dari atas. Aku dan Hayakawa yang akan turun.”
“T-tapi s-siapa yang pertama turun?” Tanya gadis keluarga bangsawan tersebut dengan terbata-bata, tentunya pula semburat merah di wajahnya.
“Aku saja, dan tolong kau pegang tali yang terikat pada katrol itu. Turunkan aku secara pelan-pelan.” Jawab Soma.
“Biar kami bantu!” Lunamon dan Coronamon memegang tali, disusul oleh Hayakawa. Maka turunlah pemuda berambut putih itu, perlahan tapi pasti. Akhirnya, Soma sampai juga di dasar Sumur Tua yang besar dan gelap itu. Dan siapa sangka, di dalam sumur itu tak ada air sama sekali alias kering kerontang.
“Hei Soma, kau bisa mendengarku?” Coronamon bertanya kepada tamernya dari atas sumur dengan berseru.
“Coronamon, aku bisa mendengarmu.”
“Bagaimana situasi di sana?” Tanya Lunamon.
“Di sini kering, tak ada air sama sekali. Hayakawa, kau dapat mendengarku?”
“I-iya, Soma-san. Aku mendengar suaramu.”
“Kau harus turun sekarang.” Segera setelah pemuda berambut putih itu berkata demikian, gadis keluarga bangsawan tersebut menuruti teman sekaligus orang yang dia sukai itu.
“Baik! Lunamon, Coronamon, bantu aku.”
“Oke!” sahut kedua Digimon tersebut, maka turunlah Hayakawa. Akhirnya, dia pun sampai di dasar sumur itu. “Ngomong-ngomong, dimana simbolnya?” Sehabis Hayakawa berkata demikian, dinding sumur itu tiba-tiba bercahaya dan nampaklah dua simbol di hadapan pemuda berambut putih itu juga gadis keluarga bangsawan tersebut. Kedua simbol itu tertempel di dinding sumur dan letaknya bersebelahan satu dengan yang lainnya. Simbol yang satu berbentuk seperti huruf M yang pada bagian atas terdapat 1 segi enam berbentuk kristal, juga bagian bawahnya terdapat 3 segi enam, tertulis kata “Keajaiban”, sedangkan simbol yang satu lagi berbentuk seperti huruf S setengah terbalik yang pada bagian kepala dan ekornya membentuk lengkungan tebal, tertulis “Takdir”. Langsung saja, keduanya mendekatkan crest mereka ke kedua simbol itu, lalu kedua simbol itu masuk secara perlahan ke dalam crest. Atas kejadian yang mereka alami, mereka takjub akan hal itu dan hampir tak bisa melukiskan dengan kata-kata,
“Wow!”
“Luar biasa!”
“Tak kusangka, kita akan menemukan kedua simbol ini secara bersamaan!” Kata Soma kepada Hayakawa.
“Aku pun berpikir begitu, kita benar-benar beruntung!” Balas gadis keluarga bangsawan itu.
“Bicara soal beruntung... siapa yang bakal mengira kalau sumur ini kering tanpa air? Jadi kita aman masuk ke dalamnya.”
“Kau betul, makanya kubilang bahwa kita beruntung.”
Tapi ngomong-ngomong, kenapa sumur ini jadi gelap kembali?” Ujar Soma kepada kawannya.
“Pasti karena cahaya tadi berasal dari simbol dan crest kita. Setelah simbol tersimpan ke dalamnya, cahayanya menghilang.” Hayakawa menjelaskan kepada teman sekaligus orang yang dia sukai itu.
“Benar juga, tak terpikir olehku saking perhatianku tertuju kepada simbol ini.”
“Kalau begitu, kita harus lekas kembali. Teman-teman sudah menunggu.” Baru saja gadis keluarga bangsawan itu jalan sedikit, dia tersandung kaki Soma dan jatuh karena tak melihat dengan jelas akibat gelap. “Eh? Aduh!”
“Hayakawa!” Pemuda berambut putih itu berlutut dan mencoba menopang Hayakawa, lalu...
“Hei kalian, apa yang terjadi?!” Coronamon dan Lunamon berteriak karena kaget mendengar suara keduanya yang nyaring sampai ke atas.
...
...
Sementara itu, di dalam Sumur Tua, kedua tamer mereka terdiam mematung memandang satu sama lain, dengan wajah yang memunculkan kerutan berwarna merah pada kelopak mata mereka.
“U-um, S-Soma-san... a-aku b-baik-baik saja... te-terima kasih ka-karena telah membantuku berdiri.”
“Sama-sama.” Kemudian, keduanya kembali bertolak pinggang.
“A-ayo, kita harus naik.” Usul Hayakawa ketika dia membalikkan badannya ke arah Soma, pastinya dengan semburat merah di wajahnya sampai dia steaming head.
“Hei kalian, tolong jawab kami. Ada apa sebenarnya?!” Coronamon berteriak kembali.
“Tidak ada apa-apa, Hayakawa hanya kesandung kakiku karena di sini gelap. Jadi dia tak bisa melihat dengan jelas saat jalan tadi.”
“Nona Hayakawa, lain kali kau harus hati-hati.” Lunamon mengingatkan tamernya.
“Baik, Lunamon. Terima kasih telah mengingatkanku. Tolong pegang tali erat-erat dan tarik perlahan, kami akan naik sekarang juga.” Maka mulailah mereka memanjat sumur tersebut, dimulai dari Hayakawa yang lebih dulu memanjat diikuti oleh Soma dari belakang. Akhirnya, mereka berhasil memanjat sumur tanpa halangan... benarkah begitu? Sayangnya, ketika Hayakawa berhasil memanjat sumur, Soma kembali terjatuh saat gadis keluarga bangsawan itu mencoba membantunya. Yang terjadi selanjutnya adalah mirip seperti ketika mereka di dalam sumur tersebut. Hanya saja, kedua Digimon mereka sangat terkejut melihat pemandangan itu. Sampai Lunamon menutup mulut dengan kedua tangannya, dan Coronamon terpaku melihat mereka berdua. Beberapa saat kemudian...
“Aw! Lagi-lagi aku jatuh. Maafkan aku, Hayakawa.”
“T-tenang saja, S-Soma-san. A-aku tidak marah, kok.”
“Oh, mereka terlihat seperti pangeran dan putri saja. Bucin momen mode on! Oh Lunamon, ayo kita juga lakukan hal yang sama seperti mereka...” Entah terkena angin apa, Coronamon jadi terpukau dengan apa yang dia lihat dan dia berusaha memeluk bahkan nyaris mencium Lunamon tanpa sadar. Lalu...
“KYAAA!!! APA YANG KAU LAKUKAN?!?!” DUENG! Digimon kelinci putih bertelinga empat itu menamparnya dengan tamparan keras sampai jatuh ke tanah dan “K.O”! Sweatdrop pun meluncur di kepala kedua tamer mereka, maka mereka mendekat kepada Digimon masing-masing.
“Sudahlah, Lunamon.” Hayakawa menenangkan Lunamon yang gusar.
“Hmph! Coronamon bodoh!” Digimon kelinci putih berkumping empat itu mendengus kesal. Sementara itu, Soma berusaha membangunkan Digimon kucing api berwarna jingga tersebut. Singkat cerita, setelah Coronamon sadar, dia langsung minta maaf kepada Lunamon.
“Ini juga gara-gara kecerobohanku, makanya kalian jadi bertengkar begini. Maafkan aku.” Kata Soma.
“Soma-san benar. Kalau kami berdua tidak jatuh, pasti tak begini jadinya.” Hayakawa menambahkan.
“Ah, sudah. Yang penting, aku sudah kembali seperti semula.” Balas Coronamon.
“Itu betul, lagian dia juga sudah minta maaf kok padaku.” Sahut Lunamon. Oleh karena hal tersebut, kedua tamer mereka mengelus kepala kedua Digimon mereka karena senang mendengar kata-kata mereka. Di sela-sela waktu rehat mereka yang sangat singkat, tiba-tiba meneteslah air dari atas mereka. Anehnya, tak ada hujan di situ.
“Air apa ini?” Soma mendongakkan kepalanya ke atas bersama ketiga temannya, dan ternyata... mereka melihat ada capung raksasa berwarna kuning tepat di atas mereka! Parahnya lagi, air yang menetes dari atas itu merupakan air liur capung raksasa berwarna kuning tersebut!
“Wahai makan siangku!” Seru capung raksasa berwarna kuning itu.
“UWAAAAA!!! LARI YANG KENCAAAAANG!!!” Langsung saja tanpa menunda waktu, mereka berempat lari tunggang langang sekencang mungkin!
Sementara itu, Hyoga, Gabumon, Mai, Biyomon, Kise, dan Tailmon masih menunggu kedatangan keempat teman mereka. Tak lama kemudian, mereka heran karena melihat keempatnya berlari tunggang langgang menghampiri mereka.
“AYO CEPAT LARI!!!” Seru Soma dengan suara lantang. Meskipun mereka tak paham maksud dari pemuda berambut putih itu, spontan mereka mematuhinya.
“Ada apa sebenarnya?” Tanya Hyoga sambil berlari dengan kawan-kawannya?
“Ada capung raksasa yang ingin memakan kita!” Jawab Hayakawa dengan panik.
“Apa?! Yang benar saja, darimana makhluk itu muncul?!” Kise bertanya dengan heran.
“Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja dia muncul tepat di atas kami!” Jawab Coronamon.
“Kalau sudah begini, repot jadinya. Batu raksasa tempat kita menemukan jalan ke Sumur Tua tadi tidak akan bisa menghalanginya!” Mai menambahkan.
“Yang penting, kita harus menjauh darinya agar kita punya waktu untuk berevolusi!” Usul Gabumon kepada Biyomon, Coronamon, dan Lunamon. Selang beberapa saat setelahnya, capung raksasa itu terbang di atas batu raksasa yang menjulang tinggi seperti bukit. Maka terkejutlah mereka semua, sampai Tailmon berkata,
“Ryouta, keluarkan Data Analyzermu!” Lalu mereka mendapat keterangan mengenai makhluk tersebut sebagai berikut,
“Yanmamon, atribut data, adalah Digimon capung raksasa yang mempunyai tubuh yang keras dan taring yang tajam. Dia adalah serangga karnivora yang sangat agresif dan sering meyerang musuhnya dengan taringnya. Senjata pamungkasnya adalah Bug Swarm, Thunder Ray, dan Sonic Byte.”
“Oh, ternyata kalian ada banyak ya. Bagus, kalian semua akan jadi menu makan siangku yang paling lezat!” Ujar Yanmamon dengan suara anehnya, maka semakin terperanjat kagetlah mereka semua sampai mereka berlari lebih cepat dari sebelumnya!
“UWAAA!!! Aku tak mau jadi daging hidup-hidup! Dagingku alot, rasanya tak enak untuk dimakan!” Balas Kise dengan panik kepada Yanmamon, namun capung raksasa berwarna kuning itu tak menggubrisnya. Teman-temannya pun merespon dengan sweatdrop sambil berlari.
“Tunggu sebentar. Ryouta, kau punya kemampuan copy skill, bukan?!” Tanya Hyoga.
“Iya, Alorvskicchi. Aku bisa mengcopy skill siapa saja untuk sementara waktu.” Jawab Kise.
“Kalau begitu, kau pasti bisa berlari sangat cepat. Aku mau kau pakai kemampuanmu itu dan pancing Yanmamon ke suatu tempat.” Usul remaja Rusia berambut kuning gondrong itu.
“Apa?! Yang benar saja, aku tak mau lakukan itu! Nanti dia bisa memakanku!” Remaja berambut kuning kecoklatan itu menolak mentah-mentah.
“Aku akan melindungimu dari belakang.” Balas Hyoga.
“Aku juga, dan kami akan mencari cara untuk menyerangnya selagi kau memancingnya.” Mai menambahkan.
“Baiklah kalau begitu, aku setuju. Tapi ngomong-ngomong, bagaimana dengan Cruzcchi dan Hojocchi?”
“Kalau kalian tak keberatan, aku dan Hayakawa akan meninggalkan kalian sebentar untuk memberitahu teman-teman yang lainnya.” Jawab Soma kepada teman-temannya.
“Tak masalah, lagipula mereka harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini.” Balas Biyomon kepada pemuda berambut putih itu, lalu tamernya dan yang lain pun mengangguk setuju.
“T-tapi apa kita bisa cepat sampai disana?!” Tanya Hayakawa dengan ragu.
“Soal itu, jangan khawatir. Berlarilah dengan kecepatan super, Black Panther!” Soma memanggil Black Panther, agar dia bisa berlari secepat jaguar atau leopard yang sedang mengejar mangsanya. Lalu dia berkata, “Coronamon, Hayakawa, Lunamon, naiklah ke atas punggungku sekarang juga! Kita harus cepat!”
“Baik!” Balas mereka bertiga, kemudian mereka langsung naik ke punggung Soma.
“Berhati-hatilah!” Seru Tailmon.
“Kalian juga, jangan sampai dimakan olehnya!” Sahut Lunamon.
“Oke! Coronamon, Hayakawa, Lunamon, pegang erat-erat dan jangan gigit lidah!” Setelah menggendong ketiga temannya, tanpa menunda waktu, pemuda berambut putih itu pergi dari hadapan mereka dan melesat secepat kilat. Sampai-sampai ketiga kawan yang digendongnya menutup mata mereka, dan memegang erat tubuhnya agar tidak jatuh. Pada saat yang bersamaan, di tempat yang sangat jauh dari daratan tempat para digidestined dan Digimon mereka berada, gurita raksasa bermata merah sang penguasa Laut Gelap bersama partnernya, yaitu makhluk jubah merah bermata biru dan bertanduk diam-diam memantau para digidestined. Makhluk jubah merah itu berkata,
“Pucuk dicinta, ulam tiba. Mungkin ini adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi capung kuning itu sekarang.”
“Iya, sebentar lagi teman-teman mereka yang menunggu pun akan segera mengetahui hal ini. Tanpa mereka sadari, mereka akan masuk ke dalam perangkap dan dimakan olehnya!” Sahut gurita raksasa bermata merah itu.
“Hahaha! Itu bisa saja terjadi, jika mereka tidak hati-hati menghadapinya. Tapi sepertinya, aku tak perlu menaikkan sedikit permainan ini untuk mereka.” Balas makhluk jubah merah tersebut.
“Tak perlu kau lakukan itu, karena aku yakin mereka akan segera dimangsa oleh capung kuning itu! Hahaha!”
“Kita lihat saja kelanjutannya, hehehe!”
Di lain tempat, keenam tamer lain yang masih menunggu di luar sumur tua itu, sudah terlihat ada yang mulai bosan menunggu kedatangan 5 tamer yang masih berada di area dekat sumur tua itu. Gomamon melihat tamernya yang ternyata sudah tertidur pulas karena letih menunggu.
“Ya ampun, Zhao…” Keluh Digimon berbentuk singa laut itu sambil menggelengkan kepalanya.
“Kinda agree with that guy. Kenapa mereka lama sekali?” Tanya Raph penasaran.
“Mungkin saja jarak ke simbolnya jauh ke dalam.” Agumon menduga.
“Bisa saja sih, tapi ini di luar dari waktu yang wajar jika sumurnya jauh.” Kata Sakura.
“Kita percayakan saja pada mereka. Toh, lagipula mereka pasti baik-baik saja.” Kata Kiku dengan antusias, diikuti anggukan dari Tokomon.
“Entahlah… tapi Sakura ada benarnya. Rasanya aneh jika mereka hanya mengambil 2 simbol dalam waktu selama ini.” Sahut Palmon.
“Iya, aku setuju denganmu Palmon. Aku rasa kau dan Haruno-chan yang paling rasional pada saat ini.” Kata Kokichi menyindir. Tentu saja itu membuat emosi Raph memuncak, namun Agumon menahan tamernya supaya tidak mengambil tindakan gegabah.
“Maksudmu apa sih, Kokichi…? Kok kata-kata yang kau lontarkan seperti itu…?” Tanya Tentomon sambil tolak pinggang. Impmon menunjuk ke arah Musashi yang sedari tadi membuat gestur seperti wanti-wanti.
“Kalau begitu jelaskan kenapa tamermu seperti itu selama 15 menit.” Kata Impmon. Keempat tamer itu pun menatap Musashi.
“Hei, Musashi. Kau kenapa sih?” Tanya Raph curiga.
“Ogonken dari tadi bereaksi kalau ada bahaya mendekat.” Jawab Musashi.
“Hah? Apa maksudnya?” Sakura pun bingung. Percikan listrik dari pedang suci elemen listrik itu beberapa kali mengenai area sumur.
“Apa? Dari arah sumur?” Tanya Kiku semakin penasaran. Ketika mereka melihat ke arah sumur tersebut, terlihat Soma yang berlari dengan kecepatan penuh sambil mengggendong Hayakawa, Coronamon, dan Lunamon. Maka heranlah mereka semua. Setelah ketiganya turun dari punggung pemuda berambut putih itu, Agumon bertanya kepadanya,
“Soma, bagaimana kau bisa berlari secepat itu?”
“Hosh, hosh. Itu tidak penting, Agumon. Hosh, hosh.” Jawab pemuda berambut putih itu dengan ngos-ngosan dan keringat di wajahnya, karena tenaganya terkuras memakai soul Black Panther. Baru pertama kali inilah Soma memakai kemampuan Black Panther sambil menggendong Hayakawa, Coronamon, juga Lunamon. Akibatnya dia jadi cepat lelah.
“Soma, Hayakawa, syukurlah kalian aman. Yang lain dimana?” Tanya Tokomon khawatir.
“Mereka sedang mengalihkan perhatian Yanmamon, Digimon capung kuning raksasa.” Jawab Lunamon.
“Apa?!” Kelima tamer itu terkejut.
“Hyoga, Mai, dan Ryouta sedang mengalihkan perhatian Yanmamon Bersama Gabumon, Biyomon, dan Tailmon. Tadi kami dikejar olehnya. Dia mau memakan kami!” Coronamon menambahkan.
“What the- Meski kalian hanya mengambil simbol saja, ada Digimon ganas di sana?” Raph pun terkejut.
“Kita harus bantu mereka!” Timpal Sakura.
“Iya sih… tapi…” Gomamon langsung menatap tamernya yang masih tidur.
“Dia masih tidur ya?” Tanya Hayakawa khawatir. Soma pun mendatangi Zhao yang masih tertidur dan menampar pelan pipinya.
“Hmm… 5 menit lagi ya, Yuanji sayang…” Ternyata Zhao mengigau.
“Sheesh…” Raph pun memijit tulang hidungnya. Kokichi pun mendekati Zhao bersama Impmon. Lalu keduanya menggelitiki perut sang remaja Tiongkok itu, membuatnya terbangun dan tertawa.
“Hahahaha! Hentikan! Geli!” Katanya. Lalu ia membuka matanya.
“Selamat pagi. Dunia berkata halo!” Sahut Kokichi dengan riang.
“Astaga… teman-teman, bisa tidak jangan ganggu tidurku untuk sekali?” Tanya Zhao dengan malas.
“Sekarang teman-teman kita yang lain butuh bantuan kita! Ayo bangun!” Kata Gomamon, lalu dia menggigit tangan Zhao dengan gigitan yang agak dalam seperti binatang buas menggigit mangsanya, lalu...
“Aaaw! Aduh Gomamon, sakit sekali!” Keluh Zhao sambil memegang tangannya yang digigit.
“Ayo bangun, tuan pemalas! Kita harus membantu Hyoga dan yang lainnya! Mereka dikejar oleh Yanmamon, dia ingin memakan mereka!" Timpal Gomamon dengan menghardiknya.
“Apa katamu?! Kita tak bisa tinggal diam, ayo!” Maka bergegaslah remaja berambut gondrong berwarna coklat jabrik itu dengan berlari cepat, disusul oleh teman-temannya dari belakang.
“Ya ampun. Tadi tertidur lelap, sekarang malah paling sigap. Dasar Zhao.” Ujar Musashi dengan muka datar sambil memejamkan matanya.
“Wajar saja, aku sendiri pun sudah bosan menunggu karena sudah hampir 1 jam.” Sahut Raph.
“Hayakawa, ngomong-ngomong darimana kau tahu kalau Yanmamon ingin memakan mereka?” Tanya Kiku kepada gadis keluarga bangsawan berambut panjang berwarna coklat itu.
“Tadi saat kami baru saja mendapatkan simbol dan memanjat sumur, kami berempat terkena air liur Yanmamon yang menetes tepat di atas kami. Sehabis kami kabur melintasi jalan “tikus” tempat pintu masuk ke Sumur Tua, kami mendapat info dari data analyzer bahwa dia adalah Digimon serangga karnivora.” Jawab Hayakawa.
“Hosh, hosh, benar sekali. Maka dari itu, aku berlari sekencang mungkin sembari menggendong mereka bertiga untuk memberitahu kalian.” Soma menambahkan dengan nafas terpogoh-pogoh.
“Soma, kalau kau tak kuat lari lagi, aku akan berevolusi dan kau harus naik ke punggungku.” Usul Coronamon kepada tamernya.
“Aku tak apa-apa, Coronamon. Aku hanya perlu menghemat energiku, tapi aku masih sanggup berlari saat ini.” Balas pemuda berambut putih itu. Melihat kawannya berkeringat dengan nafas terpongah-pongah, Sakura mengambil termos berisi air putih dari tasnya lalu berseru kepada mereka semua,
“Stop!” Dengan cepat, mereka semua berhenti berlari. Lalu kata gadis berbaju merah berambut pink itu, “Soma, minumlah ini supaya kau segar kembali.” Tak berpikir panjang karena didera rasa letih dan haus, pemuda berambut putih itu mengambil termos itu kemudian meneguk air putih itu secara perlahan sampai habis setengah termos.
“Glek, glek, glek, aah! Segar sekali! Terima kasih, Sakura.” Ungkap pemuda berambut putih itu setelah selesai meneguk air, sampai memejamkan matanya sesaat. Tentu saja, ketujuh kawannya juga Digimon mereka dan Coronamon sweatdrop sembari tersenyum sedikit melihat reaksi Soma yang polos itu.
“Bagaimana, bung? Sudah kembali bertenaga?” Tanya Zhao kepadanya sambil menepuk bahunya.
“Iya, tentu saja sudah. Ayo!” Sahut pemuda berambut putih itu, maka mereka kembali berlari menyusul ketiga kawan mereka yang sedang main kucing-kucingan dengan Yanmamon.
Sementara itu, Kise sedang berusaha memancing Yanmamon. Dia berteriak kepada Digimon capung kuning raksasa itu, “Yanmamon, ayo sini! Kejar aku!”
“Huehehehe! Kaulah yang pertama kali kumakan!” Balas Digimon capung kuning raksasa tersebut.
“Urgh, sialan! Cepat juga dia terbangnya. Baiklah, lebih cepat lagi!” Seru remaja berambut kuning kecoklatan itu dengan menambah kecepatan larinya. Di saat itu pula, Gabumon dan Biyomon berevolusi dan menyusul Kise dari belakang bersama kedua tamer mereka yang berlari. Sedangkan Tailmon berlari tepat di belakang tamernya. Berlari menyusuri rerumputan dan pepohonan, Kise terus memancing Yanmamon diikuti oleh Digimonnya yang berusaha menyusulnya. Tiba-tiba, dia menemui jalan buntu tepat di depannya sehingga dia berhenti berlari. “Cih, jalan buntu. Sial! Kalau begitu, aku harus mengajaknya berputar mengelilingi tempat ini!” Gumam Kise dalam hatinya. Namun sebelum dia kembali berlari, Tailmon sudah di belakangnya sambil melihat jalan buntu. Maka bertanyalah dia kepadanya,
“Ryouta, apa rencanamu selanjutnya?”
“Begini saja. Tailmoncchi, kau lari ke sebelah kiri sedangkan aku lari ke sebelah kanan. Kita akan lihat, siapa yang akan dikejar diantara kita berdua.” Jawab remaja berambut kuning kecoklatan itu, lalu Digimon kucing putih itu mengangguk. Beberapa detik kemudian, Yanmamon sampai di tempat mereka berdua sehingga keduanya menoleh ke arah Digimon capung kuning raksasa itu. Dia memperhatikan keduanya berlari berpencar ke dua arah yang berbeda, tapi Yanmamon tetap konsisten dengan mangsa pilihannya, yaitu Kise.
“Hehehe, taktik yang menarik! Cerdik juga kalian, tapi aku akan tetap pada pilihan pertamaku!” Kata Yanmamon sambil memperhatikan mereka, lalu dia terbang ke arah remaja berambut kuning kecoklatan tersebut. Dengan kecepatan penuh, Digimon capung kuning raksasa itu terbang menukik menuju mangsanya. Kise menyadari hal itu, maka dia pun memutuskan untuk menambah lagi kecepatan larinya. Saat jarak Yanmamon sudah dekat dengan remaja berambut kuning kecoklatan itu, Birdramon muncul dan langsung menembakkan Meteor Wing. Alhasil, Yanmamon kena hajar api dari Birdramon dan pada waktu yang bersamaan, Garurumon menembakkan Howling Blaster. Kedua tembakan api tersebut menghajar Digimon capung kuning raksasa tersebut, namun dia masih terbang dan hanya terluka sedikit. Langsung saja, Garurumon menerkam Yanmamon dengan cepat. Akan tetapi, Yanamon membalas serangan dengan menampar Garurumon dengan kedua tangannya sampai terpental. Saat Garurumon jatuh ke tanah, Yanmamon langsung menghampirinya dan mulai menggigitnya dengan cepat menggunakan Sonic Byte.
“AAAAAAAAAARGH!!!” Garurumon merintih kesakitan, dan dia sadar bahwa dia dalam bahaya.
“Garurumon!!! Kurang ajar! Dia mencoba memakannya!!!” Umpat Hyoga. Melihat Digimonnya jadi sasaran empuk, dia mengambil ancang-ancang lalu mengeluarkan energi cosmonya juga armor Saint Cygnus sedangkan Mai langsung menghajar Yanmamon dengan kipas api dan jurus tabrakan api. Birdramon pun ikut andil dalam serangan itu dengan jurus Fire Flap sedangkan Tailmon dengan jurus Lightning Paw. Tak lama kemudian, Garurumon pun lepas dari terkaman Yanmamon. Digimon capung kuning raksasa itu terpental dan segera disambut oleh Diamond Dust dari Hyoga sehingga tubuhnya membeku. Tanpa menunda waktu, remaja Rusia berambut kuning gondrong itu menghampiri Digimonnya bersama dengan keempat temannya. Kemudian berkatalah dia sambil memegang tubuhnya, “Garurumon, bertahanlah!”
“Sepertinya Garurumoncchi kena gigitan yang cukup dalam, ini bisa gawat!” Ujar Kise.
“Sial! Berarti capung besar itu benar-benar tak segan untuk memakannya!” Umpat Mai
“Garurumon, bertahanlah!” Seru Hyoga, Birdramon dan Tailmon. Mendengar suara tamer dan teman-temannya, Digimon serigala biru besar itu membuka matanya perlahan dan kembali bangkit berdiri dengan penuh semangat.
“Aku baik-baik saja, terima kasih atas pertolongan kalian.”
“Kau terluka, jangan paksakan dirimu untuk bertarung.” Balas Hyoga.
“Jangan khawatir, Hyoga. Aku masih kuat untuk bertahan.” Kata Garurumon kepada tamernya.
“Tapi Hyoga sudah membekukan Yanmamon, jadi kau tak perlu menyerangnya.” Sahut Mai.
“Lebih baik kita tunggu teman-teman datang kemari, lalu kita kalahkan dia bersama-sama.” Birdramon menambahkan. Digimon serigala biru itu menggangguk mendengar mereka, dan dia memperhatikan Hyoga dengan seksama karena sang tamer sudah memakai baju zirahnya. Untuk sejenak, Garurumon teringat akan apa yang Hyoga katakan bahwa dia akan memakai baju zirah tersebut ketika bertarung. Siapa sangka, ternyata momen itu terjadi pada saat yang paling genting baginya. Sehingga salutlah dia kepada tamernya. Lima menit berlalu, maka sampailah 8 tamer beserta Digimon mereka di lokasi kejadian. Khawatir akan keadaan ketiga kawan mereka dan Digimonnya, beberapa dari mereka mulai melontarkan pertanyaan satu per satu. Singkat cerita, Hyoga, Mai, dan Kise menjelaskan secara ringkas kepada mereka. Setelah mereka selesai menjelaskan kepada kawan-kawannya, terdengarlah suara seperti suara kaca yang retak perlahan. Ternyata itu adalah suara es yang membekukan Yanmamon, pertanda bahwa Digimon capung kuning raksasa itu sanggup bertahan pada es super dingin yang membekukan tubuhnya itu. Perlahan tapi pasti, es tersebut pecah dari tubuhnya.
“Bersiaplah, teman-teman! Dia akan segera bangun dan menyerang kita!” Seru Raph.
“Hebat sekali, ternyata kalian itu sangat kuat. Tapi dengan begitu, kalian adalah mangsa yang sangat pantas bagiku! Terimalah ini! Bug Swarm!” Yanmamon menggunakan gelombang suara aneh kepada musuh-musuhnya. Tak kuat menahan gelombang suara itu, para Digidestined serta Digimon mereka berusaha menutup kuping. Sementara itu, Raph berusaha menahan gelombang suara Yanmamon dengan membuka telinganya, mengarahkan Digivice dan berkata,
“Agumon, berubahlah!”
“Tentomon, kau juga!” Seru Musashi, maka kedua Digimon tersebut berevolusi. Langsung saja, Greymon menembakkan Nova Blast ke arah Yanmamon. Digimon capung kuning raksasa itu menghindar, lalu dia disambut oleh Kabuterimon dengan Big Horn.
Pertarungan pun terlihat semakin sengit. Serangan Greymon dan Kabuterimon hanya melukai Yanmamon sedikit. Tentu saja itu membuat para tamers dan Digimon mereka terkejut. Namun, Raph menyadari sesuatu pada Yanmamon.
“Heh, ternyata seperti semua serangga yang kubenci.” Ujarnya dengan nada sedikit angkuh.
“Raph, yang benar saja? Di saat seperti ini masih bisa kau omong besar seperti itu?!” Tanya Sakura sedikit emosi.
“Sakura, I am talking about that!” Raph menunjuk ke arah api yang ternyata ada sedikit api yang menyala di ekor Yanmamon. Ternyata efek Nova Blast milik Greymon masih bertahan di tubuh Digimon capung itu. Ternyata, Soma pun memiliki ide cemerlang.
“Coronamon, ayo berubah sekarang!” Pemuda asal Rumania itu mengarahkan Digivicenya ke arah Coronamon, sehingga Digimon kucing api itu berubah menjadi Firamon. “Kokichi, arahkan Impmon untuk melemparkan apinya ke area dekat api bekas bakaran Greymon!” Katanya.
“Aww… padahal aku ingin sekali memimpin.” Keluh Kokichi. “Tapi sudahlah, Impmon akhirnya beraksi sekarang! Baiklah, bawahanku yang terpercaya, sekarang lempar apimu ke ekor Digimon menggelikan itu!” Sang remaja berambut hitam keunguan itu secara percaya diri memerintahkan Digimonnya.
“Siap bos!” Impmon pun dengan cepat melemparkan Bada Boom ke arah Yanmamon. Digimon capung itu berusaha menghindari serangan Digimon berbentuk imp tersebut. Greymon dan Birdramon juga menyerang dengan serangan Nova Blast dan Meteor Wing, disusul serangan Fira Bomb dari Firamon. Sayangnya, Yanmamon masih bisa menghindar.
“Cara satu-satunya adalah memojokkan dia. Kalau hanya aku, Kabuterimon dan Tailmon, itu tidak akan cukup. Aku paham betul strategi Soma sekarang.” Kata Garurumon.
“Pasti karena dia juga melihat efek serangan Greymon yang menempel di ekor Yanmamon. Idenya jenius juga.” Kata Palmon menyoraki.
“Jika begitu strateginya, tugas kita yang serangannya bukan serangan api adalah membuat dia benar-benar terpojok. Lalu, saat dia terpojok, di situ serangan api dilancarkan.” Timpal Gomamon.
“Tapi, kenapa Kokichi dan Impmon dikerahkan juga?” Tanya Hayakawa.
“Nona, aku rasa Impmon ingin membuat efek api di ekor Yanmamon bertahan lama sampai serangan api besar berhasil mengenainya.” Jawab Lunamon.
“Kalau begitu, kita juga harus ikut memojokkan Yanmamon apapun caranya.” Kata Tailmon. Semuanya pun mengangguk. Sakura, Zhao, dan Hayakawa mengarahkan Digivice mereka ke Digimon masing-masing dan berevolusilah Palmon, Gomamon, dan Lunamon menjadi Togemon, Ikkakumon, dan Lekismon.
“Berarti, kita hanya menyerang Yanmamon, tapi jangan sampai menghajarnya. Arahkan saja jurus masing-masing ke sisi di dekat Yanmamon.” Kata Musashi dengan yakin. Lalu ia memerintahkan Kabuterimon untuk menyerang Yanmamon. Digimon serangga itu paham maksud tamernya. Lalu ia mengarahkan Electro Shocker ke sisi kiri Digimon capung raksasa itu dan dengan sengaja tembakan listrik itu tidak menghajarnya.
“Haha! Serangan apa barusan yang meleset itu? Rupanya kalian benar-benar pasrah ingin kumakan, sampai serangan kalian meleset seperti itu!” Ejek Yanmamon. Tentu saja itu membuat Raph jengkel.
“Oi! What the shell with that attack?!” Tanya Raph dengan emosi.
“Ini rencananya Soma. Ikuti saja alurnya!” Balas Hyoga dengan tajam. Tentu saja remaja berambut merah itu tidak paham, sampai Mai menjitak kepalanya, lalu membisikkan apa yang direncanakan Hyoga dan yang lainnya di belakang.
“Ah, aku paham. Ternyata mereka sengaja ya?” Raph membisik kembali ke Mai. Gadis berambut coklat dengan kuncir ekor kuda itu mengangguk.
“Makanya tadi Hyoga bilang ikuti alur. Rencana mereka untuk memojokkan saja. Serangan para Digimon api yang nanti benar-benar akan membereskan dia.” Sahut Mai dengan suara pelan. Tapi Yanmamon melihat celah ketika Raph dan Mai sedang lengah, lalu dia menembakkan Thunder Ray ke arah mereka berdua.
“Raph, Mai, awas!” Hyoga meneriaki keduanya, maka menghindarlah mereka berdua dengan gesit.
“Heh, he’s quite swift for being a huge insect”. Ujar Raph dengan wajah kesalnya, namun Yanmamon tak tinggal diam. Dia langsung mengeluarkan jurus Bug Swarm dengan gelombang suara yang lebih kuat dari sebelumnya, sehingga para Digidestined dan Digimon mereka kembali menutup kuping mereka. Seketika itu pula, dia menembakkan Thunder Ray dalam jumlah yang banyak untuk menghajar musuhnya satu per satu. Maka terpentallah mereka semua terkena tembakan listrik darinya. Melihat ada kesempatan, Digimon capung kuning raksasa itu menghampiri Kokichi dan berusaha menggigitnya. Karena tak sempat lari dan menghindar, Kokichi pun kena gigit oleh Yanmamon.
“AAAAARGH!!!”
“BOOOS!!! Kurang ajar! Terimalah ini! Machine Gun Kick!!!” Impmon menendang Yanmamon dengan tenaga penuh.
“Huh, mengganggu waktu makanku saja!!! Rasakan ini!!!” Yanmamon melepas kokichi dan mulai mencakar Impmon sampai terpental. Saat Digimon capung kuning raksasa itu ingin menghajar Digimon setan kecil itu lagi, Hyoga menghampiri dan meninjunya disusul oleh Raph yang menebas dengan kedua sainya. Bahkan Mai pun ikut andil dengan jurus tabrakan apinya, diikuti oleh Nova Blast, Howling Blaster, Meteor Wing, Electro Shocker, dan Fira Bomb dari Greymon, Garurumon, Birdramon, Kabuterimon, juga Firamon. Akhirnya, mereka semua bisa mengalahkan Yanmamon.
“UWAAAAAAAAAARGH!!!”
Sementara itu, di dunia lain...
“Kurang ajar! Mereka berhasil mengalahkan capung kuning itu!” Umpat gurita raksasa bermata merah.
“Sepertinya mereka semakin cerdik saja dari hari ke hari. Hm, boleh juga mereka itu.” Sahut makhluk jubah merah dan bertanduk.
“Apa maksudmu?! Apa kali ini kau berpihak pada mereka?!” Balas gurita raksasa bermata merah.
“Bukan begitu maksudku, jangan gusar dulu. Walaupun mereka itu cerdik, tapi mereka juga punya kelemahan masing-masing. Sebaiknya kau pulihkan saja dulu tenagamu, berhubung kau menggunakan kekuatan penuh untuk badai yang kau gunakan dulu saat kau menarik mereka ke dalam laut ini.
“Baiklah kalau begitu, tapi kau seperti mempunyai strategi baru untuk mengangani mereka.”
“Tentu saja. Selagi kau beristirahat, biar aku yang tangani mereka. Serahkan saja padaku, karena aku akan mengincar Digimon dari anak yang hampir dimakan oleh capung hijau itu! Lihat saja nanti! Ehehehehehe!!! Ahahahahaha!!!” Seru makhluk jubah merah bertanduk tersebut dengan ketawa licik dan jahatnya, lalu keluarlah api dari tubuhnya mengelilingi dirinya.
Di lain tempat, Kokichi yang nyaris saja dimakan Yanmamon, terlihat gemetar karena ketakutan. Tetapi, ia memaksa untuk menghampiri Digimonnya dan langsung memeluknya. Di saat bersamaan, Digimon lain yang telah berevolusi sebelumnya kembali ke rupa rookie mereka.
“Impmon, kau keren sekali.” Ujarnya dengan senang. Terdengar nada penuh percaya diri keluar dari mulutnya, namun berlawanan dengan gestur tubuhnya yang terlihat ketakutan itu.
“Bos, syukurlah bos tidak apa-apa. Aku tidak mau bos dijadikan makanan olehnya.” Kata Impmon.
“Nishishi, dia kan tidak bisa memakanku. Toh itu karena aku memiliki bawahan super yang baru saja mengalahkannya.
“Hei, tapi itu kan kerja keras kita bersama. Makanya Yanmamon berhasil dikalahkan, Oumacchi!” Protes Kise.
“Sudah-sudah, kita tidak perlu berkelahi. Yang penting kita semua kondisinya aman.” Kata Sakura melerai.
“Terlebih, yang jadi fokus sekarang adalah Soma dan Hayakawa.” Timpal Palmon. Kedua pemilik nama yang dipanggil itu langsung menoleh ke Digimon tanaman itu.
“Hah? Kenapa mereka berdua?” Tanya Zhao. Sontak para tamer dan Digimon mereka sweatdrop, tak terkecuali Gomamon.
“Mereka berdua kan mengambil simbol milik mereka di sini. Kenapa bisa lupa?” Tanya Digimon anjing laut berbulu itu.
“Sudah, semuanya tenang dulu.” Kata Hayakawa. Lalu ia dan Soma menunjukkan simbol yang sudah berada di dalam crest mereka.
“Mereka berhasil!” Sorak Biyomon senang.
“Berarti kita hanya butuh 1 lagi. Tapi, di mana posisinya?” Tanya Agumon.
“Could it be... inside the abandoned stadium?” Ungkap Raph sambil memegang dagunya, dan tentu teman-temannya langsung sweatdrop. Tak lupa juga, Agumon langsung menggerutu kepada tamernya itu. “Oh, maaf Agumon. Maksudku, apa crest yang satu lagi ada di Stadion Terbengkalai ?”
“Oh iya, betul juga. Tadi kan sewaktu kita menemukan 2 jalan, ada 1 jalan di sebelah kiri yang mengarah ke stadion itu.” Balas Gabumon sembari mengayunkan tangan kanannya.
“Tapi apa benar ada di sana?” Tanya Hyoga dengan wajah tenang.
“Soal itu, belum kita ketahui juga kepastiannya.” Jawab Musashi, lalu alat navigasi yang ada pada Soma berbunyi tanda mereka menemukan lokasi dimana simbol yang terakhir berada.
“Hm. Kalau kita ikuti arahnya, kita harus jalan lagi ke tempat awal dimana ada 2 jalan.” Kata Soma yang sedang memperhatikan dengan seksama, bersama kawan-kawannya.
“Kalau diperhatikan lagi, dari titik tempat awal kita tadi, sepertinya memang mengarah ke stadion tersebut.” Tentomon menambahkan.
“Kalau begitu, ayo kita kesana, Impmon. Aku sudah tak sabar ingin melihat crestku itu, Nishishi!.” Ujar Kokichi untuk menghilangkan rasa takut dengan berpura-pura pede, dan hal itu menimbulkan dampak yang besar bagi dirinya; rasa takut akibat nyaris dimakan oleh Yanmamon hilang seketika.
“Ayo, bos. Aku juga ingin jadi lebih kuat dengan berevolusi, hehehe.” Sahut Impmon dengan terkekeh-kekeh. Maka berjalanlah para Digidestined juga Digimon mereka sambil sweatdrop setelah mendengar keduanya berkata demikian. Pada saat mereka sampai ke tempat awal dimana jalan bercabang dua, mereka langsung mengambil jalan ke Stadion Terbengkalai. Apakah yang akan mereka temukan di Stadion Terbengkalai itu? Benarkah simbol terakhir milik Kokichi ada di dalam stadion tersebut? Atau justru hanya perangkap? Tantangan baru macam apa yang akan mereka hadapi di sana?
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic and next chapter~!
Chapter 17: Symbol of Kindness: The Wrong Evolution
Summary:
Mencari simbol milik Kokichi yang ternyata adalah simbol terakhir bukanlah suatu hal yang mudah. Sayangnya, sang pemimpin D.I.C.E masih suka 'bermain' dengan teman-temannya, hingga suatu ketika ia membongkar suatu rahasia. Kira-kira siapa target Kokichi sebenarnya? Akankah mereka berhasil menemukan simbol yang terakhir?
Notes:
Halo readers! Maafkan aku pake banget! Aku gak update lama karena pekerjaan yang bisa dibilang banyak. Tapi sebagai ucapan maafku, aku akan upload dua chapter sekaligus (dan ini chapter yang kedua aku upload hari ini). Again, ini karena rasanya jadi bebanin partnerku, jadi makasih banyak banget buat Bang Patuan yang udah kerja keras banget untuk kerjain majority partnya. Semoga kalian senang ^_^
Edit: Ada tambahan dan editan untuk chapter 17 yang bakal membuat chapter ini... sedikit lebih hidup lagi. Enjoy the new edit ^^
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
~ Stadion Terbengkalai, Dunia Digital, jam 5 Petang~
Setelah perjalanan yang cukup panjang dari Sumur Tua, para Digidestined memutuskan untuk pergi ke Stadion Terbengkalai. Dua jam adalah waktu tempuh mereka selama perjalanan dari Sumur Tua ke stadion itu, dan sampailah mereka di tujuan. Tidak ada pemandangan di sekitar stadion tersebut, hanya tanah yang luas bercampur pasir. Berdasarkan petunjuk navigasi dari navigator milik Soma, letak simbol terakhir berada di Stadion Terbengkalai. Maka masuklah mereka semua ke dalam stadion bertingkat 3 tersebut. Namun, mereka belum menemukan apa-apa.
“Aneh juga, berdasarkan peta, seharusnya simbol terakhir terletak di sini. Tapi kenapa kita sama sekali tidak menemukannya, ya?” Tanya Raph penasaran.
“Apa simbol itu sama sekali tidak ada?” Tanya Agumon kembali menimpal.
“Rasanya mustahil jika tidak ada. Kita ada sebelas orang yang terpilih, tetapi baru sepuluh yang menemukan. Rasanya ini sifatnya sangat... rahasia.” Kata Hyoga berusaha memikirkan solusi. Di saat mereka sedang berpikir keras, Kokichi tiba-tiba saja menyela, menghentikan kesepuluh tamer lainnya yang masih serius berpikir mencari tahu di mana simbol terakhir itu berada.
“Sudahlah, lagipula Impmon kan kuat juga. Dia bisa bertarung tanpa berevolusi kok.” Sahut sang pemimpin D.I.C.E itu.
“Iya, bos benar. Aku jauh lebih kuat dari kalian!” Timpal Impmon.
“Benarkah begitu, Oumacchi? Kau sendiri keliatan lebih babak belur ketimbang kita semua selama petualangan kita di Dunia Digital ini ssu.” Balas Kise ketus, diikuti anggukan Tailmon. Tanpa mereka semua duga, tiba-tiba saja Kokichi memasang ekspresi seramnya, membuat remaja berambut pirang pendek ini terkejut dan gemetar bukan main.
“Oh... jadi begitu ya? Setidaknya aku tidak seperti Kise-chan yang sukses membuat teman satu timnya keluar dari Tim Basket Teiko.” Kata sang remaja berambut ungu itu. Pernyataan itu sukses membuat Kise terdiam dan menunjukkan wajah bersalah. Apa yang terjadi sebenarnya, sembilan tamer lain beserta Digimon mereka kebingungan.
“R-Ryouta? Apa itu benar?” Tanya Tailmon. Namun, tamernya tidak tinggal diam.
“T-Tidak ssu! Aku tidak pernah membuat Kurokocchi keluar dari tim basket! Dia sendiri yang keluar!” Semprot sang remaja berambut pirang itu.
“Kau ini bicara apa sih? Hentikan, Kokichi!” Protes Kiku.
“Ah, Takane-chan, aku hanya ingin bermain-main dulu dengan Kise-chan. Kau tahu, orang seperti dirinya enak lho dimainkan emosinya. Nishishi~!” Kata Kokichi sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
“Bung, di saat seperti ini, bukan waktu yang tepat untuk bercanda!” Sentak Zhao. Sebelum ia melanjutkan kata-katanya, jari sang pemimpin D.I.C.E menunjukkan permintaan supaya sang remaja asal Tiongkok itu diam.
“Kokichi, kau apa-apaan sih?” Tanya Gomamon sedikit geram.
“Tenang, Gomamon. Jangan marah begitu dong padaku. Oh iya Tailmon, kau ingat-“ Belum selesai Kokichi menyampaikan pertanyaannya, Musashi sudah berdiri di depan wajahnya dan menodongkan Ogonken ke arahnya.
“Bisa kau diam? Ini sudah keterlaluan! Kau tahu bahwa menginvasi privasi seseorang itu salah?!” Tanya Musashi tajam.
“M-Musashi...” Tentomon menatap tamernya dengan cemas. Bukannya diam, Kokichi justru mendehem, lalu mulai berbicara lagi.
“Oh, tentu saja aku bisa, tuan pembunuh bayaran yang tanpa tujuan. Aku tahu bahwa mengungkit pribadi orang lain itu salah. Hanya saja, apakah menyembunyikan fakta dan kebenaran itu tindakan benar?” Katanya dengan senyum licik. Musashi pun terkejut. Ia pun terdiam, tak menyangka sesuatu yang ia simpan dalam-dalam terbongkar. Masalahnya, bukan klan incarannya yang mengetahui rahasia itu. Melainkan teman yang baru saja dia kenal 1 minggu yang lalu.
“Dude, what the hell?! Not cool bro! Kau ini mulai ngaco deh, Kokichi!” Protes Raph dengan geram.
“Kokichi, aku paham kau ada masalah dengan Musashi, tapi bukan begini caranya.” Soma pun menimpali.
“Jika dari awal kau tidak suka dengan orang lain, seharusnya kau bilang terang-terangan!” Mai pun tidak mau kalah mengomeli Kokichi.
“Lho, aku hanya menyampaikan saja. Justru aku heran kenapa pemimpin jahat sepertiku malah jadi terkesan pahlawan untuk kalian semua.” Kata Kokichi.
“Kokichi, sudah hentikan! Kita tidak akan menemukan simbolmu jika seperti ini cara mainnya!” Protes Sakura.
“Kokichi-kun, urusan soal Musashi-san belakangan saja. Fokus kita-“
“Nanti dulu Hojo-chan. Aku ingin menjelaskan dulu kenapa teman kita yang satu ini berbahaya.” Kata Kokichi menyela Hayakawa. Ia menatap Musashi dengan tatapan yang cukup mengintimidasi. Namun, yang ia tidak antisipasi adalah fakta bahwa targetnya menatapnya dengan tatapan tajam yang bisa saja kapanpun Musashi akan membunuhnya. “Baiklah. Asuka-chan seperti yang kusampaikan... adalah pembunuh bayaran. Dan alasan aku bilang tanpa tujuan karena ia ingin menyelamatkan adiknya. Ia bekerja untuk sebuah klan yang... hobi membual. Kalau aku jadi dia sih, aku tolak. Toh, sampai sekarang adiknya dirawat di rumah sakit karena sakit keras dan beredar kabar burung di tengah organisasiku bahwa sampai kapanpun mereka tidak akan membayar-“
“Jaga mulutmu, Kokichi! Aku berusaha menahan kesabaranku, tapi kau membuat emosiku semakin bergejolak!” Hardik Musashi tajam. Justru itu membuat Kokichi semakin senang.
“Oh... kau tersinggung? Kau terlalu polos. Kau mau terima begitu saja penawaran pembunuhan Klan Fuma tanpa mengecek soal bayarannya.” Balas Kokichi dengan nada mengintimidasi.
“Klan Fuma?” Tanya Biyomon.
“Oh, itu salah satu klan ninja terkuat di Jepang. Belum ada yang bisa mengalahkan mereka sejauh ini.” Jawab Mai. Mata sang gadis berambut kuncir kuda itu mendadak melebar tanda ia menyadari sesuatu, meski teman-temannya tidak sadar.
“Tapi... jika Klan Fuma adalah klan terkuat, seharusnya tidak ada yang bisa mengimbanginya, kan? Sampai mesti menyewa Musashi?!” Kata Gabumon.
“Betul juga, dan kebetulan aku juga baru dengar.” Palmon pun mengangguk, lalu bertanya ke tamernya, “Sakura, apa kau tahu soal klan Fuma?” Sakura menoleh ke Digimon tanaman berwarna hijau itu dan menjawab,
“Aku hanya tahu sedikit, Klan Fuma adalah klan yang berkemampuan super.” Tak lama kemudian, Dengan cepat, Mai langsung bergerak ke Hayakawa dan ia mengguncang pelan gadis bangsawan itu. Tentu itu membuat Hayakawa terkejut.
“Mai, kenapa kau mengguncang Nona Hayakawa seperti itu?” Tanya Lunamon panik.
“Kau ini kenapa sih?” Coronamon menimpali.
“Aku baru sadar. Seingatku Hojo saingan dengan Takeda. Bukannya Takeda punya klan ninja ya?” Tanya Mai. Tentu, pertanyaan Mai itu menyadarkan Hayakawa tentang siapa yang menyewa Musashi.
“...Musashi-san... kau bekerja di bawah Klan Yasha?” Tanya sang gadis bangsawan Klan Hojo itu dengan nada gemetar. Raph yang mendengar itu pun terkejut, namun juga geram.
“Musashi, kau kerja di bawah klan brengsek itu?!” Tanyanya geram
“Klan Yasha? Klan apa itu?” Kiku bertanya ke Sakura.
“Klan Yasha adalah klan ninja milik keluarga Takeda. Setelah kekalahan klannya, mereka berusaha mati-matian membunuh Klan Fuma. Sedangkan mereka tidak sadar kalau banyak klan ninja yang sangat menghormati mereka. Setelah rencana mereka ketahuan, banyak yang langsung membenci mereka habis-habisan.” Jawab Sakura.
“Wah-wah-wah, rupanya selain aku ada juga beberapa dari kita yang tahu tentang kedua klan ini. Nah, bagaimana ini, Tuan Asuka Musahi-chan? Sepertinya mereka sudah selesai memverifikasi informasiku yang validitasnya tinggi. Apa reaksimu selanjutnya?” Sindir Kokichi.
“Kokichi, keterlaluan sekali kau! Jangan bicara yang aneh-aneh lagi kepada Musashi!” Jawab Tokomon dengan ketus.
“Lho, aku kan hanya menyampaikan bukti bahwa dia adalah pembunuh bayaran. Lagian kenapa jadi kau yang sewot, Tokomon? Aku kan tidak sedang bicara denganmu.” Balas remaja berambut hitam keunguan itu. Akibat ucapannya yang terlalu frontal itu, Musashi berjalan mendekati temannya yang sangat menyebalkan itu dan langsung mencabut dan memukulnya dengan pedang kayunya. Ajaibnya, Kokichi menyadari serangan itu dan langsung menepisnya dengan menyilangkan lengan sambil mengepalkan tangannya. Bahkan sampai terdorong sedikit karena pukulan yang agak kencang itu, dan tak lupa pula menahan sakit dengan tak menunjukkan ekspresi mengaduh.
“Memang benar kau tidak sedang bicara dengan Tokomon, tapi kau sedang bicara dengan orang yang saat ini berdiri di hadapanmu. Jangan kira aku akan bersikap lunak padamu atas kelakuanmu membongkar rahasia pribadiku!” Jawab Musashi dengan dingin dan sorot mata yang menakutkan.
“Wow, kuat sekali pukulanmu! Tapi begini-begini, aku ini penggemar video game. Jadi terkadang aku bisa membaca gerakan lawan yang masuk akal bagiku.” Balas Kokichi dengan angkuh.
“Oh, begitu?! Sayang sekali, itu hanya pemanasan saja. Oh iya, aku dengar tadi kau juga membahas soal adikku yang sakit keras, ya? Boleh aku tahu apa tujuanmu mengungkitnya ke depan publik?” Tanya Musashi dengan sorot mata yang sangat tajam seperti mata seorang pembunuh berdarah dingin.
“Tentu saja karena hal itu berhubungan dengan profesimu sebagai pembunuh bayaran, dan menurutku itu bukan pekerjaan yang baik. Apa tidak sebaiknya kau bekerja saja di organisasiku? Kau tak perlu jadi pembunuh di sana, cukup menjadi-“
“Menjadi apa, hah?! Kau pikir aku akan mendengar tawaranmu yang PHP itu?! Seperti yang kubilang padamu, jangan kira aku akan bersikap lunak padamu!” Hardik Musashi sembari menyela Kokichi. Perlahan tapi pasti, remaja berambut biru gondrong itu mendorong remaja berambut hitam keunguan tersebut sampai akhirnya jatuh ke tanah. Pada saat yang bersamaan, Impmon emosi melihat bosnya dilukai oleh temannya sendiri. Tak terima akan hal itu, Digimon setan kecil itu menendang Musashi dengan cepat sampai yang ditendang tak menyadari dan terpental.
“Jangan kau sakiti bosku!” Bentak Impmon sambil meluapkan amarahnya. Situasi mulai memanas, sampai ada sosok yang memata-matai mereka dari dunia lain. Ya, tak lain sosok itu adalah makhluk berbaju merah bertanduk dan bersayap yang bersemayam di Laut Gelap.
“Hm, menarik sekali. Mereka bertengkar hanya karena ulah 1 bocah yang mengekspos hal sepele kepada temannya. Bagus, ini akan jadi celah buatku!” Katanya sambil memegang dagu. Lalu dia melihat ke temannya, si gurita raksasa bermata merah. Rupanya, gurita raksasa bermata merah itu sedang istirahat. “Istirahatlah untuk sementara waktu, Dragomon. Lihat saja, anak-anak terpilih! Sekarang juga, akan kulaksanakan rencana baruku! Hahaha!!!” Ujar makhluk berjubah merah bertanduk dan bersayap dengan tawa jahatnya yang penuh dengan kelicikan. Kemudian, dia mengarahkan tangan kanannya ke depan disusul oleh munculnya api dari telapak tangannya. Tak lama kemudian, di lain tempat, Impmon yang sedang gusar mendengar suara. Ternyata itu adalah suara misterius yang hanya bisa didengar oleh Impmon. Dalam kemarahannya, Digimon setan kecil itu heran mendengar suara yang berseru memanggil namanya.
“Hei, Impmon...”
“Siapa itu?!” Sentak Impmon dalam hatinya.
“Kau tak perlu tahu siapa aku. Lihat baik-baik. Mereka memperlakukan bosmu dengan buruk. Lantas mengapa kau masih bertualang dengan mereka? Apa mereka pantas disebut sebagai teman? Aku rasa tidak, karena mereka telah mengucilkan bosmu. Begitu juga dirimu. Jadi, mereka itu bukanlah temanmu.” Jawab suara misterius itu.
“Benarkah? Tapi mereka juga pernah menolong bosku di saat genting, dan aku pun berteman baik dengan mereka walaupun aku suka menjahili mereka. Jadi, ucapanmu itu tak sepenuhnya benar.” Balas Digimon setan kecil itu.
“Itu kan hanya terjadi dulu, dan sekarang itu hanya masa lalu yang sudah lewat dan takkan terjadi lagi. Jika kau tak percaya, kau bisa buktikan ucapanku. Perhatikan semua teman-temanmu dengan seksama.” Impmon mengernyitkan wajahnya, lalu memperhatikan Musashi juga yang lainnya. “Lihat, apakah ada yang menolong bosmu dari temanmu yang menghunus pedang itu?” Tanya suara misterius itu dengan hasutannya. Saat Digimon setan kecil itu baru sadar dengan keadaan sekitar, dia melihat Musashi mengacungkan pedang kayunya ke Kokichi.
“Bos, bos!” Impmon tak tega melihat tamernya yang jatuh tersungkur di tanah. Maka Digimon setan kecil itu langsung menahan pedang remaja berambut biru gondrong itu dengan kedua tangannya, diikuti oleh Kokichi yang menendang Musashi. Tapi Musashi menyadari hal itu dan menghindar ke belakang.
“Fiuh. Terima kasih telah menolongku, Impmon.” Ujar Kokichi kepada Digimonnya. Sayangnya, Impmon tak merespon apa yang barusan dikatakan oleh tamernya. Alih-alih menjawab, dia hanya diam seribu bahasa dan menatap Musashi dengan mata tajam yang tak kalah tajamnya dari remaja berambut biru gondrong tersebut. Yaitu tatapan mata pembunuh berdarah dingin!
“Jangan ganggu bosku!!” Hardik Impmon sekali lagi dengan keras kepada Musashi.
“Aneh, aku merasa ada yang aneh dengan Impmon. Wajar jika dia marah karena aku menyerang Kokichi, terlepas dari apa yang Kokichi katakan kepadaku. Tapi kenapa aku melihat Impmon berubah drastis seperti ini? Seperti bukan dirinya saja.” Gumamnya dalam hati.
Coronamon menyadari keanehan perilaku Impmon yang baru saja mendorong Musashi dengan keras itu. Lalu ia menatap Soma dengan cemas, seakan ia tahu apa yang tamernya pernah katakan sebelumnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui apa yang ia dan Soma ketahui. Sakura dan Palmon mendekati Impmon dan mengguncang pelan Digimon Imp itu.
“Impmon, kau kenapa?” Tanya Palmon.
“Ada yang tidak beres. Impmon-“ Belum selesai Sakura mengucapkan pernyataannya, Impmon langsung menampik tangan gadis berambut pink itu dengan keras, membuatnya meringis.
“Gawat...” Hyoga menahan nafasnya tanda ia terkejut saat ia melihat secara perlahan Impmon mengeluarkan aura merah di sekujur tubuhnya.
“Aura ini...” Soma langsung melihat ke arah teman-temannya. “Semuanya menyingkir! Impmon kondisinya tidak stabil!” Kesepuluh tamer beserta Digimon mereka menyingkir. Mereka pun menyaksikan sendiri aura yang muncul dari tubuh Impmon yang semakin menguat.
“Apa yang terjadi dengannya? Aura apa itu?” Tanya Hayakawa dengan cemas. Tentomon pun menyadari apa yang terjadi sebenarnya.
“G-Gawat...! Impmon akan berevolusi...” Kata Digimon kumbang merah itu dengan cemas.
“Bukannya itu bagus kalau dia berevolusi?” Tanya Kise penasaran, namun terdengar nada panik terselip di balik itu.
“Bodoh! Lihat baik-baik! Impmon sedang dikuasai amarah, dan itu artinya pertanda buruk!” Tegas Zhao kepada remaja berambut kuning kecoklatan itu.
“Dia... Dia akan Dark Digivolve!” Tailmon pun berteriak dengan panik.
“Kalian telah menyakiti bosku! Kalian bukan temanku! Kalian akan rasakan akibatnya!” Aura merah di tubuh Impmon semakin membesar perlahan-lahan, sampai-sampai para digidestined dan Digimon mereka ketakutan melihatnya. Tak terkecuali Musashi. Lain halnya Kokichi, yang masih menganggap bahwa kemarahan Impmon meluap akibat dari perlakuan teman-temannya kepada tamernya. Bahkan remaja berambut hitam keunguan itu mengira dia bisa mengendalikan amarah Digimon imp tersebut.
“Impmon, kau ini kan Digimonku. Jadi sekarang adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kebolehanmu, karena mereka sudah keterlaluan kepadaku. Aku hanya membeberkan kenyataan, tapi malah mendapat perlakuan seperti ini. Sekarang waktunya untuk memberi mereka pelajaran. Kau pasti bisa digivolve sekarang. ” Kokichi menghampiri Impmon perlahan sembari melontarkan pernyataan untuknya. Akan tetapi, tanggapan remaja berambut hitam keunguan tersebut salah. Di lain tempat...
“HAHAHA!!! Dasar anak-anak bodoh! Lihat, ini adalah kekuatan sejati Impmon yang kalian cari dan banggakan selama ini! Dan aku akan membuat dia jauh lebih kuat dari yang kalian pikirkan, HAHAHA!!!” Seru makhluk berjubah merah bertanduk dan bersayap dari Laut Gelap, dengan api di tangannya yang membesar, sampai-sampai api itu menyelimuti tubuhnya. Ternyata, api misterius itulah penyebab dari munculnya aura merah pada Impmon yang sedang diselimuti amarah. “Bagus, Impmon! Reaksimu sangat cepat! Kau pernah berkata kalau kau ingin jadi lebih kuat, bukan? Akan kukabulkan permintaanmu saat ini juga!!!” Makhluk jubah merah bertanduk dan bersayap itu mengeluarkan kekuatannya, maka api yang ada di tangannya semakin membesar diikuti oleh munculnya aura hitam yang juga berasal dari tubuhnya. Aura hitam itu menyatu dengan api yang menyelimuti tubuhnya, dan sampai ke tempat dimana Impmon dan yang lainnya berada. Semua yang ada di sana terkejut setengah mati melihat aura merah dan aura hitam yang menyatu dengan Impmon, maka berteriaklah dia dengan erangan yang menyakitkan sambil memegang kepalanya.
“AAAAAAAAAARGH!!!”
“Ayo, Impmon!” Ujar Kokichi dengan pede dan bangga. Tapi sayangnya, ketika dia berjalan lebih dekat ke Impmon, remaja berambut hitam keunguan tersebut terlempar karena aura merah dan hitam yang menyelimuti tubuh Digimon setan kecil itu. Tak lama kemudian, keluarlah sinar hitam bercampur merah yang menyilaukan mata, sampai tak ada satupun dari mereka yang tidak menutup matanya. Beberapa saat kemudian, asap menyelimuti tubuh Impmon. Setelah asap itu tersibak oleh angin, mereka terkejut setengah mati melihat Impmon yang sudah berubah wujud, menjadi makhluk yang mengerikan! Dengan tangan gemetar, Kise mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi yang dia dapat dari sosok makhluk yang mengerikan itu,
“Boogiemon, atribut virus, adalah Digimon setan kelas champion yang berbentuk seperti iblis berwarna merah bertanduk dan bersayap serta membawa trisula sebagai senjatanya. Tubuhnya mengandung banyak mantera sihir, namun hanya beberapa saja yang bisa digunakan olehnya. Senjata pamungkasnya adalah Death Crush dan Ruby Eye.”
“Grrrr! Akan kubunuh kalian semua! Dimulai dari kau, samurai keparat!!!” Boogiemon menunjuk ke arah Musashi, kemudian terbang menghampirinya sambil memegang trisula.
“Kau tak perlu membunuhnya, cukup buat dia babak belur saja.” Perintah Kokichi kepada Boogiemon. Musashi sudah siap dengan serangan dari Digimon iblis merah itu, tapi tiba-tiba saja dia menghilang dari depan remaja berambut biru gondrong itu.
“Musashi, di belakangmu!” Zhao meneriaki temannya, sambil mengamati pertarungan mereka berdua dengan seksama.
“Aku tahu!” Balas Musashi. Sesaat kemudian, Boogiemon muncul di belakang Musashi dan berusaha keras menusuk remaja berambut biru gondrong itu dengan trisulanya. Tak kalah lincah dengan kawan yang sekarang berubah menjadi musuhnya, Musashi menangkis serangan dari Digimon iblis merah tersebut.
“Urgh, dia sangat lincah dan kuat! Kalau begini terus, aku tak bisa menyerang dia balik!” Umpat Musashi dalam hati karena Boogiemon terus-menerus menyerangnya. Sembari menangkis semua serangan tersebut, remaja berambut biru gondrong itu berusaha mencari celah untuk menyerang Digimon iblis merah itu. Tiba-tiba saja, Raph membantu kawannya yang sedang kesulitan. Remaja berambut merah itu memegang kedua sainya dan menyerang Boogiemon dari belakang. Menyadari ada yang menyerangnya dari belakang, Digimon iblis merah itu menoleh ke Raph dan langsung menepis serangan.
“Hehehe! Rupanya ada yang berusaha menghajarku dari belakang, ya?! Boleh juga kau, sepertinya taktik tempurmu tak jauh beda denganku!”
“Aku tak tahu siapa dirimu. Tapi, sekalipun kau adalah perubahan Impmon, takkan kubiarkan kau menghajar Musashi! Terimalah ini!!!” Raph menebaskan sainya beberapa kali, namun usahanya gagal karena semua serangannya ditepis oleh Digimon iblis merah itu.
“Hiryu Ao Ken!!!” Naga listrik keluar dari Ogonken Musashi, lalu menghajar Boogiemon dengan telak. Sementara itu, Raph melompat mundur sepersekian detik sebelum Digimon iblis merah itu kesetrum. Tak lama kemudian, Raph berlari mendekati Musashi dan berkata,
“Sebetulnya ada yang mau kutanyakan padamu, tapi terpaksa kutunda dulu.”
“Iya, tak masalah. Terima kasih telah membantuku, Raph.” Balas remaja berambut biru gondrong itu.
“Sama-sama. Tapi aku tak yakin kalau dia akan kalah secepat ini.” Sahut remaja berambut merah itu sambil mencondongkan kepalanya ke arah tempat Boogiemon berada.
“Kau benar. Serangannya kuat sekali, kita harus waspada.” Kata Musashi. Asap putih yang menyelimuti tubuh Boogiemon perlahan menghilang oleh hembusan angin, maka nampaklah tubuhnya perlahan-lahan. Anehnya, hampir tak ada luka ataupun bekas sengatan listrik pada tubuhnya.
“Sudah kuduga, Digimonku kuat. Nishishi~ kalian lihat sendiri, kan? Dia tangguh setangguh penampilannya, dan punya tamer keren sepertiku. Ayo, tunjukkan kekuatan aslimu!” Seru Kokichi.
“Hehehe! Ternyata kalian itu kuat, boleh juga! Tapi, waktu bermain kalian sudah selesai! Ruby Eye!!!” Boogiemon menatap mereka dengan tatapan seram, membaca mantra sihir aneh sehingga tubuh kedua remaja itu tak bisa bergerak.
“Apa?! Tubuhku tak bisa kugerakkan?!” Keluh Musashi dengan menggoyangkan badannya.
“Cih, sial! Bagaimana aku bisa bertarung kalau begini jadinya?!” Umpat Raph.
“Kalian akan kuurus belakangan! Sekarang saatnya untuk menghabisi yang lain!” Boogiemon menatap Digidestined yang lain bersama Digimon mereka, juga Agumon dan Tentomon.
“Hei Tentomon, apa sebaiknya kita berubah saja?” Tanya Agumon kepada temannya.
“Nanti saja, Agumon. Aku punya firasat kalau Boogiemon belum mengeluarkan semua kekuatannya, jadi kita akan berubah pada saat terdesak.” Jawab Tentomon.
“Baiklah. Kalau begitu, kita awasi pergerakannya.” Balas Digimon dinosaurus kuning itu, lalu Digimon kumbang merah itu mengangguk. Akan tetapi, Kokichi mulai mencurigai Boogiemon atas tindak tanduknya yang brutal yang ternyata diluar kendalinya.
“Impmon, kau ini kenapa? Kan sudah kubilang jangan bunuh mereka, cukup beri mereka pelajaran saja. Hei, Impmon. Kau ini dengar, tidak? Kenapa kau diam saja? Ayo jawab aku, aku ini kan tamermu.” Tutur remaja berambut hitam keunguan itu, sampai dia memegang tangan Boogiemon
“Ah, diam kau!” Boogiemon menampik lalu mendorong Kokichi sampai jatuh tersungkur di tanah. “Aku tak butuh tamer lemah dan menyebalkan seperti dirimu! Aku bisa menjadi kuat dengan usahaku sendiri, tanpa harus memelas dan merengek kepada orang sepertimu! Dan aku tak butuh perintah darimu!”
“Impmon, kok kau jadi begini, sih? Lama-lama kau bertingkah seperti singa lapar yang mencari mangsanya. Kenapa kau bertingkah seperti itu? Apa kau sudah muak dengan semua yang terjadi saat ini?” Tanya remaja berambut hitam keunguan tersebut.
“Iya, memang betul. Aku sudah muak dengan apa yang teman-temanmu lakukan padamu. Tapi aku melakukan ini bukan semata-mata membelamu begitu saja, melainkan karena aku sudah letih berurusan dengan orang-orang yang menyebalkan! Oleh karena itu, aku akan menghabisi kalian semua dan menjadi lebih kuat!”
“Impmon, kumohon jangan lakukan ini! Kau sudah keterlaluan! Apa kau tak ingat bahwa mereka juga teman-temanmu?!”
“Teman?! Siapa yang butuh teman?! Aku tak membutuhkan mereka!!!”
“Jika demikian, izinkan aku menjadi teman sekaligus tamermu lagi. Aku mohon, Impmon!”
“Cih, pergi kau dari hadapanku! Atau kau juga akan kubunuh!!!” Boogiemon memukul Kokichi dengan bagian belakang trisulanya sampai dia terpental, maka Hayakawa langsung menolongnya dan berkata,
“Kau tak apa-apa?”
“Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih, Hojo-chan.” Jawab remaja berambut hitam keunguan itu, kemudian para Digidestined yang lain juga Digimon mereka menghampiri keduanya.
“Hyoga, tolong kau lindungi Kokichi. Biar aku tangani Boogiemon.” Gabumon maju ke depan Kokichi.
“Kau juga, Soma. Gabumon, izinkan aku ikut denganmu.” Coronamon menawarkan diri.
“Zhao, tolong ya. Aku mengandalkanmu.” Gomamon pun ikut andil.
“Eits, kalian jangan lupakan kami.” Agumon maju ke arah ketiga temannya.
“Benar, kami juga akan membantu.” Tentomon menambahkan.
“Huh, seandainya saja aku bisa jadi Patamon...” Keluh Tokomon.
“Kalau begitu, biar aku yang menggantikanmu.” Kiku menawarkan diri.
“Tidak, lebih baik jangan.” Sahut Hyoga.
“Kenapa begitu?” Tanya Kiku.
“Ini adalah pertarungan antar lelaki, lebih baik kau jangan ikut campur.” Jawab Zhao sambil menepuk bahu gadis berambut coklat kepang dua itu.
“Simacchi ada benarnya, karena Oumacchi yang memulai permasalahan ini dengan memberitahu rahasia pribadi Asukacchi.” Tegas Kise sambil menatap ke orang yang dimaksud.
“Hei, aku kan hanya memberitahu kenyataannya saja.” Bantah Kokichi, dan langsung disambut oleh pukulan di kepala dari Mai dengan kipasnya.
“Sudah, jangan banyak alasan. Masih beruntung kami mau melindungimu di saat kau menjadi biang keladi seperti sekarang ini.”
“Mai-san, jangan begitu. Kau terlalu keras padanya.” Hayakawa menegur gadis berambut coklat kuncir ekor kuda itu.
“Betul, Mai. Aku juga tak setuju kalau kau memukulnya seperti itu.” Lunamon menambahkan.
“Tapi kalau tidak begitu, dia akan terus berulah.” Balas Mai.
“Sepertinya sulit untuk Kokichi supaya tak berulah, mungkin memang sudah sifat aslinya.” Sahut Biyomon.
“Sudahlah kalian semua, lebih baik kita fokus melindungi Kokichi dari Boogiemon!” Usul Sakura.
“Oke, aku siap melindunginya!” Ungkap Palmon sambil memasang cakarnya.
“Apa sudah selesai main-mainnya, hah? Aku sudah bosan menunggu kalian!” Ejek Boogiemon dengan senyum sinisnya. Selang beberapa detik, Raph dan Musashi terbebas dari mantra pengikat, dan langsung memegang senjata masing-masing dan menunggu Digimon iblis merah itu bergerak.
“Raph, hati-hati dengannya. Dia bisa menghilang mendadak dan menyerangmu dari belakang.” Bisik remaja berambut biru gondrong itu kepada temannya.
“Aku tahu, karena aku sudah melihat itu saat kau bertarung dengannya.” Balas remaja berambut merah itu dengan suara pelan.
“Yosh, kita tunggu dia menyerang dulu. Setelah itu, baru kita balas serangannya!” Sahut Musashi, maka Raph pun mengangguk paham.
“Heaaa, rasakan ini!!!” Boogiemon terbang ke arah mereka berdua dengan kecepatan penuh sambil memegang trisulanya dengan kedua tangannya, lalu remaja berambut merah tersebut langsung menyambutnya dengan berlari cepat sambari bersiap menusukkan kedua sainya. Saat Raph berusaha menebas Digimon iblis merah itu, Boogiemon menghilang dari hadapannya dan seketika itu juga muncul dari belakangnya. Remaja berambut merah itu menyadari hal tersebut, dan langsung menepis serangan dengan cekatan. Adu serangan pun terjadi diantara mereka berdua, maka Musashi langsung mengambil inisiatif untuk membantu Raph. Tak disangka, Boogiemon menyadari bahwa musuh terberatnya datang menerjang dirinya. Lalu dia menangkis serangan dari kedua remaja itu dengan trisulanya. Dengan serangan gabungan itu, mereka berhasil mendorong Digimon iblis merah itu sampai hampir jatuh ke tanah. Akan tetapi, Boogiemon langsung menggunakan kekuatan penuhnya dan mendorong mereka balik sampai mereka terdorong beberapa meter dan jatuh ke tanah. Tanpa menunda kesempatan, Digimon iblis merah itu terbang ke arah mereka berdua dan menghajar mereka dengan cakarnya. “Terimalah ini!!! Death Crush!!!”
“Heh, cuma cakar segitu saja takkan bisa melumpuhkanku!” Seru Raph dengan menantang.
“Raph, menjauh dari sana!!!” Musashi menegor kawannya, maka remaja berambut merah itu terkejut dan langsung menuruti perintah temannya. Segera setelah Boogiemon menghantam tanah tempat Raph berpijak tadi, tanah itu hancur menjadi lubang berdiameter 4 meter. Maka terkejutlah mereka semua.
“Energinya luar biasa! Seperti cakar Devimon ssu!” Ujar Kise.
“Sekarang bukan saatnya untuk tersanjung seperti itu! Gabumon, serang dia!!!” Titah Hyoga dengan tegas.
“Blue Blaster!!!”
“Pepper Breath!!!”
“Super Shocker!!!”
“Corona Flame!!!”
“Fish Power!!!” Kelima Digimon tersebut menghajar Boogiemon dengan jurus masing-masing, disusul oleh keempat Digimon lainnya.
“Urgh!!!” Boogiemon meringis kesakitan. Karena para digidestined mengetahui bahwa Digimon iblis merah itu kuat, beberapa dari mereka seperti Soma, Raph, juga Musashi menghajar Boogiemon secara bersamaan. Soma mengeluarkan Claimh Solais dan menebasnya sambil berkata,
“Maafkan aku, Boogiemon. Kokichi.”
“AAAAARGH!!!”
“Minggir kalian semua!!! Diamond Dust!!!” Hyoga mengeluarkan jurus debu-debu intan, sehingga membekukan Digimon iblis merah itu. Dari kejauhan, makhluk jubah merah menyaksikan pertarungan tersebut dengan seksama. Dia mengamati kekuatan masing-masing dari mereka, lalu mengambil kesimpulan seperti berikut,
“Hm, boleh juga. Sepertinya serangan kombinasi dan timing yang pas adalah kunci dari keberhasilan mereka bertarung selama ini, terutama remaja berbaju zirah dengan energi esnya. Sepertinya energinya semakin kuat ketika dia memakai baju zirah itu. Baiklah kalau begitu, aku akan menaikkan level permainan ini, menjadi lebih sulit!!!” Selang beberapa detik, makhluk jubah merah itu mengarahkan kedua tangannya ke depan, lalu membaca mantra aneh. Tak lama kemudian, muncullah api dari dalam tubuhnya mengelilingi dirinya, juga aura merah dan hitam. Setelah itu, makhluk jubah merah tersebut berkata dengan suara lantang, “HAHAHA!!! LIHAT DAN SAKSIKANLAH, ANAK ANAK TERPILIH!!! AKU AKAN MENJADIKAN DIA SEBAGAI MIMPI BURUK YANG PALING BURUK BAGI KALIAN!!!” Sementara itu, di Stadion Terbengkalai, Boogiemon masih dalam posisi membeku dan tak berkutik karena serangan Diamnod Dust Hyoga. Tapi hal itu tak berlangsung lama, sebab aura merah dan hitam dari makhluk jubah merah yang bersemayam di Laut Gelap muncul dengan pancaran energi yang lebih kuat dari sebelumnya, lalu memecahkan es yang membekukan Digimon setan itu.
“Semuanya, menjauhlah dari sana!!!” Perintah Soma kepada teman-temannya, karena posisi mereka dekat dengan Digimon iblis merah itu.
“IMPMON, IMPMON!!!” Kokichi berseru dengan lantang, berharap bisa menolong Digimon kesayangannya. Hampir saja dia berlari mendekati Boogiemon yang dikelilingi oleh aura merah dan hitam, namun dicegat oleh teman-temannya.
“Tidak, Kokichi! Kau tak boleh mendekatinya! Dia bukan Impmon yang kau kenal lagi! Dia dikuasai oleh energi kegelapan yang sangat kuat, dan dia telah kehilangan kendali atas dirinya!” Kata Soma sambil menahan remaja berambut hitam keunguan itu. Pada saat yang bersamaan, terlihatlah oleh mereka semua aura merah dan hitam yang lebih kuat, menyatu di tubuh Boogiemon sampai dia tak terlihat lagi karena diselimuti oleh kedua aura itu. Pemandangan mengerikan itu terjadi sekitar 5 menit, lalu nampaklah dari balik aura merah dan hitam yang sirna perlahan itu, sesosok makhluk yang mengerikan! Tubuhnya tinggi besar, mempunyai sayap dan tanduk. Rambutnya gondrong jabrik berwarna putih, memakai topeng berwarna kuning, dan bermata 6!
“Boogiemon berubah wujud, ssu!” Langsung saja, kise mengeluarkan Data Analyzer untuk mengetahui identitas sosok misterius tersebut.
“NeoDevimon, atribut virus, adalah Digimon setan level ultimate bermata 6 bertanduk dan bersayap yang merupakan wujud dari Devimon yang berevolusi. Energinya telah ditingkatkan menjadi lebih kuat oleh sebuah kekuatan misterius. Topeng yang menutupi wajahnya berfungsi untuk menahan kekuatan besarnya, dengan tujuan agar dia bisa terkontrol. Senjata pamungkasnya adalah Guilty Claw, Deep Sorrow, dan Stun Claw.”
“Seharusnya dia itu perubahan Devimon, tapi bagaimana ini bisa terjadi pada Impmon?!” Tailmon heran mendengar penjelasan data analyzer.
“Aku tak tahu, tapi apa Boogiemon itu juga perubahan dari Impmon?!” Tanya Palmon.
“Aku rasa bukan, pasti ada yang tak beres dengannya.” Jawab Biyomon.
“Yang jelas, kita harus bisa menghentikannya sebelum dia membabi buta!” Usul Agumon kepada teman-temannya.
“Ayo, teman-teman!” Gabumon memberi isyarat kepada Hyoga, sehingga tamernya mengarahkan Digivice dan berevolusilah dia, disusul oleh ketujuh kawannya yang juga berevolusi.
“Tunggu! Jangan serang Impmon! Dia adalah Digimonku, dan aku yakin dia pasti tidak lupa padaku!” Kokichi maju ke depan para Digimon kelas champion supaya menghentikan mereka.
“Kokichi...” Balas Hayakawa. Gadis bangsawan berbaju putih itu terharu melihat remaja berambut hitam keunguan itu masih peduli kepada Digimonnya, walaupun keadaannya tak stabil.
“Jangan bodoh, Kokichi! Lihat baik-baik, dia sudah bukan Impmon lagi! Dia telah menyerang kita beberapa kali, bahkan menyerangmu juga. Jadi aku tak yakin kalau dia masih mengenalmu.”Ujar Soma kepadanya.
“T-tapi biar bagaimanapun, dia adalah Digimonku.” Balas Kokichi.
“Dia sudah dikendalikan oleh kekuatan misterius, lebih baik kau mundur!” Kiku menarik remaja berambut hitam keunguan itu dari hadapan teman-temannya, lalu berjalan ke belakang mereka.
“Kita tunggu saja apa yang akan dilakukan NeoDevimon. Dan kau Oumacchi, kau diam dulu di situ sampai situasinya kondusif ssu.” Sahut Kise. Beberapa detik kemudian, NeoDevimon berjalan pelan ke arah mereka semua. Setelah 30 langkah, Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu tiba-tiba berhenti. Melihat gerakannya yang mencurigakan, para Digimon memilih untuk tidak menyerangnya.
Akan tetapi, lain halnya dengan Kokichi. Remaja berambut hitam keunguan itu justru senang karena mengira bahwa Neodevimon telah sadar, sehingga dia menghampirinya. Sayangnya dia keliru, dan langsung disambut oleh jurus Guilty Claw. Dengan cepat, Garurumon melompat ke arah Kokichi dan mendorongnya agar dia terhindar dari cakar NeoDevimon. Tanpa menunda, Digimon serigala besar itu menembakkan Howling Blaster ke teman yang sekarang adalah musuhnya. Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu menepisnya dengan tangan kiri, lalu menarik kembali tangan kanannya yang dia gunakan untuk menghajar tamernya. Langsung saja, Garurumon menyundul Kokichi ke atas lalu menaikkannya ke atas punggungnya, kemudian berlari ke arah para digidestined juga Digimon lainnya.
“Kau ini sudah dibilang diam di sini saja, malah bandel!” Sakura menjitak Kokichi dengan kencang setelah dia turun dari punggung Garurumon.
“Aw! Sakit tahu, Haruno-chan! Aku tak sengaja, aku kira Impmon sudah sadar.” Keluh Kokichi.
“Sadar bagaimana?! Kau nyaris saja dihajar olehnya!” Sahut Kiku.
“Teman-teman, sebaiknya kita fokus!” Hyoga mengingatkan teman-temannya, lalu Greymon menembakkan Nova Blast disusul oleh Howling Blaster, Meteor Wing, Electro Shocker, Harpoon Torpedo, dan Fira Bomb. Keenam jurus tersebut menghajar Neodevimon, namun tidak mempan. Tak lama kemudian, Togemon, Tailmon, juga Lekismon melompat ke depan dan menembakkan Needle Spray, Cat Laser, dan Tear Arrow. Sayangnya tak ada pengaruhnya sama sekali. NeoDevimon membalas serangan dengan jurus Deep Sorrow dengan mengepakkan kedua sayapnya yang besar, dan terciptalah angin badai yang kencang. Saking kuatnya, ketiga Digimon tersebut sampai terdorong sehingga ketiga tamer mereka berlari menghampiri mereka sambil menahan terjangan angin. Tak lama kemudian, tiba-tiba muncullah awan hitam sehingga langit pun berubah jadi mendung. Tanpa menghiraukan langit, Greymon maju dengan gencar dan berusaha menabrak Neodevimon. Otomatis, Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu berhenti mengepakkan sayap dan menahan tubuhnya dengan 1 tangan, lalu menangkap dan melemparnya.
“AAARGH!!!” Greymon terpental, namun dia bangkit berdiri dan kembali menembakkan Nova Blast. Tapi Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu tak berhenti sampai di situ, dia langsung memanjangkan tangannya lebih cepat dari sebelumnya dan menepis bola api Greymon, lalu menghajarnya dengan Stun Claw. Alhasil, Digimon dinosaurus kuning raksasa itu terlempar hingga terkapar tak berdaya.
“GREYMON!!! Kurang ajar! Rasakan ini!!! HOWLING BLASTER!!!” Garurumon marah melihat kawannya dihajar tanpa ampun, dan menembakkan api birunya dengan tenaga penuh sambil melompat. Dengan mudah, NeoDevimon menepis api biru tersebut dan menampar Garurumon kemudian menghajarnya kembali.
“Sial! Terimalah ini! METEOR WING!!!”
“ELECTRO SHOCKER!!!” Api dan listrik dari Birdramon dan Kabuterimon menghantam NeoDevimon, dan tak berpengaruh apa-apa. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, Togemon, Lekismon, dan Tailmon maju dan menyerang Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu dengan tinju dan tendangan. Hasilnya sama saja, tidak mempan sedikit pun! Maka Neodevimon menghajar mereka bertiga dengan cakarnya.
“HARPOON TORPEDO!!!”
“FIRA BOMB!!!” Ikkakumon dan Firamon menembakkan rudal dan bola api, namun ditepis oleh Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong tersebut. Tanpa buang-buang waktu, Kabuterimon dan Birdramon terbang menukik ke arah musuhnya dan siap menghajar NeoDevimon dengan tanduk dan cakar. Tapi keduanya justru dihajar balik dengan menggunakan kedua cakarnya sampai terpental.
“Takkan kubiarkan kau bertindak lebih jauh! FLAME DIVE!!!” Firamon menerjang Digimon setan kelelawar bertopeng dan berambut gondrong itu dengan jurus tabrakan api, sayangnya tak berhasil. Alih-alih menghindar, NeoDevimon justru menghadapinya dengan tenang lalu mencengkram Digimon singa api bersayap itu, dan melemparnya ke Ikkakumon sehingga keduanya terpelanting. Sembilan Digimon langsung kalah seketika, dan mereka terkulai lemas. Para digidestined hanya bisa meneriaki Digimon masing-masing dari jauh, selagi NeoDevimon menoleh dan berjalan pelan ke arah mereka.
“Sial! Dengan mudahnya Digimon kita tumbang olehnya! Kekuatannya besar sekali, lebih kuat dari Devimon!” Kata Zhao dengan keringat mengucur di pipinya.
“Jika begini terus, kita takkan bisa menemukan cara untuk mengalahkannya ssu!” Kise menambahkan.
“Tapi bukan berarti kita tinggal diam dan tak berbuat apa-apa! Cepat atau lambat, dia pasti akan menyerang kita!” Sahut Raph.
“Kau benar, tapi sebaiknya kita tunggu dulu sampai menemukan saat yang tepat untuk menghajarnya.” Ujar Hyoga. Setelah beberapa saat, Digimon setan kelelawar berambut gondrong itu masih berjalan pelan menghampiri para digidestined. Lalu tiba-tiba dia menghentikan langkah kakinya dan terdiam untuk sesaat. Lima menit berlalu, NeoDevimon masih terdiam sembari menatap para digidestined. Kesebelas orang itu pun hanya bisa menatap balik Digimon setan kelelawar berambut gondrong tersebut tanpa berbuat apa-apa, menunggu timing yang pas. Tak lama kemudian, NeoDevimon mengarahkan tangan kanannya ke depan
“Oke. Segera setelah dia menyerang, kita menghindar lalu serang dia!” Usul Musashi kepada teman-temannya, dan mereka mengangguk paham. Anehnya, baru saja Digimon setan itu mau memanjangkan tangannya dengan kecepatan penuh, dia mengerang kesakitan disusul oleh munculnya aura merah dan hitam yang keluar dari tubuhnya. Kejadian itu berlangsung selama kurang lebih 3 menit, dan mereka terkejut setengah mati melihatnya. Setelah itu, muncul asap hitam menyelimuti tubuh NeoDevimon.
“AAAAAAAAAARGH!!!”
“IMPMOOON!!!” Kokichi meneriakinya dari jauh, kemudian berlari menghampirinya. Sebelum dia sampai di dekat Digimonnya, tiba-tiba muncul sinar berwarna ungu tepat dari bagian tengah stadion, sampai-sampai mereka kesilauan dengan sinar itu. Tak lama kemudian, asap hitam yang menyelimuti NeoDevimon hilang dan terlihatlah Yaamon tergeletak pingsan. Remaja berambut hitam keunguan itu memegang Digimonnya dan menepuknya, tapi sayang Yaamon tak dapat merespon. Malah yang terjadi adalah crest milik Kokichi memancarkan cahaya. “Aneh, apa mungkin...” Sebelum menyelesaikan kalimat, Kokichi langsung memeluk Yaamon dan berlari ke bagian tengah stadion, di mana sinar ungu misterius muncul. Terkejut melihat tindakannya, teman-temannya memanggil sambil berlari menghampiri remaja berambut hitam keunguan tersebut. Saat mereka sampai, tanah tempat mereka berpijak ambles sejauh 10 meter.
“UWAAAAARGH!!!” Apakah yang terjadi selanjutnya? Berhasilkah mereka menemukan simbol terakhir?
Kesebelas tamer itu jatuh tak sadarkan diri setelah pijakan mereka mendadak ambles sedalam 10 meter. Yang pertama membuka mata adalah Hyoga dan Soma beserta kedua Digimon mereka. Tak lama kemudian, yang lain pun juga sudah mulai mengumpulkan kesadaran mereka, kecuali Kokichi dan Yaamon. Digimon yang tadinya sudah di form Champion mereka kembali menyusut ke form Rookie mereka, kecuali Tailmon.
“Sheesh.” Raph pun mengelus kepalanya yang sakit akibat terbentur.
“Semuanya tidak ada yang terluka kan?” Tanya Agumon khawatir.
“Kami baik-baik saja kok. Hanya saja sedikit memar.” Jawab Kiku dan disambut anggukan Tokomon.
“Tapi...” Kise terdiam dan melihat ke arah Kokichi dan Yaamon yang ternyata satu-satunya belum siuman, “...aku lebih khawatir dengan mereka. Jujur saja, aku tidak begitu menyukai mereka, tapi tidak sepantasnya mereka menerima ini...”
“Ryouta...” Tailmon pun memeluk kaki tamernya dengan penuh kesedihan. Namun, Kise meminta Tailmon melepaskan pelukannya. Tak lama kemudian ia berjalan ke arah Musashi yang masih terdiam dan menunduk bingung. Sang remaja berambut pirang itu tanpa berlama-lama menarik kerah baju Musashi dengan amarah yang tergambar jelas di wajahnya.
“Ryouta!” Sakura berusaha melerai, namun Kise menatap tajam Sakura, membuat gadis berambut pink itu terdiam.
“Sakura... sebaiknya biarkan dulu Kise mengungkapkan amarahnya.” Kata Palmon.
“Brengsek kau, Asukacchi! Seandainya kau tidak menyerang Oumacchi, ini semua tidak akan terjadi! Kita tak perlu bertarung antara hidup atau mati dengan Impmon yang mendadak Dark Digivolve!” Kise dengan marah mengguncang tubuh Musashi. Sisi ini tidak pernah ia tunjukkan ke teman-temannya di sekolahnya, bahkan ini kali pertama kesembilan tamer itu menyaksikan Kise marah.
“Lalu urusanmu apa? Kau membela Kokichi yang barusan merusak reputasimu? Bisa saja itu bualan-”
BHUAG!
Belum selesai remaja berambut biru itu berbicara, sebuah tinju melayang dan itu dari Kise.
“Musashi! Ryouta, hentikan!” Tentomon memohon dengan sangat.
“Aku tidak akan begini kalau saja Asukacchi tidak merespon dengan offensive!” Bantah Kise dengan nada marah. Hyoga memegang bahu sang remaja berambut pirang itu.
“Aku tahu kau marah, begitu juga dengan kita semua setelah apa yang Kokichi lakukan dan juga Musashi... tetapi ini tidak akan memberi solusi apapun.” Kata remaja Rusia berambut kuning itu menenangkan. “Amarah tidak akan pernah menyelesaikan masalah, karena hanya dengan kepala dinginlah kita bisa menyelesaikan masalah.” Sambungnya.
“Lagipula, sebenarnya kami ingin tahu, kenapa kau sampai terpikirkan untuk bekerja sama dengan Klan Yasha. Klanku pernah berhubungan dengan mereka. Aku dengar cerita dari orangtuaku dulu... ada satu orang yang bekerja dengan mereka untuk berusaha membunuh klan Fuma.” Kata Mai.
“Apa yang terjadi dengan orang itu?” Tanya Biyomon. Sang gadis berambut kuncir satu itu menghela nafasnya berat.
“...Nukenin.” Jawabnya singkat. Zhao menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung.
“Istilah apa itu?” Tanyanya.
“Itu sebutan untuk ninja pelarian karena melanggar kode shinobi, yaitu menjadi pembunuh bayaran, tapi bukan dari atasan sesungguhnya. Aku yakin Sakura dan Raph mengetahui hal ini.” Jawab Mai. Sakura mengangguk dengan sedih karena di desanya memang ada yang sudah masuk kategori nukenin dan sayangnya itu adalah temannya sendiri, sementara Raph hanya menaikkan kedua bahunya, tanda ia belum pernah menemukan nukenin sama sekali berhubung hanya keluarganya yang ada di Amerika.
“Bisa kusimpulkan bahwa mereka hanya meminta, tapi tanpa memberikan bayaran...” Kata Gomamon khawatir. Soma pun akhirnya berhasil memisahkan Kise dan Musashi. Ia menatap remaja berambut biru itu dengan tegas, namun tenang.
“Musashi, aku rasa aku paham yang Kokichi maksud. Aku tahu tujuanmu baik, tapi menjadi pembunuh bayaran bukan lah satu-satunya cara untuk mendapatkan uang. Terlebih lagi klan mereka terkenal tidak baik di mata ninja lain.” Kata sang pemuda asal Rumania ini.
“...Jikalau begitu, memangnya kau punya cara untuk menghasilkan uang?” Tanya Musashi ragu. Soma mengangguk.
“Selesai petualangan ini, kau bisa bekerja di tempatnya Hammer. Dia adalah mantan tentara yang membuat dan menjual senjata dan peralatan lainnya, Itu pun jika kau tidak keberatan.” Jawabnya.
“Atau kalau kau mau lebih jauh, ke Amerika saja denganku dan jadi pegawai restoran ayahnya temanku. Dollar itu besar lho dan percaya lah, kau takkan kecewa.” Timpal Raph yang langsung dibalas gigitan Agumon di kakinya.
“Jujur saja, Musashi. To be an assassin itu bukan hal yang menguntungkan. Orang akan mencap label jelek untukmu setelah mengetahui fakta itu. Tentu aku sebagai temanmu, tak mau situasi itu terjadi padamu. Like, seriously, dude? Masa kau mau dikenal sebagai pembunuh bayaran, sih?” Sambung Raph.
“Kita tidak akan membiarkanmu sendiri. Kalau kau butuh bantuan biaya, teman-teman sesama tamer kan akan membantumu. Itu namanya teman!” Kata Gabumon menambahkan.
“Aku mungkin tidak akan memintamu menjadi bawahanku, mengingat kau punya catatan bekerjasama dengan klan musuh... tapi bukan berarti aku tidak bisa membantu. Jika kau membutuhkan apapun, kau bisa mendatangiku.” Kata Hayakawa.
“Nona Hayakawa kan seorang bangsawan yang baik, jadi tangannya pasti terbuka untukmu, Musashi.” Sahut Lunamon.
“Kami masih peduli padamu Musashi. Jangan biarkan situasi mengambil alih.” Tambah Coronamon. Musashi terdiam, namun matanya menunjukkan rasa sakit yang tertahan. Ia menatap Kise dengan tatapan berusaha menahan sakit.
“Aku akan punya waktu yang sulit memaafkanmu, Asukacchi. Hampir saja kita mati gara-gara pertarungan tadi. Kau tidak peduli dan egois!” Kata Kise dengan nada jengkel.
“...Setidaknya aku tidak membuang temanku karena mencari ketenaran. Kau sombong dan egois! Wajar kau jadi target utama Kokichi untuk selalu diganggunya. Aku menerima tawaran Klan Yasha tidak hanya karena mencari biaya untuk adikku, Erina... tapi juga balas dendamku pada Mibu yang dibunuh juga oleh salah satu anggota Klan Fuma...” Balas Musashi. Di saat itu, ia terlihat... vulnerable. Namun, Kiku datang dan menyentil keduanya di dahi.
“Intinya kalian berdua sama-sama membunuh. Tidak ada yang benar di sini.” Kata gadis berambut kepang dua itu dengan nada menyindir.
“Ryouta kan tidak membunuh orang. Kok kau bilang Ryouta membunuh sih?!” Protes Tailmon.
“Masalahnya Ryouta membunuh mental, bukan fisik.” Jawab Tokomon. “Kalau kita ingat apa yang Kokichi bilang mengenai temannya yang keluar dari tim basket, berarti ada permainannya yang sukses membunuh mental seseorang. Aku tidak tahu apa yang dilakukan, tapi jelas sekali itu yang Kokichi maksud.” Sambungnya. Kise terdiam memikirkan ucapan Kokichi itu. Ketika mereka masih terdiam, mereka melihat crest milik Kokichi menyala lagi.
“Sudah pasti simbolnya di sekitar sini.” Kata Zhao. Perlahan dia mengambil crest milik Kokichi dan berjalan sembari mengarahkan crestnya. Sampai lah mereka di sebuah tempat setelah berjalan beberapa saat. Simbol itu terletak di dalam batu misterius di ruang bawah tanah, dan berbentuk seperti bunga tulip dengan daunnya, yang ternyata adalah simbol terakhir. Di bagian bawahnya, tertulis huruf Digicode. Gomamon dan Tokomon mendekati batu itu dan membaca huruf Digicode tersebut,
“Simbol ini adalah lambang khusus bagi dia yang berhasil melewati kegelapan dan masa lalu yang suram. Namun demikian, hal itu tidak akan berlaku jika dia kembali lagi ke dalam kegelapan yang bisa mengendalikan jiwanya. Agar terhindar dari hal yang sedemikian rupa, dia harus bisa mengendalikan dirinya. Karena dia yang terpilih untuk simbol ini adalah makhluk yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi kebaikan dan kejahatan. Hanya yang berhasil menemukan sisi kebaikan dalam dirinyalah, yang layak mendapatkan simbol ini.”
Simbol itu menyala dan akhirnya menyatu dengan crest milik Kokichi. Semua simbol akhirnya mereka temukan. Zhao pun kembali mengalungkan crestnya Kokichi ke pemiliknya. Tak lama kemudian, sang remaja berambut hitam keunguan itu siuman. Ternyata ia masih memeluk Yaamon. Ia mengeratkan pelukannya pada Digimonnya itu.
“Maafkan aku... Yaamon.” Bisiknya sambil mengisak kecil. Ia tidak mau terlihat tidak berdaya di hadapan teman-temannya. Musashi mendatangi sang pemimpin D.I.C.E itu dengan tujuan untuk meminta maaf, namun Kokichi seakan berusaha menjauh, menunjukkan rasa sedikit takut dan trauma kepada Musashi.
“Musashi, kuharap apa yang terjadi hari ini menjadi pelajaran bagimu.” Kata Soma menenangkan. Ia mengelus bahu remaja berambut biru itu untuk menenangkannya.
“...Aku pantas menerima ini.” Kata Musashi dalam hati. Ia merasa terbeban. Tentomon pun berusaha menenangkan tamernya itu. Sementara itu, Kokichi berjalan mendekati batu tempat simbolnya berada. Remaja berambut hitam keunguan itu membaca huruf Digicode yang terukir di batu itu dengan tenang. Dengan rasa iba, Coronamon pun mendekat dan memberitahu isi dari tulisan tersebut.
“Terima kasih, Coronamon. Akan kuingat selalu pesan untuk simbolku ini.” Jawab Kokichi sambil menoleh ke Digimon kucing api itu.
“Teman-teman, bagaimana cara kita keluar dari sini? Kita jatuh cukup dalam dari tempat kita jatuh tadi.” Kata Palmon bingung. Mereka pun mulai memikirkan cara untuk keluar karena sekarang... itu lah tujuan mereka saat ini. Setelah mereka keluar, petualangan baru mereka pun akan segera dimulai. Tak lama kemudian, Kokichi melihat ada yang janggal pada batu tempat simbol Kebaikan berada. Dia melihat bentuk bulatan dari batu seperti tombol. Lalu disentuhnya bulatan tersebut dan...
“Sepertinya bisa diputar, akan kucoba.” Maka diputarlah bulatan dari batu itu ke kanan. Selesai memutar bulatan itu, tiba-tiba saja ada pintu yang terbuka. Pintu itu berjarak sekitar 30 meter di depan mereka. Tanpa menunggu lebih lama, mereka berjalan ke arah pintu tersebut. Ternyata, di balik pintu itu ada ruangan besar yang pada dindingnya terpahat lukisan misterius. Ada tujuh makhluk aneh yang tergambar pada lukisan dinding bawah tanah itu. Empat diantaranya berada di sebelah kiri, sedangkan 3 lagi berada di sebelah kanan. Mereka semua heran melihat lukisan misterius itu, tapi mereka lebih mementingkan keluar dari ruang bawah tanah sesegera mungkin. Tapi setelah mereka sampai di ujung ruangan, terdapat huruf Digicode juga lukisan misterius lainnya. Dengan penasaran, Tentomon, Agumon, dan Gabumon mendekati huruf Digicode tersebut dan mereka mulai membacanya satu per satu,
“Pada zaman dahulu, ada 2 kelompok makhluk jahat. Kelompok yang satu beranggotakan 4 makhluk (yang berdiri di depan tengah adalah makhluk yang tingginya tak sampai 2 meter, mempunyai sepasang tanduk dan sayap dan memakai jubah, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah makhluk kelelawar bertubuh manusia pria kurus setinggi 2,5 meter dan memegang tongkat, lalu makhluk di sebelah kanan adalah kelelawar bertubuh wanita setinggi 2 meter, dan yang di belakang adalah kelelawar raksasa setengah gurita, mempunyai sepasang tentakel besar dan cakar besar).
Untuk ketiga makhluk dari kelompok yang satu lagi, wujud mereka seperti manusia pada umumnya. Dua diantara mereka adalah laki-laki, sedangkan yang satunya adalah perempuan. Yang berdiri di tengah adalah laki-laki berambut hitam gondrong bermuka pucat memakai jaket ungu panjang dan tertutup, sedangkan yang di sebelah kiri adalah laki-laki paruh baya dengan setelan topi dan jaket biru serta memakai tongkat, dan yang di sebelah kanan adalah perempuan berambut putih panjang dengan setelan baju panjang dan topi berwarna merah dan memakai kacamata rayban.
“Ketujuh makhluk dari 2 kelompok ini berupaya menguasai Bumi dengan cara menculik anak-anak dan “menanam” benih gelap dalam diri anak-anak yang diculik, agar benih itu tumbuh menjadi bunga yang berfungsi sebagai kekuatan kegelapan. Untuk mencegah ketujuh makhluk tersebut, keenam anak-anak terpilih muncul bersama keenam Digimon mereka. Mereka berhasil mengalahkan tiga makhluk dari kelompok pertama, tak lupa pula mengirim serta mengunci pemimpin dari kelompok tersebut di Laut Gelap. Sedangkan untuk para makhluk dari kelompok kedua, naas bagi laki-laki berjaket biru dan perempuan berjaket merah. Karena mereka tewas dibunuh oleh pemimpin mereka sendiri karena dianggap tak berguna. Walaupun pemimpin mereka nyaris mengalahkan keenam anak-anak terpilih juga Digimonnya, akhirnya mereka berhasil menumpas makhluk jahat itu untuk selama-lamanya. Tapi misteri masih berlangsung, sampai gerbang terakhir terbuka oleh cahaya dan cincin yang berkilau.”
“Hm, aku tak mengerti arti dari semua ini.” Ungkap Raph sambil menggaruk kepalanya.
“Sampai gerbang terakhir terbuka oleh cahaya dan cincin yang berkilau, apa mungkin yang dimaksud cahaya adalah kedua orang itu?” Hyoga menoleh penasaran ke Kiku dan Kise.
“Uh. Bukannya menemukan pintu keluar, malah terjebak di ruangan besar ini.” Keluh Biyomon. Tak lama kemudian, crest milik Kise dan Kiku bercahaya. Lalu mereka melihat sebuah ukiran di dinding bagian pojok yang bercahaya.
“Cahaya itu...”
“Ayo, kita kesana!” Usul Kise kepada Kiku. Langsung saja keduanya mendekati ukiran yang bercahaya itu dan mengarahkan kedua crest mereka, maka makin teranglah cahaya tersebut. Tapi pintu ruang bawah tanah belum juga terbuka.
“Bagaimana ini? Aku kira cahaya menyilakuan itu bisa membuka pintu ruangan ini.” Omel Mai.
“Cincin yang berkilau, jangan-jangan...” Belum selesai menyelesaikan kalimat, Kise menoleh ke Tailmon dan memperhatikan ekornya.
“Pasti yang dimaksud adalah cincin Holy Ringku ini.” Jawab Tailmon sambil mengambil cincin emas itu dari ekornya, lalu mendekati cincin itu pada cahaya yang silau itu. Benar saja, beberapa saat setelah itu, pintu ruang bawah tanah terbuka dan mereka berjalan ke tangga batu sehingga mereka berhasil keluar dari ruang bawah tanah tempat mereka jatuh tadi. Saat itu lah, petualangan baru mereka dimulai.
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic~!
Chapter 18: A Twisted Residence, Impmon's True Digivolution: Wizardmon
Summary:
Setelah Impmon mengalami Dark Digivolve, ia menyusut menjadi Yaamon. Para Digidestined dan Digimon mereka dengan perasaan yang campur aduk mencari tempat untuk beristirahat. Tanpa disadari, bahaya baru sudah menunggu mereka.
Notes:
Wheeew, 6 months setelah rilis chapter 17 ^^; Maafkeun ya untuk kelambatan rilis chapter 18nya. Again, makasih buat Bang Patuan yang telah ngebantu banget dalam pengerjaan chapter 18 ini. Aku harap kalian suka dengan chapter 18 ini ya.
Digimon © Bandai and Akiyoshi Hongo
Teenage Mutant Ninja Turtles © Kevin Eastman dan Peter Laird
Saint Seiya, Ring ni Kakero, Fuuma no Kojiro © Kurumada Masami
Dynasty Warriors dan Samurai Warriors © Koei Tecmo
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Danganronpa © Kazutaka Kodaka and Spike Chunsoft
Naruto © Kishimoto Masashi
Castlevania © Konami
King of Fighters/Fatal Fury © SNK
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
~ Stadion Terbengkalai, Jam Setengah 6 Sore ~
Sekeluarnya mereka dari ruang bawah tanah, mereka mendapati diri mereka masih berada di sekitar Stadion Terbengkalai. Singkat cerita, mereka langsung keluar dari stadion itu karena hari sudah mulai gelap, terlebih lagi karena stadion tersebut adalah tempat dimana Impmon dark digivolve dan hampir mencelakakan teman-temannya. Sehingga mereka menganggap stadion tersebut adalah tempat yang membawa sial bagi mereka semua, terutama bagi Kokichi, Yaamon, Kise, dan Musashi. Dengan mengikuti arah Digi Compass yang Soma pegang, mereka berjalan ke tempat yang bahkan mereka sendiri tidak tahu menahu seperti apa dan berapa lama waktu yang harus mereka tempuh untuk sampai disana. Di tengah perjalanan, sepatah kata pun tidak terucap dari bibir mereka. Karena yang terdapat dalam pikiran mereka adalah mencari tempat singgah untuk bermalam. Selama 1 jam perjalanan, mereka belum menemukan titik temu pada Digi Compass.
Setelah beberapa saat, mereka berhenti sejenak karena menemukan titik temu pada Digi Compass, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka melihat parit dan kali kecil tak jauh dari tempat mereka berada, juga rumput dan semak dengan beberapa pohon di sekitarnya. Di dekat parit dan kali itu, terdengarlah bunyi suara lengkingan katak. Untuk sesaat, mereka menghentikan langkah dan sedikit terhibur dengan suara-suara katak tersebut bersamaan dengan suara arus air yang mengalir di parit dan kali tersebut. Tak lama kemudian, mereka kembali berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah desa. Sekilas desa itu terlihat seperti desa kecil tanpa pintu gerbang besar di depannya dengan rumah kecil yang jumlahnya sedikit. Namun siapa sangka, setelah mereka berjalan mendekati desa tersebut, ternyata ada banyak rumah kecil di sekitarnya.
“Now look at those houses. Such a luck for us to find this place for lodging.” Kata Raph, disusul oleh sweatdrop dari teman-temannya.
“Urgh, apa-apaan sih kau, Raph?! Lagi-lagi bicara dengan bahasa yang tak kumengerti.” Balas Agumon dengan menggerutu.
“Aduh, maaf Agumon. Aku tak sengaja, hehehe.” Balas tamernya dengan sweatdrop.
“Lagipula, memangnya kita boleh bermalam di tempat ini?” Tanya Mai dengan heran sambil melihat ke sekitarnya.
“Iya juga ya, lalu pada ke mana perginya semua penghuni desa ini?” Ujar Biyomon tak kalah heran dengan tamernya.
“Padahal lampu di setiap rumah menyala semua, tapi kelihatannya kosong.” Sakura menambahkan.
“Apa mereka sedang pergi sebentar, ya?” Palmon menggaruk kuncup bunga di kepalanya. Tak lama kemudian, para penghuni desa tersebut muncul dari rumah masing-masing secara mendadak.
“Wah, kita kedatangan tamu! Selamat datang!” Seru para makhluk penghuni desa dengan riang gembira.
“Bukankah mereka itu Pagumon?” Gomamon menduga sambil memegang dagunya.
“Pagumon?” Tanya teman-temannya sambil menoleh ke Digimon singa laut tersebut, kecuali Tentomon yang hanya diam mengamati sekelompok Digimon itu dengan seksama. Langsung saja, Kise mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi mengenai makhluk tersebut,
“Pagumon, atribut virus, adalah Digimon kecil kelas in-training yang bisa terbang di ketinggian yang rendah dengan menggunakan sepasang telinga yang terlihat seperti sayap kecil. Selain sebagai sayap, kedua telinga tersebut juga berfungsi sebagai tangan. Senjata pamungkasnya adalah Tackle, Frothy Spit, dan Poison Bubbles.”
“Betul, kami adalah Pagumon.” Jawab salah satu dari Pagumon.
“Tapi apa cuma kalian yang tinggal di desa ini?” Tanya Zhao.
“Tidak hanya kami, melainkan ada juga yang lain. Nah, itu mereka.” Pagumon menunjuk ke belakang, lalu muncullah sekelompok Digimon yang tak asing lagi bagi para digidestined dan Digimon mereka, yaitu Gazimon.
“Gazimon?! Yang benar saja, mereka itu kan Digimon jahat yang dulu pernah kita kalahkan.” Sahut Mai, lalu sekelompok Gazimon tersebut berjalan mendekat sambil membawa ikan, sayur dan buah-buahan.
“Siapa mereka ini, Pagumon?” Tanya Gazimon dengan nada datar.
“Oh, mereka ini tamu yang baru saja datang kemari. Sepertinya mereka ini para digidestined yang baru.”
“Digidestined yang baru? Begitu, ya? Kebetulan sekali, kami baru saja selesai mengambil hasil panen dari kebun kami.
“Kebun? Tapi aku tak melihat ada kebun di sekitar sini.” Sahut Musashi.
“Oh, jarak kebun kami agak jauh dari sini. Makanya kalian belum melihatnya.” Balas Gazimon.
“Daripada kalian berlama-lama di luar, lebih baik masuk ke dalam rumah kami saja. Ayo, silahkan masuk!” Pagumon mempersilahkan mereka masuk ke rumah. Beberapa detik kemudian, terdengarlah suara musik yang indah. Ternyata, sumber musik itu berasal dari makhluk lain yang datang mendekati desa. Lalu berkatalah Pagumon, “Oh, mereka juga sudah pulang.”
“Siapa mereka?” Sakura semakin heran dengan kedatangan para makhluk tersebut.
“Itu Gekomon.” Jawab Gazimon. Lalu Kise mengarahkan Data Analyzer yang ia keluarkan tadi ke arah Digimon baru itu,
“Gekomon, atribut virus, adalah Digimon katak yang bisa memikat siapapun yang di dekatnya dengan suara merdunya walaupun tampangnya aneh. Bunyi nada yang dihasilkan oleh ketiga lubang di ujung lidahnya dan terompet yang melilit lehernya dapat mengendalikan emosi musuhnya sesuai keinginannya. Senjata pamungkasnya adalah Noisy Echo, Tongue Attack, dan Frog Jump.
“Oh, ada tamu, ya?” Tanya salah satu Gekomon.
“Iya, padahal jarang sekali kita kedatangan tamu.” Jawab Gazimon.
“Sudahlah, jangan di luar terus. Ayo kita masuk, jangan sungkan. Hehehe.” Para Pagumon mempersilahkan tamu-tamunya untuk masuk, maka masuklah mereka semua satu per satu ke dalam rumah.
Namun, ada satu orang yang sangat ragu untuk masuk ke dalam. Kise menatap ke belakang mengingat biasanya ada satu orang yang benar yang ia tahu pasti juga bersemangat untuk beristirahat sejenak, yang tak lain adalah Kokichi.
“Oumacchi?” Kise pun mengguncang bahu remaja berambut hitam keunguan itu dengan pelan.
“O-oh, ada apa Kise-chan? Kau terlihat cemas.” Kata Kokichi sambil memeluk Yaamon dengan erat.
“Kau tidak ikut masuk ssu?” Tanya remaja pirang itu dengan cemas. Digimonnya yang menyadarinya pun kembali ke luar dan melihat tamernya sedang bersama Kokichi yang mukanya terlihat sekali tersenyum untuk menyembunyikan sesuatu dari Kise.
“Sementara ini aku belum mau masuk. Ada yang ingin aku renungkan dulu. Terkait dengan apa yang terjadi di stadion terbengkalai itu.” Sahut Kokichi dengan nada biasa saja.
“Aku... aku rasa bukan itu yang ingin kau lakukan. Kau masih agak canggung dengan apa yang terjadi di stadion terbengkalai karena kau merasa itu bagian besarnya darimu kan?” Tanya Tailmon ragu. Kokichi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
“Nishishi... tidak kok. Kalian terlalu mencemaskanku. Sudahlah, nanti aku menyusul. Kalian masuk saja dulu.” Kata Kokichi meyakinkan. Dengan ragu, Kise dan Tailmon akhirnya masuk ke dalam rumah itu. Remaja berambut hitam keunguan itu merubah raut wajahnya dari tersenyum menjadi raut penuh keraguan. Ia masih tidak mau terlihat orang lain bahwa ia sebenarnya masih benar-benar menyesal dengan apa yang ia perbuat. Belum lagi dengan fakta sekarang mereka memasuki pedesaan di mana penduduknya terdapat jenis Digimon yang sebelumnya pernah menyerang mereka.
“Aku tidak mengerti kenapa mereka mau saja percaya dengan Gazimon yang sebelumnya terlihat sebagai bawahannya Devimon... sebaiknya aku tetap jaga kecurigaanku pada penduduk-penduduk di sini. Aku tidak yakin mereka orang ramah.” Kata Kokichi dalam hati, lalu ia memasuki rumah itu. Di saat ia berjalan, Yaamon pun membuka matanya tanda ia siuman.
“B-Bos?” Sahut Digimon level in-training itu. Kokichi pun memeluk Digimonnya dengan erat.
“Syukurlah kau sadar. Kau membuatku panik tahu...” Katanya dengan berbisik.
“Bos... di mana kita?” Tanya Yaamon dengan penasaran.
“Aku tidak tahu. Yang kutahu saat ini, kita ada di sebuah desa dengan penghuni seperti Pagumon, Gazimon, dan Gekomon.” Jawab sang tamer. Yaamon pun melihat luka-luka yang ada di tubuh Kokichi ketika insiden yang terjadi di Stadion Terbengkalai itu. Ia ingat persis dengan kejadian dimana ia sempat dark digivolve saat itu.
“Bos... aku minta maaf ya.” Kata Yaamon dengan sedih. Kokichi mengelus kepala Digimonnya dengan pelan dan ia tersenyum dan untuk pertama kalinya, senyuman tulus ia perlihatkan kepada Digimonnya.
“Hei, kau kan bawahan- tidak ... kau adalah partnerku. Apapun yang terjadi, itu bukan salahmu. Aku juga mengambil bagian besar.” Kata remaja berambut hitam keunguan itu. Lalu ia kembali berjalan menemui teman-temannya yang sudah duduk bersila di ruang tamu sambil menggendong Yaamon yang sudah sadar. Sebenarnya, beberapa orang dari kawannya juga curiga dengan Pagumon dan teman-temannya. Hanya saja, karena mereka letih, mereka menyampingkan rasa curiga mereka dengan perlahan. Berhubung mereka sudah dapat tempat untuk bermalam.
Sesampainya di ruang tamu, Kokichi pun duduk bersila di lantai yang beralas karpet besar yang bagus dan empuk dengan beberapa bantal di dekat karpet itu bersama teman-temannya. Pada bagian tengah karpet tersebut, terdapat sebuah meja kayu bundar yang besar sekali. Selagi para Gazimon meletakkan keranjang berisi buah-buahan dan sayuran di atas meja itu, mereka pergi ke dapur lalu memasukkan ikan kembung ke dalam tempayan di pojokan dapur. Di dalam keranjang buah, terdapat pisang, jeruk, mangga, jambu, anggur, dan buah lainnya. Kemudian bertanyalah Agumon pada salah satu Gazimon,
“Apa aku boleh makan buah ini?”
“Oh, kenapa tidak? Tentu boleh.” Jawab Digimon anjing ungu itu sambil menatapnya dengan senyum licik.
“Tunggu, Agumon! Memangnya buah ini bisa dimakan?” Tanya Raph setelah dia merampas buah yang ada di tangan Digimon dinosaurus kuning kecil itu, karena dia curiga dengan Gazimon.
“Ya pasti bisa, buah-buah ini kan sama seperti buah pada umumnya.” Jawan Digimon anjing ungu tersebut.
“Hmph, aku tak percaya. Mungkin saja buah ini beracun.” Sanggah Musashi dengan menatap tajam ke Gazimon karena curiga.
“Beracun? Hahaha, jangan asal menuduh. Mau kubuktikan? Baiklah...” Digimon anjing ungu itu mengambil sepotong apel dan melemparnya ke atas, lalu meraih apel itu dengan tangan kanannya, lalu memakannya. Setelah dia memakan buah apel itu sampai habis, dia mengambil pisang dan jeruk, lalu memberikannya kepada kedua temannya. Pada saat keduanya menghabiskan pisang dan jeruk itu, dia berkata kembali, “Lihat. Tidak beracun, kan?” Gazimon meyakinkan para digidestined juga Digimon mereka.
“Sepertinya begitu.” Kata Soma.
“Berarti aku tak perlu khawatir sakit perut.” Ujar Agumon, lalu dia makan dengan pedenya.
“Cih, mulai deh.” Raph menatap Digimon dinosaurus kuning itu dengan melotot sambil melipat tangannya di depan dada.
“Oh iya, maaf Raph. Aku akan makan beberapa potong saja.” Balas Agumon sambil mengambil jeruk.
“Lagipula kalau dipikir-pikir, memang sudah waktunya makan malam.” Ucap Gabumon sambil mengambil anggur. Maka percayalah mereka bahwa buah-buahan yang dibawa oleh para Gazimon aman untuk dikonsumsi, sekalipun Digimon anjing ungu itu bukanlah Digimon yang bisa dipercaya.
“Kalau begitu, kami tinggal dulu ya. Soalnya kami harus pulang ke rumah masing-masing.” Gazimon berkata dengan tersenyum, walaupun senyumnya terlihat aneh, yaitu senyum sinis ala mereka. Para digidestined dan Digimon mereka menoleh ke arah mereka tapi tidak merespon perkataan mereka. Setelah itu, para Pagumon bertepuk tangan sambil berkata,
“Yaaay! Selamat makan, para tamu kami yang istimewa. Selamat menikmati!”
“Iya ya, toh hanya ada buah dan sayur di meja ini. Tak perlu sambutan yang meriah seperti itu.” Balas Biyomon dengan .
“Maaf deh, hehehe. Tapi kalau kalian mau ikan kembung dan sayur yang tadi dibawa oleh Gazimon, kalian bisa mengambilnya di dapur belakang. Kami menaruhnya di dalam tempayan, dan kalian bisa bakar ikan-ikan itu di tungku api yang terletak di sana. Bumbunya pun ada di dapur” Sahut Digimon kecil berwarna abu-abu keunguan itu.
“Kenapa tidak bilang dari tadi kalau ikan kembung dan sayurnya boleh kami makan?” Tanya Agumon sesudah dia menghabiskan pisang, jeruk, dan apel.
“Soalnya tadi kalian ragu sih soal makanan yang kami sajikan, hehehe.” Jawab Pagumon dengan mata sinis dan licik.
“Itu kan tadi, sekarang kami percaya pada kalian setelah pembuktian barusan.” Ujar Gabumon dengan polos.
“Kalau begitu, tolong tunjukkan jalan ke dapur belakang ssu.” Kise berkata kepada Pagumon, lalu dia berdiri bersama Tailmon ke dapur belakang, disusul oleh Mai, Sakura, Kiku, dan Hayakawa, juga Digimon mereka masing-masing. Baru saja berjalan, Zhao memanggil mereka dengan malas,
“Hayakawa, tolong bawakan juga untukku ya.”
“Huuuh, dasar pemalas. Memangnya kau tak bisa ambil sendiri, Zhao?” Sentak Sakura sembari bertolak pinggang dengan kedua tangannya dan mencondongkan kepalanya ke Zhao, sampai-sampai remaja berambut cokelat jabrik itu sweatdrop.
“Maaf deh, soalnya aku letih hari ini. Bahuku saja sampai pegal ini.” Jawab Zhao, lalu dia memegang bahu kanannya karena pegal.
“Baru pegal begitu saja sudah menyerah, dasar.” Kiku merespon dengan muka datar sambil bertolak pinggang dengan sebelah tangan.
“Hei, sudahlah. Kalian jangan begitu. Baiklah, senpai. Akan kuambilkan untukmu.” Balas Hayakawa. Lalu pergilah mereka ke dapur ditemani oleh Pagumon.
Sementara itu, Tentomon belum juga mau makan dan masih memperhatikan para Pagumon dengan melipat tangan di depan dada sambil sedikit memiringkan kepalanya. Gomamon, yang duduk tepat di sebelahnya, heran melihat tingkah temannya itu. Berkatalah dia sembari menoleh ke arahnya,
“Hei, Tentomon. Ada apa? Kenapa kau tidak makan?”
“Oh, tidak apa-apa. Nanti saja aku makan.” Jawab Digimon kumbang merah itu.
“Lantas kenapa kau hanya terdiam seperti itu dari tadi?” Digimon singa laut kecil itu kembali bertanya.
“Aku hanya memperhatikan para Pagumon itu satu per satu, karena bagiku ada yang aneh.” Tentomon menjawab sambil menengok ke kawannya, kemudian dia kembali menengok ke arah Pagumon.
“Aneh apanya? Semua terlihat baik-baik saja, kok. Lihat, mereka makan dengan tenang dan gembira.” Gomamon meyakinkan temannya dengan menolehkan wajahnya ke teman-temannya yang sedang makan buah-buahan.
“Iya, memang terlihat baik-baik saja. Tapi bukankah Pagumon itu Digimon jahat, ya?” Tentomon mengernyitkan wajahnya.
“Digimon jahat? Ah, itu kan hanya desas-desus, sekedar kabar angin saja.” Jawab Gomamon dengan santai sambil tersenyum sedikit.
“Soalnya kalau dipikir-pikir, kenapa mereka bisa tinggal di tempat yang sama dengan para Gazimon tadi? Sedangkan kita tahu bahwa Gazimon itu notabenenya Digimon jahat.” Tentomon berasumsi demikian karena teringat akan Gazimon bersaudara di pulau File, yang menyerbu desa Leomon.
“Ya mungkin saja Gazimon yang ada di tempat ini berbeda dengan Gazimon yang kita temui sebelumnya di desa Leomon, apalagi kita sekarang berada di tempat yang jauh. Jadi bisa saja lingkungannya pun jauh berbeda.” Gomamon menjelaskan dengan detail.
“Semoga saja kau benar, Gomamon.” Ucap Digimon kumbang merah itu. Tidak lama kemudian, Kise, Tailmon, dan para tamer wanita juga Digimon mereka datang membawa ikan kembung bakar dalam jumlah yang banyak. Semua ikan bakar tersebut dibawa ke ruang tamu, lalu dibagikan kepada semua orang yang berada di ruang tamu. Tak lupa, mereka juga membawa gelas dan air putih di ceret.
“Terima kasih, tapi aku akan makan pizza yang kubawa saja.” Raph menolak sambil membuka tasnya, lalu mengambil sekotak pizza ukuran small.
“Tidak usah, aku ada onigiri sebagai pengganti makan malamku.” Balas Musashi.
“Ini ikannya, Shou-senpai.” Hayakawa menyodorkan ikan bakar itu kepada seniornya.
“Oh iya, terimakasih ya.” Ujar Zhao kepada gadis bangsawan berbaju putih itu.
“Wah, kelihatannya enak juga.” Agumon terpukau melihat ikan bakar tersebut.
“Sampai ada sambal merahnya pula, apa sambal ini kalian buat sendiri?” Coronamon penasaran dengan sambal merah yang disajikan di 4 piring lepek.
“Iya, kami membuatnya sendiri. Awalnya aku dan Sakura yang memotong cabai dan bawang, lalu kami giling, kemudian kami bumbui ikan ini sebelum dibakar.” Jawab Mai.
“Kiku yang memberitahu takaran garam dan lada untuk ikannya.” Sakura menambahkan.
“Hum, wanginya saja sudah menggugah selera.” Sahut Gabumon, maka tertawalah mereka semua mendengarnya. Segera setelah ikan dan sambal diletakkan di atas meja, mereka mahan dengan lahap dan tak lupa pula mencolekkan ikan kembung yang mereka makan ke sambal.
“Wah, ini enak sekali!” Kata Palmon sambil tersenyum.
“Iya, dicampur sambal jadi tambah lezat!” Ujar Biyomon dengan mata berbinar.
“Tapi sambalnya pedas juga, ya.” Sahut Agumon sambil mengelap keringat karena kepedasan.
“Hei, jangan kebanyakan! Nanti kau malah sakit perut, lagi.” Bentak Raph kepada Agumon, sampai teman-temannya tertawa melihat mereka berdua.
“Iya-iya, aku hanya mencolek sedikit, kok.” Balas Digimon dinosaurus kuning itu.
“Gomamon, ini ikan untukmu.” Lunamon menawarkan ikan bakar yang dia bawa.
“Oh, terima kasih, Lunamon. Lalu, untukmu mana? Aku lihat kau hanya bawa satu.” Tanya Digimon singa laut kecil tersebut.
“Ikanku dipegang oleh Nona Hayakawa, jadi kau tak perlu khawatir.” Jawab Digimon kelinci berkuping empat itu.
“Wah, baik sekali tamermu itu ya. Berbeda dengan tamerku yang satu ini, yang suka bermalas-malasan.” Keluh Gomamon sambil facepalm.
“Aduh Gomamon, lagi-lagi kau berkata-kata seperti Yuanji. Kan sudah kubilang tadi, aku letih hari ini dan bahuku pegal.” Sahut tamernya dengan malas dan sedikit memelas.
“Kau tak boleh begitu, Gomamon. Biar bagaimanapun juga, Zhao kan tetap tamermu. Walaupun dia suka bermalas-malasan, dia itu orang baik seperti Nona Hayakawa.” Lunamon menegur Digimon singa laut kecil itu dengan lembut.
“Iya juga, sih. Kalau soal baik, aku percaya dengan yang kau bilang. Hanya saja, aku suka tidak tahan jika melihat dia bermalas-malasan.” Keluh Gomamon.
“Senpai memang seperti itu orangnya, tapi bukan berarti dia bodoh. Buktinya, dia bisa diandalkan dalam banyak hal, apalagi perihal tugas sekolah.” Tutur Hayakawa kepada Gomamon.
“Wow! Benarkah itu, Zhao?” Tanya Digimonnya dengan semangat.
“Iya, begitulah.” Jawab tamernya setelah dia selesai mengunyah ikan, lalu dia mengelus rambut Gomamon yang berwarna jingga kemudian disambut oleh senyum polos dari Digimon singa laut kecil tersebut.
“Hihihi, senangnya melihat mereka akur kembali.” Ucap Lunamon sambil memejamkan mata dan tersenyum lucu seperti anak bayi, kemudian tamernya pun ikut tersenyum melihat hal itu. Tanpa disadari, Soma memperhatikan mereka dengan seksama sambil tersenyum. Dia melihat keempatnya bercakap-cakap layaknya saudara, sampai dia bergumam dalam hatinya,
“Terkadang aku sedikit iri kepada mereka, sekilas mereka terlihat seperti kakak beradik saja. Sedangkan aku tak punya saudara kandung. Yah, tapi aku kan punya sahabat karib yang peduli padaku layaknya saudara sendiri. Jadi tidak perlu berkecil hati.” Menyadari bahwa ada orang yang memperhatikan, Hayakawa menoleh ke samping untuk mencari tahu siapa yang memperhatikan dirinya. Setelah dia tahu bahwa orang itu adalah Soma, pemuda berambut putih itu merespon dengan senyuman. Sontak wajah gadis bangsawan berbaju putih itu mengeluarkan semburat merah, lalu memalingkan wajahnya.
“Aduh, ternyata Soma-san memperhatikanku. Kenapa tiba-tiba aku jadi malu sendiri seperti ini, sih?” Gumam Hayakawa dalam hatinya. Sementara itu, Soma menoleh ke Kokichi.
“Kokichi, kenapa kau tidak makan?” Pemuda berambut putih itu heran melihat temannya duduk sambil memeluk Yaamon.
“Aku belum lapar. Nanti aku bisa makan sendiri, kok.” Jawab remaja berambut hitam keunguan itu.
“Kau masih khawatir dengan dengan kondisi Yaamon ya, ssu?” Tanya Kise.
“Tidak juga, tapi yang aku khawatirkan darinya adalah bagaimana kedepannya nanti.” Ujar Kokichi.
“Maksudmu kau takut dia dark digivolve lagi?” Zhao berkata sambil menoleh kepadanya.
“Betul, aku tidak mau dia kembali dark digivolve dan menyusahkan kita semua. Apalagi, bisa gawat jadinya kalau dia sampai hilang kendali lagi.” Balas remaja berambut hitam keunguan tersebut. Mendengar hal itu, Raph menghampirinya lalu menjitaknya sambil berkata,
“Makanya kau juga jangan menyusahkan kami semua di sini! Sudah cukup kau mengekspos pribadi orang lain, jangan seperti itu lagi! Kasihan Yaamon. Ujung-ujungnya, dia juga yang jadi korban.”
“Hentikan itu, Hamatocchi! Aku tahu bahwa itu salah Oumacchi. Tapi yang jadi penyebab Impmon dark digivolve adalah karena Asukacchi menghajarnya dengan brutal! Apa kau lupa?” Kise menepis tangan remaja berambut merah itu dengan kesal.
“Hentikan! Memang benar, akulah yang bersalah atas semua kejadian itu. Lagipula, aku tak butuh pembelaan darimu, Raph.” Musashi menahan Raph yang marah, lalu melanjutkan omongannya, “Tapi jangan kira karena statemenmu yang barusan, aku mau memaafkanmu begitu saja, Ryouta.”
“Tapi kalau dia tidak meladeni taunt gigitan semut dari Kokichi karena hanya ingin menghentikan omongannya dengan cara barusan, kita tak perlu sampai bertarung dengan konyol seperti tadi sore, kan?” Sahut Raph sambil menatap ke remaja berambut biru itu.
“Hei kalian ini, sudah hentikan! Kenapa malah jadi ribut seperti ini, sih?” Omel Sakura sambil melerai teman-temannya.
“Jangan bertengkar lagi, toh kan hal itu sudah berlalu. Yang penting, kita semua selamat sampai sekarang.” Tegur Hayakawa dengan polos.
“Itu benar, dan kita bisa tarik pelajaran dari kejadian tadi. Jangan mengumbar privasi orang lain dan jangan mudah naik pitam.” Ujar Kiku menasehati.
“Setuju. Dan kau Kokichi, aku mohon kau jaga Yaamon baik-baik. Tolong pikirkan perasaanya, apabila kau terluka atau disakiti. Karena dia sangat peduli terhadapmu.” Usul Hyoga kepadanya.
“Baik, Alorvski-chan. Terima kasih atas saranmu. Maafkan aku karena telah membuat onar kepada kalian semua.” Balas remaja berambut hitam keunguan tersebut sambil memeluk Yaamon erat dan menundukkan kepalanya sedikit. Akhirnya, Yaamon pun ikut sedih mendengar apa yang mereka bicarakan. Saat perhatian para digidestined beserta Digimon mereka terfokus ke Kokichi, para Pagumon saling menatap dengan senyuman licik dan berbisik,
“Hehehe, mereka tak sadar bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap. Ini kesempatan yang bagus, kita jalankan rencana kita saat mereka sudah tertidur lelap!” Merespon yang dikatakan para Pagumon dan memperhatikan suasana, para Gekomon pun saling berbisik satu sama lain,
“Khekhekhe! Tenang saja. Kami sudah menyiapkan lagu yang pas untuk mereka semua.” Dibalik bisik-bisik mereka, rasa curiga Tentomon tidaklah hilang dari dalam dirinya. Malah dia semakin curiga dengan kawanan Digimon-Digimon tersebut. Sementara itu, untuk menghibur dirinya, Kokichi merebahkan Yaamon di karpet lalu membuka tasnya. Remaja berambut hitam keunguan itu mengambil sebotol soda rasa anggur bermerek Panta dan beberapa cemilan.
“Oh, ternyata kau suka soda juga, ya?” Tanya Raph setelah menghabisi Pizza yang dipegangnya, dia tak menyangka bahwa Kokichi suka minuman bersoda.
“Iya, dan yang satu ini adalah kesukaanku.” Jawab Kokichi sambil menunjukkan Panta anggurnya.
“If that’s your favorite, mine is this one.” Sahut remaja berambut merah tersebut sembari mengambil sebotol cola bermerek Koke Kola
“Minuman apa itu, Raph?” Tanya Agumon dengan penasaran.
“Inilah soda kesukaanku, sangat cocok jika diminum sambil menikmati pizza,burger, kentang goreng, atau fast food yang lain.” Jawabnya.
“Hm, aku belum pernah melihat minuman seperti itu. Tapi kelihatannya enak.” Kata Gabumon sambil memegang dagunya.
“Oh, sudah pasti. That’s an American style.” Sahut Raph dengan pedenya.
“Raph!” Agumon menyentak tamernya setelah mendengar ucapan yang tak dimengerti olehnya, sampai teman-temannya tertawa melihat mereka berdua.
“Ah dammit, Agumon! Itu kelepasan tahu!” Protes Raph dengan jengkel. Tanpa mereka sadari, Kokichi hanya menatap ke arah Pagumon dan Gekomon yang sedang berbisik-bisik yang tentu ini membuatnya curiga, lalu ia menatap Tentomon yang benar-benar sepertinya mengawasi kumpulan dari 2 jenis Digimon yang berbeda itu. Sepertinya bukan hanya ia saja yang menyadari ada yang tidak beres. Tapi ia lebih memilih menikmati cemilan kecil yang ia bawa dari markasnya sendiri. Ah... rasanya ia langsung rindu dengan rumahnya sendiri.
Kesepuluh tamer yang lain masih menikmati makanannya, Sakura menatap makanan yang Kokichi makan yang ternyata hanya cemilan.
“Uh, Kokichi, kau yakin bisa kenyang dengan makan itu?” Tanya gadis berambut pink itu dengan cemas. Kokichi membalasnya dengan senyum khasnya.
“Nishishi~ aku yakin kok. Aku sering makan dengan porsi segini. Aku tidak kuat makan banyak-banyak.” Jawabnya. Lalu Hyoga menawarkan makanannya pada Kokichi. Begitu juga dengan Raph yang menawarkan satu potong pizza terakhirnya pada remaja berambut hitam keunguan itu.
“Makan saja Pirozhky yang Yakov masak. Aku ingin kau mencicipi rasanya dan setidaknya cemilan ini cukup untuk mengisi perutmu. Cemilan yang kau bawa hanya menahan laparnya sementara.” Kata Hyoga.
“Kau boleh berikan ini pada Yaamon juga. Kasihan kalau dia lapar.” Timpal Raph.
“Lho, kalian berdua memangnya sudah kenyang?” Tanya Kokichi dan keduanya mengangguk. Ia langsung sumringah dan langsung mengucapkan terimakasih pada Raph dan Hyoga. Ia lalu memberikan potongan pizza itu pada Yaamon dan ia menikmati Pirozhky yang ternyata menjadi makanan khas Rusia pertama yang ia makan.
Sedangkan untuk Tentomon, Musashi memberikan 1 potong onigiri yang dia bawa. Karena Remaja berambut biru gondrong itu kasihan melihat Digimonnya bersikeras tidak mau makan ikan kembung bakar, ataupun buah-buahan.
“Tentomon, ini untukmu. Makanlah, soalnya kau belum makan dari tadi.” Ujar Musashi sambil menyodorkan nasi kepal kepada Digimon kumbang merah itu.
“Oh, bolehkah? Terima kasih, Musashi.” Jawab Tentomon sambil menerima onigiri tersebut.
“Hmph, aku tahu alasanmu tidak mau makan makanan di tempat ini. Makanya aku bawa nasi kepal ini 1 lagi, siapa tahu kau membutuhkannya.” Sahut remaja berambut biru gondorong tersebut dengan ketus, sembari menatap ke para Pagumon dan Gekomon. Tentomon pun ikut menatap mereka dengan curiga, sambil memakan onigiri pemberian tamernya.
Setelah menikmati makanan, mereka minum air putih dan langsung membereskan peralatan makan yang mereka pakai. 15 menit setelah mereka berberes-beres, mereka istirahat sebentar di ruang tamu sambil meluruskan kaki. Sebagian dari para Digidestined ada yang bercakap-cakap, sedangkan Digimon mereka bermain menggunakan bantal yang ada di ruang tamu, bahkan sampai ada yang main kejar-kejaran, kecuali Tentomon, Tokomon, dan Yaamon. Beberapa tamer mereka menegur Digimon mereka karena kelasakan mereka. Setengah jam kemudian, pada saat mereka kelar bermain, para Gekomon menyanyikan sebuah lagu yang merdu, sebagai pendamping waktu istirahat para digidestined juga Digimon mereka.
Tak lama kemudian, setelah mereka selesai mendengar lagu yang dilantunkan oleh Gekomon, mereka memutuskan untuk tidur karena kelelahan. Ditambah lagi, lantunan lagu Gekomon yang membuat mereka semakin mengantuk. Tapi sebelum merebahkan diri, Hyoga melepas armor Saintnya, kemudian diletakkan di atas meja kayu bundar. Sedangkan Musashi menaruh Ogonken tepat di sampingnya, dan Soma meletakkan boneka berwarna putih berbentuk seperti manusia memakai sepatu berwarna hijau muda, lalu menutupi boneka itu dengan mantel coklat. Diletakkannya boneka dan mantel itu di dekatnya.
Waktu menunjukkan jam 9 malam, mereka pun tidur dengan nyenyak. Tapi pada saat jam 4 subuh, Yaamon terbangun dari tidurnya karena dia ingin buang air kecil. Untuk sesaat, dia mencoba membangunkan Kokichi, namun tamernya tak kunjung bangun. Di saat yang bersamaan, Tokomon terbangun karena mendengar suara Yaamon. Kemudian bertanyalah dia kepada temannya,
“Yaamon, ada apa?”
“Aku ingin pipis sebentar dan minta ditemani oleh bos, tapi dia tak bangun juga.”
“Bagaimana kalau kutemani saja? Kebetulan, aku juga ingin pipis.”
“Benarkah? Terimakasih, Tokomon.” Akhirnya, berjalanlah mereka secara perlahan ke kamar mandi yang berada dekat dengan dapur belakang sambil terkantuk-kantuk. Sesampainya di kamar mandi, mereka buang air kecil secara bergantian. Setelah itu, mereka berjalan kembali ke ruang tamu untuk kembali tidur. Sayangnya, di tengah jalan, tepatnya di lorong yang menghubungkan dapur dengan ruang tamu, mereka dicegat oleh gerombolan Pagumon, Gazimon, dan Gekomon. Tokomon dan Yaamon merasa aneh dengan aksi mereka.
“Hehehe. Rupanya kalian sedang terjaga, ya?” Gazimon menatap Tokomon dan Yaamon dengan senyum liciknya.
“Mau apa kalian? Kenapa kalian mengerumuni kami seperti ini?” Hardik Yaamon kepada para Pagumon juga Gazimon dan Gekomon.
“Kami mau menjemput kalian, tentunya dengan paksa!” Jawab para Pagumon dengan jaring dan tali di tangan mereka.
“TIDAK MAU! KAMI MENOLAAAK!!!” Tokomon meneriaki mereka, bersamaan dengan membuka mulutnya lebar-lebar. Ternyata, untuk Digimon berukuran kecil seperti dirinya, rahangnya besar dan lebar, bahkan banyak gigi tajamnya. Melihat itu, Pagumon dan Gazimon terkecat kaget sampai mundur sedikit.
“Hiii, rahangnya besar sekali! Banyak gigi tajamnya pula!” Ujar Pagumon sambil ketakutan.
“Kalian ini payah! Masa melihat itu saja takut? Ayo, tangkap dia!” Perintah Gazimon.
“Terimalah ini!” Tokomon menggigit salah 1 dari Pagumon, maka menjerit kesakitanlah Digimon kecil berwarna biru muda dengan kuping yang seperti sayap itu.
“Argh!” Teman-temannya tak tinggal diam, sehingga 1 dari mereka menyundul Tokomon dengan keras.
“Tokomon! Sial! Rasakan ini! Rolling Black!” Yaamon menembakan bola hitam ke Pagumon yang menyundul Tokomon, sehingga terpentallah dia.
“Terima kasih, Yaamon.”
“Sama-sama. Ayo kita serang mereka!” Langsung saja, Yaamon kembali menembakkan Rolling Black ke arah musuhnya, dibarengi oleh Tokomon yang menembakkan Bubble. Beberapa dari Pagumon membalas serangan mereka dengan Poison Bubble. Karena jumlah mereka banyak, mereka kalah beradu serangan. Keduanya pun terpental, kemudian para Pagumon langsung mengikat mereka, dan memasukkan mereka ke dalam kandang besi kecil.
“Hei, lepaskan kami!” Teriak Tokomon dan Yaamon dari dalam kandang besi itu.
“Hahaha! Kalian akan kami pinjam sebentar!” Jawab para Pagumon yang sedang memegang kandang besi tempat keduanya disekap.
“Tapi keributan barusan itu gaduh juga, jangan-jangan anak-anak terpilih itu akan terjaga sebentar lagi.” Ujar Gazimon sambil menoleh ke belakang.
“Khekhekhe, Jangan khawatir. Tadi malam, kami melantunkan lagu khusus untuk mereka tak lama sebelum mereka tidur. Dengan lantunan melodi dari lagu kami, mereka takkan bisa terjaga dengan mudah walaupun ada kegaduhan seperti tadi. Jadi, mereka itu tidur layaknya orang yang pingsan.” Gekomon merespon sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Bagus! Dengan begitu, kita bisa dengan mudah membawa mereka dengan mudah!” Sahut Gazimon, maka mereka menculik Tokomon dan Yaamon. Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, Yaamon menembakkan Paint Splash, yaitu tinta berwarna ungu gelap ke arah Pagumon. Secara refleks, Pagumon menepisnya. Maka tinta yang ditembakkan oleh Yaamon itu jatuh ke lantai. Tanpa menghiraukan bekas tinta yang jatuh di lantai rumah mereka, Pagumon beserta kawan-kawannya membawa Tokomon dan Yaamon keluar dari rumah. Beberapa saat setelah mereka pergi, mantel coklat yang diletakkan oleh Soma tak jauh darinya bergerak dengan sendirinya secara perlahan, bahkan sampai terbang melayang dengan sendirinya. Lalu dari dalam mantel coklat misterius itu, keluarlah sepasang tangan. Kemudian tangan itu menyentuh boneka berwarna putih berbentuk manusia, yang memakai sepatu berwarna hijau muda. Mantel coklat bertangan itu mengguncang badan boneka putih misterius tersebut, maka bergeraklah boneka itu dengan sendirinya. Setelah itu, keduanya berusaha membangunkan Soma, Tapi dia tak bangun juga. Akhirnya, boneka putih berbentuk manusia itu mengeluarkan listrik dari badannya dan menghantarkannya ke tubuh tuannya.
“ADUUUH, SAKIT SEKALI! Oh, ternyata Lightning Doll dan Killer Mantle. Terima kasih, kalian telah membangunkanku.” Kata Soma sambil meringis kesakitan karena efek tersetrum oleh listrik dari Lightning Doll. “Ngomong-ngomong, kenapa kalian membangunkanku? Ini masih subuh.” Tambahnya. Tangan dari Killer Mantle menunjuk ke arah bekas tinta ungu yang jatuh di lantai. Sang pemuda asal Rumania itu meneliti tinta itu dan ia mencoba menghubungkan tinta itu dengan apa yang terjadi. Ia pun langsung melihat tempat di mana Tokomon dan Yaamon sebelumnya tidur dan akhirnya ia bisa menghubungkan apa yang terjadi.
“Gawat! Jangan-jangan mereka berdua diculik!” Soma dengan sigap langsung berusaha membangunkan teman-temannya yang lain. Sayangnya, hasilnya nihil. Tidak ada satu pun yang bangun. “Sialan! Berarti lagu yang Gekomon nyanyikan itu... ah kurang ajar! Kita terlena dengan lagu penghantar tidur itu. Lightning Doll, aku minta tolong bangunkan yang lain... tapi jangan dengan sengatan yang tadi kau pakai untuk membangunkanku. Aku dan Killer Mantle akan menginvestigasi sebentar.” Kata Soma. Boneka berbentuk manusia itu mengerti. Lalu ia mengeluarkan sengatan listrik dari badannya dan langsung menghantarkannya ke tubuh tamer yang lain beserta para Digimon yang masih tertidur. Tentu saja, sudah bisa tertebak reaksi mereka yang terkejut karena sengatan listrik yang dihantarkan Lightning Doll.
“Aduh, tubuhku nyeri semua nih!” Keluh Zhao.
“Ouch, what a shock! Soma, kalau mau membangunkan kita, gak begitu juga kali!” Protes Raph dengan emosi. Merespon keluhan para tamer dan Digimon mereka, boneka putih berbentuk manusia itu meminta maaf dengan membungkukkan badannya, lalu mengelus belakang kepalanya.
“Itu urusan nanti! Sekarang fokus kita adalah Tokomon dan Yaamon!” Balas Soma dengan serius. Kiku dan Kokichi terkejut dengan apa yang pemuda berambut putih itu katakan. Keduanya melihat ke tempat di mana Digimon mereka tidur dan betapa terkejutnya mereka karena keduanya menghilang.
“Tokomon! Tokomon kau di mana?!” Kiku berteriak memanggil Tokomon, berharap Digimonnya kembali.
“Yaamon, aku paham kau suka bermain. Tapi waktunya tidak tepat. Ayo keluar. Kau di mana, Yaamon?!” Kokichi pun ikut meneriakkan untuk mencari Digimonnya itu.
“Tolong panggilkan Gekomon atau Pagumon! Siapa tahu mereka bisa membantu kita mencari mereka.” Usul Coronamon. Sayangnya Tentomon menggelengkan kepala.
“Aku tidak yakin. Aku curiga mereka menculik Tokomon dan Yaamon. Semenjak kita di sini, aku mencurigai mereka dan ternyata aku benar.” Kata Digimon kumbang merah itu.
“Aduh! Kenapa kau tidak bilang dari awal kau sebenarnya curiga dengan mereka sih?!” Protes Gabumon.
“Bukan hanya dia, tapi juga Kokichi sebenarnya menyadarinya. Hanya saja karena efek masih takut untuk mengungkapkan opininya sementara ini, jadi aku yakin itu alasannya ia tutup mulut. Aku tahu dari Tentomon yang juga memperhatikan Kokichi.” Kata Musashi menjelaskan.
Sakura menghampiri sang pemimpin D.I.C.E dan meremasnya sedikit. Palmon pun mengikuti tamernya.
“Kokichi, apapun yang kau tahu, kumohon jangan kau simpan sendiri. Yang ada ini membawa bahaya pada kita.” Kata gadis berambut pink itu menjelaskan.
“Itu benar. Kita semua temanmu.” Timpal Palmon. Kokichi pun tersenyum sedih melihat kunoichi berambut pink itu berbicara langsung padanya.
“Haruno-chan, aku masih takut untuk menyampaikan keraguanku karena apa yang terjadi kemarin. Tapi... terimakasih atas sarannya.” Kata remaja berambut hitam keunguan itu. Kise mendekati tinta ungu yang tersebar di lantai.
“Uhm, Cruzcchi, yang tadi kau investigasi hasilnya bagaimana?” Tanya remaja berambut pirang pendek itu.
“Aku yakin tinta itu antara milik Yaamon atau Tokomon. Pasti sengaja disemprotkan untuk memberi petunjuk ke lokasi tempat mereka berada sekarang ini.” Jawab Soma.
“Kalau diperhatikan baik-baik, sepertinya tinta ini milik Yaamon. Lihat, warnanya ungu gelap. Persis seperti warna tubuhnya.” Sahut Hyoga sambil jongkok dan menunjuk ke tumpahan tinta tersebut.
“Benar juga, apalagi Yaamon itu memiliki kebiasaan menyemprot tinta ketika ada Digimon yang menjahilinya.” Tentomon menambahkan.
“Tapi mereka berdua dibawa kemana, ya?” Agumon melihat ke sekitar, berharap menemukan petunjuk.
“Aku belum tahu kemana mereka dibawa, mungkin ada baiknya jika kita mencari petunjuk di luar.” Usul Biyomon, maka mereka pun memutuskan untuk mencari petunjuk di luar rumah. Sewaktu mereka keluar dari rumah Pagumon, mereka langsung mencari bekas tumpahan tinta Yaamon ataupun petunjuk lainnya. Sayangnya, mereka belum menemukan apapun.
“Tak ada bekas tumpahan tinta di sekitar sini. Disana bagaimana, Tailmon?” Tanya Gomamon kepada Digimon kucing putih itu.
“Di sini juga tak ada, aneh sekali. Seharusnya ada bekas tumpahan tinta.” Tailmon pun heran. Tak lama kemudian, Killer Mantle dan Lightning Doll muncul dengan membawa petunjuk. Mereka menunjukkan kepada Soma tempat dimana terdapat bekas tumpahan tinta Yaamon.
“Kerja bagus, terima kasih. Kalian boleh kembali.” Perintah tuan mereka. Maka menghilanglah kedua roh itu.
“Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa punya ide untuk memanggil mereka, Soma?” Tanya Mai dengan penasaran.
“Oh, itu karena aku sekedar berjaga-jaga saja seandainya terjadi sesuatu. Karena menurutku, diantara sekian banyak roh, mereka berdualah yang tidak terlihat mencurigakan. Jadi kupanggil mereka secara diam-diam.” Jawab pemuda Rumania berambut putih tersebut.
“Dan ternyata, keduanya berhasil mengelabui Pagumon dan yang lainnya.” Coronamon menambahkan.
“Um, tumpahan tinta ini seperti mengarah ke hutan kecil tempat kita lewat tadi sore.” Lunamon memperhatikan bekas tumpahan tinta Yaamon.
“Tapi apa mungkin mereka disekap di dekat kali dan parit yang tadi sore kita lihat?” Tanya Hayakawa.
“Bisa saja Lunamon ada benarnya, Hojo-chan. Apalagi diantara mereka ada gerombolan Gekomon, mereka kan Digimon katak. Jadi ada kemungkinan mereka disembunyikan di dekat kali dan parit.” Jawab Kokichi.
“Hmph, tapi di kali dan parit yang kita lihat sore tadi hanya ada sekumpulan katak. Tidak ada 1 Gekomon pun disana.” Bantah Musashi. Tiba-tiba, Gabumon mengendus tinta tersebut.
“Sepertinya aku tahu dimana mereka berada.” Selesai berbicara, Digimon serigala biru kecil itu langsung berlari cepat. Disusul oleh teman-temannya.
“Hei Gabumon, jangan main lari begitu saja, dong! Tunggu kami!” Tukas Hyoga kepada Digimonnya.
“Benar, Gabumon. Bisa repot nanti kalau kita tertinggal di tengah jalan karena kau.” Zhao menambahkan dengan malas, dan langsung dijitak oleh Kiku.
“Sekarang bukan saatnya untuk berkata seperti itu, Zhao! Tokomon dan Yaamon harus segera kita tolong saat ini juga!”
“Aduh! Iya deh, aku kan hanya berkata yang sebenarnya.” Keluh remaja berambut coklat jabrik itu.
“Tapi tak perlu sampai bermalas-malasan begitu, toh kita tidak kurang tidur, kok.” Sakura menambahkan.
“Iya-iya, aku tahu. Tapi kalian berdua ini benar-benar seperti Yuanji, ya.” Zhao kembali mengeluh dengan menghela nafas, maka teman-temannya langsung sweatdrop dan tersenyum tipis. Sekitar 15 menit mereka berlari, mereka sampai di tempat dimana terdapat kali dan parit yang mereka lewati tadi sore. Ternyata, tak jauh dari tempat mereka berada, terdapat sebuah bekas tumpahan tinta Yaamon di tempat tersebut.
“Gabumon, ini kan tempat yang tadi sore kita lewati. Apa mereka ada di dekat sini?” Ujar Hyoga karena penasaran dengan Gabumon.
“Tidak, mereka tidak berada di dekat sini. Tapi dari bau tinta Yaamon yang kucium pertama tadi, aku yakin arahnya ke tempat ini.” Jawab Digimon serigala biru kecil itu.
“Apa masih ada lagi tumpahan tinta di sekitar sini?” Raph semakin penasaran melihat sekitar kali dan parit. Gabumon mencoba kembali mengendus bau tinta Yaamon, dan ternyata ia menemukan apa yang ia cari.
“Ada disana, di seberang jembatan kayu itu!” Balas Digimon serigala biru kecil tersebut sembari berlari melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu untuk menyeberangi kali kecil tersebut. Maka berlarilah mereka menyusul Gabumon menyeberangi jembatan itu. Sesaat kemudian, mereka menemukan tumpahan tinta setelah mereka menyeberangi jembatan kecil tadi. Langsung saja, Gabumon berlari mengikuti arah arus kali tersebut sesaat setelah mengendus tinta tersebut. Mereka terus berlari selama lebih dari seperempat jam, sampai akhirnya menemukan sungai yang mengarah ke air terjun. Sementara itu, di dalam goa yang besar di dekat air terjun...
“Hahaha! Kalian tidak akan bisa ke mana-mana lagi! Kalian akan kami serahkan ke bos kami pagi ini juga! Hahaha!” Pagumon tertawa dengan jahatnya kepada Tokomon dan Yaamon.
“Dan teman-teman kalian takkan bisa menemukan kalian di tempat ini, hehehe!” Gazimon mengejek mereka dengan senyum sinisnya.
“Mereka semua kami buat tertidur lelap, seperti orang yang kena obat bius! Khekhekhe!” Gekomon menambahkan dengan tawa liciknya.
“Bos pasti datang. Aku yakin itu!” Balas Yaamon dengan emosi sambil menyundul kandang yang mengurung mereka.
“Kiku juga pasti datang! Tidak mungkin ia tidak bangun!” Timpal Tokomon.
“Kalian ini bicara apa sih? Tadi kan Gekomon sudah bilang kalau mereka benar-benar terlelap. Hehehe!” Kata Pagumon dengan tawa jahatnya. Tanpa para Digimon jahat itu sadari, rupanya para tamer beserta para Digimon yang lain menunjukkan diri mereka setelah lama perjalanan. Raph memberikan tanda dengan tangannya supaya Tokomon dan Yaamon tidak bersuara. Bersamaan pula, Soma memanggil Killer Mantle dan Lightning Doll. Di saat itu, kedua soul itu berhasil menakut-nakuti Digimon jahat itu.
“Ha! Dia lupa kalau kita selalu punya back-up plan! Kalian kira semudah itu mengelabui kami?” Hardik Soma.
“Makanya, selalu siapkan rencana B. Weeeh!” Ejek Tailmon sambil menjulurkan lidahnya.
“Kurang ajar! Bagaimana bisa kalian bangun?! Seharusnya kalian masih terlelap!” Protes Gekomon.
“Kau lupa teman kami punya kemampuan memanggil roh? Roh yang ia panggil kali ini yang kalian tidak sangka-sangka!” Jawab Raph dengan percaya diri. Dengan cepat, Hyoga langsung memakai armor Cygnus yang ia bawa.
“Ayo kita serang mereka! Kiku, Kokichi, kalian selamatkan Digimon kalian. Kami akan alihkan perhatian mereka.” Kata remaja asal Rusia itu. Kedua tamer itu mengangguk dan mereka mencari celah supaya mereka tidak ketahuan oleh para Digimon jahat itu. Melihat para tamer bersiap untuk menyerang mereka, para Gekomon berdiri di depan kandang besi itu sampai membentuk posisi lingkaran. Sedangkan Pagumon dan Gazimon berdiri di depan Digimon katak hijau tersebut.
“Makan ini! Poison Bubble!” Para Pagumon menghujani lawannya dengan gelembung beracun, namun Raph, Hyoga, Musashi, Soma, serta beberapa tamer lainnya menghindar dengan lihai. Langsung saja, Agumon dan Gabumon membalas serangan dengan Pepper Breath dan Blue Blaster. Beberapa dari Pagumon itu kena hajar oleh tembakan api dari Digimon dinosaurus kuning juga Digimon serigala biru tersebut. Tak lupa, Tentomon, Biyomon, dan Coronamon pun ikut andil dengan menembakkan Super Shocker, Spiral Twister, serta Corona Flame. Maka sebagian kecil dari Digimon kecil berwarna biru muda itu pun kena hajar.
“Takkan kubiarkan! Electro Stun Blast!” Gazimon menembakkan tembakan listrik dari mulutnya ke Tentomon dan Biyomon, lalu mereka menghindar. Tak tinggal diam, para Gazimon yang lainnya juga ikut menembakkan tembakan listriknya ke arah Agumon, Gabumon, juga Digimon lainnya. Tapi mereka berhasil menghindari semua serangan tersebut. Langsung saja, Raph mengeluarkan kedua sainya dan menghajar 2 Pagumon, disusul oleh Hyoga yang melancarkan pukulannya, serta Musashi dengan Ogonkennya. Sedangkan Tailmon menghajar mereka dengan Lightning Paw dan Lightning Kick. Tak lupa pula, Mai dan Sakura melemparkan kipas dan kunai, sedangkan Palmon menggunakan cakar Poison Ivy.
Beberapa Pagumon dan Gazimon yang maju menyerang mereka ternyata dengan mudah dikalahkan. Kokichi dan Kiku pun diam-diam akhirnya sampai dengan Tokomon dan Yaamon. Sayangnya, mereka punya masalah baru yang harus mereka selesaikan.
“Aduh! Kunci kandangnya di mana sih? Kita tidak bisa mengeluarkan Yaamon dan Tokomon dengan seperti ini.” Keluh Kiku sambil berusaha mencari cara mengeluarkan Tokomon dari kandangnya. Berbeda dengan sang gadis berambut coklat dikepang itu, Kokichi ternyata memiliki keahlian membuka kunci dengan bantuan penjepit rambut atau penjempit kertas. Karena saat ini ia hanya memiliki penjempit rambut, ia menggunakan penjepit rambut itu dan berhasil mengeluarkan Yaamon.
“Bos! Aku tahu kau akan datang! Terimakasih!” Kata Yaamon dengan senang dan dibalas dengan tawa khas Kokichi. Lalu sang remaja berambut hitam keunguan itu menengok ke arah Kiku dan berjalan ke arahnya dan melakukan hal yang sama pada kurungan Tokomon. Lalu Tokomon keluar dan langsung memeluk Kiku.
“Terimakasih Kokichi, Kiku. Aku tahu kalian akan datang!” Sahut Tokomon.
“Iya, terimakasih Kokichi. Aku tidak tahu ternyata kau punya kemampuan pick-lock.” Tambah Kiku.
“Nishishi~ itu skill dasar seandainya aku diculik nanti oleh organisasi jahat lainnya. Itu diperlukan tahu!” Kata Kokichi sambil memeluk Yaamon.
“Ya sudah, sekarang fokus kita untuk menolong yang lainnya.” Kata Kiku dan langsung direspon dengan anggukan Kokichi. Keduanya langsung berlari menyusul teman-teman mereka yang sibuk bertarung.
“Takane-chan, tolong jaga aku ya.” Perintah Kokichi. Paham dengan permintaan sang pemimpin D.I.C.E itu, Kiku mengangguk dan langsung siap dengan posisi kuda-kuda siap bertarung ketika memulai pertandingan tinju, sementara Kokichi langsung membuat jebakan-jebakan kecil yang tentunya tidak disadari gerombolan Digimon jahat itu. Namun sayangnya, para digidestined beserta Digimon mereka juga tak menyadari, bahwa para Gekomon juga membuat perangkap yang mengecoh mereka dengan cara bersembunyi di lubang-lubang kecil yang telah digali oleh para Gazimon.
“Cih, semua Pagumon sudah kalah!” Umpat Gazimon, ditemani oleh 2 temannya di samping kiri dan kanannya.
“Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain dari itu. Ayo!” Tanpa menunda-nunda, ketiga Gazimon tersebut bersiul kencang tanda mereka memberi sinyal kepada para Gekomon. Para digidestined dan Digimon mereka pun heran melihatnya.
“Hm? Apa yang mereka lakukan?”
“Khekhekhe. Terimalah jurus pamungkas kami! Super melodic rhytmic Noisy Echooo!” Gekomon berteriak dari dalam lubang dengan keras sambil mengeluarkan lagu yang dia buat dengan menggunakan 3 lubang di ujung lidahnya, ditambah terompet yang melilit di tubuhnya. Bunyi lantunan lagu kali ini memiliki efek yang berbeda dari sebelumnya.
“Teman-teman, tutup telinga kalian! Lagu ini berbahaya, jangan sampai terdengar oleh kita!” Perintah Soma kepada kawan-kawannya, maka mereka menuruti kata-katanya. Secara serentak, para digidestined serta Digimon mereka menutup kedua telinga mereka masing-masing dengan kedua telapak tangan mereka.
“Percuma saja! Khekhekhe!” Ejek Gekomon sembari mengeraskan volume lagu yang dia buat. Benar saja, lantunan lagu itu perlahan-lahan “menyelinap” masuk ke dalam telinga mereka satu per satu.
“Urgh, aku tak sanggup menahannya. Melodinya kuat sekali.” Keluh Agumon sambil memejamkan matanya.
“Don’t give up, Agumon! You can overcome it!” Raph menyemangati Digimonnya yang berjuang untuk tidak mendengar lagu tersebut sambil melihat keadaanya.
“Lagu ini terlalu kuat untukku, seakan masuk ke dalam diriku.” Gabumon mengeluh dengan wajah murung dan memejamkan mata. Tak lama kemudian, mulailah terlihat reaksi aneh dari mereka semua. Mula-mula, Mai yang pertama berfantasi tentang Andy, yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Dia berhalusinasi dan melihat Zhao seolah-olah adalah Andy. Maka dia berlari menghampiri Zhao dan memeluknya.
“Andy, lama tak berjumpa! Aku sangat merindukanmu!” Respon dari teman-temannya yang lain? Mereka semua langsung sweatdrop, bahkan sampai jatuh terjungkal karena kaget melihatnya bertindak konyol seperti itu.
“Mu-Musashi, se-sepertinya Mai sudah kena pengaruh lagu dari Gekomon.” Ujar Tentomon sambil terbata-bata. Untuk sesaat, remaja berambut biru gondrong itu terdiam. Lalu dia menghampiri Tentomon dan berkata kepadanya sambil tersenyum,
“Tidak apa-apa, Tentomon. Lagu ini enak didengar, kau akan merasa santai, rileks. Jangan acuhkan itu, aku juga mau kau mendengarnya, karena aku peduli padamu.” Tentomon pun tak kuasa mendengar lagu Gekomon, sampai akhirnya dia berubah menjadi percaya diri dan mengajak tamernya bermain Suit.
“Ah, aku ingin sekali mengepakkan sayap dan terbang bebas ke langit biru. Lalalalala...” Biyomon mulai berjalan kesana kemari, melebarkan sayapnya sambil memejamkan matanya.
“Hihihi, aku ini Digimon bunga yang paling cantik yang pernah ada. Kuncup bungaku ini adalah yang terindah dari semua kuncup yang ada.” Palmon memegang wajahnya, kemudian kuncup bunga di kepalanya sambil senyum karena mengaguminya.
“Nah, kalau begitu kau adalah contoh tanaman yang bagus untuk kuperiksa. Ayo, duduk sebentar bersamaku.” Pinta Sakura kepada Digimonnya, lalu mereka berdua duduk berhadapan sambil tersenyum, kemudian gadis berambut pink itu memperhatikan kucup bunga di kepala Palmon.
“Maaf, kau ini siapa, ya? Apa aku mengenalmu? Lalu aku ini siapa? Kenapa aku ada disini” Zhao heran dengan Mai, dan dia pun seperti orang linglung yang hilang ingatan. Maka gadis berambut panjang berwarna coklat dan dikuncir itu merengek kepadanya.
“Aaah, masa lupa sih? Aku ini Mai, tunanganmu. Putri dari clan Shiranui yang akan menikahimu itu, lho. Dan kau, kau adalah Andy Bogard. Adik dari Terry Bogard, sekaligus seorang martial arts ternama. Coba ingat-ingat. Hm?” Jawab Mai sambil mencubit muka Zhao.
“Halo, sepertinya kalian mesra sekali, sih. Ih, gemes deh ngelihatnya. Aku Jadi malu-malu kucing ini.” Kise bertingkah seperti flamboyant boy, dan kemanyu melihat Mai dan Zhao.
“Hah, putri kau bilang? Berani sekali kau ngaku-ngaku dirimu putri. Disini tidak ada yang menyandang gelar putri selain aku, Hojo Hayakawa-dono.” Ungkap Hayakawa dengan angkuh sambil busung dada, layaknya seorang putri yang sok dan bossy.
“Kau ini, aku kan hanya bilang kalau aku adalah tunangan dari lelaki tampan ini. Memangnya salah?” Bantah Mai sembari menunjuk Zhao.
“Aku tidak menyalahkanmu karena dia, aku menyalahkanmu karena kau berani mengaku bahwa dirimu adalah seorang putri. Ayo cepat, minta maaf padaku!” Titah Hayakawa dengan tegas.
“Huh, tidak mau! Kau ini bisanya iri saja. Jangan-jangan, kau mau merenggut Andy dariku, ya?” Mai merengek, kesal melihat Hayakawa.
“Enak saja, aku tak peduli dengan tunanganmu itu! Aku hanya tak suka melihatmu bertingkah seperti putri, mengganggu status kedudukanku saja!” Bantah Hayakawa, lalu mereka berkelahi satu sama lain. Zhao hanya bisa menggaruk kepala melihat keduanya bertengkar, dan berkata,
“Aku tidak mengerti.” Lain halnya dengan Kise, dia langsung terbujur ketakutan melihat kedua gadis itu bertengkar hebat. Bahkan sampai menutup separuh wajahnya dengan kedua tangannya.
“Hiii, aku takut! Mereka seram sekali! Onee-chan, tolooong!”
Tak lama kemudian, Gomamon yang berada di sebelah tamernya mengantuk karena bosan. Tailmon berjalan mendekatinya, lalu menepuk punggungnya.
“Gomamon, daripada kau bosan tak karuan, lebih baik kau ikut mencari ikan bersamaku.” Ajak Digimon kucing putih itu.
“Males, ah. Aku benar-benar bosan hari ini. Lebih baik, aku tidur saja disini. Kau pergi sendiri saja, Tailmon.
“Aaah, ayolah temani aku mencari ikan. Tak ada yang mau menemaniku, nih. Ayolah, Gomamon” Rengek Digimon kucing putih tersebut. Sayangnya, Gomamon hanya mencuekinya sambil rebahan.
“Bagaimana kalau aku saja? Akan kutemani kau ke tempat yang paling kau sukai, Tailmon.” Coronamon mengulurkan tangannya kepada Tailmon, dengan gaya romantis.
“Wah, kau mau menemaniku? Terima kasih, Coronamon.” Digimon kucing putih itu terpukau melihat Digimon kucing api tersebut, sehingga dia memegang tangannya sembari saling menatap dengan senyum kagum.
“Tailmon, apa-apaan kau? Kenapa kau jadi bermesra dengan Coronamon seperti itu?” Lunamon marah melihat keduanya.
“Lho, dia kan mau menemaniku pergi ke tempat yang aku suka. Memangnya tidak boleh?” Tanya Tailmon sambil tolak punggung.
“Jelas tidak boleh, aku ini kan pasangannya, bukan kau. Jadi kau tak berhak berduaan dengannya!” Balas Lunamon sambil tolak punggung juga.
“Hei-hei, tunggu dulu! Kalian berdua jangan bertengkar seperti ini, bikin malu saja.” Coronamon berusaha melerai kedua Digimon itu, dia menahan mereka dengan kedua tangannya. Tapi yang terjadi selanjutnya adalah mereka saling tarik-menarik tangan Digimon kucing api itu dengan kuat.
“Ayo ikut aku mencari ikan!”
“Tidak! Kita pulang saja!”
“Uwaaa, jangan tarik tangankuuu! Nanti bisa putus ini!”
Di lain situasi, Raph terdiam dan melihat Agumonnya yang kali ini sedang berkelahi dengan Gabumon dan tentu saja ini tanpa alasan yang jelas sama sekali.
“A-Agumon! Kau kenapa sih?!” Raph menarik Digimonnya menjauh dari Digimon serigala biru itu.
“GAAAH! LEPASKAN AKU RAPH!” Titah Agumon dengan agresif dan terlihat sekali ia masih mengayunkan kedua tangannya dengan sangat agresif, menandakan Digimon dinosaurus kecil itu ingin menyerang Gabumon dengan beringas.
“H-Hieee! Jangan pukul aku, Agumon...!” Kata Digimon serigala biru itu sambil jongkok meringkuk dan menangis ketakutan.
“Agumon, tenanglah! Memangnya Gabumon melakukan apa sampai kau sejengkel itu?” Tanya Raph dengan tenang sambil menepuk kepala Agumon supaya lebih tenang. Tanpa diduga, Hyoga pun maju dengan langkah percaya diri di depan Digimonnya dan menunjuk remaja berambut merah itu.
“Digimonmu yang mulai duluan! Gabumon kan tidak salah!” Sahut remaja asal Rusia itu dengan nada geram. Raph pun menggunakan isyarat dengan tangannya, meminta Hyoga untuk tenang.
“Hyoga, tenang dulu. Kita bisa selesaikan ini baik-baik tanpa harus berkelahi kan?” Katanya dengan gugup.
“Enak saja, bagaimana bisa aku tenang melihat tingkah Agumon yang seperti itu pada Gabumon? Rasakan ini!” Hyoga melayangkan tinjunya dengan telak ke Raph, maka remaja berambut merah itu pingsan. Hal yang sama pun dilakukan oleh remaja berambut kuning gondrong itu kepada Digimon dinosaurus kuning tersebut. “Maafkan aku, Raph, Agumon. Tapi ini demi kalian juga.” Gumamnya dalam hati.
“Huaaa, terima kasih, Hyoga.” Balas Gabumon sambil menangis tersedu-sedu karena masih ketakutan mengingat kelakuan Agumon kepadanya. Lalu tamernya mengangguk kepadanya. Sementara itu, Tokomon menjahili Yaamon dengan mengejarnya sambil membuka rahangnya lebar-lebar dan berusaha menggigitnya.
“Uwaaa! Jangan makan aku, Tokomon! Aku cuma sepotong daging yang kadaluarsa!” Seru Yaamon sambil lari terbirit-birit.
“Grahahaha! Aku akan memakan, mengunyahmu sampai lumat!” Teriak Tokomon.
“Ayo, Tokomon! Tangkap dan makan dia! Supaya kau bisa cepat digivolve!” Titah Kiku dengan semangat kepada Digimonnya.
“Jangan begitu dong, Takane-chan. Tolong hentikan Tokomon sebelum dia memakan Yaamon.” Kokichi memohon kepada Kiku, tapi gadis berambut cokelat kepang 2 itu tak menggubrisnya.
Sewaktu tarik-menarik antara Tailmon dan Lunamon masih berlanjut, Coronamon menangis karena kesakitan dan memohon kepada Soma.
“Soma, tolong aku! Nanti tanganku bisa beneran putus ini!”
“Uh, tak mau! Aku takkan berhenti menarikmu sampai kau ikut denganku!” Sentak Tailmon.
“Apa? Aku juga tak rela kalau kau pergi dengannya! Ayo, ikut aku saja!” Titah Lunamon.
“Maaf, Coronamon. Aku tak bisa menolongmu. Rasanya tak adil jika kau ikut hanya dengan salah 1 dari mereka.
“Jadi, apa yang harus kami lakukan?” Tanya Tailmon dan Lunamon sembari berhenti menarik kedua tangan Coronamon dan menoleh ke pemuda berambut putih itu. Untuk sesaat, Digimon kucing api itu bisa bernafas lega. Akan tetapi...
“Hm, mungkin lebih baik kalian bagi 2 saja dia. Biar masing-masing dapat 1.”
“Ide bagus! Ayo ikut kami, Coronamon!”
“UWAAA! KENAPA KAU BERKATA BEGITU, SOMAAA? TEGANYA KAU KEPADA DIGIMONMU INI!” Coronamon menjerit semakin kencang dari biasanya, karena Tailmon dan Lunamon semakin kuat menarik kedua tangannya. Di lain pihak, Gekomon dan Gazimon tertawa terbahak-bahak sambil mengejek para digidestined beserta Digimon mereka, bahkan sampai bertoast ria.
“Khekhekhe! Rasakan! Itulah akibatnya jika kalian berani melawan kami, khekhekhe!”
“Kami hanya tinggal menunggu sampai kalian lelah, setelahnya baru kami habisi kalian! Hehehe!”
“Tidak semudah itu!” Bantah Hyoga dengan suara lantang.
“K-kau! Bagaimana bisa kau tidak kena pengaruh laguku?!” Gekomon terkejut setengah mati melihat remaja berambut kuning gondrong itu.
“Heh, sudah kuduga kalian tak menyadarinya. Aku telah membekukan kedua telingaku dengan sedikit es sesaat sebelum lagumu terdengar olehku. Supaya tak terlihat mencolok, pada saat Agumon dan Gabumon bertengkar, aku pura-pura marah lalu kupukul Raph dan Agumon sampai pingsan.” Selesai dia berkata-kata, es yang membekukan kedua telinganya pecah. Otomatis, para Gekomon dan Gazimon kembali terkejut melihatnya.
“Jadi selama itu pula kau bersandiwara seolah-olah kau masih terkena efek lagu kami?” Tanya Gekomon dengan kesal.
“Iya, benar sekali.” Jawab Hyoga dengan tenang dan percaya diri.
“Kurang ajar! Rasakan ini! Electric Stun Blast!” Umpat Gazimon sembari menembakkan tembakan berwarna biru. Hyoga menghindar lalu memberi instruksi kepada Killer Mantle agar menakut-nakuti para Gazimon dan Gekomon, kemudian dia juga memberi instruksi kepada Lightning Doll untuk menyadarkan digidestined yang lain juga Digimon mereka dengan sengatan listrik. Dalam sekejap, mereka semua sadar kembali setelah terkena sengatan listrik dari Lightning Doll. Termasuk Raph dan Agumon yang pingsan.
“Apa?! Mereka semua telah pulih?! Sial!” Umpat Gazimon.
“Kalau begitu, kita harus serang lagi dengan lagu kita!” Usul Gekomon. Namun sayang, Soma menggagalkan usaha mereka dengan berkata,
“Takkan kubiarkan! Kemarilah, Siren!” Pemuda berambut putih itu mengeluarkan roh lainnya yang berwujud wanita berambut panjang warna hijau, yang mempunyai sayap dan cakar burung elang seperti Harpy. “Siren, serang mereka dengan suara merdumu!” Sesaat kemudian, Siren mengeluarkan suara merdunya, lalu para Gekomon dan Gazimon terkena efeknya secara perlahan, bahkan mereka tidak jadi menyerang para digidestined dan Digimon mereka.
“That’s great! Sekarang saatnya. Agumon, berubahlah!” Perintah Raph dengan suara lantang.
“Gabumon, kau juga!” Titah Hyoga dengan tegas, lalu berubahlah kedua Digimon tersebut. Tanpa menunggu waktu lama, Greymon dan Garurumon menembakkan Nova Blast dan Howling Blaster ke arah para Gekomon dan Gazimon. Para Digimon jahat itu langsung kalah setelah kena hajar tembakan api dari Greymon dan Garurumon. Tapi, apakah mereka benar-benar berhasil mengalahkan semua musuh mereka? Sayangnya, belum semuanya. Karena dibalik kemenangan mereka, tiba-tiba saja ada sekumpulan benang misterius yang muncul dari atas goa tempat mereka berada. Parahnya lagi, sekumpulan benang itu mengikat Raph dan Hyoga lalu mereka ditarik keatas. Pada saat itu pula, muncul sosok laba-laba raksasa berwarna merah bercampur kuning, matanya 6 kecil-kecil, dan berkaki 8. Laba-laba raksasa itu turun dari atas langit-langit goa dengan mengeluarkan benang dari ekornya. Langsung saja, Kise mengambil Data Analyzer untuk mengetahui sosok makhluk tersebut. Begini keterangan tentang laba-laba raksasa itu,
“Dokugumon, atribut virus, adalah Digimon laba-laba jaring raksasa kelas champion yang tubuhnya telah dihinggapi oleh virus komputer. Virus inilah yang membuat tubuhnya mengandung racun. Jaringnya sangat kuat sehingga dia bisa menjerat Digimon kelas champion, bahkan yang besar sekalipun. Senjata pamungkasnya adalah Spider Machine Gun, Poison Cobweeb, Poison Sting dan Poison Thread.”
Mai langsung menjerit ketakutan dan sembunyi di belakang Zhao dan itu tentu membuat sang remaja asal Tiongkok itu kebingungan.
“KYAAAA! LABA-LABA!!” Jeritnya ketakutan.
“Itu cuma laba-laba, Mai. Tidak ada yang menakutkan dari itu.” Kata Gomamon dengan sweatdrop di kepalanya.
“Mai takut laba-laba... bisa jadi itu juga phobianya.” Kata Biyomon sambil menghela nafas berat.
“Anggap saja seperti Kise-chan dengan cacing.” Kata Kokichi sedikit mengejek.
“IH! Di saat seperti ini, kau masih saja bisa menyindir orang!” Protes Tailmon.
“Uhm... Walau aku benci dengan pernyataan itu, tapi Oumacchi benar, Tailmoncchi. Ingat yang waktu itu kita ingin menyelamatkan Simacchi dan Cruzcchi? Aku takut masuk goa karena alasan cacing juga.” Balas Kise sambil senyum dengan sweatdrop.
Sementara dua remaja yang terikat jaring laba-laba itu berusaha melepaskan diri dari jeratan jaring milik Dokugumon.
“Bugs.... I hate bugs...” Keluh Raph.
“Raph, pertama... laba-laba tidak masuk golongan serangga, yang kedua... semakin kau meronta, semakin ia yakin nanti kau cepat lelah.” Kata Hyoga. Ia memang tidak meronta seperti Raph, namun ia menggunakan cosmonya untuk membekukan jaring Dokugumon dan perlahan-lahan, es itu memenuhi jaring yang mengikat remaja asal Rusia itu.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Raph bingung.
“Aku coba melepaskan diri tanpa harus meronta.” Jawab Hyoga dan ia dengan mudah melepaskan diri dari jaring itu. Ia pun membantu Raph melepaskan diri dengan teknik yang sama, yang berbeda adalah Hyoga sendiri yang memecahkan jaring yang terkena esnya mengingat Raph pasti tidak mampu memecahkan es yang ia buat itu. Sang remaja asal Amerika itu berterimakasih pada ksatria berarmor Cygnus itu. Tak lama kemudian, Greymon dan Garurumon menembakkan Nova Blast dan Howling Blaster. Digimon laba-laba raksasa itu menghindari kedua tembakan api tersebut, kemudian menjerat Greymon dan Garurumon dengan jaringnya, tentunya dengan jaring yang lebih tebal dan kuat berhubung badan Greymon dan Garurumon besar.
“Urgh!” Keluh kedua Digimon tersebut, lalu Dokugumon menarik mereka ke atas goa.
“Greymon, Garurumon!” Kedua tamer mereka terkejut dan berusaha menolong mereka. Pada saat Hyoga hampir menembakkan Diamond Dust ke arah Dokugumon, Digimon laba-laba raksasa itu memanggil para laba-laba kecil yang bentuknya sangat mirip dengan dirinya.
“Ayo, anak-anak! Kini giliran kalian menyerbu musuh! Spider Machine Gun!” Perintah Dokugumon kepada para laba-laba kecil tersebut. Medengar perintah induknya, mereka pun langsung turun ke arah para digidestined juga Digimon mereka.
“KYAAA!!! LABA-LABA DISANA-SINI!!! AKU TAKUUUT!!!” Mai menjerit ketakutan melihat semua laba-laba kecil itu.
“Itu gerombolan Dokugumon kecil!” Ujar Tentomon.
“Sial! Jumlah mereka banyak sekali!” Umpat Gomamon.
“Bos, arahkan digivicemu padaku!” Ujar Yaamon kepada Kokichi.
“Kau yakin soal ini, Yaamon?” Tanya sang remaja berambut hitam keunguan itu dengan ragu. Digimonnya merespon langsung dengan sekali anggukan. Maka sang tamer mengikuti instruksinya dan berevolusilah dia menjadi Impmon. Tak mau menunda waktu, Impmon langsung menembak Bada Boom ke salah 1 dari Dokugumon kecil tersebut, diikuti oleh Tokomon yang menembakkan Frothy Spit ke arah Digimon laba-laba kecil itu.
“Tak bisa dibiarkan! Kita harus menghajar mereka!” Seru Musashi sambil mengeluarkan Ogonken, lalu dia maju bersama Tentomon dengan menembakkan Hiryu Ao Ken dan Super Shocker, disusul oleh teman-temannya yang juga ikut maju. Tak terkecuali Mai, walaupun dia ketakutan setengah mati melihat gerombolan Dokugumon kecil itu. Dengan gemetar, dia melempar kipasnya, bahkan sampai mengeluarkan jurus tabrakan apinya sambil berteriak ketakutan. Saat dia menghajar beberapa Digimon laba-laba kecil itu, datanglah seekor laba-laba kecil yang hinggap tepat di bahu kanannya. Laba-laba itu berbisik kepadanya,
“Aku akan menggigitmu, dan menyuntikkan racunku padamu. Nona sexy!”
“KYAAA!!! TIIIDAAAK!!!” Mai berteriak histeris sampai menangis ketakutan. Mulutnya komat-kamit, wajahnya pucat. Tapi itu hanya berlangsung sesaat, tatkala Raph mengayunkan Sainya ke laba- laba kecil itu.
“Are you okay, Mai?” Tanya remaja berambut merah itu.
“Fiuh, untung ada kau, Raph. Kalau tidak, aku pasti sudah pingsan. Terimakasih ya.”Jawab gadis berbaju merah berambut kuncir ekor kuda itu. Lalu Raph mengangguk. Selanjutnya, Mai mengarahkan digivicenya ke Biyomon dan berkata, “Sisanya kuserahkan padamu, Biyomon!” Kemudian digimon burung pink itu berevolusi menjadi Birdramon. Tak mau tamernya pingsan oleh ulah para Dokugumon kecil serta induknya, Birdramon langsung menembakkan Meteor Wing. Tanpa menunda kesempatan, Tentomon, Palmon, Gomamon, Coronamon, dan Lunamon juga berevolusi dan menghajar para Digimon laba-laba kecil itu dengan jurus mereka masing-masing.
“Garurumon, Greymon, bertahanlah! Kami akan menolong kalian!” Hyoga berteriak sambil mendongakkan kepalanya, namun Dokugumon langsung menembakkan Poison Sting ke arah remaja Rusia berambut kuning tersebut, juga kepada teman-temannya. Mereka semua menghindar. Di saat yang bersamaan, Dokugumon kembali memanggil para laba-laba kecil untuk menyerbu semua musuhnya. Tapi para Digimon langsung menghujani mereka dengan serangan masing-masing.
“Sial! Kuat juga kalian bisa mengalahkan para Dokugumon kecilku.” Umpat Digimon laba-laba raksasa berwarna merah kekuningan itu.
“Kau sudah terkepung, Dokugumon! Serahkan Greymon dan Garurumon sekarang juga!” Titah Raph dengan keras.
“Huh, baru bisa mengalahkan anak-anakku saja sudah sombong. Takkan kuserahkan mereka sebelum kau mengalahkanku!” Balas Digimon laba-laba raksasa berwarna merah kekuningan itu.
“Kalau begitu, rasakan ini! Diamond Dust!” Hyoga menembakkan esnya ke musuhnya, namun Dokugumon menepis dengan menembakkan Poison Sting dan Poison Thread. Duri dan jaring beracun itu membeku terkena es remaja Rusia berambut kuning tersebut, lalu jatuh ke tanah. Hyoga menghindar beberapa detik sebelum duri dan jaring yang membeku itu menghantam tanah. Beberapa saat setelah itu, Togemon, Ikkakumon, Tailmon, Impmon, dan Lekismon mengeluarkan Needle Spray, Harpoon Torpedo, Cat Laser, Infernal funnel, dan Tear Arrow. Sayangnya, semua serangan mereka ditepis oleh jaring Dokugumon yang dia rajut hingga membentuk gumpalan benang sebagai perisai. Tak kehabisan akal, Kabuterimon menembakkan Electro Shocker, disusul oleh Firamon yang menembakkan Fira Bomb. Namun Dokugumon kembali membuat perisai buatan dari benang rajutannya lalu menangkis tembakan listrik dan api tersebut.
“Poison Threat!” Digimon laba-laba raksasa berwarna merah kekuningan itu menembakkan jaringnya ke arah para Digimon dengan kekuatan penuh. Lalu, Dokugumon menjerat Togemon, Ikkakumon, dan Lekismon. Kabuterimon, Birdramon, dan Firamon terbang menghindari tembakan jaring tersebut, sedangkan Impmon dan Tailmon melompat dengan lihainya, dan Tokomon beruntung sekali karena ia aman berada di pangkuan Kiku. Ketiga Digimon yang barusan dijerat ditarik keatas oleh Dokugumon. Digimon laba-laba raksasa berwarna merah kekuningan itu meletakkan mereka bertiga berdekatan dengan Greymon dan Garurumon. “Hehehe! Sekarang kalian milikku! Rasakan ini! Poison Cobweb!” Dokugumon menyemburkan racun dari mulutnya, kemudian racun itu hinggap di tubuh kelima Digimon yang dijerat olehnya.
“ARGH!” Keluh Greymon, Garurumon, dan ketiga kawan mereka karena terkena semburan racun. Walaupun begitu, kelima Digimon tersebut belum ditarik oleh Digimon laba-laba raksasa itu ke dalam sarangnya karena dia ingin melumpuhkan semua lawannya terlebih dahulu sebelum mereka ditarik ke dalam sarangnya. “Hehehe! Kalian berdua akan menjadi mangsaku yang pertama!” Ujar Dokugumon seraya menatap ke Greymon dan Garurumon dengan tatapan seperti pemangsa.
“Greymon! Sial! Apa tak ada cara untuk menolong mereka?” Tanya Raph dengan kesal.
“Bagaimana kalau kita tembak Dokugumon dari bawah secara serentak?” Usul Mai, namun usul itu disanggah oleh Musashi.
“Hmph, percuma. Dia pasti akan menangkis semua tembakan kita seperti tadi.” Jawab Musashi dengan datar.
“Kalau begitu, bagaimana caranya?” Hayakawa bertanya dengan wajah heran.
“Kunaiku juga takkan berpengaruh kepadanya, sial!” Umpat Sakura.
“Kalaupun kutembak dengan apiku, dia pasti akan menepisnya kembali dengan jaringnya.” Keluh Firamon sambil menggigit bibirnya.
“Jaring? Tunggu dulu. Ya, itu dia! Jaring!” Gumam Soma.
“Ada apa, Soma?” Tanya teman-temannya.
“Hyoga, apa kau bisa mengeluarkan esmu secara diam-diam?” Tanya pemuda Rumania berambut putih itu.
“Bisa, tapi itu akan sia-sia jika kugunakan.” Jawab remaja Rusia berambut kuning gondrong itu.
“Tidak akan sia-sia jika kau mendengarkan usulku. Begini, pssst...” Soma membisikkan idenya ke Hyoga. Maka mereka berdua sepakat dengan kedua ide tadi. Hyoga pun mengangguk. Lalu ia berbalik membisikkan sesuatu ke Soma.
“Aku mengerti, tapi aku ada ide tambahan. Aku yakin ini bisa membantu membuat rencanamu semakin berhasil.” Bisiknya. Soma pun paham apa yang Hyoga maksud. Lalu ia segera menghampiri Kokichi dan menyampaikan idenya pada sang pemimpin D.I.C.E itu.
“Kau yakin akan hal ini, Cruz-chan?” Tanyanya ragu.
“Aku yakin.” Soma mengangguk dengan yakin.
“Aku tak mau dia mengerjakan sendiri. Aku akan ikut.” Timpal Sakura.
“Aku juga ikut ssu.” Tambah Kise.
“Waaah~ Asistenku jadi banyak!” Sahut Kokichi dengan senang yang justru membuat Kise menggembungkan pipinya. Sebelum pertikaian terjadi lagi, Sakura langsung menjewer telinga mereka berdua. Keduanya mengeluh kesakitan sampai sang kunoichi berambut pink itu melepaskan jewerannya.
“Aduh... sakit sekali, Harunocchi.” Protes Kise sambil merengek.
“Sudah cepat, laksanakan rencana kalian!” Kata Soma sambil memberi isyarat agar mereka lekas bergerak. Ketiga tamer itu secara mengendap-endap berjalan di belakang Dokugumon. Mereka ternyata membuat lubang jebakan yang dikhususkan untuk menjerat Digimon laba-laba itu sesuai dengan rencana Soma. Dengan peralatan ninja yang Sakura punya, lubang jebakan itu selesai dengan cepat. Tidak hanya itu, Kokichi menginstruksikan kepada Sakura untuk membuat jerat berupa benang tak terlihat dan kertas peledak, sehingga membuat lubangnya semakin besar.
“Terus aku jadi apa? Dari tadi aku meminta keterlibatan, tapi kau tidak kasih.” Tanya Kise dengan penasaran dan sedikit gusar. Pipinya pun menggembung dengan kesal.
“Oh, soal itu. Kau jadi umpan ya.” Jawab Kokichi sambil mengedipkan sebelah matanya. Hening mengisi situasi itu... dan seandainya Sakura tidak cepat menutup mulut Kise, sang remaja berambut kuning pendek itu sudah pasti akan teriak tidak terima yang akan menghancurkan rencana besar Soma.
“Ssst, Jangan teriak! Nanti bisa ketahuan oleh Dokugumon.” Protes Sakura dengan bisikan tegas sampai membuat Kise mengangguk cepat karena takut. Akhirnya sang gadis berambut pink itu melepaskan tangan dari mulutnya. “Bagus lah. Kalau begitu kami berdua akan kembali. Usahakan ikuti rencana yang Kokichi buat ya. Aku minta bantuannya ya, Ryouta!” Kata Sakura. Kise pun senyum dengan sumringah.
“Baiklah!” Sahutnya. Kokichi dan Sakura perlahan-lahan kembali ke rombongan dengan mengendap-endap melewati Dokugumon. Sementara itu, Kise berteriak memanggil Digimon laba-laba itu dengan keras.
“HEI! APA KAU LAPAR? COBA MAKAN AKU, DOKUGUMON!!” Teriak remaja asal SMP Teiko itu. Sontak itu membuat para tamer, selain Sakura dan Kokichi, dan para Digimon terkejut.
“Bos! Bos mengidekan apa sih?!” Impmon bertanya dengan panik.
“Ryouta bisa terbunuh kalau begitu!!” Timpal Tailmon sambil merengek.
“Tenang, Kise-chan, Haruno-chan, dan aku sudah membicarakan ini. Semua akan cocok untuk rencananya Cruz-chan.” Kata Kokichi dengan percaya diri.
“Tapi INI bukan bagian dari rencanaku!” Protes Soma. Sang remaja berambut hitam keunguan itu mengisyarakatkan sang pemuda asal Rumania itu untuk diam.
“Lebih baik kita percayakan rencananya Kokichi terlebih dahulu. Aku yakin ini bisa membantu rencana Soma-san.” Kata Hayakawa berusaha menenangkan.
“Hahaha! Ternyata ada yang mau menjadi “sukarelawan” untukku, ya? Baiklah kalau begitu, AKU DATAAANG!” Seru Dokugumon dengan cepat menuju ke arah Kise.
“UWAAA! Sial! Cepat juga dia!” Kise berlari sambil terkejut setengah mati, berusaha memancing Dokugumon ke lubang jebakan yang sudah dipasang oleh dirinya, Kokichi, dan Sakura. Saat Digimon laba-laba raksasa itu hampir menerkam remaja SMP Teiko berambut kuning itu, gadis berambut pink tersebut menarik benang perangkap yang dipasangnya sehingga benang itu mengikat Dokugumon dengan kencang.
“Hm? Apa ini? Kalian pikir bisa mengikatku dengan perangkap seperti ini?!” Ejek Dokugumon.
“Benang itu berfungsi hanya untuk menahanmu sementara waktu.” Balas Sakura, lalu Kokichi menyalakan korek dan melemparkannya ke lubang jebakan. Ternyata, selain kertas peledak, ada petasan yang berdaya ledak tinggi disana.
“Selamat menikmati.” Sahut Kokichi dengan senyum tipis dan kedipan mata sebelah.
“SIAAAAAL!!!” Dokugumon mengutuk keras usaha mereka dan, Booom! Meledaklah petasan dan kertas peledak tersebut membakar tubuh Digimon laba-laba raksasa itu, bahkan goa pun sempat berguncang akibat ledakan tersebut. Asap keluar dari lubang jebakan tersebut, dan mereka dengan pedenya menyangka bahwa Dokugumon sudah kalah. Tak menunggu waktu lama, Soma menyuruh Killer Mantel untuk menolong Greymon, Garurumon, Togemon, Ikkakumon, dan Lekismon yang terjerat di atas dinding goa. Roh jubah coklat itu mengeluarkan pisau belati dan terbang dengan cepat, lalu memotong jaring yang menjerat kelima Digimon tersebut. Ketika mereka berlima jatuh ke darat, masing-masing dari tamer mereka menghampiri mereka. Tapi tanpa mereka sadari, Digimon laba-laba raksasa itu masih hidup dengan luka bakar di tubuhnya. Dia mengeluarkan benang dari ekornya, dan naik ke atas secara perlahan-lahan. “SIAL, SIAL!!!” Umpat Dokugumon.
“Hm? Ternyata kau masih hidup!” Greymon berdecak kaget setelah menoleh ke Digimon laba-laba raksasa itu.
“Tentu saja. Petasan seperti itu... tidak akan bisa mengalahkanku begitu saja. Walaupun aku kena luka bakar yang hebat, tapi, tapi...” Sahut Dokugumon dengan nafas tersengal-sengal. “ITU TAKKAN CUKUP UNTUK MEMBUNUHKU! SPIDER MACHINE GUN!!!” Sambungnya dengan murka, lalu dia memanggil para Dokugumon kecil kembali dengan tenaga penuh. Alhasil, gerombolan laba-laba kecil itu jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya dan turun dari langit-langit goa dengan cepat sekali. Otomatis, Greymon menembakkan Nova Blast ke arah gerombolan Dokugumon kecil tersebut, diikuti oleh serangan dari teman-temannya. Bahkan beberapa dari Digimon laba-laba kecil itu terkena jebakan-jebakan kecil yang dibuat oleh Kokichi. Tak berhenti sampai disitu, Dokugumon mengeluarkan Poison Sting serta Poison Thread. Namun para Digidestined juga Digimon mereka berhasil menghindar. Di tengah-tengah pertarungan yang semakin memanas, ternyata dinding goa berguncang dengan hebat sampai beberapa stalaktik jatuh. Pada saat itu pula, Dokugumon menoleh ke arah Kokichi dan berkata, “Anak nakal sepertimu harus diberi pelajaran! Rasakan ini! Poison Cobweb!!” Digimon laba-laba raksasa itu menyemburkan racun dari mulutnya ke Kokichi, sehingga remaja berambut hitam keunguan itu lemas seketika.
“URGH!” Keluh Kokichi sambil kesakitan.
“Bos, bertahanlah! Aku akan segera menolongmu!” Teriak Impmon dari jauh sembari berlari menghampiri tamernya.
“Kau akan kumakan sekarang juga! GRAAA!!!” Dokugumon membuka mulutnya lebar-lebar dan terjun bebas.
“BOOOS!!!” Tiba-tiba saja, tubuh Impmon bersinar, begitu pula dengan Digivice milik Kokichi dan akhirnya dia berhasil berevolusi. Semua yang menyaksikan itu pun takjub karena akhirnya Impmon berevolusi ke evolusi yang seharusnya. Kise langsung mengeluarkan Data Analyzer dan beginilah informasi yang didapat mengenai perubahan Impmon,
“Wizardmon, atribut data, adalah Digimon penyihir kelas champion yang muncul dari dimensi lain Dunia Digital. Di tempat asalnya, dia menguasai sihir api dan tanah, dan dia masih terus melatih dirinya untuk menjadi penyihir yang hebat di dunia Digital. Walaupun dia suka bercanda, dia tak pernah menunjukkan wajah aslinya yang tertutup oleh jubahnya. Senjata pemungkasnya adalah Electro Squall, Magical Game, Vision of Terror,Thunder Bomb, dan Magic Heal.”
“Takkan kubiarkan kau memakan Bos! Terima ini! Electro Squall!” Wizardmon mengalirkan listrik dari tongkatnya, dan menyetrum Dokugumon.
“URGH! DASAR BOCAH NAKAL!!! POISON THREAD!!!” Dokugumon marah besar, dan dia mengeluarkan jaringnya ke atas langit-langit goa, tepatnya pada beberapa stalaktit. Setelah mengikat benangnya pada stalaktit-stalaktit tersebut, dia menariknya dengan kedua kaki depan juga mulutnya, lalu menggunakan stalaktit-stalaktit itu untuk menghantam para digidestined juga Digimon mereka. Dengan hati-hati, para digidestined serta Digimon mereka semua menghindari stalaktit yang dijatuhkan oleh Dokugumon. Di saat yang bersamaan, Killer Mantle memotong benang yang menempel pada ekor Digimon laba-laba raksasa itu, sehingga jatuhlah dia. “KURANG AJAAAR!!!”
“Ayo, kita serang dia!” Timpal Garurumon, lalu dia menerkam Dokugumon bersama Greymon. Dengan gencar, mereka beradu serangan cukup lama. Kemudian, mereka menemukan celah untuk menyerang Digimon laba-laba raksasa tersebut dan menghajarnya habis-habisan. Lalu menghabisinya dengan Nova Blast dan Howling Blaster.
“UWAAAAARGH!!! TUAN ETEMOOOOON!!!” Tubuh Dokugumon terbakar habis sampai tak tersisa. Tak lama kemudian, semua Digimon kelas champion (kecuali Tailmon dan Wizardmon) kembali ke wujud rookie mereka masing-masing karena kelelahan. Terutama Agumon, Gabumon, Palmon, Gomamon, dan Lunamon yang terkena racun dari Dokugumon. Tamer mereka masing-masing mendekati Digimon mereka dan sayangnya, mereka tak memiliki cara untuk menyembuhkan racun dari tubuh Digimon mereka.
“Bawa mereka padaku.” Perintah Wizardmon dengan tenang, lalu kelima digidestined menurutinya. Setelah kelimanya dibawa ke dekat Wizardmon, dia memejamkan matanya dan kedua tangannya membuat gerakan aneh sambil membaca mantera dalam hati. Tak lama kemudian, dia membuka matanya, lalu mengarahkan tangannya ke arah kelima Digimon tersebut. Dimulai dari Agumon, Gabumon, Palmon, Gomamon, dan terakhir Lunamon. Lalu muncul sinar berwarna hijau pada tubuh kelima Digimon tersebut. Ajaibnya, kelima Digimon tersebut langsung sembuh dari racun Dokugumon. Hal yang sama pun dilakukan olehnya kepada tamernya. Kokichi menatap Digimonnya yang telah berevolusi itu dengan kagum. Ia tak menyangka bahwa Wizardmon yang saat ini di hadapannya adalah evolusi dari Impmon yang sesungguhnya. Ia memeluk Wizardmon dengan erat.
“Terimakasih banyak, Wizardmon.” Kata Kokichi dengan bangga.
“Seharusnya aku yang berterimakasih padamu, bos. Kalau bukan karena jebakan dari bos, kita tidak bisa mengalahkan Dokugumon.” Kata Wizardmon.
“Nishishi, itu sebenarnya ide dari Cruz-chan.” Sahut tamernya sambil mengangkat jempolnya ke atas ke hadapan Soma. Beberapa saat setelah itu, dinding goa kembali berguncang dengan hebat. Sampai beberapa dinding goa retak lebar.
“Sepertinya goa ini akan runtuh.” Kata Tentomon.
“Itu pasti karena pertarungan dahsyat kita tadi!” Sahut Agumon.
“Ayo cepat, kita harus tinggalkan goa ini!” Timpal Gabumon, maka mereka semua berlari meninggalkan goa tersebut.
Sesaat mereka berhasil keluar dari goa itu, para Digidestined menghela nafas mereka dengan lega. Tak lama kemudian, badan Wizardmon pun menyusut kembali ke Impmon. Setidaknya, sekarang ini mereka berhasil keluar dengan kondisi baik-baik saja. Ketika di luar, mereka mulai membicarakan kenapa Dokugumon menyerang mereka secara mendadak, namun Kiku justru memikirkan hal yang lain.
“Kiku, apa yang kau pikirkan?” Tanya Tokomon penasaran.
“Itu... soal kata-kata terakhir Dokugumon. Ia meneriakkan ‘Tuan Etemon’. Siapa dia itu sebenarnya dan apa tujuannya ia menyerang kita ya?” Kiku pun memeluk Tokomon dengan erat karena ia khawatir.
“Benar juga. Aku tadi sempat mendengarnya.” Hayakawa mengangguk.
“Pengecut juga Etemon itu! Kenapa dia harus mengirim bawahan untuk menyerang kita?” Kata Raph dengan emosi.
“Aku yakin dia tidak mau mengotori tangannya. Kau tahu, mungkin dia tipe petarung strategis.” Kata Zhao dengan mantap.
“Kenapa kau berkesimpulan seperti itu?” Tanya Gomamon.
“Mudah saja. Bandingkan saja cara Raph bertarung dengan Putri Klan Yasha.” Jawab Zhao. Tentu ini sangat menyinggung perasaan Musashi. “Bukan untuk menyindirmu, Musashi. Tapi ini untuk analogi saja kenapa Etemon tidak maju langsung berhadapan dengan kita.” Sambungnya.
“Baiklah. Terserah padamu saja selama itu tidak membuatku emosi lagi.” Kata remaja berambut biru itu.
“Ah! Aku mengerti maksudmu Zhao. Jika itu Raph, dia langsung menyerang saja tanpa strategi apapun dan lebih baik dia bertarung satu lawan satu secara tatap muka, beda dengan Yasha hime yang memilih tinggal di markas dan mengirimkan anak buahnya untuk menghabisi langsung Klan Fuma.” Kata Mai dengan mantap.
“Dan tujuannya adalah selain dia posisinya lebih tinggi, layaknya jendral, ia juga tidak perlu repot-repot turun ke lapangan untuk menghabisi banyak orang.” Timpal Biyomon.
“Itu kurang lebih seperti daimyo kalau kondisinya belum terjepit ya, Nona Hayakawa?” Tanya Lunamon.
“Atau seperti Valkyrie ketika ia dipanggil Soma.” Timpal Coronamon.
“Hei, kenapa jadi membahas yang lain-lain sih? Sekarang yang kita harus pikirkan adalah alasan kenapa Etemon ingin menyerang kita.” Kata Hyoga.
“Apa mungkin... Dunia Digital sebenarnya memiliki bahaya baru ya?” Tanya Palmon dengan khawatir.
“Aku juga berpikir demikian.” Jawab Tailmon dengan anggukan pelan.
“Selain itu, masih banyak misteri yang belum terungkap.” Sahut Soma sambil memegang dagunya.
“Kau benar, ssu.” Kise menambahkan. Berpikir adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi mereka semua, namun ada yang luput dari perhatian mereka.
“Oh, lihat itu!” Sakura melihat Lightning Doll, Killer Mantle, dan Siren yang datang dari reruntuhan goa tempat mereka bertarung dengan Dokugumon. Sontak, teman-temannya menoleh ke arah ketiga roh itu.
“Astaga! Bisa-bisanya aku melupakan mereka.” Ujar Soma dengan facepalm, lalu dia menghampiri ketiganya. Setelah sampai, Soma berkata kepada ketiga roh tersebut, “Maafkan aku, aku tak sengaja meninggalkan kalian karena goa tadi runtuh begitu cepat.” Lightning Doll dan Siren mengangguk paham dengan respon tuan mereka, sedangkan Killer Mantle menyimpan pisau belatinya. Soma melanjutkan, “Baiklah, terima kasih. Kalian boleh pergi sekarang.” Maka menghilanglah ketiga roh tersebut. Tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang terlintas di benak pikir para digidestined juga para Digimon, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, sembari disambut hangat oleh terbitnya matahari. Sementara itu, di tempat lain di Area X...
“Heh, ternyata mereka bisa mengalahkan Dokugumon dan Digimon lainnya. Mereka benar-benar kuat. Tapi, mereka takkan bisa menghadapiku dengan kekuatan seperti itu. Hehehe!” Kata makhluk berbentuk monyet berwarna jingga bertubuh manusia. Di waktu yang sama, tepatnya di Laut Gelap, suasana menjadi semakin mencekam. Langit di laut tersebut tiba-tiba berubah dari mendung menjadi gelap gulita. Kemudian nampaklah loncatan-loncatan listrik seperti kilat di langit, tepatnya di tempat dimana gurita raksasa bermata merah dan makhluk misterius berjubah merah bersemayam.
“Hmph! Hehehehehe! Hahahahaha! Hahahahaha!” Makhluk berjubah merah itu tertawa dengan tawa jahatnya yang lepas. Lalu bagaimanakah kelanjutan dari petualangan anak-anak terpilih yang baru beserta Digimonnya?
Notes:
Well, semoga kalian suka dengan fanficnya. Aku terima kripik dan santannya dan gak terima api flame di comment sectionku. See ya di the next fanfic~!
Chapter 19: The First Encounter with Etemon and the Trouble on A Mysterious Ship
Summary:
Setelah pertarungan yang melelahkan melawan Dokugumon, para Neo Digidestined bersama Digimon mereka harus melanjutkan perjalanan mereka. Sayangnya, mereka dihadang oleh Etemon! Ditambah lagi, sebuah kapal tiba-tiba saja muncul di tengah perjalanan setelah bertarung dengan Etemon. Apakah mereka akan aman di kapal itu?
Chapter Text
~Reruntuhan Goa Dokugumon, jam 6 Pagi~
Setelah pertarungan yang melelahkan melawan Dokugumon, para Digidestined beserta Digimon mereka sudah sampai ke titik di mana mereka benar-benar lelah. Terang saja, mereka belum pernah melawan Digimon tingkat Champion sekuat itu kecuali Devimon. Setelah pertarungan melawan Dokugumon, mereka mengetahui bahwa ada ancaman baru di Dunia Digital. Semua berawal dari satu nama: Etemon. Namun yang lebih mereka utamakan sekarang adalah tempat tujuan mereka. Sekarang ini mereka sedang berjalan sambil berpikir kemana mereka akan pergi, sayangnya mereka belum menemukan petunjuk apapun.
“Duh, kok kita masih berputar di area yang sama sih?” Tanya Gabumon dengan sedikit gusar.
“Entahlah, Digi Compass belum menunjukkan rute ke mana kita selanjutnya.” Kata Soma dengan menghela nafas berat.
“Kalau begitu kita tidak bisa menemukan tempat tujuan kita sekarang, dong?” Keluh Biyomon.
“Belum tentu juga. Pasti ada petunjuk yang mengarahkan ke lokasi berikutnya.” Sahut Coronamon dengan semangat. Di tengah perjalanan, mereka mendengar alunan gitar yang merdu dari kejauhan.
“Hmm... suara gitar?” Tanya Gomamon dengan penasaran.
“Aku tidak pernah mendengar permainan gitar seindah itu. Siapa yang memainkannya di pagi hari seperti ini?” Tanya Palmon bingung.
“Apa kalian tahu Digimon yang ahli dalam musik?” Tanya Sakura dengan penasaran.
“Sejauh ini sih Dondokomon, tapi dia kan musik ritmik.” Jawab Agumon.
“Dondokomon itu kan Digimon perkusi, mana mungkin dia bisa menghasilkan suara gitar?” Tokomon menambahkan.
“Dan aku tidak mendengar suara drum atau gendang yang menyertai permainan musiknya.” Kata Zhao.
“Aduh... aku takut kalau itu...” Tentomon pun merasa khawatir dan was-was jika alunan musik itu adalah milik Digimon jahat.
“Kalau itu apa, Tentomon?” Tanya Musashi penasaran.
“Spill it, Tentomon! Jangan ragu-ragu!” Timpal Raph. Sang Digimon kumbang merah itu langsung terbang membisikkan apa yang di pikirannya ke Lunamon. Sontak, Digimon kelinci putih itu terkejut.
“Apa? Benarkah itu?” Sahut Lunamon kepada Digimon kumbang merah itu, kemudian temannya itu mengangguk.
“Ada apa Lunamon?” Tanya Hayakawa.
“I-Itu, Nona Hayakawa. Dia khawatir kalau Digimon yang memainkan gitar itu Etemon.” Jawab Lunamon. Sontak, semua terkejut mendengar pernyataan Lunamon itu.
“Etemon?”
“Tapi itu baru asumsi. Kita belum bisa pastikan kalau itu benar-benar Etemon, kan?” Tanya Hyoga mencoba memastikan.
“Alorvsky-chan benar. Kita saja belum tahu rupa Etemon sendiri seperti apa.” Timpal Kokichi.
“Berarti kita harus mengikuti alunan musik gitar itu.” Kata Kiku. Mai pun menghela nafas berat karena pernyataan sang gadis berambut kepang dua itu ada benarnya.
“Iya, tapi aku harap dia tidak bersama Digimon laba-laba lain di dekatnya. Aku jadi geli membayangkannya.” Kata Mai dengan merinding ketakutan.
“Untung saja tidak ada Digimon tipe cacing.” Kata Kise sambil menghela nafas lega.
“Kalau begitu, ayo kita jalan. Tapi kita harus tetap berwaspada, ya!” Seru Tokomon dengan semangat.
“Iya, bisa jadi dia lebih kuat dari kita.” Timpal Tailmon. Akhirnya kesebelas tamer itu bersama Digimon mereka berjalan mengikuti arah lantunan musik gitar itu. Alunannya sangat merdu, bahkan itu bisa membuat siapapun yang mendengarnya sangat menikmati setiap petikan gitar yang dimainkan. Ketika mereka berjalan lebih dekat ke sumber suara tersebut, mulailah terdengar jelas bahwa suara gitar tersebut memainkan lagu One Mole Lotta Love, gubahan grup band klasik rock legendaris, yaitu Red Seppelin. Para Digidestined juga Digimon mereka semakin penasaran dengan lagu tersebut, sehingga mereka mendekati sumber suara itu agar mereka menemukan siapa sosok yang sedang menyanyi dengan gitarnya itu. Impmon menarik tangan tamernya, memintanya untuk berhenti. Kokichi yang mengetahui maksud Digimonnya, meminta teman-temannya untuk berhenti berjalan.
“Tunggu! Aku melihat sesuatu di sana!” Seru Digimon Imp itu sambil menunjuk ke arah benda berbentuk seperti truk tanker. Tapi bedanya, truk tanker itu bukan berisi minyak. Dan yang mendorong tanker tersebut adalah Digimon, yaitu Monochromon. Tak lama kemudian, terbukalah pintu truk tangker itu dan mereka melihat sosok tinggi berbentuk monyet bercampur manusia, memakai kacamata rayban, dan warna tubuhnya adalah warna jingga yang cukup nyentrik untuk Digimon seperti dirinya. Bahkan kedua tangannya berotot seperti petinju. Ia sedang asyik memainkan gitar sambil bernyanyi dengan suara khas penyanyi rock. Jarak antara mereka dengan Digimon monyet itu tergolong cukup dekat. Kise pun mengarahkan Data Analyzer ke arah Digimon monyet tersebut dan inilah data yang didapat,
“Etemon, atribut virus, adalah Digimon berwujud monyet bertubuh manusia kelas Ultimate. Dikenal juga sebagai Puppet Digimon yang secara misterius muncul ke Dunia Digital. Ia menyebut dirinya sebagai raja para Digimon dan sangat percaya diri, apalagi ketika sedang bernyanyi. Senjata pamungkasnya adalah Concert Crush atau yang biasa dia sebut dengan Love Serenade, Dark Network, dan Monkey Kick.
Hening mengisi suasana di sana... sampai mereka menyadari bahwa target yang mereka cari sekarang sudah ada di hadapan mereka. Sontak, kesebelas tamer itu terkejut setelah mendengar penjelasan soal Etemon. Etemon menyadari keberadaan para didigestined dan Digimon mereka, tapi dia mengacuhkan mereka semua dan terus bernyanyi dengan suaranya yang keren seperti penyanyi rock, juga petikan gitar listriknya yang tokcer.
“A way down inside. Honey, you need it. I’m gonna give you my love, oh yes I’m gonna give you my love. Aw, one mole lotta love. One mole lotta love. One mole lotta love. ONE MOLE LOTTA LOOOOOOOOOOVE, AAAAAW!” Begitulah Etemon bernanyi dengan penuh semangat, ditemani oleh 1 Gazimon yang mengiringi dia dengan bass listriknya. Namun sayang, Gazimon tidak bisa mengikuti nada lagu tersebut sehingga suara bassnya tidak nyambung dengan lagu yang dimainkan. Oleh karena itu, Etemon marah dan berhenti bernyanyi, lalu menghantam tinjunya ke Gazimon tersebut, tepatnya di kepala. “Dasar bodoh! Masa kau tak bisa memainkan lagu ini, sih? Ini kan lagu yang sering aku nyanyikan, payah sekali kau!”
“Aduh! Maaf, tuan Etemon. Aku tak bisa memainkan lagu ini.” Jawab Gazimon sambil memegang kepalanya yang benjol.
“Heh, bilang saja kau tak bisa baca not balok dan nada. Ya sudah, mungkin aku ditakdirkan untuk menjadi Digimon penyanyi rock solo tanpa band yang mengiringiku, menyedihkan.” Keluh Etemon sambil melipat tangan di depan dada. Lalu dia melanjutkan omongannya, “Tapi itu takkan menyurutkan niatku sebagai musisi rock yang populer, hehehe.” Mendengar semua itu, para digidestined dan Digimon mereka sweatdrop dan tak tahu harus berkata apa. “Oooh~! Ternyata mereka sudah di sini ya? Perkenalkan, aku adalah Etemon. Si Etemon yang termasyur, raja para Digimon. Akulah, MAHARAJA ETEMOOOOON!!!” Etemon berteriak dengan penuh semangat dengan gayanya yang keren. Tapi sekali lagi, dia hanya mendapat respon sweatdrop dari musuhnya. Lain halnya para Gazimon, mereka langsung bertepuk tangan dengan meriah kemudian menari dengan riang gembira. Tapi Etemon tidak terkesima dengan semua itu, malah dia langsung menghajar mereka semua dengan tinjunya. “Apa yang kalian lakukan?! Cepat rapikan semuanya! Ayo cepat, kerjakan!”
“Hiii! Iya, iya! Baik, tuan Etemon!” Sahut para Gazimon sambil panik ketakutan.
“Apa kau benar-benar Digimon?” Tanya Zhao sambil menunjuk ke Etemon, tak lupa sweatdrop di pelipisnya.
“Hoho, betul sekali. Kan sudah kubilang, aku adalah raja para Digimon. Jadi sudah jelas, kalau aku adalah Digimon.” Jawab Etemon sambil menunjuk dirinya dengan jempol kanannya.
“Lalu apa yang kau lakukan disini ssu?” Kise melontarkan pertanyaannya.
“Tentu saja, dalam rangka menyambut kedatangan kalian ke Dunia Digital. Memangnya apalagi alasan yang lebih masuk akal daripada itu?” Etemon menjawab sambil tersenyum tipis. Lalu ia melompat menghampiri para Digidestined bersama Digimon mereka. “Aku terkejut ternyata kalian mampu mengalahkan Dokugumon dengan mudah, tapi itu baru permulaan saja.” Sambungnya.
“Tidak juga, dia cukup menyulitkan kami dengan benang dan racunnya.” Sahut Soma.
“Oh, begitu ya? Hehehe, berarti kami tak sia-sia membuat acara penyambutan Digidestined yang baru.” Balas Etemon sambil tersenyum lebar.
“Oh, baik sekali kau mau menyambut kami dengan rela tanpa riuh tepuk tangan dari kami. Berarti kami terkenal, dong? Nishishi~.” Kata Kokichi dengan bangga. Sebelum teman-temannya mulai jengkel karena sang ketua D.I.C.E itu mulai berulah lagi, tanpa mereka duga, ia merubah ekspresinya menjadi seringai. “Tapi aku tidak yakin itu tulus karena sebenarnya kau ingin membunuh kami, kan?” Tanyanya.
“Cih! Pengecut sekali! Kau malah mengirimkan anak buahmu hanya untuk menghancurkan kami!” Sahut Raph.
“Kalau begitu, kita tidak ada pilihan. Gabumon, ayo berevolusi!” Hyoga mengarahkan Digivicenya ke arah Digimonnya. Begitu pula dengan kedelapan tamer lainnya. Akhirnya, sembilan Digimon berevolusi ke wujud kelas Champion mereka.
“Oooh~! Aku gemetar melihat ini.” Kata Etemon mengejek mereka sambil pura-pura takut.
“Kurang ajar! Dia malah mengejek kita! Rasakan ini!” Garurumon menyerang terlebih dahulu dengan serangan Howling Blaster, disusul dengan serangan Nova Blast dari Greymon, Meteor Wing dari Birdramon, dan Electro Shocker dari Kabuterimon. Etemon dengan lihai menghindar dari serangan mereka. Firamon, Lekismon, dan Wizardmon menyerang Digimon kelas ultimate itu dengan serangan Fira Bomb, Tear Arrow, dan Electro Squall.
Tapi, Etemon kembali menghindar. Tak mau kalah, Ikkakumon, Togemon, dan Tailmon juga ikut menyerang dengan Harpoon Torpedo, Needle Spray dan Lightning Kick. Etemon pun tertawa karena dia berhasil menghindari serangan mereka bertiga dengan mudah.
“Bagus, rupanya kalian maju satu per satu. Tapi semuanya itu tak ada gunanya. Hahaha!” Ejek Digimon monyet jingga bertubuh manusia itu.
“Apa?! Dia dengan mudah mengelak dari serangan kita?” Togemon terkejut melihat apa yang disaksikannya barusan.
“Ini pertama kalinya aku melihat Digimon dengan strategi solo defense berhasil dengan mudah menghindari semua serangan kita!” Timpal Kiku. Tiba-tiba, Garurumon menerkam Digimon monyet bertubuh manusia itu dengan cepat. Tapi Etemon langsung menepis terkamannya dengan mudah menggunakan kedua tangannya, menghajar dagu Digimon serigala besar itu dan mengangkatnya, lalu melemparnya ke samping kanan. Kemudian menarik ekornya, memutar tubuhnya sambil tetap menarik ekornya, dan melemparnya kembali.
“Garurumon! Hyoga berteriak sambil berlari menghampirinya. Dengan gencar, Greymon berlari dan berusaha menabrak Etemon. Sayangnya, Digimon monyet bertubuh manusia itu malah menghajarnya tiga kali dengan tinjunya sampai terpental.
“Hang on, Greymon!” Seru Raph yang berlari menghampiri Digimon dinosaurus kuning besar tersebut.
“Ayo, 2 diantara kalian sudah kulumpuhkan. Berikutnya siapa lagi yang ingin maju melawanku, hah?” Ejek Etemon dengan tangan kanannya yang mengisyaratkan agar mereka maju ke arahnya.
“Sial! Dia mengalahkan Greymon dan Garurumon dengan mudah! Hati-hati, jangan sembarang maju!” Ujar Firamon.
“Tapi kita tak punya pilihan lain selain menyerangnya!” Ikkakumon maju ke arah Etemon, kemudian berusaha mencakar dan menyundulnya. Namun itu semua sia-sia, karena Etemon menghindari serangan Digimon anjing laut besar itu dengan mudah. Tak kehabisan akal, Ikkakumon melompat dan berusaha menindih Digimon monyet bertubuh manusia tersebut. Tapi Etemon sama sekali tidak kesakitan, bahkan dia menghajar Ikkakumon saat dirinya tertindih. Dengan beberapa pukulan, Etemon menghantam Ikkakumon dengan hooknya, kemudian melempar tubuhnya yang besar dengan kedua tangannya.
“Ikkakumon, bertahanlah!” Seru Zhao. Tiba-tiba, Togemon berlari dan berusaha meninju Etemon dengan beberapa pukulan. Lagi-lagi, dia menghindar dengan santai serta senyum sinisnya.
“Hahaha! Cuma segitukah kemampuanmu, kaktus besar?” Beberapa saat setelah itu, dia memukul Togemon 1 kali dan setelahnya melompat mundur.
“Rasakan ini! Needle Spray!” Togemon menembakkan durinya sewaktu Etemon melompat mundur, tapi...
“Wadauw! Hehehe, bohong tuh. Tak kena! Tangkap ini!” Etemon menghindar, lalu mengambil beberapa duri sisa yang Togemon tembakan dan melemparnya tepat ke kepala Digimon kaktus besar tersebut, sehingga dia langsung K.O dalam sekejap.
“ADUH! Senjata makan tuan...” Keluh Togemon yang sudah terkapar kesakitan.
“Tidak! Togemon!” Sakura panik melihat Digimon kaktus besar itu kalah dengan mudah.
“Rasakan ini! Lightning Paw!” Tailmon maju dengan cepat, berusaha mencakar Etemon dengan jurus cakarnya yang cepat.
“Moonnight Kick!” Lekismon pun ikut andil dengan tendangannya. Tapi sekali lagi, Etemon menghindari semua serangan mereka.
“Hahaha! Lincah juga kalian! Kucing mungil dan kelinci putih yang lihai! Tapi sayang, kalian bukan tandinganku. Terimalah ini! HEAAA! Monkey Kick!” Etemon melayangkan tendangannya ke Tailmon dan Lekismon sampai mereka terpental.
“Makan ini! Electro Squall!” Wizardmon menembakkan listrik dari tongkatnya, namun...
“WOOHOO! Listrik yang bagus! Tapi meleset! Ayo, saatnya bermain bowling. Dark Network!” Etemon melempar bola berwarna hijau tua dengan gaya melempar bola boling. Bola hijau itu menghantam Wizardmon dengan cepat. “Cuma segini saja kemampuan kalian? Heh, payah sekali! Sekarang terima ini! LOOVEEE SEERENADEEE!!” Etemon melancarkan serangannya yang berupa nyanyian. Kesepuluh Digimon yang sudah kelas Champion itu berusaha menutup telinga mereka.
“BRENGSEK! Dia memakai cara kotor! AYO GREYMON, KAU PASTI BISA!!” Umpat Raph sekaligus menyemangati Digimonnya.
“Kami tidak mampu menahan suara lagu ini!” Kata Greymon dan Garurumon dengan nada tertahan.
“Apa maksudnya tidak bisa?” Tanya Hyoga bingung dan khawatir kepada Garurumon. Ternyata, efek serangan Concert Crush dengan mudah mengembalikan semua Digimon kelas Champion ke wujud kelas Rookie mereka.
“HAH?!” Kesebelas tamer itu terkejut melihat kejadian tersebut.
“Sial, serangannya membuat Digimon kita kembali ke wujud awalnya! Tidak bisa dibiarkan!” Sahut Soma sembari mengeluarkan pedang Hrunting. Sesaat sebelum pemuda Rumania berambut putih itu maju, tanpa berpikir panjang, Raph langsung mengeluarkan kedua sainya dan menyerang Etemon. Sayangnya, Digimon berwujud monyet itu dengan mudah membaca serangan dari Raph dan melemparnya jatuh ke tanah.
“Raph!” Sakura menghampiri remaja berambut merah itu yang baru saja batuk kering akibat efek terbanting ke tanah dengan keras.
“I am good. Sekarang fokus saja mengalahkan Etemon.” Sahut Raph sambil berusaha bangun, disusul oleh Soma yang menyerang Etemon saat perhatian dia terpusat ke Raph.
“Terima ini!” Soma berusaha menebas Digimon monyet jingga bertubuh manusia tersebut, tapi hasilnya sia-sia karena Etemon menyadari serangan tersebut. Melihat serangannya gagal, pemuda Rumania berambut putih itu menutup jaket putihnya, lalu mengeluarkan jurusnya. “Rasakan ini! Dark Inferno!” Maka keluarlah 2 bola api hitam dari balik jaketnya. Etemon terkejut melihatnya, lalu melompat mundur.
“Wah, hebat juga! Tapi aku takkan kalah. Dark Network!” Etemon melemparkan 2 bola hijau tua, maka beradulah kedua jurus mereka. Keempat bola yang mereka tembakkan sempat tertahan beberapa saat, namun bola api hitam Somalah yang unggul. Tapi Etemon menghindari Dark Inferno. “Menarik, bola api itu kuat sekali! Tapi tetap saja meleset.” Sambung Digimon monyet jingga bertubuh manusia itu. “Heh, kalian para Digimon tak layak menjadi lawanku. Jadi aku takkan membunuh kalian sekarang. Berterimakasih lah padaku karena kalian kubiarkan hidup. Untuk kalian para digidestined yang baru, aku akan melawan kalian di lain hari. Hari ini cukup sampai disini saja, aku akan pergi sekarang.”
Etemon pamit undur diri dari mereka, kemudian dia melompat masuk ke dalam truknya. Beberapa detik kemudian, truk itu menutup pintunya dengan otomatis, kemudian pergi meninggalkan mereka semua. Mereka tak menyangka, bahwa mereka dengan mudahnya dikalahkan oleh Etemon.
“I don’t believe it!” Raph kesal karena kalah dengan Etemon.
“Sulit dipercaya, kita kalah begitu saja!” Keluh Hyoga.
“Hmph! Kalau saja, aku sempat mengeluarkan naga listrikku...” Gumam Musashi.
“Kurasa Etemon akan menghindar lagi, karena dia sangat lihai.” Sahut Zhao.
“Tapi dia kalah beradu jurus dengan Cruzcchi, bisa saja itu pertanda baik.” Ujar Kise.
“Sayangnya, tetap saja kita yang kalah.” Sakura mengeluh.
“Tak ada gunanya kita mengeluh seperti ini, toh belum semua dari kita yang mengerahkan tenaga untuk melawannya.” Timpal Kiku.
“Itu benar. Etemon sendiri berkata bahwa dia akan melawan kita di lain hari. Jadi kita masih punya kesempatan untuk mengalahkannya.” Mai mengingatkan teman-temannya. “Apalagi dia tidak sempat menghajar Birdramon, mungkin saja dia takut dengan Digimon yang punya sayap.
“Hmph, aku tak setuju. Itu karena Birdramon tidak menghampiri Etemon. Jika dia menghampirinya, mungkin akan lain ceritanya.” Sahut Musashi, Tentomon pun mengangguk setuju.
“Ini semua berkat Coronamon yang mengingatkan kami agar jangan sembarang maju.” Ucap Digimon kumbang merah itu, kemudian dia menoleh ke Digimon singa api itu. “Terimakasih ya, Coronamon.” Sambungnya.
“Sama-sama, Tentomon.” Balas Coronamon. Di saat para Digimon berusaha memullihkan diri dari serangan Etemon, Soma bernafas tersengal-sengal. Coronamon mendekati Tamernya dan bertanya dengan khawatir, “Kenapa, Soma? Apa kau tak enak badan?” Pemuda Rumania berambut putih itu hanya memberi isyarat dengan sebelah tangannya bahwa dia baik-baik saja.
“Soma-san, kau tak apa-apa?” Tanya Hayakawa karena mengkhawatirkan temannya.
“Hosh, hosh... Aku tak apa-apa.” Jawab Soma.
“Terus kenapa nafasmu memburu seperti itu? Padahal kan kau hanya bertarung sesaat melawan Etemon.” Coronamon bertanya kepada tamernya dengan khawatir.
“Ini semua karena jurus yang kupakai tadi.” Soma menjawab.
“Memangnya ada apa dengan jurus yang kau pakai itu?” Tanya Lunamon heran.
“Karena jurus itu adalah jurus milik Dracula.” Hening mengisi suasana itu setelah mendengar jawaban Soma, sampai akhirnya Kise dan Salamon berteriak panik.
“Cruzcchi kenapa nekat memakai serangannya Dracula?” Tanya remaja berambut pendek pirang itu dengan panik.
“Ryouta benar. Kau sendiri yang bilang kalau kekuatan Dracula berbahaya jika dipakai seperti tadi!” Timpal Salamon. Soma pun mengisyaratkan kalau dia baik-baik saja.
“Tapi tetap saja, tindakan yang kau lakukan itu nekat juga.” Timpal Biyomon dengan khawatir.
“Aku tidak apa-apa. Sekarang fokus saja ke tempat tujuan kita.” Kata Soma. Ia melihat ke Digi Compass dan ternyata Digi Compass menunjukkan lokasi terbaru yang akan mereka tuju.
“Ayo, kita berangkat sekarang...” Kata sang remaja asal Rumania itu. Setelah beberapa menit menenangkan diri, akhirnya ia dan Coronamon memimpin perjalanan ke lokasi yang ditunjukkan oleh Digi Compass.
Ketika mereka sedang berjalan, Tentomon menyadari bahwa ekspresi tamernya ketika selama di perjalanan sedikit menunjukkan ekspresi sedih dan khawatir yang ia tak pernah lihat. Remaja berambut biru itu memang terlihat dingin dan tidak pernah mau menunjukkan ekspresinya sama sekali, namun yang baru saja dilihat oleh Digimon kumbang merah itu merupakan hal aneh baginya. Sayangnya, Tentomon memilih untuk tidak menanyakan itu. Ia yakin Musashi memilih untuk menghiraukannya.
“Ada apa?” Tanya Gabumon cemas.
“Itu... Musashi terlihat sedikit gusar. Aku tadinya ingin bertanya, tapi aku takut kalau dia tidak suka ditanya-tanya.” Jawab Tentomon. Digimon serigala biru bertanduk itu tertawa kecil.
“Hei, coba saja tanyakan dulu. Kau kan Digimonnya. Sudah seharusnya kau menanyakan hal sekecil apapun supaya bisa menenangkannya.” Sahutnya.
“Nanti saja kutanyakan padanya, jika saatnya sudah tepat.” Balas Tentomon.
“Mungkin kau benar, Musashi itu tipikal orang yang tidak mudah untuk didekati.” Sahut Gabumon sambil memegang dagunya.
“Apalagi dia punya masalah yang serius dan sulit untuk ditangani seorang diri, jadi ada baiknya jika kita biarkan dia menenangkan pikiran dulu untuk sementara ini.” Agumon menambahkan, lalu Digimon kumbang merah dan serigala biru itu mengangguk setuju.
“Wah, tumben sekali kau berpikir seperti itu, Agumon.” Ujar Raph sembari menatap Digimon dinosaurus kecil itu.
“Tentu saja, aku kan mulai memahami sifat kalian sedikit demi sedikit.” Balas Agumon sambil memukul lutut tamernya dengan pelan. Maka tertawalah mereka berdua.
“Ya terserah deh, yang penting kita harus melanjutkan perjalanan.” Usul Hyoga. Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, tepatnya 1 jam setelah mereka berhadapan dengan Etemon, Sakura teringat akan 1 hal. Yaitu momen ketika dia dan teman-temannya bertarung melawan Lordbakemon. Gadis kunoichi berambut pink itu ingat bahwa Soma pernah mengeluarkan jurus api yang dahsyat saat berhadapan dengan Lordbakemon, sehingga dia mendekati Zhao dan menanyakan hal tersebut kepadanya dengan suara pelan.
“Zhao, apa kau ingat saat Soma mengeluarkan jurus api saat kita melawan Lordbakemon di rumah tua angker di Pulau File?”
“Iya, aku ingat. Memangnya ada apa, Sakura?” Tanya Zhao sambil berbisik.
“Aku berpikir bahwa jurus api tersebut mungkin ada kaitannya dengan jurus bola api yang dipakainya tadi.” Jawab Sakura.
“Tunggu sebentar, kau juga berpikir seperti itu?” Zhao terkejut mendengar pernyataan Sakura, bahkan gadis kunoichi berambut pink itu juga ikut terkejut mendengar perkataan temannya.
“Tapi apa itu berarti dia terlalu memforsir tenaganya?” Sakura kembali bertanya kepada remaja Tiongkok berambut coklat jabrik tersebut.
“Hm, sepertinya Soma bukan orang yang sembarang memforsir tenaganya begitu saja.” Jawab Zhao.
“Kalau begitu, coba katakan padaku. Menurutmu, apa alasan dia mengeluarkan kedua jurus tersebut?” Sakura bertanya untuk yang ketiga kalinya?
“Kalau menurutku, alasannya karena dia sedang berhadapan dengan musuh yang sangat kuat.” Remaja Tiongkok berambut jabrik itu menjawab sambil mengingat moment ketika mereka di rumah angker Lordbakemon di Pulau File.
“Hei, kalian ini sedang berbisik-bisik soal apa, sih?” Tanya Mai penasaran. Akhirnya kedua orang tersebut menceritakan apa yang barusan mereka bicarakan kepada gadis berbaju merah berambut coklat dikuncir tersebut. “Begitu, ya? “ Sambung Mai, lalu Zhao dan Sakura mengangguk. “Tapi apa ada perbedaan antara ketika dia memakai kedua jurus api tersebut dengan jurus lainnya?” Mai kembali bertanya.
“Mungkin perbedaannya adalah senjata yang dia pakai selama bertarung.” Jawab Sakura.
“Kalau senjata sih sudah pasti berbeda antara lawan yang satu dengan yang lainnya, atau mungkin berkaitan dengan roh yang dia panggil?” Tanya Mai sambil berpikir. Di saat yang bersamaan, Zhao juga ikut berpikir.
“Tunggu sebentar. Selama dia memakai kedua jurus api itu, dia tidak memanggil roh. Apa mungkin kedua jurus tersebut adalah jurus terlarang? Atau mungkinkah jika dia memakai salah 1 dari jurus tersebut dan memanggil roh, dia akan kehilangan banyak tenaga?” Gumam remaja Tiongkok berambut coklat jabrik itu. Agar tak memperumit persoalan, Zhao langsung berkata dengan suara pelan pada kedua gadis ninja tersebut, “Ah, sudahlah. Itu tidak penting. Yang penting, sekarang kita harus mencari tempat tujuan selanjutnya.” Kedua gadis tersebut pun mengangguk setuju. Beberapa saat kemudian, mereka beristirahat sejenak untuk minum. Siapa sangka, kesebelas digidestined beserta Digimon mereka meminum air yang mereka bawa dalam jumlah besar akibat kelelahan bertarung melawan Etemon. Selesai minum, mereka kembali meneruskan perjalanan. Tanpa terasa, mereka sudah berjalan selama 2 jam lebih. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dan minum. Beberapa saat kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan dan menemukan padang gurun.
Sayangnya, setelah mereka berjalan kembali 2 jam berikutnya, mereka tidak menemukan jalan ke tempat lain. Malah hanya sekedar mengitari tempat yang sama, yaitu padang gurun. Lelah adalah kata yang pas untuk menggambarkan situasi para digidestined dan Digimon mereka. Dahaga pun sudah kembali menusuk tenggorokan mereka. Parahnya lagi, air minum yang mereka bawa sudah habis semuanya, bahkan setetes pun tak tersisa. Sampai beberapa dari mereka ada yang mengigau karena terik sinar matahari yang panas. Tak lama kemudian, mereka menemukan sebuah mata air yang bersih dan jernih. Mata air itu terletak di dekat sungai besar.
“Water? Am I dreaming?”. Raph mencubit pipinya agar memastikan bahwa mata air yang dia lihat bukanlah halusinasi, dan ternyata mata air itu ada dan nyata. Tanpa basa-basi, para digidestined juga Digimon mereka langsung berlari mendekati mata air itu dan minum seperti rusa yang merindukan air. Ada yang minum dengan cara mengambil air dengan kedua tangan lalu diseruput, ada yang berlutut lalu menjilat air, ada pula yang langsung menceburkan wajah sesaat, kemudian mengangkat wajah sedikit lalu menyeruput air yang mengalir dari mata air tesebut. Siapa sangka, selagi mereka asyik minum, ada yang meneriaki mereka dari jauh.
“Hei, kalian! Apa-apaan kalian ini? Seenaknya saja kalian minum di situ!” Kesebelas digidestined penasaran dengan sosok yang meneriaki mereka, kemudian mereka semua berdiri dan menegok ke sumber suara tersebut. Ternyata suara itu datang dari atas kapal uap besar dengan roda kincir di bagian belakang sebagai penggeraknya, yang sedang melintas di sungai besar tersebut.
“Lho, memangnya kenapa? Apa mata air ini milik pribadi, ya? Bukankah biasanya mata air itu boleh dimanfaatkan untuk masyarakat umum?” Tanya Gomamon.
“Mata air tempat kalian minum barusan adalah properti pribadi milik kapten. Jadi kalian tidak boleh minum dari situ!” Ujar sosok yang mengomeli mereka. Setelah sosok tersebut berjalan ke dek depan, mereka melihat sosok yang tak asing lagi, yaitu Numemon. “Karena kalian sudah terlanjur minum, kalian harus bayar denda sebesar 1 juta Gold!” Sambung Numemon dengan ketus.
“APA? 1 JUTA GOLD?”
“Iya, 1 juta Gold. Itulah sanksi denda bagi kalian karena telah melanggar peraturan di tempat ini.” Kemudian muncullah sosok lain yang mendekat ke dek kapal uap tersebut, dan ternyata sosok itu adalah sang kapten kapal. Anehnya, sosok sang kapten itu ternyata mirip dengan manusia, tepatnya seperti seorang bapak berumur 45 tahun. Dia memakai setelan baju lengan panjang dan celana panjang berwarna biru dongker serta dasi berwarna hitam, dan memakai topi seorang kapten kapal berwarna putih. Badannya kurus tegap, tingginya sekitar 175 cm, berkulit putih agak kecoklatan dan kumisnya tebal.
“Ada apa ini?” Tanya kapten kapal tersebut.
“Mereka telah minum air dari mata air milikmu, kapten. Itu melanggar peraturan, dan mereka patut kena sanksi denda atas perbuatan mereka.” Jawab Numemon. Sang kapten hanya terdiam sesaat, lalu membalas Digimon siput hijau itu,
“Hm, begitu ya? Bagi siapapun yang minum dari mata airku dengan sembarangan, akan dikenakan sanksi denda.” Balas sang kapten, sehingga para digidestined juga Digimon mereka terkejut setengah mati sampai menelan ludah. Bahkan sweatdrop pun menetes dari pelipis mereka. “Namun berhubung mereka melakukannya dengan tidak sengaja, aku takkan menghukum mereka.” Sambungnya.
“Tapi kapten…” Belum selesai berbicara, Numemon langsung disela oleh sang kapten.
“Sudah, tak usah kau pikirkan. Mungkin saja mereka sedang melakukan perjalanan yang panjang, sehingga mereka kelelahan. Lagipula, mereka tidak terlihat seperti orang jahat.” Lalu sang kapten melanjutkan, “Kelihatannya, kalian seperti kesasar di satu tempat, ya?”
“Itu benar, kami hanya mengitari 1 tempat yang sama.” Jawab Tentomon.
“Dan kami masih mencari cara untuk menelusuri sungai besar ini.” Gomamon menambahkan.
“Kalau begitu, naiklah ke kapal ini. Kami akan mengantar kalian.” Balas sang kapten.
“Kapten, apa kau serius akan memberikan tumpangan kepada sekelompok orang asing seperti mereka?” Numemon bertanya kepada kapten kapal tersebut.
“Iya, tentu saja aku serius. Apa perlu kuulangi lagi perkataanku?” Sang kapten menatap tajam ke arah Numemon.
“Ti- tidak, kapten.” Jawab Numemon yang kaget dan sedikit takut.
“Kalau begitu, cepat menepi dan keluarkan tangga kapal!” Perintah sang kapten. Kemudian, kapal tersebut mengurangi kecepatan, lalu berhenti dan menepi di pinggir sungai. Beberapa detik setelah itu, sang kapten menyuruh awak kapalnya untuk menurunkan jangkar. Numemon langsung pergi ke mesin katrol jangkar kapal, lalu menekan tombol otomatis yang ada di sebelah kiri sehingga jangkar kapal turun perlahan-lahan ke dasar sungai. Jangkar pun sudah diturunkan ke dasar sungai. Numemon mengeluarkan tangga kapal yang terbuat dari tali tambang dan kayu ke arah para digidestined juga Digimon mereka.
Mereka memanjat tangga kapal tersebut satu per satu. Setelah semuanya sudah naik ke atas kapal, Numemon langsung menarik tangga kapal. Merasa lega karena menemukan solusi untuk menelusuri sungai, Agumon langsung berkata,
“Fiuh, perjalanan tadi melelahkan juga.”
“Iya, mudah-mudahan kita bisa sampai ke tempat tujuan dengan kapal ini.” Sahut Gabumon. Lalu Agumon mengangguk. Tak lama setelah itu, Tanpa menunda waktu keberangkatan, sang kapten berteriak dengan suara keras,
“Tarik jangkar kapal!” Numemon pergi ke mesin katrol kapal dan menekan tombol otomatis yang terletak di sebelah kanan tombol yang sebelumnya dia pencet. Maka terangkatlah jangkar kapal secara perlahan. Tanpa menunda waktu, sang kapten kembali berteriak, “Ayo kita berangkat, juru mudi!”
“Baik, kapten!” Balas juru mudi. Lalu dia menarik tuas yang terhubung dengan tali di atas kemudi kapal, sehingga Klakson kapal berbunyi panjang, dan kapal pun segera berangkat. Melihat ekspresi para digidestined juga Digimon mereka yang lelah, sang kapten bertanya kepada mereka,
“Kelihatannya kalian letih.”
“Wajar saja, sudah 4 jam kami berjalan dari tempat kami bertarung dengan Etemon.” Balas Hyoga.
“Ditambah dengan nyasar di satu tempat pula, ujung-ujungnya kami keliling di tempat yang sama. Belum lagi, air minum kami sampai habis semua. Ridiculous.” Umoat Raph sembari menggerutu.
“Hahahahaha, lucu sekali kedengarannya.” Sahut sang kapten dengan ketawanya yang terbahak-bahak, sampai mereka semua sweatdrop melihatnya.
“Apanya yang lucu? Kok malah ditertawakan, sih?” Tanya Mai dengan heran.
“Maaf, aku tertawa karena mendengar kalian yang nyasar tadi. Tapi beruntunglah karena kalian bisa menemukan mata airku, karena letaknya dekat dengan sungai ini. Makanya kami bisa melihat kalian dari kapal ini” Jawab sang kapten.
“Iya, kami memang beruntung. Apalagi kau mengizinkan kami masuk ke kapalmu dengan cuma-cuma. Terima kasih banyak, kapten.” Ujar Hayakawa.
“Iya, sama-sama. Nah, sekarang kalian akan kuantarkan ke kamar masing-masing. Ayo.” Kata sang kapten memandu para digidestined serta Digimon ke dalam kapal. Saat mereka berjalan memasuki kapal, kesebelas digidestined dan Digimon mereka takjub dengan interior kapal yang besar. Di sebelah pintu masuk, terdapat 2 pilar yang tinggi. Pintunya pun terbuat dari kayu yang mahal, dan penerangannya menggunakan lampu antik dan hias. Terdapat banyak perabotan mewah, tepatnya di ruang utama. Seperti ciri khas ruangan istana eropa kuno, ala baroque, yang juga berpadu dengan ciri khas timur tengah. Pada beberapa meja yang terletak di sudut ruangan, ada lukisan antik karya Da Pinci, Van Kogh, dan Pikasso. Juga terdapat hiasan seperti guci, tembikar, cangkir, teko, botol martini, whisky, vodka, tequila, rum, gelas kaca, juga beberapa mainan seperti kapal rakitan, monster dan alien sebagai pajangan. Uniknya lagi, bahkan sampai ada 11 mainan Ultramen dengan tinggi masing-masing 1 jengkal, yang di depannya ada plakat kecil bertuliskan “The Ultra Brothers”.
“Waaah, besar sekali ruangan ini!” Ucap Hyoga.
“Aku tak mengira, ternyata ruangannya sebesar ini!” Zhao sampai tertegun melihat sekelilingnya.
“Banyak lukisan dan furniture antiknya pula, ssu.” Kise menambahkan.
“Ada mainannya juga, hehehe.” Tokomon tersenyum melihat mainan dan pajangan tersebut.
“Iya, aku jadi ingin memainkannya.” Sahut Tailmon, tapi Kise langsung sedikit melotot ke Digimon kucing putih itu dan berkata,
“Tidak boleh, Tailmoncchi! Itu kan bukan mainanmu.” Tailmon langsung sweadrop dan mengangguk pelan.
“Seperti istana zaman kuno ya, Impmon. Nishishi.” Ungkap Kokichi sambil terkekeh-kekeh. Namun Impmon hanya bisa jaw dropping sambil mengangguk saking takjubnya dengan semua yang dia lihat.
“Iya, seperti istana saja.” Ujar Hayakawa, lalu dia membayangkan dirinya hanya berduaan bersama Soma dengan pakaian ala kerajaan. Layaknya putri dengan pangeran yang sudah siap berdansa. “Seandainya aku bisa punya kesempatan seperti itu, aku dan Soma bisa... Aduh, kenapa aku jadi membayangkan yang bukan-bukan, sih?” Gumam gadis bangsawan berbaju putih itu dalam hatinya, dengan semburat merah di wajahnya. Untung saja teman-temannya tidak menyadarinya.
“Tapi kenapa ruangan ini mirip dengan ruangan di istana Dracula, ya?”Soma heran sekaligus penasaran. Sontak Coronamon, dan kesepuluh digidestined juga Digimon mereka kaget mendengar ucapan pemuda Rumania berambut putih itu, sampai mereka sweatdrop. Bahkan semburat merah di wajah Hayakawa hilang seketika.
“Jangan bilang begitu dong, Soma-san! Aku jadi khawatir, nih.” Balas gadis bangsawan berbaju putih tersebut.
“Aku tak berniat seperti itu. Soalnya ruangan ini mirip dengan ruang dansa di istana Dracula.” Sahut Soma, sambil mengingat ruang dansa yang dimaksud.
“Huh, imajinasiku untuk beromansa dengan dia jadi hilang, deh. Dasar Soma-san.” Gumam Hayakawa dalam hatinya sambil mendengus kesal dan memejamkan mata sambil menggembungkan pipinya.
“Sudahlah, Soma. Kita disini bukan untuk mendengar istana horor yang kau sebut itu.” Kata Coronamon.
“Iya, kau betul. Maafkan aku, Coronamon.” Balas Soma. “Maafkan aku, Hayakawa.” Sambungnya, lalu Hayakawa mengangguk sembari membuka matanya dan menoleh sesaat kepada pemuda Rumania berambut putih tersebut. Selagi mereka berhenti sesaat karena melihat ruang utama, tiba-tiba terdengar suara perut Agumon yang menandakan bahwa dia sudah lapar.
“Kruuuk.” Mendengar itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak.
“Maaf, aku memang sudah lapar dari tadi.” Kata Agumon sambil mengeluarkan semburat merah dari wajahnya karena malu.
“Wajar saja, kita kan belum sarapan dari pagi.” Sahut Gabumon.
“Baiklah. Semakin cepat kalian kuantar ke kamar, semakin cepat pula kalian akan sarapan.” Ujar sang kapten. Mereka semua mengangguk mendengar kapten berkata demikian, maka mereka memutuskan untuk kembali berjalan ke kamar mereka masing-masing. Setelah sampai, kapten berpesan kepada mereka bahwa menu sarapan pagi di kapal akan dibereskan pada jam 11 siang. Waktu menunjukkan jam 10 lewat 15 menit, dan mereka meminta waktu 10 menit untuk bersiap. Sang kapten pun menyetujui permintaan mereka. “Kalau kalian sudah siap, berkumpullah di lorong dekat kamar kalian ini. Nanti aku akan datang menjemput kalian dan akan kuantar kalian menuju ruang makan, kalian bisa sarapan disana sampai jam 11.” Semua pun senang mendengar itu. Akhirnya mereka diantarkan ke kamar yang telah disiapkan untuk mereka masing-masing.
Mereka pun mulai bersiap-siap di ruangan yang sudah disediakan di kapal itu. Di saat semua sedang sibuk mempersiapkan diri, berbeda dengan Musashi di kamarnya. Ia terlihat sedang duduk termenung. Tentomon pun khawatir dengan tamernya itu.
“Hm... Musashi, kau tidak apa-apa?” Suara Digimon serangga itu membuyarkan lamunan remaja berambut biru itu. Ia menatap Digimonnya dengan tatapan datar, seolah tidak terjadi apa-apa.
“Oh, aku tidak apa-apa. Kau tenang saja.” Ujarnya.
“Kau tidak bersiap dulu? Sebentar lagi kan waktunya sarapan.” Sahut Tentomon. Untuk menenangkan Tentomon, Musashi memejamkan matanya sebentar, lalu ia mengangguk.
“Aku akan bersiap nanti. Lebih baik kau keluar kamar terlebih dahulu. Nanti aku menyusul.” Kata sang remaja berambut biru itu.
Mendengar jawaban dari tamernya itu, Tentomon hanya bisa terdiam dan mengangguk. Lalu ia keluar dari kamar. Ternyata, ia bersamaan dengan Impmon dan Kokichi yang baru saja selesai.
“Tentomon, kau sendirian saja. Mana Asuka-chan?” Tanya Kokichi penasaran.
“Dia sedang di kamar. Aku tidak tahu dia sedang memikirkan apa, tapi barusan dia memintaku agar keluar kamar lebih dahulu. Dia bilang kalau ia akan menyusul.” Kata Tentomon.
“Hmm... Bos, apa lebih baik kita-”
“Nishishi, aku tahu kau ingin Asuka-chan juga ikut keluar bersama kita, tapi jika kita ingat kejadian waktu itu... rasanya butuh progres cukup lama untuk memperbaiki situasi.” Kata Kokichi dengan santai. Impmon mengerti apa yang tamernya maksud berkaitan dengan kejadian ia Dark Digivolve waktu itu. “Daripada kita berlama-lama, sebaiknya kita ke ruang makan saja. Mereka pasti sudah menunggu.” Usul remaja berambut hitam keunguan itu.
“Benar juga ya bos. Aku lupa kita punya 2 Digimon tukang makan di grup.” Timpal Impmon sambil tertawa. Tentomon mengikuti mereka berdua dari belakang, sesekali menatap kamar Musashi sebelum akhirnya ia, Kokichi, dan Impmon sudah tak terlihat lagi.
Sementara di dalam kamar, Musashi menatap pita yang dipakai sebagai pengikat sarung pedang Ogonken miliknya. Beberapa kali ia menatap pita itu, namun untuk kali ini, ia tak menyadari air mata mengalir dari matanya.
“Nii-chan... aku masih kuat kok. Nii-chan jangan menumpahkan banyak darah lagi. Aku tidak mau melihat nii-chan kenapa-kenapa.” Begitulah beberapa kali gaungan suara dari adiknya sendiri, Erina, bergema di dalam kepalanya. Ia memejamkan matanya sambil menggenggam erat pita itu.
“...Erina, kalaupun nanti setelah perang di Dunia Digital ini selesai... aku harus minta maaf padamu. Aku terpaksa harus menyelesaikan misiku, supaya kau sembuh. Jangan tinggalkan kakakmu ini sendiri...” Gumamnya. Air matanya pun mengalir semakin deras. Ia pun mengisak dalam hening. Memang, Musashi dikenal sebagai pribadi yang paling dingin di antara para kesebelas tamer, bahkan bisa dibilang, ia adalah definisi kuat dari seorang lone wolf. Sayangnya, ia juga harus ingat, bahwa ia adalah manusia biasa. Sekalipun ia tidak mau merasakan emosi yang kuat, perasaan itu akan selalu ada. Hanya saja, ia tak mau orang lain melihat dirinya dalam keadaan terpuruk. Ia pun teringat ajakan Soma untuk bekerja dengan rekannya setelah perang ini berakhir.
“Soma, aku bahkan tidak yakin apa aku bisa bekerja dengan rekanmu itu. Apa yang bisa kulakukan sebagai assassin yang menampung semua emosinya?” Gumamnya kembali. Ia pun mengusap air matanya setelah beberapa kali air mata itu menggenang dan mengalir terus dari matanya.
Bahkan gertakan gigi sesekali terasa ketika ia mengingat Erina sedang terbaring lemah di rumah sakit, hingga akhirnya air matanya bisa berhenti mengalir dari matanya. Ia pun ke kamar mandi indoor di kamar itu untuk membasuh wajahnya supaya tidak terlihat bahwa ia menangis.
Ternyata benar, baru saja ia selesai membilas wajah dan mengeringkannya, ia mendengar suara ketukan pintu. Ia membuka pintu dan ternyata Kiku dan Tokomon menghampirinya. “Lho, kau sedang apa sih di dalam kamar? Kami semua menunggumu, lho.” Sahut Kiku.
“Maaf, aku tadi ketiduran. Ya sudah, aku akan keluar.” Kata Musashi menutupi kesedihnya, dan ia keluar dari kamarnya meninggalkan Kiku dan Tokomon.
“Aneh sekali ya untuk Musashi bisa ketiduran begitu.” Kata Digimon kelas In Training itu.
“Kau benar. Tidak biasanya dia begitu. Mungkin dia sedang melamun?” Tanya Kiku.
“Bisa jadi. Soalnya pada waktu kau dan yang lain ditarik kembali kemari, di saat itu dia sedang merawat adiknya. Banyak hal yang bisa terjadi.” Timpal Tokomon. Sang tamer hanya mengangguk tanda ia mengerti.
“Baiklah. Sekarang waktunya sarapan.” Kata gadis berambut coklat kepang dua itu lalu berjalan mengikuti Musashi. Pada saat kesepuluh tamer berkumpul di lorong dekat kamar mereka, Kise merasa heran dan mulai menghitung jumlah tamer yang sudah hadir,
“Tunggu dulu... satu, dua, tiga... 10. Kurang satu orang.” Kemana Alorvskicchi, ssu? Kok dia belum muncul juga?”
“Oh, dia sedang pergi sebentar. Dia berpesan padaku untuk tidak mengikutinya.” Jawab Gabumon.
“Kemana dia, ya? Ini sudah hampir jam setengah 11.” Sahut Raph.
“Entahlah, padahal aku sudah cuci muka tadi. Kalau dia lama, bisa-bisa kita tidak kebagian sarapan.” Balas Zhao dengan malas, dan tentunya dia langsung digigit oleh Gomamon. “Aduh! Sakit, tahu!”
“Jangan ngomong yang tidak-tidak, Zhao! Sebentar lagi juga dia pasti kembali.” Ujar Gomamon, maka mereka pun tertawa melihat keduanya. Bahkan Musashi pun sampai tersenyum melihat tingkah kedua temannya.
“Kalau begitu, aku akan pergi menemuinya.” Gabumon berlari ke arah dek, karena dia merasa bahwa Hyoga pergi kesana. Semua teman-temannya meneriaki dia, namun Digimon serigala biru kecil itu mengacuhkan mereka.
“Huh, dasar Gabumon. Dia selalu saja begitu.” Keluh Sakura.
“Seolah-olah dia tahu keberadaan tamernya saja, ya.” Kata Mai sambil tersenyum geli.
“Aku rasa, dia pergi ke dek.” Ungkap Hayakawa.
“Dari mana kau tahu kalau dia pergi ke dek?” Tanya Kiku. Sebelum Hayakawa menjawab, Soma mengangguk sambil memejamkan matanya dan melipat tangannya di depan dada sambil berkata,
“Hmm, iya. Aku juga merasa begitu. Soalnya, kita kan belum tahu tentang kapal ini. Jadi, satu-satunya tempat untuk menyendiri adalah di dek.” Ujar Soma, maka hal itu dianggap masuk akal bagi teman-temannya. Sementara itu, Hyoga sedang berdiri termenung di ujung dek kapal sambil menatap air sungai. Dia teringat akan mendiang ibunya yang sudah lama meninggal.
Sebelum melakukannya di kapal yang dia naiki sekarang, dia juga pernah termenung sendirian sambil melihat air laut di kapal Hookmon tanpa sepengetahuan teman-temannya, tepatnya sebelum mereka masuk ke Laut Gelap. Akhirnya, dia pun berkata dalam hatinya sambil memejamkan mata.
“Mama, sekarang aku telah kembali ke dunia Digital dan kembali bertualang bersama Gabumon dan teman-teman. Aku tak tahu tantangan apa yang akan kami hadapi, namun aku percaya, bahwa aku akan berhasil menghadapi itu semua agar bisa menyelesaikan misiku. Baik sebagai Saint Cygnus, maupun sebagai tamer Gabumon. Jika misi ini sudah selesai, aku akan mengunjungimu kembali. Beristirahatlah dalam damai, mama.” Remaja Rusia berambut kuning itu mengangkat tangan kanannya sampai ke dadanya, lalu mengepalkan tangan sembari membuka matanya. Pada saat itu, Gabumon muncul dan memanggil tamernya dari jauh.
“Hyogaaa, sedang apa kau disana? Kita harus sarapan sekarang, sebelum semuanya dibereskan.”
“Baik, Gabumon. Maaf membuatmu menunggu.” Balas Hyoga, lalu dia berlari menghampirinya.
Sementara itu, waktu menunjukkan jam setengah 11. Sang kapten pun datang menemui para digidestined dan Digimon mereka di lorong dekat kamar mereka, sehingga mereka semua menoleh ke arahnya.
“Ow, anak-anak. Apa semuanya sudah berkumpul?” Tanya sang kapten sambil menepuk bahu Kise. Lantas, remaja SMP Teiko itu menoleh ke arahnya.
“Belum, kapten. Masih ada 1 orang lagi ssu.” Jawab Kise.
“Hyoga belum juga kembali, bisa-bisa kita telat sarapan ini. Padahal aku sudah lapar sekali.” Keluh Agumon. Mendengar keluhan Digimonnya, Raph menjitaknya dan berkata,
“Hei Agumon, jangan egois begitu dong! Kan bukan kau saja yang lapar. Sebentar lagi juga dia akan kembali.” Tak disangka, perut Raph berbunyi setelah dia selesai melontarkan kata-katanya. “Urgh, dammit! Kenapa dia belum kembali, sih?” Keluh remaja berambut merah itu. Maka kakinya disikut oleh Agumon.
“Kau sendiri juga, tuh.” Sahut Agumon, kemudian tertawalah teman-temannya melihat aksi keduanya. Benar saja. Selang berapa detik setelah mereka tertawa, Hyoga datang bersama Gabumon.
“Nah, itu mereka.” Sang kapten berkata sambil menunjuk ke arah Hyoga dan Gabumon. “Ayo, ikut aku.” Sambung sang kapten. Di tengah jalan, Kokichi bertanya kepada sang kapten,
“Oh iya, kapten. Ngomong-ngomong, namamu siapa?”
“Namaku Keith Taylor, panggil saja aku Kapten Taylor.” Jawab sang kapten.
“Wah, nama yang bagus.” Ujar Impmon.
“Oh iya? Lalu siapa namamu?” Tanya Kapten Taylor.
“Namaku Impmon, dan ini bosku, Ouma Kokichi.” Jawab Impmon sambil menunjuk ke arah tamernya.
“Hm, iya ya. Nama yang unik.” Sambil berjalan, Kapten Taylor juga menanyai nama para digidestined juga Digimon mereka satu per satu. Tentunya, mereka memperkenalkan diri masing-masing kepada sang kapten. Tanpa terasa, mereka sudah sampai di ruang tengah. Langsung saja, sang kapten memandu mereka menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, rupanya seluruh makanan telah tersedia di atas meja. Baru saja para tamer ingin mengambil bagian mereka, Agumon yang sudah kelaparan menyerobot giliran.
“What the shell? Hei! Antri dulu!” Protes Raph sambil menjitak Agumon hingga mengaduh. Kesepuluh tamer dan Digimon mereka tertawa melihat hal itu, bahkan Musashi sendiri hanya menunjukkan senyum tipis.
“Akhirnya Musashi tidak sedingin yang waktu itu ya!” Sambar Biyomon dan diikuti anggukan Mai.
“Iya! Kau terlihat tampan dan menggemaskan jika tersenyum, tapi akan lebih menawan jika senyumanmu lebih lebar!” Timpal gadis dengan rambut diikat kuncir kuda itu. Sontak itu membuatnya murung lagi dan mukanya jauh lebih masam.
“Aduh Mai! Jangan menggodanya begitu!” Protes Zhao dan diikuti facepalm dari Gomamon.
“Yaah! Padahal momen Musashi tersenyum itu bisa diabadikan lho. Kau malah menghancurkan momennya!” Timpal Sakura sambil menggembungkan pipinya kesal.
“Mungkin lain waktu, Sakura. Pasti nanti kita akan dapatkan foto dia tersenyum, aku yakin!” Kata Palmon menyemangati. Akhirnya mereka pun sudah mengambil porsi masing-masing dan mulai menikmati sarapan pagi hari itu. Menu sarapan paginya adalah ikan sarden kuah, udang dan cumi-cumi goreng, serta salmon panggang. Untuk sayurnya, ada selada dan kol. Kopi, teh, dan susu pun sudah tersedia. Tapi, mereka sama sekali tidak menaruh curiga apapun dengan pemilik kapal ini.
“Ah... aku jadi kangen dengan Hookmon.” Kata Salamon.
“Salamoncchi, kau benar juga. Melihat kapal ini dan ada Numemoncchi justru jadi mengingatkan kita dengan kapal Hookmoncchi. Kira-kira kabarnya bagaimana ya di sana?” Tanya Kise dengan ceria.
“Aku yakin ia pasti baik-baik saja.” Sahut Coronamon dengan semangat.
“Belum lagi dengan Desa Leomon. Ah... jadi nostalgia kita di sini.” Kata Lunamon menimpali. Hayakawa pun mengangguk.
“Iya. Kita sudah bisa sejauh ini juga karena bantuan mereka. Mungkin kita bersebelas beserta Digimon kita secara kekuatan bisa saja menaklukan beberapa area, namun itu tidak cukup mengingat lawan kita selalu saja lebih kuat dari kita.” Kata gadis bangsawan itu.
“Tapi harus ingat, seandainya kita pun jadi lebih kuat, bukan berarti kita bisa menyombongkan diri.” Sambung Soma, yang membuat Hayakawa tersipu malu di belakang tanpa terlihat.
“Duh, jadi ingat si “Chosen One” itu. Sok sekali dia mau buat pemberontakan ke ayah, eh malah dia yang diceramahi ayah. Mana sampai ayah bilang begini,” Zhao berdiri dan mengambil cangkir kosong dan ditaruh di atas kepalanya, seolah itu ornamen yang ayahnya sering pakai dan tangan kanannya memegang 3 selada seolah itu adalah kipas, “Kau ini bodohnya keterlaluan sampai ke ubun-ubun! Kalau kau mau buat pemberontakkan, bukan begitu caranya! Kau kurang persiapan, menganggap enteng lawan yang malah jauh lebih pintar darimu. Kau tahu, aku dulu memberontak itu seperti ular, diam-diam memperhatikan lawanku...” Rupanya Zhao sedang melakukan impresi ayahnya. Sontak, itu membuat seluruh orang di ruangan itu tertawa.
“Wah, ayahmu keren juga, Sima-chan. Sepertinya aku harus berguru pada ayahmu seandainya ada anggotaku nanti kalau mau membuat kudeta, Nishishi~!” Sahut Kokichi.
“Aduh! Aku sakit perut! Kau lucu sekali menirukan ayahmu, Zhao!” Kata Raph. Saking lucunya, Kapten Taylor dan para Numemon pun ikut tertawa mendengar lelucon dari Zhao. Selang beberapa detik, datanglah 3 orang yang berjalan menuju ke meja yang terletak di sebelah kiri dari meja panjang yang digunakan oleh para digidestined juga Digimon mereka. Letak meja tersebut agak jauh dari meja tempat dimana kesebelas digidestined berada.
Dua diantara mereka adalah laki-laki dan seorang lagi adalah perempuan. Sontak kesebelas digidestined serta Digimon mereka menoleh ke arah ketiga orang tersebut.
“Siapa mereka?” Tanya Hyoga.
“Oh, mereka adalah penumpang di kapal ini. Laki-laki paruh baya yang memakai jaket merah itu namanya Darwin.” Ucap sang kapten sambil menatap ke arah laki-laki paruh baya yang dimakudkannya tersebut. Kulitnya putih, berambut hitam gondrong, berjaket merah, dan memakai celana panjang berwarna hitam. Usianya 43 tahun. “Kalau wanita muda yang memakai baju kuning itu namanya Bella.” Sambung sang kapten dengan menoleh ke arah wanita berusia 30 tahun tersebut. Kulitnya berwarna kuning langsat, memakai dress berwarna kuning, berambut keriting ikal, dan memakai kacamata bulat. “Kalau pak tua yang memakai baju biru itu namanya Ivanovich.” Sambung Kapten Taylor kembali, sambil menengok ke arah pak tua tersebut. Dia berusia 75 tahun, berkulit putih kemerahan, memakai setelan baju biru lengan panjang dan celana panjang biru, memakai topi baret berwarna biru, dan rambut serta kumis dan janggutnya sudah memutih semua.
“Ternyata ada penumpang selain kita juga, ya?” Tanya Kokichi.
“Iya, dan sepertinya mereka ingin memesan sesuatu. Baiklah, anak-anak. Aku akan tinggalkan kalian disini supaya aku bisa melayani mereka bertiga.” Balas sang kapten, lalu dia menghampiri ketiga orang tersebut. Tak lama setelah Kapten Taylor menanyakan pesanan ketiga orang tersebut, dia menghampiri para Numemon agar membawakan semua yang mereka pesan. Tak lama kemudian, Numemon datang membawa kereta dorong berisi 2 piring sirloin steak serta 1 piring tenderloin steak, sebotol cocktail merk Aberol, dan sebotol sampanye berkelas merk Moep & Kandon. Sang kapten menyajikan semua pesanan ketiga orang tersebut. Para digidestined memperhatikan ketiga penumpang yang baru saja memasuki ruang makan bersama mereka itu dengan seksama. Sayangnya, Berbeda dengan kesepuluh Digidestined yang lain, Soma justru memperhatikan ketiga orang itu dengan curiga.
“Ada apa Soma?” Tanya Coronamon yang masih menikmati makanannya sambil menatap tamernya itu. Sang tamer pun menggeleng.
“Ah, tidak ada apa-apa, Coronamon. Bukan masalah serius kok.” Jawabnya dengan tenang. Meskipun begitu, Soma tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari tiga penumpang itu.
“Entah kenapa aku merasa ada yang tidak beres dengan tiga orang ini. Sebenarnya mereka ini siapa? kenapa firasatku tidak enak ya mengenai kapal ini? Belum lagi biasanya Kokichi akan cerewet dengan ocehannya yang biasa membawa hasil, bahkan sampai ke momen Impmon bisa berevolusi ke Digivolution. Apa dia tidak merasa curiga sama sekali ya?” Gumamnya dalam hati. Sayangnya, lamunannya buyar ketika Kiku menepuk bahunya.
“Hei, jangan melamun. Nanti ketiduran di atas meja makan kan tidak sopan.” Kata sang gadis berambut kepang dua itu menasihati.
“Oh, maafkan aku soal itu. Aku agak... sedikit terbayang saja dengan kondisi teman-temanku di sana.” Sahut Soma.
“Memangnya kenapa? Apa ada yang sakit?” Tanya Tokomon.
“Oh, soal itu, tidak kok. Aku hanya merasa beruntung saat itu aku ditolong mereka ketika di titik terlemahku saat itu. Mungkin dengan aku dikirim ke sini, ada takdir lain yang sudah ditulis, yang harus aku penuhi.” Jawab Soma.
“Ditolong mereka? Berarti teman-temanmu juga petarung sepertimu dong, Cruzcchi?” Kise penasaran mendengarnya.
“Tidak semuanya, ada 1 orang yang bukan petarung. Tapi dia adalah teman yang paling istimewa bagiku, karena aku sudah bersahabat dengannya sejak kecil. Sudah seperti saudara sendiri.” Balas Soma sambil tersenyum membayangkan gadis berambut merah yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, yaitu Mina Hakuba. Hayakawa menyimak pemuda Rumania berambut putih itu dengan semburat merah di wajahnya, sampai hot steamnya muncul dari ubun-ubun kepalanya. Lunamon heran melihat tamernya yang tersipu malu itu, lalu bertanya,
“Nona Hayakawa, kau tak apa-apa?”
“A-a-aku tak apa-apa, Lunamon. A-aku cuma...” Sebelum Hayakawa selesai berbicara dengannya, Digimon kelinci berkuping empat itu menoleh ke Soma.
“Oh, mungkin ada yang ingin kau tanyakan padanya.” Balas Lunamon, sambil menatap Soma. “Biar kutanya Soma, ya?” Sahut Lunamon sambil mengedipkan sebelah mata dan tersenyum polos.
“T-tunggu, Lunamon!” Tapi sayang, gadis bangsawan berbaju putih itu tak sempat menghentikan Digimon kelinci berkuping empat itu. Lunamon menghampiri Soma, lalu bertanya kepadanya,
“Soma, aku penasaran. Seperti apa temanmu yang kau ceritakan barusan?”
“Dia adalah gadis berambut merah yang baik hati dan lembut, namanya Mina Hakuba.” Jawab Soma, kemudian Mai menatap pemuda Rumania berambut putih itu dengan seksama, tentunya dengan wajah yang skeptis.
“Apa dia itu pacarmu?” Sontak, Hayakawa kaget dan mukanya tambah merah.
“Pacar? Hahaha, tentu saja bukan. Sampai saat ini, aku belum pernah pacaran dengan siapapun.” Jawab Soma.
“Ah, masa sih? Hm, aku tak percaya.” Ujar Mai sambil mendekat lalu mencondongkan wajahnya ke pemuda Rumania berambut merah itu, sampai Soma sweatdrop.
“Iya, sungguh. Aku serius, Mai.Ngomong-ngomong, wajahmu terlalu dekat padaku.”
Tentunya, Hayakawa semakin memerah wajahnya. Bahkan hot steamnya semakin mengebul dari ubun-ubun kepalanya. Bahkan semburat merah di wajahnya semakin terbentuk. Melihat tingkah laku sang gadis bangsawan itu, mereka semua kecuali Soma dan Mai, menyadari perubahan tersebut.
“Hayakawa, kamu kena demam ya?” Tanya Salamon.
“Mukamu merah sekali, Hojocchi.” Kise menambahkan.
“Aaa-aah... t-tidak kok. Aku baik-b-baik saja...” Jawab Hayakawa salah tingkah.
“Really? Entah kenapa gaya berbicaramu tidak sesuai dengan situasimu sekarang ini.” Sahut Raph dan disambut anggukan dari Agumon.
“Apa kau ada rasa dengan Soma ya?” Tanya Hyoga penasaran. Itu membuat semburat merahnya semakin menjadi.
“A-aa-aa... K-kenapa k-kau berpikir d-demikian, Hyoga?” Tanya Hayakawa semakin malu.
“Hojo-chan, kelihatan sekali kau sebenarnya suka dengan Cruz-chan. Mengaku saja.” Kata Kokichi sambil terkekeh. Namun, Coronamon meminta semuanya untuk tenang.
“Sudah, lebih baik jangan menekan Hayakawa seperti ini. Kasihan juga dia.” Sahut Digimon kucing api itu.
“Benar, lagipula itu urusan personal. Tidak perlu kalian ikut campur.” Kata Musashi dengan dingin sambil menyeruput teh yang ia ambil. Tentu ini membuat Mai cemberut dan langsung duduk dengan kesal.
“Huh, dasar. Pria sepertimu pasti tidak akan pernah merasakan cinta seumur hidupnya.” Katanya dengan gusar.
“Mai, jangan begitu dong. Bagaimana Andy bisa menyukaimu kalau kau juga seperti itu?” Kata Biyomon berusaha menenangkan. Namun bukannya semakin reda, Mai malah semakin jengkel dan membuat kesepuluh tamer beserta Digimon mereka sweatdrop.
“Wanita, kadang membingungkan ya melihat mereka mood swing seperti ini.” Keluh Zhao. Sementara itu, di Laut Gelap, pemandangannya menjadi gelap gulita dan sangat mencekam. Di tempat dimana gurita raksasa bermata merah dan makhluk jubah merah bersayap dan bertanduk, terlihat api yang besar menyelimuti tubuh makhluk jubah merah bersayap dan bertanduk tersebut. Sedangkan gurita raksasa bermata merah berada di sampingnya. Lalu berkatalah dia sambil menoleh ke api itu,
“Hehehe! Hebat, Daemon memang hebat sekali. Dia bisa membuat laut ini menjadi gelap dengan kekuatannya. Terlebih lagi, dia benar-benar bisa menciptakan portal dimensi yang dikatakan Divermon. Sekalipun portal itu masih jauh dari kata sempurna.” Portal dimensi yang dimaksud adalah portal yang menghubungkan Laut Gelap dengan Dunia Digital, dan portal itu sudah muncul walaupun bentuknya masih kecil sekali, sekecil bola mata manusia. Kemudian, dia megingat momen dimana makhluk jubah merah membuat Laut Gelap menjadi gelap gulita.
“Hahaha! Dengan mengkonsentrasikan kekuatanku dengan kekuatan kegelapan yang berasal dari malaikat kematian, aku bisa membuat laut ini menjadi gelap. Dengan begitu, aku bisa memulai proses pembentukan portal dimensi yang akan menghubungkan Dunia Digital dengan Bumi. Hahaha!” Ujar makhluk jubah merah itu dengan tawa jahatnya.
“Sekalipun malaikat kematian sudah dikalahkan oleh mereka? Apa mungkin kau bisa melakukan itu semua?” Tanya gurita raksasa bermata merah itu.
“Iya, tentu saja bisa. Walaupun butuh proses yang memakan waktu lama. Tapi bukan berarti hal itu mustahil.” Jawabnya. “Hehehe! Jujur saja, mereka beruntung karena pada waktu mereka menghadapi malaikat kematian, mereka tidak sadar bahwa kekuatan malaikat kematian hanya seperempat dari yang sebenarnya. Karena butuh waktu baginya untuk bisa memperoleh kembali kekuatan penuh. Tapi, ada yang lebih penting. Lihat baik-baik!” Sambungnya. Kemudian, makhluk jubah merah itu mengarahkan kedua tangannya ke depan dan melipat tangannya. Dia mulai membaca mantera aneh, dan tak lama setelah itu, muncullah portal hitam dengan hitungan beberapa detik. Dari dalam portal hitam itu, keluarlah makhluk misterius berbentuk seperti seorang kakek yang memakai jubah biru keunguan dengan motif garis berwarna kuning keemasan. Dia memegang tongkat berwarna kuning keemasan, dan ada batu permata berwarna merah di bagian atas tongkatnya.
“Hebat! Apakah dia keluar dari portal dimensi yang menghubungkan dunia ini dengan Dunia Digital?” Tanya gurita raksasa bermata merah itu dengan penasaran.
“Bukan, portal yang muncul ini bukanlah portal dimensi yang kau katakan itu. Ini adalah portal ke dunia kematian, dan portal inilah yang membuat malaikat kematian muncul kemari.” Jawab makhluk jubah merah itu.
“Jadi portal ini juga kah yang muncul dan menghisap malaikat kematian saat dia dikalahkan oleh anak-anak itu?” Gurita raksasa bermata merah itu semakin penasaran dengan portal dimensi tersebut.
“Benar sekali, ini adalah portal yang sama. Yaitu portal ke jurang kematian.” Makhluk jubah merah kembali menjawab pertanyaan partnernya. Beberapa detik setelah itu, portal itu tertutup kembali.
“Tenaga dari balik portal itu dahsyat sekali! Seperti lubang hitam yang siap menelan apapun yang ada di hadapannya.”
“Benar, hanya makhluk kuat seperti kita atau malaikat mautlah yang sanggup menahan kekuatan dahsyat dari portal tersebut. Sekarang, kita punya 1 sekutu tambahan. Hahaha!” Sahut makhluk jubah merah itu dengan tawa jahatnya.
“Tak lama lagi, kita akan lancarkan rencana berikutnya, hahaha!” Gurita raksasa bermata merah itu menambahkan. Selesai mengingat itu semua, gurita raksasa bermata merah itu berkata sambil tetap menatap ke api yang menyelimuti makhluk jubah merah tersebut, “Tenaganya pasti terkuras banyak, karena dia mengerjakan 2 hal yang sangat bereksiko bagi dirinya. Tak heran jika dia harus beristirahat untuk memulihkan diri.” Lalu dia menoleh ke makhluk jubah biru keunguan yang menyerupai kakek. “Sekaranglah saat yang tepat untuk menjalankan rencana berikutnya! Pergilah ke Dunia Digital dan intai anak-anak terpilih itu!” Selesai berkata demikian, sosok kakek berjubah biru keunguan itu pergi dengan cara misterius. Tubuhnya menjadi sekumpulan partikel es yang nyaris tak kelihatan, lalu terbang ke arah portal dimensi yang ukurannya sangat kecil itu.
Sementara itu, di Dunia Digital, waktu sudah menunjukkan jam 11 siang. Para digidestined selesai sarapan, kemudian mereka bercengkerama satu sama lain, sedangkan ketiga orang yang ada di meja yang terletak agak jauh di sebelah kiri mereka juga baru selesai makan. Saat ini, ketiga orang tersebut sedang menikmati cocktail dan sampanye yang mereka pesan. Bahkan salah seorang di antara mereka, yaitu Darwin, merogoh sebungkus rokok putih bermerek Combre yang ada di kantung jaketnya. Dia membuka bungkus rokoknya dan mengambil 1 batang, lalu dinyalakannya dengan korek kayu. Kemudian, dia menawarkan rokoknya kepada kedua orang yang duduk 1 meja dengannnya. Wanita muda bernama Bella menolak dengan halus, sedangkan kakek bernama Ivanovich menerima rokok pemberian Darwin sambil berterimakasih, lalu mengambil 1 batang dan dinyalakannya pula dengan meminjam korek kayu dari Darwin. Di saat itu, rasa ingin tahu benar-benar merasuki Impmon dan ia langsung menghampiri ketiga orang asing itu, meskipun Kokichi berusaha menghentikan Digimonnya itu.
“Waaah! Kalian kenapa menyendiri begitu? Ayo berkumpul bersama kami!” Ajak Impmon.
“Impmon! Jangan asal mendekati orang begitu!” Protes Kokichi sambil mengambil Digimonnya kembali. Ivanovich dan Bella sontak memberikan tawa kecil melihat reaksi mereka.
“Ah... anak muda, kalian jangan terlalu risau seperti itu. Kami juga penumpang seperti kalian.” Kata pria tua itu, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam lalu membuang asapnya ke arah berlawanan dari para Digidestined. Kesepuluh tamer lain juga menatap Ivanovich dengan perasaan campur aduk, mulai dari senang, penasaran, dan risau. Agar mencairkan suasana, Ivanovich menawarkan cocktail dan sampanye kepada mereka setelah menaruh puntung rokoknya di asbak. Awalnya, para digidestined juga Digimon mereka ragu. Tapi Ivanovich dan Bella segera memberi isyarat bahwa mereka boleh menikmatinya. Sebagian besar dari mereka memilih cocktail, sedangkan Soma dan Mai memilih sampanye. Para digidestined beserta Digimon mereka masing-masing menuang minuman mereka seperempat gelas. Berhubung mereka baru mengenal ketiga orang itu. Melihat semua itu, Darwin hanya diam sembari menatap sampanye di gelas yang dia pegang, tak lupa dengan rokok yang menempel di mulutnya yang sesekali dia hisap.
“Ngomong-ngomong, aku dengar dari para Numemon kalau kalian berada di sini karena terjebak di jalan ya?” Tanya Bella, sambil menenggak cocktailnya.
“Iya. Kami sudah berkeliling, tapi kami masih tidak menemukan tujuan.” Jawab Raph, setelah dia selesai minum.
“Yang ada kita malah berputar-putar di tempat yang sama.” Keluh Palmon.
“Wajar saja. Kalian kan tadi dari padang gurun. Bukan sebuah fenomena yang mengejutkan melihat kalian tersesat tanpa tahu arah jalan. Mungkin saja kalian melihat fatamorgana.” Kata Ivanovich sambil menghisap rokoknya kembali. Sementara itu, Darwin hanya diam saja, lalu meletakkan gelas anggur yang dia pegang, kemudian menoleh sambil memperhatikan kesebelas tamer itu sembari menghisap rokok yang dari awal terus menempel di mulutnya.
“Rasanya tidak adil jika kalian sudah kenal kami tapi kami tidak mengenal kalian.” Kata Bella. Akhirnya, gadis berbaju kuning itu memperkenalkan diri kepada kesebelas digidestined serta Digimon mereka. Begitu pun dengan Ivanovich, namun lain halnya dengan Darwin yang diam membisu dengan rokok di mulutnya. Meski mereka semua tidak begitu curiga kepada tiga orang itu, Soma tetap masih dalam mental defensive dengan keberadaan ketiga orang itu.
“Soma, kau masih was-was dengan mereka?” Bisik Coronamon. Sang tamer mengangguk sebagai respon.
“Pertama, ketiga orang ini tidak kita ketahui asal-usulnya. Kedua, sejauh ini hanya kami bersebelaslah manusia yang sejauh ini masuk ke Dunia Digital. Bukankah ini aneh melihat ada manusia lain yang bisa mengakses Dunia Digital tanpa sepengetahuan kita?” Soma menjelaskan. Sang Digimon kucing api itu berpikir sebentar dan ternyata ia mengerti maksud tamernya itu.
“Benar juga ya. Tapi biasanya Kokichi bisa tahu kalau ketiga orang ini berbohong atau tidak. Kenapa dia tidak sadar ya?” Tanya Coronamon bingung.
“Itu juga yang membuatku ganjil. Mereka bisa saja memanipulasi aura mereka supaya tidak dicurigai. Apapun itu, ini sangat khawatir melihat teman-teman kita benar-benar lengah, bahkan untuk orang setajam Kokichi dan Musashi...” Kata Soma khawatir. Di tengah-tengah percakapan, kapten Keith datang bersama para Numemon dan menyela sambil mendehem dan memegang jam tangan di tangan kirinyanya, menandakan waktu sudah jam 11 siang.
“Ehem. Maaf tuan-tuan dan nona-nona sekalian. Kami akan merapikan semua yang ada di meja makan, karena waktu sarapan pagi sudah selesai.” Mereka semua mengangguk setuju, dan membiarkan para Numemon merapikan meja makan. Pada saat itu, Darwin kembali menghisap rokok yang sedari awal terus menempel di mulutnya, lalu mengambil putung rokoknya yang sudah terbakar setengah batang dan menarik dalam-dalam, kemudian dihembuskan melalui hidung dan mulutnya.
“Kakek, apa yang kakek lakukan di kapal ini bersama nona Bella dan tuan Darwin?” Tanya Kokichi kepada Ivanovich.
“Oh, aku adalah seorang pesulap yang suka berkelana. Karena di kapal besar biasanya ada panggung teater, aku jadi penasaran dengan kapal di Dunia Digital. Makanya aku naik kapal ini.” Jawab Ivanovich.
“Kalau aku seorang penari, dan aku juga suka bepergian ke tempat yang jauh. Apalagi kalau perginya naik kapal besar, pasti ada pertunjukkan di panggungnya. Jadi aku bisa berdansa dan menghibur para penonton.” Bella menambahkan. Para digidestined dan Digimon mereka tak sedikipun curiga kepada mereka bertiga, kecuali Soma, juga Coronamon yang baru sadar setelah melihat reaksi tamernya.
“Tuan Darwin kenapa hanya diam saja dari tadi?” Hayakawa heran melihat lelaki paruh baya berjaket merah itu berdiam diri sambil merokok.
“Oh, maaf. Aku sedang memikirkan suatu hal.” Jawab Darwin sambil menoleh ke Hayakawa. Dia kembali menghisap rokok, menghembuskannya ke arah berlawanan, lalu meletakkan puntung rokoknya di asbak yang terletak di tengah meja. “Aku Darwin, aku adalah seorang arkeolog. Aku sedang mencari situs arkeologi serta artefak yang ada di Dunia Digital.” Sambung lelaki berjaket merah tersebut.
“Wow, menarik sekali! Aku belum pernah menemukan situs kuno sampai sekarang.” Sahut Agumon.
“Fosil makhluk purbakala pun belum, biasanya yang aku temukan cuma tulang binatang saja.” Gabumon menambahkan.
“Tapi apa ada peradaban kuno yang sudah berusia ribuan tahun di Dunia Digital?” Tanya Tentomon sambil berpikir.
"Entahlah.” Jawab Gomamon kepada Digimon kumbang merah itu. “Di dalam laut pun, aku belum pernah menemukan yang seperti itu.” Sambungnya.
“Yang kami temui itu lukisan dinding bawah tanah. Tepatnya di bawah lubang tempat kami jatuh, di Stadion Terbengkalai.” Ujar Coronamon.
“Itu terjadi setelah Impmon dark digivolve.” Ungkap Kokichi.
“Hm. Begitu, ya?” Tanya Darwin sambil menghisap rokok, lalu tersenyum tipis. Percakapan mereka dengan ketiga orang tersebut berlangsung selama 15 menit sambil menikmati minuman mereka, sampai mereka tak menyadari bahwa kapten Keith ada di dekat mereka dan berkata,
“Oke, sepertinya kalian masih asyik ngobrolnya. Maaf jika aku menyela. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa jika kalian tertarik mengadakan pertunjukan, kalian bisa memakai panggung teater yang berada di bagian tengah ruang akomodasi. Jaraknya tak jauh dari sini.”
“Wah, asyik! Kita bisa nonton pertunjukkan sirkus yang seru!” Seru Lunamon dengan girang.
“Tapi siapa yang akan jadi akrobatnya?” Tanya Palmon sambil melipat kedua tangan di dada.
“Hm. Kalau akrobat sirkus jelas tidak ada. Tapi tuan Ivanovich berkata bahwa dia bisa bermain sulap.” Jawab Tentomon.
“Benar juga, sedangkan nona Bella adalah seorang penari. Mungkin mereka berdua bisa membuat pertunjukkan yang seru.” Tokomon menambahkan.
“Kalau butuh asisten gerombolan ikan kecil, serahkan padaku.” Gomamon menawarkan diri dengan pedenya, sampai Zhao mencubit kedua pipinya saking senangnya dengan Digimonnya.
“Ya tak masalah, lagipula kita belum melihat hiburan setelah kembali ke Dunia Digital. Bagaimana denganmu, Oumacchi ssu?” Tanya Kise kepada remaja berambut biru keunguan itu.
“Aku juga tak masalah, malah kalau boleh aku mau membantu dengan peralatanku. Nishishishi~.” Jawab Kokichi, tapi teman-temannya hanya bisa sweatdrop mendengarnya.
“Kalau aku hanya bisa bermain gitar saja.” Sahut Darwin sembari kembali menghisap rokoknya.
“Okelah kalau begitu, aku akan membuka panggungnya jam 12 tepat. Kalian bisa beristirahat dulu sebentar atau membuat persiapan yang menarik untuk pertunjukan.” Balas kapten Keith.
“Aku akan pergi sebentar. Jika kalian membutuhkan sesuatu, kalian bisa datang ke para Numemon. Oh iya. Untuk mengetahui setiap ruangan di kapal ini, kalian bisa melihatnya di denah kapal yang tertempel di dinding tengah pada setiap ruangan yang ada.” Sambungnya.
“Iya, kami mengerti.” Balas Ivanovich.
“Terimakasih atas panggung yang telah kau sediakan untuk kami, Kapten Taylor.” Ucap Bella sembari mengedipkan sebelah matanya kepada sang kepten, sehingga kapten Keith tersipu malu lalu memalingkan wajahnya dari gadis berbaju hijau tersebut kemudian pergi dari hadapan mereka. Di sela-sela waktu istirahat, Gomamon, Kokichi, Impmon, dan Ivanovich membuat persiapan sulap dan atraksi yang akan mereka mainkan. Sedangkan Bella membuka kopernya dan memilih pakaian yang cocok untuk berdansa. Dan Darwin sedang sibuk mencari lagu apa yang pas untuk dinyanyikan di panggung. Untuk para Digidestined lainnya, sebagian besar dari mereka beristirahat di dek kapal sambil duduk di bangku-bangku pantai dan berbicara satu sama lain. Walaupun di bangku pantai, Soma dan Coronamon masih tetap waspada dengan keadaan sekitar berhubung ada yang aneh dengan kapal yang mereka tumpangi. Namun lain halnya dengan Musashi dan Hyoga yang memilih untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing, tentunya dengan Digimon mereka. Setelah setengah jam beristirahat di kamar, kedua remaja itu keluar dari kamar mereka masing-masing. Tanpa sengaja, mereka menabrak seorang laki-laki tua yang mereka temui setelah turun dari tangga kamar menuju dek. Laki-laki itu muncul dari lorong sebelah kanan dekat tangga tanpa sepenglihatan mereka. Usianya kira-kira 80 tahun.
“Aduh!”
“Maaf, kami tidak melihatmu.” Kata Hyoga sambil menolong laki-laki tersebut, dan ternyata dia adalah seorang pak tua yang badannya lumayan gemuk. Rambutnya gondrong dan jabrik, memakai setelan baju lengan panjang dan celana panjang warna hijau tua, serta mantel merah. Mukanya agak seram dan matanya bulat agak besar.
“Huh, merepotkan saja. Ternyata kalian ini anak remaja. Sudah cepat pergi sana! Kalian para remaja tak pantas berada di kapal ini!” Sahut laki-laki tua yang bangkit berdiri itu, tangannya menampik tangan Hyoga dan Gabumon yang berusaha menolongnya berdiri. Lalu pak tua itu berdiri sendiri dan langsung pergi dari hadapan keduanya.
“Huh!” Gabumon terlihat jengkel dan berusaha ingin mengejar laki-laki tua itu, namun Hyoga menghentikannya.
“Itu tidak perlu. Biarkan saja.” Kata Hyoga dengan tenang. Sayangnya itu tidak menenangkan Digimonnya sama sekali.
“Dia kasar sekali! Malah tidak mengucapkan terimakasih sedikit pun, padahal kau sudah minta maaf! Menyebalkan sekali!” Tukas Gabumon dengan kesal.
“Tidak ada gunanya kau marah, Gabumon. Jika kau marah, memangnya apa kau tidak berpikir bahwa hanya akan menambahkan masalah lain?” Tanya Musashi. Tentomon mengangguk dengan sekali anggukan.
“Musashi benar. Uhm... mungkin pemikirannya masih bertahan di masa lampau, makanya mengambil langkah seperti itu.” Timpal Tentomon dengan nada khawatir. Digimon serigala biru bertanduk itu pun duduk dengan kesal dan menghela nafasnya kasar.
“Iya, iya. Aku ikut kalian deh.” Sahutnya. Hyoga pun berjongkok di sebelahnya dan mengelus kepala Digimonnya itu.
“Aku tidak apa-apa. Terlebih lagi, ada pepatah jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Mama dulu mengajarkanku seperti itu waktu aku masih kecil.” Katanya. Ia pun memejamkan matanya dan menghela nafasnya. Terlihat ada nada kesedihan tersirat di sana.
“Hyoga, kau tidak apa-apa?” Tanya Musashi. Sang remaja asal Rusia itu mengangguk.
“Aku tidak apa-apa” Kata Hyoga sambil menggandeng tangan Digimonnya, lalu berjalan. Remaja berambut biru itu mengikutinya dari belakang bersama dengan Tentomon. Mereka pun akhirnya berjalan kembali menunju dek. Namun yang dia pikirkan saat ini adalah sosok pak tua yang barusan bertabrakan dengannya, juga kalimat terakhir yang dilontarkan olehnya. Dia penasaran dengan maksud pak tua tersebut yang berkata bahwa mereka tak pantas berada di kapal ini.
“Sepertinya kakek itu bukan orang jahat, walaupun wajahnya agak seram. Tapi apa maksudnya dengan kami tak pantas berada di kapal ini? Apa ada yang tak beres dengan kapal ini? Tapi sejauh ini, semuanya aman. Lalu mengapa dia berkata seperti itu?” Gumam Hyoga dalam hati.
Sementara itu di bangku pantai, para Digidestined yang lain masih menikmati pemandangan di dek kapal. Kemudian entah apa yang menyambar, Kise memanggil teman-temannya yang ada di sana.
“Umm... nanti kan akan ada pertunjukan panggung, rasanya tidak adil kalau hanya Oumacchi yang ikut ssu.” Kata Kise dengan kesal.
“Iya, aku setuju. Kita kan juga punya talenta.” Timpal Salamon.
“Love the idea, Ryouta! Tapi aku tidak yakin bisa terlaksana sih.” Kata Raph.
“Kenapa memangnya? Aku juga ingin menunjukkan kebolehanku juga. Enak sekali Kokichi. Aku jadi iri.” Timpal Mai.
“Rasanya kita harus ingat kalau ini kapal orang, jadi sudah pasti kita ikuti aturan mereka.” Kata Biyomon.
“Biyomon benar. Belum lagi itu juga pertunjukkan orang lain. Kita tidak bisa sembarangan ikut seperti itu.” Timpal Agumon.
“Kalau begitu, kan kita bisa minta izin pada mereka bertiga untuk memperbolehkan kita ikut serta dalam pertunjukkan.” Usul Zhao dengan malas.
“Masalahnya kalau semua, berarti tidak ada yang menonton dong!” Protes Kiku.
“Kalau begitu sebagian saja yang punya talenta.” Kata Palmon menimpali.
“Itu ide yang bagus, Palmon!” Sakura mengangguk. “Tapi aku di satu sisi juga setuju dengan Agumon. Kita baru saja beberapa jam berinteraksi dengan mereka. Kita tidak tahu mereka benar-benar baik atau tidak.”
“Itu yang kukhawatirkan juga, Sakura.” Sahut Tokomon. Sementara percakapan itu berlangsung, Coronamon menatap Soma dengan khawatir.
“Soma, kenapa Hyoga dan Musashi malah pergi ke kamar ya? Aku jadi curiga kalau mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita tahu.” Kata Digimon singa api itu.
“Aku tidak yakin mereka berdua seperti itu. Mungkin mereka sedang beristirahat. Tapi, melihat beberapa dari mereka sedikit menyadari untuk jangan percaya dengan tiga orang itu begitu saja sudah membuatku sedikit lega. Aku mulai berpikiran kalau ini berkaitan dengan misi kedua yang Kakek Gennai berikan untuk kita.” Kata Soma.
“Jika begitu ceritanya, kita hanya bisa mengawasi situasi dong sementara ini.” Kata Coronamon yang langsung dijawab dengan sekali anggukan dari tamernya. Tak lama kemudian, Kokichi, Impmon, dan Gomamon menghampiri mereka yang sedang duduk di bangku pantai di dek. Ketiganya berkata bahwa mereka sudah menyiapkan atraksi yang akan mereka mainkan bersama Ivanovich. Hyoga, Musashi, juga kedua Digimon mereka pun muncul beberapa saat setelah Kokichi, Impmon, dan Gomamon muncul. Setelah itu, para digidestined juga Digimon mereka berjalan ke ruang teater. Untuk mengetahui dimana letak ruang teater, mereka melihat denah kapal yang tertempel di dinding kapal, tepatnya di tengah-tengah ruang utama.
Sesampainya di ruang teater, mereka menempati kursi mereka masing-masing, tepatnya kursi di baris kedua dan ketiga dari depan. Sedangkan para Numemon duduk di kursi baris pertama. Ternyata, pak tua yang memakai mantel merah yang menabrak Hyoga juga sudah hadir disana. Dia duduk menyendiri di kursi baris ketujuh di pojok kanan belakang. Karena waktu pertunjukkan akan dimulai, Kokichi, Impmon, dan Gomamon pamit kepada teman-teman mereka untuk pergi ke wing atau bagian belakang panggung yang tak terlihat oleh penonton. Pada saat itu, Raph, Hyoga, dan Mai berinisiatif untuk ikut tampil.
“Count me in, fellas!” Raph pun dengan pedenya ikut serta untuk tampil, sampai Agumon dan semua yang duduk di bangku penonton sweatdrop melihatnya. Sedangkan Hyoga berjalan dengan muka datar tanpa berbicara sepatah kata. Namun dia mengangkat tangan kanannya sambil mengepalkannya, lalu menggerakkan jari-jari tangannya.
“Yosh, makasete!” Ujar gadis berambut panjang kuncir ekor kuda tersebut menyusul Raph, Hyoga, Kokichi, Impmon, dan Gomamon. Ketika Mai berjalan cepat menuju belakang panggung, Biyomon tak sempat menghentikan langkah kaki tamernya. Saat Kokichi, Impmon, dan Gomamon menghampiri Ivanovich, Bella, yang sudah berdandan dan mengganti pakaian dengan dress warna putih menghampiri mereka bertiga dan menyuruh ketiganya untuk memanggil Kise. Maka dipanggillah remaja SMP Teiko berambut kuning tersebut. Kise pun langsung menghampiri Bella, kemudian wanita berambut keriting ikal itu bertanya kepadanya apakah dia bisa tari Tango. Ketika Kise berkata “bisa”, Bella pergi mengambil tuxedo hitam dan memberikannya kepada remaja SMP Teiko berambut kuning itu.
“Pakailah tuxedo ini, kita akan berdansa bersama. Kau mau?” Tanya Bella, lalu Kise mau berdansa bersama wanita berambut keriting ikal itu. Langsung saja, dia mengganti pakaian di bilik kecil di pojok sebelah kanan wing.
Di saat yang bersamaan, Darwin sedang sibuk menyetem gitar akustik listriknya sambil menyanyikan intro lagu yang akan dimainkan olehnya. Sedangkan Ivanovich, Kokichi, Impmon, dan Gomamon sudah selesai menyiapkan semua yang mereka butuhkan. Raph dan Hyoga berdiskusi tentang apa yang akan mereka pertunjukkan nanti. Sementara Mai mengganti pakaian di bilik kecil, lalu memakai kimono warna merah motif bunga sakura yang dia bawa. Tapi dia tidak membawa penjepit rambut untuk menyanggul rambutnya, juga kosmetik. “Oh, aku ada penjepit rambut dan kosmetik yang sesuai dengan yang kau butuhkan.” Bella menawarkan kepada Mai sambil membawa tas kosmetiknya, setelah dia selesai membantu kise memasang dasi kupu-kupu berwarna hitam.
“Apa boleh kupakai sebentar?” Tanya gadis berambut panjang kuncir ekor kuda itu. Bella mengangguk kepadanya. Kemudian Mai mengucapkan terimakasih kepada gadis berambut keriting ikal tersebut. Saat mereka semua yang di belakang panggung menyiapkan diri masing-masing, Kapten Taylor menghampiri mereka semua untuk memberitahu urutan peserta yang akan tampil sesuai dengan yang dia tulis di kertas yang dipegangnya. Semua peserta setuju dengan urutan peserta yang sudah ditentukan untuk tampil, lalu dia keluar dari belakang panggung. Lima belas menit kemudian, lampu panggung pun dinyalakan.
Beberapa saat setelah itu, Kapten Taylor muncul sebagai mc yang akan memandu pertunjukkan. Semua yang menyaksikan pembukaan pertunjukkan tersebut bertepuk tangan, tak terkecuali Soma, Coronamon, dan pak tua yang duduk menyendiri di pojok kanan belakang.
“Hadirin para penonton sekalian, selamat siang. Kali ini, kami akan mengadakan show yang berbeda dari yang sudah pernah dihadirkan sebelumnya di panggung ini. Sebelumnya, kami mohon maaf atas keterlambatan jadwal pertunjukkan, berhubung ada beberapa orang yang dengan mendadak serta sukarela ikut tampil bersama 3 orang yang mengadakan pertunjukkan. Dan tanpa bertele-tele lagi, kami akan langsung tampilkan penampilan yang pertama. Ini dia, Tuan Darwin dengan lagu Tears From Heaven!” Selesai membuat kata sambutan, sang kapten langsung bertepuk tangan diiringi oleh para penonton yang juga bertepuk tangan. Darwin berjalan ke panggung sambil membawa gitar akustik listrik yang sudah dia sambungkan ke amplifier, lalu membungkuk sedikit dan duduk di bangku yang terletak di tengah panggung yang sudah disiapkan oleh Kapten Taylor. Langsung saja, dia mainkan intro lagunya dengan petikan gitar khas penyanyi classic rock Erik Klapton. Selesai intro, Darwin menyanyi dengan suara merdu sambil memejamkan matanya.
“Would you know my name, if I saw you in heaven? Would you be the same, if I saw you in heaven? I must be strong and carry on, ‘cause I know I don’t belong, here in heaven. Would you hold my hand, if I saw you in heaven? Would you help me stand, if I saw you in heaven? I’ll find my way through night and day, ‘cause I know I just can’t stay, here in heaven.”
“Time can bring you down, time can bend your knees. Time can break your heart, have you begging please. Begging please.” Untuk sesaat, Darwin memainkan ritem. Kemudian bernyanyi kembali. “Beyond the dark there’s peace I’m sure, and I know there’ll be no more, tears in heaven. Would you know my name, if I saw you in heaven? Would you be the same, if I saw you in heaven? I must be strong and carry on, ‘cause I know I don’t belong, here in heaven.”
Semua terpukau mendengar Darwin bernyanyi. Mereka bertepuk tangan dengan meriah. “Yay! Suaranya indah sekali!” Seru Salamon dengan senang. Palmon dan Biyomon pun tak kalah senang. Selesai bernyanyi, Darwin membungkuk hormat menunjukkan tanda ia selesai mempertujukkan kebolehannya. Setelah itu, kapten Taylor kembali muncul dari balik tirai. Saat para penonton berhenti bertepuk tangan, sang kapten berkata,
“Itulah tadi Tuan Darwin yang menyenandungkan lagu klasik gubahan Erik Klapton. Dan langsung saja kita tampilkan penampilan kedua. Inilah dia, Bella dan Kise dengan Tango dance!” Sekaranglah giliran Kise dan Bella menunjukkan kebolehan mereka. Lampu sorot di panggung menyorot langsung mengarah ke mereka. Musik tango pun mulai bersuara dari belakang panggung. Mereka pun mulai berdansa mengikuti alunan musik yang diputar. Kise dan Bella menari dengan gerakan yang lihai. Gerakan tangan dan kaki yang serentak, juga eye contact dengan wajah yang saling menatap tanpa mengedip, ditambah dengan mengikuti irama dan tempo musik. Sesekali, Bella memutarkan badannya sembari tangan kanannya dipegang oleh Kise. Setelah itu, gadis berambut keriting ikal itu mendekati Kise sambil berhenti berputar dan menjatuhkan dirinya di tangan kanan remaja SMP Teiko berambut kuning tersebut, yang siap merangkul Bella. Meskipun mereka menari, penonton pun juga terkadang ikut berdansa kecil karena mereka menikmati musiknya. Apalagi menjelang bagian akhir dansa, dimana Bella dan Kise saling merangkul dan mendekatkan wajah mereka masing-masing. Bahkan Kise sampai memegang dagu Bella, seperti sepasang pengantin yang mau berciuman saja.
“Waaah! Mereka menarinya sangat kompak!” Puji Sakura sambil tepuk tangan. Bahkan Hayakawa pun tersenyum lebar sambil tepuk tangan karena kagum melihat penampilan mereka berdua. Sampai Soma juga ikut tersenyum. Selagi tepuk tangan, Hayakawa membayangkan dirinya berdansa dengan Soma setelah tarian tango itu selesai.
Tentunya dengan wajah yang mengeluarkan semburat merah, sampai Lunamon tertawa kecil melihat tamernya lalu menepuknya. Tak lama kemudian, Kise dan Bella membungkuk hormat kepada para penonton kemudian segera berjalan ke belakang panggung. Kapten Taylor kembali masuk ke panggung dan berkata,
“Wow, hebat sekali! Itulah Kise dan Bella dengan tari Tango yang spektakuler! Setelah ini, kami akan menampilkan penampilan ketiga. Inilah dia, Mai dengan tari tradisional Jepang, Nihon Buyo!" Sang kapten bergegas menuju ke belakang panggung, tak lama setelah para penonton tepuk tangan. Lampu sorot menyorot Mai yang bersujud di tengah panggung. Gadis klan Shiranui berambut coklat tersebut mengenakan kimono merah motif bunga sakura, dan berdandan seperti geisha. Musik tradisional Jepang pun diputar dari belakang panggung, dengan suara penyanyi yang melantunkan lagu tradisional Jepang. Mai pun mulai berdiri perlahan, lalu menari dengan perlahan dan memutar kedua pergelangan tangannya. Tangan kanannya memegang kipas, sambil menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik tradisonal yang hanya menggunakan shamisen dan koto. Tentunya dengan posisi batang tubuh yang tetap tegap dan gerakan tangan yang leluasa. Tak semua orang di panggung bisa memahami tari Nihon Buyo yang dibawakan Mai, namun mereka tetap berusaha menikmatinya. Sewaktu musik selesai, Mai berpose dengan kipas yang tebentang di depan wajahnya. Penonton pun bertepuk tangan, kemudian gadis berpakaian kimono merah itu membungkuk lalu meninggalkan panggung. Kapten Taylor berjalan kembali ke panggung dan berkata,
“Luar biasa! Tari tradisional yang sukar dipahami, namun indah sekali. Itulah Mai dengan Nihon Buyo! Dan tanpa menunda waktu, kita akan langsung menampilkan penampilan berikutnya. Ini dia, Raph dan Hyoga dengan martial arts!" Selang beberapa detik setelah sang kapten berjalan meninggalkan panggung, Agumon dan Gabumon tepuk tangan dengan senang dan bangga sambil berteriak menyemangati kedua tamer mereka yang akan tampil. Kini giliran Raph dan Hyoga menunjukkan kebolehan mereka dalam seni bela diri mereka. Dimulai dengan keahlian Raph dalam bela diri Ninjutsu yang ia pelajari dari ayahnya. Semuanya terpukau dengan aksi remaja berambut merah itu. Lalu disusul oleh Hyoga dengan kemampuannya melakukan bela diri yang ia pelajari dari gurunya selama ia di Siberia. Yaitu Kungfu Angsa, berhubung dia adalah seorang ksatria Saint Cygnus. Setelah mereka menunjukkan gerakan bela diri mereka masing-masing, mereka mulai memasang kuda-kuda dan bertarung layaknya seorang ninja dan pendekar kungfu. Tanpa menggunakan senjata dan jurus andalan, hanya mengandalkan tenaga fisik. Raph terlihat agresif dibanding Hyoga, sedangkan remaja Rusia berambut kuning itu tenang seperti es. Namun bukan berarti remaja Amerika berambut merah itu lengah dalam pertarungan tersebut. Mereka tetap fokus satu sama lain untuk mencari celah saat menyerang lawan. Tapi hasil dari pertarungan itu adalah seri.
“Ternyata mereka keren juga ya...” Kata Gabumon dengan terpukau. Agumon juga menangguk setuju
“Iya, seandainya Raph tidak gegabah saja, dia pasti salah satu petarung yang sangat kuat!” Timpal Digimon dinosaurus kuning itu.
“Tapi, aku penasaran sehebat apa ya guru mereka? Aku jadi ingin bertemu mereka suatu saat.” Sahut Gabumon dan itu dijawab dengan gelengan dari Agumon.
“Lain kali saja. Sepertinya di saat seperti ini rasanya sulit.” Sahutnya. Tak lama kemudian, mereka semua tepuk tangan dengan meriah setelah kedua remaja tersebut mengakhiri kompetisi seni bela diri di tengah panggung. Raph dan Hyoga membungkuk sambil memberi salam hormat dengan cara menyentuh telapak tangan kiri dengan tangan kanan yang dikepal. Lalu meninggalkan panggung. Sesaat sesudah keduanya meninggalkan panggung, tirai panggung ditutup.
Setelah itu, Kapten Taylor kembali berjalan ke tengah panggung dan berkata, “Hebat, keren sekali! Dua petarung dengan dua seni bela diri yang berbeda berkompetisi satu sama lain, fantastis. Itulah Raph dan Hyoga dengan Ninjutsu dan Kungfu Angsa! Setelah ini, apa kalian bisa menebak siapakah kira-kira yang akan tampil berikutnya? Ada yang tahu?” Tanya sang kapten, lalu para Digimon saling menoleh ke teman mereka sambil menebak-nebak. “Iya, benar sekali. Yang akan tampil kali ini adalah Tuan Ivanovich dan Kokichi bersama Impmon dan Gomamon. Dan apakah kalian tahu pertunjukkan apa yang kira-kira akan mereka tampilkan kali ini? Sebelum kalian menjawab, langsung kita saksikan saja penampilan mereka. Ini dia, Tuan Ivanovich sang pesulap!” Para penonton kembali tepuk tangan dengan meriah, karena penasaran seperti apa sulap yang akan dimainkan oleh seorang kakek seperti Ivanovich. Sang kapten berjalan meninggalkan panggung, disusul oleh tirai panggung yang dibuka dengan semua properti yang sudah disiapkan oleh Ivanovich, Kokichi, Impmon, dan Gomamon.
Ivanovich berjalan ke panggung dengan memakai jas hitam lengan panjang dan celana panjang warna abu-abu muda, juga topi pesulap warna hitam sambil memegang tongkat pesulap. Tak lupa pula, dia memakai sarung tangan pesulap berwarna putih. Tanpa membuang waktu, Ivanovich menunjukkan bagian dalam topinya yang kosong kepada penonton, lalu dia mengarahkan tongkatnya ke topinya dan mengambil sesuatu dari dalam topi itu, dan keluarlah burung merpati putih. Setelah itu, merpati putih itu terbang ke meja kayu yang berada di tengah panggung. Tak lama kemudian, pesulap tua tersebut kembali menunjukkan bagian dalam topinya yang kosong dan mengarahkan tongkat ke topinya, lalu mengambil sesuatu dari dalam topi itu. Maka didapatilah bahwa dari dalam topi tersebut, ada sekuntum bunga mawar. Ivanovich mengambil bunga mawar itu dan memegangnya dengan tangan kanannya, kemudian bersiul memanggil burung merpatinya yang bertengger di meja kayu di tengah panggung. Langsung saja, merpati putih tersebut menghampiri majikannya dan mengambil bunga mawar yang ada di tangan tuannya, lalu memberikan kepada salah 1 penonton. Ternyata, mawar tersebut diberikan kepada Hayakawa, dan dia pun tersenyum dengan senang sekali.
“Terimakasih, ya.” Ucap gadis bangsawan berbaju putih itu.
“Mawar yang indah ya, nona.” Kata Lunamon sambil tersenyum polos.
“Iya, kau benar Lunamon. Aku akan memberikan bunga mawar ini pada seseorang.” Sahut Hayakawa.
“Oh, aku tahu siapa orang yang kau maksud.” Balas Lunamon sambil senyum seperti anak bayi.
“Uh, Lunamon. Awas ya kalau kau bilang ke siapa-siapa.” Sahut Hayakawa sambil mencubit pipi Lunamon sembari tertawa dan bercanda bersama. Soma yang melihat tingkah keduanya hanya bisa sweatdrop sambil tersenyum.
“Wah, hebat juga dia ya.” Ujar Coronamon sambil tepuk tangan.
“Iya, aku tak menyangka bahwa sulapnya bukan sulap kacangan.” Sahut Tentomon. Kali ini, Ivanovich akan menunjukkan satu sulap yang ekstrim. Dia mengambil pisau dari dalam saku jasnya dengan tangan kanannya. Untuk membuktikan kepada penonton bahwa pisau tersebut adalah pisau asli, pesulap tua itu mengambil beberapa helai selada dan kol, kemudian dipotongnya semua sayuran itu menjadi beberapa bagian. Setelah membersihkan potongan sayur yang jatuh di lantai, Ivanovich menunjukkan telapak tangan kirinya kepada para penonton. Setelah itu, dia melakukan atraksi yang berbahaya, yaitu memotong jari-jari tangan kirinya sampai berteriak kesakitan. Semua penonton terkejut setengah mati, bahkan sampai ada yang menutup wajahnya dan berteriak ketakutan. Parahnya lagi, pesulap tua tersebut menancapkan pisaunya ke telapak tangan kirinya. Maka makin kencanglah teriakannya, lalu tangannya berdarah. Tapi setelah itu, Ivanovich tiba-tiba tersenyum dan melepaskan pisau yang dipegang dengan tangan kanannya.
Kemudian menarik tangan kirinya dengan cepat, dan terungkaplah bahwa tangan yang tertancap pisau itu adalah tangan palsu. Akhirnya, para penonton pun bisa bernafas lega karena itu hanya merupakan trik sulap, walaupun bukan trik yang sembarangan. Mereka pun tepuk tangan dengan meriah.
Langsung saja, Kokichi, Impmon, dan Gomamon berjalan ke panggung dan segera bergabung dengan Ivanovich. Mereka berdiri di sebelah kiri, tengah, dan kanan panggung, tepatnya di bawah 2 lingkaran api sirkus yang belum diselimuti oleh api. Sebelum api dinyalakan, Kokichi melempar bola ke Impmon, lalu Impmon melempar bola itu ke Gomamon. Digimon singa laut itu menangkap bola tersebut dengan hidungnya, kemudian memainkan bola tersebut seperti singa laut yang pandai bermain bola dengan hidung dan ekornya. Semua penonton tepuk tangan dengan meriah, terutama Zhao yang sangat senang dan bangga melihat penampilan Digimonnya. Selesai memainkan bola, Gomamon menyundul bola tersebut ke Ivanovich. Kokichi menyalakan flare, kemudian remaja berambut biru keunguan itu memberikan flarenya kepada Impmon, lalu Digimon imp itu memanjat bahu tamernya dan melompat ke lingkaran sirkus setinggi 2 setengah meter tersebut. Satu lingkaran api pun menyala, dan mereka juga melakukan hal yang sama untuk menyalakan lingkaran api yang berikutnya.
Para penonton tepuk tangan melihat penampilan mereka yang riskan. Dengan segera, Gomamon masuk ke dalam kolam ikan besar yang terbuat dari kayu dan terpal, yang terdapat di tengah panggung, lalu dia bersiul memanggil gerombolan ikan kecil. Gerombolan ikan tersebut melompat keluar kolam dan berhasil melompati kedua lingkaran api tersebut. Tak mau kalah juga, Gomamon pun ikut melompat ke lingkaran api tersebut bersama gerombolan ikan kecilnya. Tak satupun dari mereka yang terluka akibat pertunjukan yang penuh dengan resiko itu. Tepuk tangan meriah dari para penonton pun bergemuruh seperti suara hujan, sekaligus menandakan bahwa pertunjukkan sudah usai. Selesai pertunjukkan, tirai panggung ditutup perlahan. Mereka semua berdiri meninggalkan bangku dan keluar ruang teater, termasuk pak tua berbaju hijau yang duduk menyendiri di pojok kanan belakang.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Kapten Taylor memberitahu mereka semua bahwa saat ini sudah waktu jam makan siang. Sang kapten bersama para Numemon menyajikan menu makan siang. Para Digidestined juga Digimon mereka berjalan menuju ruang makan dan menikmati makan siang. Kali ini, pak tua berbaju hijau yang menabrak Hyoga juga ikut makan siang bersama. Dia menghampiri remaja Rusia berambut kuning itu dan Gabumon untuk minta maaf kepada mereka berdua, lalu keduanya pun memaafkan dia. Saat mereka semua sampai di ruang makan, semua menu sudah disajikan. Kesebelas Digidestined duduk bersama Digimon mereka, sedangkan pak tua berbaju hijau duduk menyendiri, kemudian datanglah juga Darwin, Bella, serta Ivanovich. Tapi sang kapten pergi menemui juru mudi di ruang kemudi dan berbicara kepadanya.
“Kita akan jalankan rencana setelah jam makan siang.”
“Baik, kapten. Aku sudah tak sabar lagi.”
“Tenang saja. Sekarang, aku harus menghubungi bos dulu.”
“Siap!” Langsung saja, Kapten Taylor pergi ke anjungan. Melihat gelagatnya, dia seperti ingin menjalankan siasat jahat. Siapakah dia sebenarnya? Namun siapa sangka, orang yang dimaksud bos itu adalah Etemon. Ya, dia berusaha menghubungi Etemon dengan alat komunikasi kapal yaitu radio pemancar. Namun sayang, dia tak bisa terhubung dengan Etemon berhubung bosnya itu sedang asyik bernyanyi. Berulang kali dia berusaha mengontak Etemon, namun hasilnya nihil. Di lain tempat, Etemon sedang bernyanyi sambil memainkan gitar listriknya, diiringi oleh para Gazimon sebagai back vocal.
“Well shake it up, babe. Now! Shake it up, babe. Twist and shout, twist and shout. C’mon c’mon c’mon, babe. Now! C’mon babe! C’mon and work it on out! Work it on out, ooooo! Aaaaa aaaaa aaaaa aaaaaa. Waaaaaw, aaaaaaaaaaa!!!” Begitu nyaring dan melengkingnya suara mereka, seperti grup band legendaris The Beetles, yang menggubah lagu Twist and Shout. Sampai mereka tak menyadari bahwa ada ada yang menghubungi mereka melalui alat komunikasi yang ada di truk Etemon.
“Radio 1 ke radio 2, tuan Etemon. Mohon jawab. Tuan Etemon, mohon jawab... Aneh, kenapa aku tak bisa menghubunginya?” Lalu sang kapten mematikan radio pemancar dan berpikir untuk mengambil langkah selanjutnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk memutuskan langkah apa yang akan diambil. “Ya sudah kalau begitu, biar aku saja yang urus.” Dia berjalan ke ruang kemudi, memberitahukan hal tersebut kepada juru mudi.
“Sepertinya bos sedang sibuk.” Kata juru mudi kepada Kapten Taylor.
“Justru itulah kesempatan kita untuk mengurus mereka dengan cara kita sendiri.” Sang kapten.
“Ide bagus, kapten. Dengan begitu, kita akan memasukkan mereka ke dalam perangkap. Hehehe.” Balas sang juru mudi. Sementara itu di ruang makan, para Digidestined dan Digimon mereka baru saja selesai makan siang. Mereka hanya mengambil lauk secukupnya, berhubung mereka sudah sarapan dengan lahap. Selagi waktu istirahat, Darwin, Bella, dan Ivanovich memesan sebotol sampanye bermerk “Mut & Chendon”. Bahkan Ivanovich pun memesan cocktail dan mocktail untuk para Digidestined sebagai ucapan terima kasih karena beberapa dari mereka ikut berpartisipasi dalam pertunjukkan. Ketika kakek tua berbaju biru itu selesai menenggak sampanye, dia memegang rokok yang diberikan oleh Darwin lalu menyalakannya dengan korek kayu. Saat Ivanovich menyalakan rokok, Kokichi menghampirinya dan mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih ya kakek, atas cocktailnya.”
“Ya, sama-sama. Anggap saja sebagi bukti pertemanan kita.”
Selesai minum sampanye, Darwin, Bella, dan Ivanovich lebih dulu meninggalkan ruang makan. Mereka pamit dengan para Digidestined serta Digimon mereka. Beberapa saat kemudian, para Digidestined pun berdiri dari kursi ruang makan dan berjalan ke arah ruang tengah. Sesaat sebelum mereka keluar melalui pintu ruang makan, pak tua berbaju hijau yang duduk menyendiri memberikan secarik kertas kepada Hyoga. Ketika remaja Rusia berambut kuning itu menerima kertas tersebut, pak tua berbaju hijau itu berkata, “Aku minta maaf atas kecerobohanku tadi. Sungguh, aku tidak sengaja menabrakmu.” Mendengar itu, Hyoga membalas,
“Tidak apa-apa, kakek. Aku maafkan kesalahanmu.” Lalu keduanya berjabat tangan. Sesudah itu, mereka pun keluar dari ruang makan, kemudian berjalan menuju ruang tengah. Di tengah jalan, mereka penasaran dengan kertas yang diberikan oleh pak tua itu, remaja Rusia berambut kuning itu membuka kertas tersebut. Isinya ditulis dengan huruf digicode. Gabumon melihat tulisan itu dan membacanya,
“Orang-orang yang berada disini mencurigakan. Segera tinggalkan tempat ini, karena kapal uap ini berbahaya.” Kesebelas Digidestined heran dengan isi kertas tersebut, bahkan sulit bagi mereka untuk percaya akan pesan dari pak tua berbaju hijau itu. Beberapa saat kemudian, mereka bertemu dengan para Numemon. Digimon siput hijau itu menghampiri Digidestined dan Digimon mereka.
“Oh, kebetulan kalian disini. Apa kalian melihat kapten?”
“Tidak, dia pergi sewaktu jam makan siang tadi. Sampai sekarang, kami tak melihatnya ssu.” Jawab Kise.
“Hm, aneh juga. Tak biasanya dia pergi sampai selama ini. Apa kalian melihat juru mudi?”
“Tidak, kami hanya sekali melihatnya pas baru sampai di kapal ini.” Jawab Musashi.
“Kemana mereka pergi, ya?” Numemon kembali bertanya kepada mereka.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita cari mereka? Pasti mereka ada di suatu tempat di kapal ini.” Usul Tentomon. Mereka setuju dengan usul Digimon kumbang merah itu. Maka berpencarlah mereka mencari kapten Taylor beserta juru mudi. Numemon mencari di bagian belakang kapal, sedangkan kesebelas Digidestined dan Digimon mereka mencari di bagian depan. Saat mereka sampai di ruang tengah, mereka melihat ke setiap sudut ruangan. Setelah mencari beberapa saat, mereka dikejutkan dengan kedua orang yang tergeletak pingsan di lantai. Kedua orang itu adalah Bella dan Ivanovich.
“Nona Bella, Tuan Ivanovich, sadarlah!” Mai dan Kise menepuk wajah keduanya, namun mereka tak kunjung siuman. Di kepala mereka, ada luka bekas hantaman benda keras seperti besi. Curiga dengan keadaan, Hyoga teringat akan tulisan pak tua berbaju hijau yang mengingatkannya supaya segera meninggalkan kapal tempat mereka berada. Di saat yang bersamaan, Gabumon melihat sesuatu yang aneh. Di dekat meja tempat hiasan dan mainan, ada 2 patung menyeramkan. Yang satu berwarna putih pucat dan yang satunya lagi berwarna kuning emas, tinggi kedua patung itu 2 meter. Yang berwarna putih berbentuk seperti setengah manusia setengah iblis, dengan kepala iblis bertanduk dengan mulut terbuka. Di dalam mulutnya, ada kepala manusia dengan mata terpejam dan mulut terbungkam. Posisi patung putih itu duduk bersila, dengan tangan memegang lutut. Sedangkan patung yang satunya lagi berwarna kuning emas berbentuk seperti iblis yang mulutnya terbuka dengan gigi tajam di rahangnya, bertanduk dan memegang dua pedang kecil seperti tsai pada kedua tangannya, kupingnya berbentuk selaput seperti kappa. Posisi patung kuning itu seperti duduk di sebuah singgasana.
“Hyoga, cepat kemari!” Gabumon memanggil Tamernya, lalu dia berlari menghampiri Digimon serigala biru itu disusul oleh Digidestined lainnya. “Lihat! Tadi pagi kedua patung itu tidak ada disini.” Sambungnya sembari menunjuk kedua patung itu.
“Iya, ya. Aneh sekali, dari mana asalnya patung ini?” Hyoga mencurigai kedua patung tersebut.
“Lagipula bagaimana ceritanya patung-patung ini bisa berada di ruangan ini?” Musashi menambahkan. Ternyata, dari belakang kedua patung itu, muncul dua sosok yang tak asing. Mereka adalah Kapten Taylor dan juru mudi, kali ini dengan tatapan jahat.
“Benar sekali, kedua patung ini sebelumnya tidak ada di ruangan ini.” Ujar juru mudi.
“Tak penting dari mana asalnya dan bagaimana kedua patung ini bisa berada di ruangan ini.” Jawab Taylor.
“Siapa sebenarnya kalian ini?!” Tanya Raph sambil menggertak kedua orang itu dengan gusar, karena dia sangat mencurigai keduanya.
“Apa kalian yang memukul Ivanovich dan Bella?!” Zhao menggertak kedua orang itu.
“Iya, kami yang melakukannya. Mudah sekali memukul mereka diam-diam dengan pipa besi ini.” Jawab juru mudi sambil memegang pipa besi yang dipegangnya. Kemudian, dia melempar pipa besi itu.
“Sekarang kalian akan segera tahu, identitas kami yang sebenarnya!” Seru Taylor. Maka mereka menunjukkan wujud aslinya dengan menundukkan kepala lalu merobek perut mereka. Rupanya, wujud asli mereka lebih tinggi dari penyamaran mereka. Yang paling mengejutkan lagi adalah, kedua bukan manusia. Melainkan Digimon!
“I-itu kan...” Tentomon tak sempat selesai berkata, sehingga kedua sosok itu langsung menjawab,
“Aku adalah Kokatorimon!”
“Dan aku sendiri, adalah Akatorimon!”
“Kami adalah, TORIMON BERSAUDARA!!!” Mereka semua terkejut setengah mati melihat wujud asli kedua Digimon tersebut. Kise mengeluarkan Data Analyzer dan inilah informasi yang didapat mengenai keduanya,
“Kokatorimon, atribut data, adalah Digimon unggas raksasa kelas Champion berjambul hitam yang menyerupai ayam raksasa setinggi 2 meter. Kakinya sangat besar karena dia hidup di kawasan tanah dalam jangka waktu yang lama. Dia tidak bisa terbang, bahkan kaki besarnya terus bertumbuh. Senjata pamungkasnya adalah Petra Fire, Feather Sword, Sliding Beak, dan Feather Shot.”
“Akatorimon, atribut data, adalah Digimon unggas raksasa kelas Champion berjambul merah yang menyerupai ayam raksasa setinggi 2 meter. Dia termasuk 1 spesies dengan Kokatorimon, dan sama seperti Kokatorimon, kaki besarnya terus bertumbuh dan dia juga tidak bisa terbang dan memiliki paruh tajam. Senjata pamungkasnya adalah Chicken Red Eyes, Akatori Kick, Dirty Attack, dan Blast Shot.”
Meski terkejut, kesebelas Digidestined dan Digimon mereka hanya bisa sweatdrop melihat Kokatorimon dan Akatorimon bergaya seperti super hero, tepatnya dengan posisi kedua tangan mereka diangkat ke samping kiri dan kanan. Selesai bergaya, Torimon bersaudara pun ikut sweatdrop bahkan sampai jaw dropping.
“Koka, aka...” Kokatorimon dan Akatorimon biasanya mengakhiri kalimat dengan “Koka” dan “Aka”, sesuai nama depan mereka masing-masing. “Hei! Apa-apaaan kalian?!” Torimon bersaudara marah kepada musuhnya.
“Kalian berdua Digimon? Sulit dipercaya.” Balas Zhao dengan muka skeptis.
“Tentu saja! Memangnya tampang kami aneh, ya?!” Kokatorimon naik darah kepada Zhao.
“Bukan aneh, tapi kalian ini Digimon... ayam?! Like, seriously? You guys are two huge roosters?” Raph yang tadinya emosi malah jadi ikut skeptis.
“Memangnya kenapa kalau kami Digimon ayam?! Kalian ini sungguh menyebalkan, ya!” Akatorimon pun ikut geram mendengar ucapan Raph.
“Kelihatannya kalian lemah, nishishi.” Kokichi mengejek Torimon bersaudara sambil tertawa.
“Apa?! Beraninya kalian mengejek kami! Lihat saja, apa kami ini lemah atau tidak!” Tukas Torimon bersaudara.
“Alright! I’ll take both of you at once!” Raph maju dengan pedenya sambil mengeluarkan sainya.
“Serahkan dia padaku, koka!”
“Baik, kak, aka.” Kokatorimon maju ke depan adiknya, dan siap menghadapi Raph. Pada saat Raph menyerang Digimon ayam raksasa berjambul hitam itu, Kokatorimon mengambil bulu tubuhnya dan membalas serangan. Alhasil, keduanya terkena serangan. Akan tetapi, karena bulu Kokatorimon sangat tebal, dia hanya tergores sedikit. Sedangkan Raph terluka.
“Argh!” Remaja Amerika berambut merah itu meringis kesakitan, sambil menoleh ke arah musuhnya.
“Don’t judge a book by its cover, jangan melihat orang dari penampilannya. Itu adalah pepatah tua yang sangat terkenal. Tidakkah kau tahu itu, koka?” Kokatorimon menoleh ke Raph dengan muka serius, tanda dia tidak segan-segan melawan musuhnya.
“Dammit! He’s not a pushover. Kalau begitu, terimalah ini!” Remaja Amerika berambut merah itu maju dengan cepat. Adu serangan pun terjadi diantara keduanya. Raph dengan kedua sainya, dan Kokatorimon dengan bulu tajam bagaikan pedang.
“Hehehe, ternyata kau hebat dalam bertarung. Sama seperti saat pertunjukkan di panggung, kau menyerang musuh dengan gencar dan cepat, koka.” Seru Kokatorimon, sambil berusaha menebas Raph.
“Hah, tentu saja. Aku sudah berlatih keras dengan Master Splinter sejak pulang ke Bumi selama 3 hari.”
“Oh iya? Apa benar begitu, koka?” Balas Kokatorimon dengan wajah skeptis. Ketika Digimon ayam raksasa berjambul hitam tersebut mendapat celah, dia segera menebas Raph. Namun remaja berambut merah itu berguling di lantai kapal dan menebas balik. Sayangnya, Kokatorimon menyadari serangan itu dan menepis.
“Raph, kubantu kau! Rasakan ini! Pepper Breath!” Agumon menembakkan bola api kecilnya Kokatorimon, tapi langsung ditepis dengan sayap kirinya. Melihat perhatian Akatorimon yang tertuju ke kakaknya dan Raph, Hyoga maju diam-diam dan menembakkan Diamond Dust.
“Kau pikir aku tidak tahu, aka?!” Akatorimon menoleh lalu melompat menghindari debu-debu intan, disusul oleh Gabumon yang maju dan menembakkan Blue Blaster. Sayangnya, Digimon ayam raksasa berjambul merah itu menepis api biru Gabumon dengan sayapnya. “Cih, 2 lawan 1 ya? Merepotkan juga, aka.” Di saat bersamaan, Kokatorimon melompat mundur ke arah adiknya saat Raph berusaha menebasnya. Maka Raph pun ikut melompat mundur ke arah Agumon. Melihat itu, Akatorimon berlari melompati punggung Kokatorimon lalu menghajar Raph dengan tendangannya. “Rasakan ini! Akatori Kick!”
“Uwargh!”
“Raph!” Agumon beserta yang lainnya menolong remaja Amerika berambut merah yang terpental.
“Blue Blaster!”
“Super Shocker!” Gabumon dan Tentomon menembakkan api biru ke arah Torimon bersaudara. Dengan lihai, mereka berdua melompat ke samping kiri dan kanan. Ketika Kokatorimon mendarat di lantai kapal, dia bersiap dengan posisi kedua tangan diangkat ke atas.
“Lihat dan saksikanlah! Petra Fire!” Digimon ayam raksasa berjambul putih itu menembakkan sinar hijau dari kedua matanya ke arah Gabumon dan Tentomon. Dalam sekejap, Digimon serigala biru dan Digimon kumbang merah tersebut berubah menjadi patung batu.
“Gabumon!”
“Tentomon!” Kedua tamer mereka menghampiri Digimon mereka. “Sial! Bagaimana caranya membuat mereka kembali normal?”
“Aku juga tidak tahu. Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa mereka semua bisa menjadi patung batu!” Sahut Raph.
“Kita tidak akan diam! Ayo kita bantu!” Mai pun maju bersama Biyomon, begitu pula Sakura dengan Palmon, dan Soma dengan Coronamon.
“Wow, mereka malah semakin banyak. Tumbang 2, tambah 6, aka.” Kata Akatorimon. Kokatorimon pun menatap Raph yang jaraknya semakin dekat.
“Aku penasaran jika ini efektif untuk manusia atau tidak, koka. Makan ini! Petra Fire!” Dan benar saja, tak lama setelah itu, Raph pun berubah menjadi patung batu.
“Raph!” Agumon pun menghampiri tamernya yang sudah menjadi patung batu itu.
“Ya ampun! Manusia juga bisa kena?!” Tanya Kiku terkejut sambil memeluk Tokomon.
“Iya Kiku. Seperti yang sebelum-sebelumnya juga, serangan Digimon efektif terhadap manusia. Termasuk Petra Firenya Kokatorimon.” Jawab Tokomon dengan cemas.
“Kalau begitu, ini mirip dengan Medusa Head dan Cockatrice yang pernah kutemui di istana Dracula!” Kata Soma.
“Apa kau punya serangan yang mirip?” Tanya Coronamon dan langsung direspon anggukan oleh sang tamer.
“Jika begitu, kami akan bantu untuk memperlambat mereka agar kau bisa cari serangan-serangan yang menghalangi mereka maju.” Kata Sakura. Di saat Sakura dan Palmon mendekati Kokatorimon, Akatorimon langsung lompat ke arah mereka berdua dan mereka berduel di sana. Sementara itu, ketika Kokatorimon mengira dia sudah aman, dari belakang Mai dan Biyomon sudah bersiap.
“Spiral Twister!”
“Terima ini!” Combo serangan kipas api dari Mai dan serangan dari Biyomon bersatu, namun itu hasilnya nihil.
“Tidak kena! Giliranku sekarang! Ayo, Akatorimon, kita langsung kombinasikan serangan kita, koka!” Seru Kokatorimon.
“Siap, kak. Aka!” Sahut Akatorimon. Mereka berdua melancarkan serangan Sliding Beak dan Akatori Kick secara serentak ke arah kedua kunoichi itu beserta Digimon mereka.
“Sakura, Mai!”
“Biyomon, Palmon!” Hayakawa dan Lunamon mendekati kedua kunoichi itu.
“Mereka kuat sekali. Kita sampai susah sekali mencari celah untuk bisa mengalahkan keduanya.” Kata Biyomon terengah-engah.
“Iya, aku juga tidak tahu apa kita bisa berevolusi di saat ini apa belum.” Timpal Palmon. Mereka melihat Kokatorimon dan Akatorimon hampir mendekati ketiga gadis yang sedang berdiskusi singkat itu.
“Ayo, adikku! Setelah kita ubah sebagian dari mereka menjadi patung batu, kita ikat sisanya, Koka!” Ujar Digimon ayam raksasa berjambul hitam itu dengan senyum licik dan pedenya.
“Baik, kak! Habis itu, akan kita ceburkan mereka ke sungai supaya dimakan oleh para buaya di sungai itu, aka!” Sahut Digimon ayam berjambul merah. Namun mereka terkejut ketika mereka mendapatkan serangan petasan di bawah kaki mereka. Mata mereka langsung menatap tajam ke arah pelakunya, yang tak lain adalah Kokichi dan Kise.
“Menyingkir kalian dari mereka!” Seru Kokichi dengan geram.
“Aku tidak akan biarkan kalian berdua menyentuh teman kami ssu!” Timpal Kise
“Terima ini!” Impmon melemparkan serangan Bada Boom ke arah Kokatorimon.
“Aku ikut!” Salamon dan Lunamon pun juga mengikuti dengan serangan Puppy Howling dan Tear Shot ke arah Akatorimon, namun Torimon bersaudara tidak bergeming sama sekali. Bahkan Coronamon dan Agumon juga ikut menembak Torimon bersaudara dengan Pepper Breath dan Corona Flame.
“Hahaha! Cuma gigitan semut, Koka!” Kokatorimon langsung melancarkan serangan Petra Fire ke arah Kokichi dan Kise beserta Digimon mereka. Namun, yang mereka tidak sadari, Soma justru memiliki strategi yang tidak biasa.
Mengingat cerita Perseus yang ia baca, untuk menghindari tatapan maut Medusa, ia membawa perisai untuk memantulkan serangan Medusa. Mungkin hal yang sama bisa diterapkan untuk Pertra Fire milik Kokatorimon. Soma langsung bergegas mengambil nampan besi yang berada di dekat meja dengan bantuan soul imp.
“Soma, apa yang kau lakukan?” Tanya Zhao dengan bingung.
“Melakukan apa yang Perseus lakukan dengan tambahan soul Medusa Head.” Di saat itu, Torimon bersaudara langsung melihat Soma yang bergegas dengan cepat ke arah mereka. Di saat mereka mau saja melancarkan serangan, sang pemuda asal Rumania itu mengeluarkan soul Medusa Head dalam jumlah banyak. Alhasil, Torimon bersaudara berusaha menghindar dari serangan Kepala Medusa itu.
“Apa ini, Koka?!” Seru Kokatorimon dengan geram.
“Aku juga tidak tahu kak! Mereka menyebalkan sekali, Aka!” Timpal Akatorimon.
“Sekarang!” Soma pun langsung mengarahkan Digivicenya dan Coronamon langsung Digivolve menjadi Firamon, diikuti Zhao dan Hayakawa yang mengevolusikan Digimon mereka menjadi Ikkakumon dan Lekismon.
“Kami ikut!” Sahut Mai dan Sakura, namun kedua Digimon mereka mencegahnya.
“Kami masih belum siap.” Kata Palmon.
“Benar, serangan mereka tadi membuat kami lemas. Kami tidak punya energi untuk berevolusi saat ini.” Biyomon menambahkan.
“Ternyata jadi repot juga.” Kata Tokomon sedih.
“Cih, gerombolan kepala terbang berambut ular itu merepotkan saja, Koka.” Umpat Kokatorimon.
“Biar kutangani, aka! Blast Shot!” Akatorimon mengeluarkan tembakan dari balik sayapnya dan mengalahkan sebagian besar dari Medusa Head.
“Masih sisa, ya? Terima ini, Koka! Feather Shot!” Kokatorimon menghabisi Medusa Head yang tersisa dengan tembakan bulu dari balik sayapnya. Di saat itu pula, para Numemon memergoki Torimon bersaudara yang merupakan wujud asli dari kapten dan juru mudi. Mereka hanya bisa diam saking shocknya karena tak menyangka bahwa keduanya menyamar tanpa sepengetahuan mereka.
“Ja-jadi kalian ini, ka-kapten dan juru mudi gadungan?!” Ucap Numemon terbata-bata, maka menolehlah Torimon bersaudara ke Digimon siput hijau itu.
“Oh, kalian rupanya. Karena kalian mengetahui rahasia kami, maka kalian harus dilenyapkan, koka!” Sahut Kokatorimon.
“Takkan kubiarkan! Musashi maju ke arah mereka berdua, lalu mengeluarkan Hiryu Ao Ken. Keduanya berhasil menghindar. Kokatorimon pun segera membalas dengan Petra Fire. Berniat melindungi temannya, Soma maju ke depan remaja berambut gondrong berwarna biru dongker itu dan memantulkan sinar hijau tersebut dengan nampan besi. Sayangnya, pantulan Petra Fire tidak sengaja mengarah ke sekumpulan Numemon. Alhasil, sebagian dari para Numemon yang berdiri di depan kena sinar hijau itu dan menjadi patung batu.
“Hahaha! Bagaimana rasanya jadi patung batu? Enak, toh?! Koka.” Ejek Kokatorimon. Para Digidestined kesal dan ingin segera menghajar mereka secara serentak, terutama Agumon. Tapi Kokatorimon menembakkan Petra Fire ke Digimon dinosaurus kuning kecil itu sehingga dia berubah menjadi patung batu seperti Tamernya. Maka makin kesal lah Digidestined juga Digimon lainnya. Tapi Akatorimon menghentikan musuh-musuhnya dengan mengarahkan tangan kanan kanannya.
“Tunggu dulu! Sekarang kalian harus menuruti perintah kami. Berikan Digivice dan Crest kalian, aka!” Titah Digimon ayam raksasa berjambul merah itu.
“Tidak akan! Sampai kapanpun kami tidak akan menyerahkannya pada kalian!” Hardik Zhao.
“Kalau begitu, kalian semua akan jadi patung batu seperti mereka, koka!” Ancam Digimon ayam raksasa berjambul putih itu sembari menoleh ke arah Raph, Agumon, Gabumon, Tentomon, serta sebagian dari Numemon. Tentunya dengan maksud mengintimidasi. Karena sebetulnya, Torimon bersaudara takut kepada Ikkakumon, Firamon dan Lekismon. Walaupun mereka sesama kelas Champion. Dengan terpaksa, para Digidestined pun menuruti perintah keduanya lalu memberikan Digivice dan Crest kepada Kokatorimon dan Akatorimon.
“Digivicenya ada padaku, koka.” Ujar Kokatorimon.
“Dan aku pegang Crestnya, aka.” Sahut Akatorimon. “Numemon, ambil beberapa utas tali tambang! Jika kalian melawan, kalian akan tahu akibatnya, aka!” Titah Digimon ayam berjambul merah itu. Digimon siput hijau itu hanya bisa pasrah menuruti perintah mantan bosnya. Pada waktu para Numemon membawa tali, Torimon bersaudara memberi perintah kepada Digimon siput hijau tersebut supaya mengikat Digidestined beserta Digimon mereka.
“Maafkan kami.” Ucap Numemon dengan wajah sedih. Beberapa saat kemudian, mereka disuruh berjalan ke arah dek depan. Sehabis mereka keluar dari ruang tengah menuju dek depan, muncullah pak tua berbaju hijau dengan mantel merah. Dia melihat pemandangan di ruang tengah yang kacau balau. Bella dan Ivanovich yang pingsan dipukul, serta Agumon, Gabumon, Tentomon, Raph, juga sebagian dari Numemon yang jadi patung batu.
“Sial! Tak kusangka akan begini jadinya. Tak ada pilihan lain, aku harus menolong mereka!” Kata pak tua berbaju hijau itu. Anehnya, dia merasa seperti ada yang mengawasinya dari arah belakang. Maka menolehlah dia ke belakang, namun tak ada siapa-siapa disana. “Ah, mungkin hanya perasaanku saja.” Sambungnya sambil memiringkan kepalanya. Ia pun segera pergi dari ruang tengah menuju dek depan. Sesaat setelah pak tua itu pergi, ternyata memang ada yang mengawasinya dari jauh. Tepatnya seorang laki-laki paruh baya kulit putih berambut gondrong dan berjaket merah, yang tak lain adalah Darwin!
Ketika Torimon bersaudara serta Digidestined dan Digimon mereka sampai di dek depan, Torimon bersaudara mengarahkan mereka langsung ke ujung dek sebelah kanan dekat tangga. Tujuannya untuk melempar mereka ke sungai. ”Lihat baik-baik!” Seru Kokatorimon. Di ujung sungai itu, terdapat beberapa ekor buaya yang lapar. Kalian semua akan menjadi santapan makan siang para buaya itu! Hahaha!” Sambung Digimon ayam berjambul hitam itu sambil tertawa dengan puas. Kise langsung menelan ludah dan panik.
“HIEEE! Lepaskan aku! Aku tak mau jadi makanan mereka! Dagingku pahit, rasanya seperti daging busuk yang kadaluarsa!” Mendengar itu, teman-temannya langsung sweatdrop. Tapi tiba-tiba, pak tua berbaju hijau muncul tanpa sepengetahuan Torimon bersaudara dan menghajar perut mereka dengan tongkat kayu lalu menyikut perut mereka. Kokatorimon dan Akatorimon merintih kesakitan sampai mata mereka melotot, lalu Digivice dan Crest para Digidestined terlempar.
Di saat itu pula, Soma langsung memanggil soul Killer Mantle, Nemesis, dan Imp. Killer Mantle memakai pisau untuk melepaskan tali yang mengikat tuannya, sedangkan Nemesis dan Imp menggunakan rapier dan trisula untuk membuka tali yang mengikat teman-temannya. Sementara itu, pak tua berbaju hijau mengambil Digivice serta Crest yang terlempar ke udara lalu berkata,
“Kalian semua, tangkap ini!” Hyoga, Zhao, dan Kise segera mengambil Digivice dan Crest, mengantungi milik mereka, lalu memberikan sisanya kepada teman-teman mereka.
“Uhuk, brengsek! siapa kau?!” Hardik Kokatorimon dengan kesal sambil memegang perut. Tapi pak tua berbaju hijau itu tidak menjawab, malah dia melempar mantel merah ke arah Torimon bersaudara sehingga mantel tersebut menutupi muka mereka.
“ARGH! KURANG AJAR!!!” Umpat Torimon bersaudara karena muka mereka ketutupan mantel merah itu. Setelah pak tua itu membuka topeng penyamarannya, ternyata dia adalah Digimon. Maka Kise langsung mengambil Data Analyzer supaya dia tahu info tentangnya,
“Baromon, atribute free, adalah Digimon penyihir kelas Armor yang setara dengan kelas Champion. Dia disebut sebagai dewa penjaga yang menjaga Kuil Digimon di Hutan yang Terlupakan, dan dia juga merupakan Digimon generasi tua yang mampu bertahan hidup dari krisis Dunia Digital. Dia memiliki kemampuan yang tak terdapat pada Digimon lainnya. Senjata pamungkasnya adalah Scarlet Hair, Pyrokinesis, White Spell, dan Storming Knives.”
Di saat yang bersamaan, Biyomon dan Palmon berevolusi menjadi Birdramon dan Togemon. Sedangkan Coronamon dan Impmon berevolusi menjadi Firamon dan Wizardmon.
“Oke, waktunya ronde kedua!” Ujar Kiku dengan semangat. Keadaan menjadi berbalik, maka tibalah saatnya mereka untuk mengalahkan Torimon brothers!
“Kita sekarang di posisi menguntungkan! Kita pasti bisa mengalahkan mereka!” Seru Tokomon dengan semangat.
“Kurang ajar! Berani-beraninya kau mengganggu kesenangan kami koka!” Ujar Kokatorimon dengan kesal. Tanpa aba-aba, Baromon langsung merespon dengan serangan Storming Knives yang mengejutkan Torimon Brothers. Gusar dengan Baromon, Kokatorimon menembakkan Feather Shot untuk menepis sekumpulan pisau Baromon. Setelah itu, dia menembakkan Petra Fire ke arah Baromon. Tapi Digimon barong bertubuh manusia itu menghindar sinar hijau tersebut.
“Biar kubantu aka! Blast Shot!” Seru Akatorimon, lalu dia menembakkan tembakan dari sayapnya, dibalas dengan Storming Knifes oleh Baromon. “Cih, lawan yang merepotkan. Terima ini! Chicken Red Eyes!” Akatorimon marah besar. Dari matanya yang berwarna merah, keluarlah sinar berwarna merah yang menghantam sekumpulan pisau Baromon. Pisau-pisau itu menjadi batu, lalu pecah. Saking marahnya, dia berusaha menembak Digimon barong bertubuh manusia itu. Namun Baromon menghindari sinar merah tersebut, sehingga menghantam kursi pantai dan gazebo yang ada disana. Maka hancurlah semua kursi pantai dan gazebo itu.
“Tak bisa dibiarkan! Terima ini! Electro Squall!” Wizardmon menembakkan listrik dari tongkatnya.
“AAAAARGH!!!” Torimon bersaudara kesetrum listrik tapi mereka tidak menyerah begitu saja.
“Rasakan ini! Fira Bomb!” Firamon menambakkan bola api ke arah Torimon bersaudara, sampai keduanya lari kesana kemari karena kena hantam bola api itu.
“Tak semudah itu menumbangkan kami! Petra Fire!” Kokatorimon menembakkan sinar hijau ke arah Firamon, namun meleset karena Digimon singa api bersayap itu terbang menghindar. Maka Digimon ayam berjambul hitam itu menembakkan Petra Fire ke arah Birdramon, tapi gagal karena dia menghindar juga. Langsung saja Digimon burung api itu membalas serangan dengan Meteor Wing, sampai membuat Kokatorimon dan Akatorimon lari kocar-kacir akibat kena tembakan api tersebut. Mengambil inisiatif, Soma memanggil Killer Mantle, Nemesis, dan Imp agar mereka kembali. Lalu dia memanggil soul lain.
“Kemarilah, Merman!” Muncullah seekor kadal air bertubuh manusia. “Merman, tembak mata dari kedua ayam besar itu dengan semprotan airmu!” Sambungnya, maka Merman menembakkan semprotan air dari mulutnya, persis di kedua mata Torimon bersaudara.
“AAARGH!!! AAARGH!!! MATAKU!!! AKU BUTA, TAK BISA MELIHAT, PERIH!!! BEDEBAH KALIAN!!!” Umpat Torimon bersaudara.
“Sekarang, Togemon! Lekismon! Hajar mereka!” Seru Sakura dan Hayakawa. Kemudian Togemon dan Lekismon menghajar Torimon bersaudara dengan tinju mereka, sampai mereka babak belur.
“AAAAARGH!!! KUUURAAANG AJAAAR!!!”
“Needle Spray!!!”
“Tear Arrow!!!”
“UWAAARGH!!!” Serangan tinju dari Togemon dan Lekismon diakhiri dengan jurus pamungkas mereka, tapi Torimon bersaudara masih berdiri walaupun sudah tak berdaya. Akhirnya, kedua Digimon itu memukul Torimon bersaudara dengan uppercut tangan kanan sampai mereka mental ke udara, lalu masuk ke dalam cerobong kapal. Ikkakumon menghabisi mereka dengan 2 Harpoon Torpedo sampai keluar api dan asap dari cerobong kapal, pertanda kedua rudal itu menghantam Torimon bersaudara.
“UWAAAAARGH!!!” Suara teriakan Torimon bersaudara itu keluar dari cerobong kapal diiringi dengan suara ledakan dan api dari rudal Ikkakumon yang menghantam mereka.
“Berhasil!”
“Terimakasih banyak untuk bantuannya ya!” Kata Hayakawa dengan senang sambil membungkuk.
“Hehe, ternyata aku tidak menyangka ada Digimon yang bersama kita juga dan malah mau membantu kita.” Timpal Zhao.
“Aku sebenarnya sudah bertemu mereka berdua.” Baromon menunjuk Hyoga dan Musashi, “tapi kebetulan saja mereka tidak menyadarinya, karena aku menyamar.” Sambungnya. Baik Musashi maupun Hyoga menunjukkan senyuman tipis dari wajah mereka, sesuatu yang jarang ditunjukkan dari dua orang terdingin di grup itu.
“Jadi orang yang menabrak kami saat kami keluar dari kamar itu ternyata kau ya? Aku minta maaf jika aku berprasangka buruk terhadapmu.” Kata sang remaja asal Rusia itu. Sang Digimon Barong itu menggelengkan kepalanya.
“Tidak, tidak. Sepatutnya aku yang minta maaf pada kalian berdua. Tidak pantas aku menabrak kalian tapi malah aku yang marah terhadap kalian.” Katanya. Lalu Kise menghampiri patung dari Raph dan Digimon-digimon lain yang telah dikutuk menjadi batu.
“Uh... teman-teman, bagaimana cara mengembalikan mereka menjadi semula ya?” Tanya remaja rambut pirang pendek itu.
“Ah benar juga! Kasihan Raph, Agumon, Gabumon, Tentomon dan para Numemon itu.” Sahut Sakura panik. Baromon pun berpikir dan selagi ia masih berpikir, ia menyadari Digivice milik Hyoga dan Musashi menyala dengan terang.
“Coba kalian taruh benda itu pada mereka.” Kata sang Digimon Barong bertubuh manusia itu. Para tamer dan Digimon mereka menatap ke arah Digivice milik 2 tamer yang Digimonnya menjadi patung. Hyoga dan Musashi pun menurut dan ketika mereka menaruh Digivice mereka, Gabumon dan Tentomon pun pulih menjadi semula.
“Hyoga!” Digimon serigala bertanduk itu bersorak senang dan memeluk tamernya. Begitu pula dengan Tentomon. Kiku pun menyadari sesuatu.
“Jika Digivice Hyoga dan Musashi berhasil melepaskan kutukan patung batu itu dari Digimon mereka, seharusnya Digivice kita juga bisa begitu!” Sahutnya. Kokichi pun mengangguk setuju.
“Kalau begitu, kita coba lepaskan saja kutukan dari para Numemon terlebih dahulu. 10 Digivice cukup untuk melepaskan mereka.” Usulnya. Akhirnya kesepuluh tamer itu meletakkan Digivice mereka pada Numemon yang menjadi patung batu itu... dan ternyata berhasil!
“Yeeey! Terimakasih telah membantu kami ya!” Sahut para Numemon. Kini, mereka menatap Raph dan Agumon yang masih menjadi patung batu dan sialnya, Digivice dan crest miliknya juga ikut menjadi batu.
“Hmm... apa mungkin cara yang sama akan berhasil ya?” Tanya Salamon penasaran. Hyoga pun menempelkan Digivicenya pada Digivice milik Raph yang menjadi batu. Ternyata berhasil! Raph pun lepas dari kutukan batu itu.
“Gah! Menyebalkan sekali! Tubuhku rasanya berat sekali!” Keluh sang remaja Amerika itu.
“Raph, sekarang fokus saja mengembalikan Digimonmu. Dia juga ikut jadi batu.” Kata Hyoga. Raph pun menatap Agumon yang masih menjadi patung batu tepat di sampingnya.
“Goddamit... Apa ada yang tahu cara mengembalikannya?” Raph menggaruk kepalanya bingung.
“Gunakan Digivicemu, Raph.” Kata Musashi memberitahu. Raph pun mengarahkan Digivicenya ke arah Digimonnya dan Digimon dinosaurus kecil itu pun lepas dari kutukan patung batu.
“Phew! Aku lega sekali!” Kata Agumon sambil mengibaskan tubuhnya. Sang tamer pun langsung memeluk Digimonnya dengan erat. Soma pun menatap Baromon.
“Uhm, terimakasih untuk bantuannya. Apa kau bisa membantu kami untuk mengantarkan kami ke tempat istirahat di luar kapal?” Tanya pemuda asal Rumania itu.
“Hmm? Memangnya kalian mau ke mana?” Tanya Baromon.
“Kami juga tidak tahu. Digi Compass kami hanya menunjukkan ke satu area dan yang terjadi, kami hanya mengitari satu lokasi yang sama.” Kata Mai menjelaskan. Baromon pun berpikir.
“Kalau begitu, kalian ke tempatku saja untuk beristirahat.” Katanya mengusulkan. Mereka pun senang mendengarnya. Tapi tak lama setelah itu, timbul rasa curiga dari Baromon. Dia berpikir jika Torimon bersaudara benar-benar kalah, maka seharusnya mereka semua yang menjadi patung batu kembali seperti semula tanpa bantuan Digivice. Benar saja. Ketika mereka baru saja jalan beberapa langkah, terdengarlah suara rintihan Torimon bersaudara yang sudah babak belur dan gosong. Mereka keluar dari cerobong kapal.
“Urgh. Masa kami kalah sama teruna dan muda-mudi, sih?!” Keluh Torimon bersaudara.
“Sulit dipercaya, kalian masih hidup!” Baromon terkejut melihat kedua musuhnya. Tiba-tiba, cerobong kapal tempat Torimon bersaudara meledak lagi. Maka keluarlah api besar dari ledakan itu.
“AAAAAAAAAARGH!!!” Ledakan itu menghantam Torimon bersaudara, lalu menghanguskan tubuh mereka sampai tak tersisa sama sekali. Maka tewaslah mereka akibat ledakan itu.
“Ledakan itu pasti karena rudal Ikkakumon yang menghantam cerobong kapal!” Ujar Baromon. Selesai dia berkata-kata, kapal bergoncang setelah ledakan yang menghanguskan Torimon bersaudara.
“Sepertinya kapal ini mau meledak!” Kata Tentomon.
“Ayo cepat! Kita harus keluar dari kapal ini!” Seru Gomamon.
“Tunggu sebentar! Bagaimana dengan Bella, dan Ivanovich? Mereka masih tergeletak pingsan di ruang tengah!” Kiku khawatir akan kondisi kedua orang itu.
“Tapi kita tak punya waktu lagi, Takanechii! Kapal ini akan segera meledak! Kita harus segera pergi dari sini ssu!” Kise mengingatkan gadis berambut coklat kepang dua itu. Baru saja remaja berambut pirang itu selesai bicara, Ivanovich dan Bella segera menghampiri para Digidestined juga Digimon mereka sambil melambaikan tangan.
“Oh, kalian sudah siuman. Lalu dimana tuan Darwin?” Tanya Hayakawa.
“Kami tidak melihatnya, dia menghilang setelah kami meninggalkan ruang makan.” Jawab Bella.
“Maaf memotong pembicaraan, tapi kita tak punya waktu lagi! Kapal akan segera meledak!” Seru Zhao, kemudian mereka semua pergi ke dek depan untuk menurunkan sekoci. Namun Numemon berkata,
“Jumlah kita terlalu banyak! Jika kita menggunakan sekoci, waktu kita tidak akan cukup! Kita harus cari cara lain!”
“Not to mention, we have to face those hungry crocs!” Ungkap Raph sambil menunjuk ke beberapa buaya sungai.
“Aku punya ide.” Kata Hyoga. Dia mengeluarkan Diamond Dust ke arah buaya-buaya tersebut, maka membekulah mereka semua. “Hanya saja, kita harus cepat! Karena efek beku pada mereka tidak berlangsung lama.” Sambungnya. Kemudian, Tentomon berevolusi menjadi Kabuterimon sedangkan Soma memanggil Merman dalam jumlah banyak. Sebagian dari mereka ada yang naik diatas punggung Birdramon, Kabuterimon, dan Firamon. Sedangkan sisanya naik diatas punggung Ikkakumon, kecuali Soma dan Sakura. Ikkakumon langsung terjun ke air dan berenang melintasi sungai, disusul oleh Kabuterimon, Firamon, dan Birdramon yang terbang ke arah tepi sungai. Sementara itu, pemuda Rumania berambut putih itu menggunakan soul Undine untuk berjalan di air, sedangkan gadis kunoichi berambut pink itu menggunakan chakra untuk berjalan di atas air. Sakura turun lebih dulu dari Soma, sewaktu pemuda berambut putih itu menyuruhnya untuk pergi lebih dahulu.
“Para Numemon, kalian akan turun bersama kawanan Merman.” Ucap pemuda Rumania berambut putih tersebut.
“Tapi apa tidak apa-apa bersama mereka?” Tanya Numemon.
“Jangan khawatir, mereka perenang yang tangkas dan jinak. Kalian tak perlu takut. Baiklah, Merman! Kalian harus menggendong para Numemon sebelum meninggalkan kapal ini, jangan sampai mereka tenggelam!” Titah Soma kepada kawanan kadal air itu.
“Kroook!” Balas kadal air bertubuh manusia tersebut kepada tuannya. Setelah itu, turunlah pemuda berambut putih itu ke air. Maka Numemon pun menuruti Soma dan ikut dengan kawanan Merman. Dipegangnya erat punggung kadal air bertubuh manusia itu. Setelah semua Numemon sudah digendong oleh Merman, maka terjunlah kawanan kadal air bertubuh manusia tersebut ke dalam air dan meninggalkan kapal. Sewaktu Ikkakumon, Soma, Sakura, dan kawanan Merman berenang menuju tepi sungai, meledaklah kapal uap besar Torimon bersaudara. Ledakannya begitu keras dan dahsyat, sampai mereka harus berenang lebih cepat dari sebelumnya. Akhirnya, mereka semua sampai di tepi sungai dan bisa bernafas lega karena berhasil meloloskan diri dari perangkap Torimon bersaudara, bahkan mengalahkan mereka. Di lain tempat, Etemon berusaha menghubungi Torimon bersaudara dengan radio pemancar dari tempatnya.
“Kokatorimon, Akatorimon, mohon jawab! Kokatorimon, Akatorimon, jawab aku!”
“DUAAAR!” Suara ledakan kapal uap Torimon bersaudara yang meledak terdengar di telinga Etemon, maka dia terkejut setengah mati mendengarnya.
“Apaaa?! Ledakan apa itu?!”
DUUUAAAAAR! Bunyi ledakan berikutnya lebih keras sampai Etemon menutup telinganya.
“KURANG AJAR!!! Jangan-jangan mereka berhasil mengalahkan Torimon bersaudara! Kenapa mereka tidak memberitahuku, kalau mereka tidak sanggup mengalahkan anak-anak itu?!”
“Tuan Etemon, sebenarnya sewaktu kita main musik tadi, ada panggilan masuk dari radio Torimon bersaudara.” Kata Gazimon.
“APA KAU BILANG?!”
“Kami segera menyadari panggilan dari mereka. Tapi sewaktu kami memanggilmu, tuan Etemon tidak mau diganggu dan asyik bernyanyi sambil mengeraskan suara gitar.”
“Kenapa kalian tidak mematikan amplifier?! Kalau kalian matikan kan pasti suara mereka terdengar dari radio! KALIAN BODOH!!!” Etemon memukul para Gazimon sampai kepala mereka benjol. “ARGH! KENAPA MEREKA HARUS MATI KONYOL SEPERTI ITU?! AKU SEBAL, SEBAAAL!!!”
Sayangnya, dengan strategi yang kurang begitu matang, Etemon terpaksa harus membuat strategi baru. Tentu itu sangat menyebalkan untuknya. Tapi, mau bagaimana lagi? Digidestined yang sekarang ini jauh lebih kuat dibandingkan yang dahulu. Bagaimanapun caranya, bagi Digimon monyet itu, mereka harus dikalahkan dengan cepat.
qibiaonan on Chapter 1 Wed 27 Jun 2018 06:26AM UTC
Comment Actions
Thebe_Sitepu on Chapter 1 Fri 29 Jun 2018 04:26AM UTC
Comment Actions
maggiellezk on Chapter 14 Sun 06 Sep 2020 07:01AM UTC
Comment Actions
Thebe_Sitepu on Chapter 14 Thu 17 Sep 2020 12:15PM UTC
Comment Actions
Bagong (Guest) on Chapter 14 Tue 27 Oct 2020 01:41PM UTC
Comment Actions
Thebe_Sitepu on Chapter 14 Thu 18 Mar 2021 04:41AM UTC
Comment Actions
Nanami (Guest) on Chapter 15 Mon 16 Nov 2020 10:30AM UTC
Comment Actions
Thebe_Sitepu on Chapter 15 Thu 18 Mar 2021 04:42AM UTC
Comment Actions