Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2022-04-03
Updated:
2022-04-03
Words:
705
Chapters:
1/?
Comments:
1
Kudos:
1
Hits:
67

Impromptu Ad Hominem

Summary:

It's hard for them, or maybe not?

Take place after Kurenai Tennyo/Crimson Goddess/Scarlet Angel

Notes:

Entah sejak kapan pikiran untuk memasangkan Hijiri dan Rei terlintas. Semoga berkenan, even if it's not your typical ship (karena kebanyakan memasangkan Hijiri dan Mizuki), yang menurutku it's not perfectly suit him. But yeah, once again, people have their opinions, ne? Hope you enjoy it 😁

DISCLAIMER
Garasu No Kamen and its characters belong to Miuchi Suzue-sensei, so dont sue me. I only have the story and plots. And maybe some original characters later.

Chapter 1: Prologue

Chapter Text

One Glance, And You Took Me Forever

===============$$$$$$===============

Acara gala dinner peresmian penutupan pentas Bidadari Merah malam ini sungguh meriah. Walaupun tetap elegan. Kesuksesan pementasan Bidadari Merah telah melampaui kesuksesan pentas pertama berpuluh-puluh tahun yang lalu. Para penggiat teater, eksekutif dunia entertainment, serta wartawan di seluruh Jepang nyaris hadir seluruhnya, memenuhi undangan pihak Daito Geinō, sebagai penyelenggara pentas, meskipun hak pementasan itu sebenarnya berada di tangan Maya Kitajima, aktris utama pemeran Bidadari Merah saat ini, sebagai pewaris langsung dari Chigusa Tsukikage, sang Bidadari Merah sebelumnya yang kini telah tiada. Tidak mengherankan juga, karena mengingat hubungan Maya Kitajima dengan Masumi Hayami, direktur muda Daito Geinō. Dunia hiburan telah lama berspekulasi, apalagi dengan adanya peristiwa pembatalan pertunangan Masumi Hayami dan Shiori Takamiya, cucu pewaris tunggal grup Takatsu, tepat di hari pertama pementasan perdana Bidadari Merah dua tahun yang lalu, terkuaknya rahasia paling kelam keluarga Takamiya yang berujung pada skandal memalukan serta putusnya merger Takamiya-Tanaka, dan intrik perseteruan dua kekuatan besar di dalam tubuh Daito sendiri yaitu antara Masumi dan ayahnya, Eisuke Hayami selaku pemilik dan komisaris utama Daito. Tapi itu kekacauan yang akan diceritakan di lain waktu, tidak sekarang. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kesuksesan.

Ballroom hall Daito Theatre, tempat diselenggarakannya gala dinner sepertinya sudah penuh dengan ratusan tamu, bahkan mungkin ribuan. Para tamu undangan itu benar-benar tidak mau melewatkan acara besar ini. Tak terkecuali pemenang pentas Bidadari Merah pilihan para juri Asosiasi Drama Jepang, yang mengalahkan Teater Odin di pementasan percobaan pimpinan Hajime Onodera, yang ironisnya saat itu justru berada di bawah bendera Daito, yaitu Teater Kuronuma pimpinan Ryūzō Kuronuma. Rei Aoki, salah satu aktris pendukung di pentas Bidadari Merah, yang juga salah satu sahabat dekat Maya Kitajima juga turut hadir. Meskipun sebenarnya terpaksa. Jika disuruh memilih, dia lebih memilih duduk santai di sofa apartemen mewah - terima kasih Masumi Hayami-san - di pinggir utara kota Tōkyō, bersama buku-buku kesukaannya, atau hanya sekedar berjalan-jalan di taman. Tapi apa daya, teman-temannya berhasil membujuknya untuk ikut. Dan sialnya, berhasil juga membujuknya untuk sekali itu berpenampilan layaknya seorang putri. Hal yang membuat Rei berkeringat dingin sepanjang acara. Dia menghela nafas pasrah. Dobel sial, batin Rei kecut. Dia menunduk memandang gaun malam sepanjang lutut berwarna biru langit yang dikenakannya. Terpaksa diakuinya, gaun itu indah. Terbuat dari sutera mentah dengan krah model Sabrina, serta terbalut shiffon halus jatuh yang terasa nyaman di tubuh. Dia tidak menambahkan aksesoris apa-apa lagi, selain kalung pemberian ibunya serta tas tangan sederhana namun anggun. Sandal bertali berwarna senada dengan gaun malamnya, serta make-up natural melengkapi penampilan Rei malam itu. Rei tertawa tertahan. Biarpun dia telah memanjangkan rambut, atau bahkan punya pikiran gila dengan menari-nari telanjang sekalipun, mereka tetap tidak akan percaya kalau dia benar-benar seorang perempuan. Dengan penampilan feminim seperti inipun, kebanyakan para tamu tetap saja menyangka Rei seorang laki-laki.

Rei menggeleng-gelengkan kepala dan sekali lagi menghela nafas sebelum berbalik secara mendadak ke arah belakang hall di mana meja minuman dihidangkan. Karena gerakannya yang tiba-tiba, tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang. Seorang laki-laki tepatnya. Yang sedang memegang gelas minuman. Tak ayal lagi, isi gelas yang ternyata berwarna merah pekat itupun tertumpah dan membasahi pakaian laki-laki itu dan juga gaun Rei yang berwarna pucat. Panik, Rei segera meminta maaf tanpa memandang ke arah laki-laki yang telah ditabraknya. Dia sibuk mencari-cari saputangan atau tisu, yang manapun yang ditemukannya lebih dulu, di dalam tas tangan yang dibawanya untuk membersihkan noda yang pasti sangat mencolok. Sial, sial, sial. Tidak ada tisu, apalagi saputangan.

"Maaf tuan, saya tidak membawa saputa-..."

Ucapan Rei terhenti ketika tangan laki-laki itu terulur ke arahnya. Dia menyerahkan saputangan berwarna putih bersih, astaga putih bersih, dengan sulaman inisial HK berwarna emas.

"Ini nona, pakailah."

Suara halus namun tegas memenuhi indera pendengaran Rei. Sadar dia telah bertindak tidak sopan, bukan hanya karena menabrak serta menumpahkan minuman, tapi juga belum memandang laki-laki itu sejak tadi, Reipun mengangkat kepala.

Dunia seakan berhenti berputar dan menyempit. Dada Rei tiba-tiba terasa sesak. Nafasnya seakan terhimpit. Di sana, di depannya berdiri seorang laki-laki, tidak terlalu tinggi namun tetap lebih tinggi dari Rei, dengan potongan rambut yang sebagian menutupi mata kanannya, dan bibir yang sedang tersenyum tipis. Bukan, bukan itu yang membuat Rei tertegun dan mematung. Wajah itu, wajah itulah yang membuat Rei kehilangan suara. Rei sedang menatap wajah paling indah yang pernah dilihat Rei sepanjang hidupnya.

===============$$$$$$$$===============