Actions

Work Header

Another Time

Summary:

Draco Black selalu berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Rambutnya yang pirang hampir putih sangat kontras dengan rambut hitam khas Keluarga Black yang terkenal. Dia memiliki tubuh yang lemah, membuatnya mudah sakit bahkan di hari paling hangat tahun itu. Ibunya tidak mengizinkannya terbang dengan sapu dan dia hanya bisa melihat kedua kakaknya bermain bersama.

Draco Black selalu merasa berbeda. Mimpi-mimpinya tidak pernah lebih jelas lagi. Itu selalu berakhir sama, dia yang jatuh ke dalam kobaran merah menyala. Dia tidak pernah mengerti apa maksudnya, apa yang coba dikatakan atau apa yang ada di baliknya.

Draco Black sangat berbeda. Tapi cinta yang diberikan keluarga padanya selalu menjadi jembatan yang menyatukannya.

Chapter 1: Burning Fire

Summary:

Api membakar kehidupan dan juga membantu menciptakannya kembali.

Notes:

TW: Major Character Death

(See the end of the chapter for more notes.)

Chapter Text

2 Mei 1998 – Pertempuran Hogwarts, Kamar Kebutuhan

 

Semua yang dia bisa lihat hanyalah merah. Merah… merah… api…. Api yang panas. Apa dia sendiri masih hidup? Dia bahkan tidak yakin apakah dia masih bisa bernapas dengan benar; seluruh paru-parunya penuh terisi asap tebal.

 

Dia ingat jatuh, jauh dari ketinggian ke dalam kobaran api besar di Kamar Kebutuhan. Semua visi yang telah lalu datang Kembali kepadanya. Dia ingat mencari Potter dan teman-temannya di sana untuk menangkap dan membawa mereka ke Pangeran Kegelapan demi memulihkan kembali nama keluarganya. Hanya bermodalkan tongkat yang dipinjamnya dari Ibunya, dia menyeret dua temannya, Crabbe dan Goyle untuk menguntit Potter dan telah sampai di Kamar Kebutuhan. “Mudah, hanya bawa Potter dan keluarganya akan mendapatkan kembali rahmat Pangeran Kegelapan.” pikirnya pada awalnya.

 

Tapi semuanya telah kacau setelah semua konfrontasi yang dialaminya dengan Potter dan kedua pengikutnya. Itu semua dimulai dari teriakan Golyle ketika Crabbe mulai mengayunkan tongkatnya dan menyulap Fiendfyre besar. Api itu segera menelan segala benda-benda yang berada dalam Kamar Kebutuhan dengan rakus ke dalamnya.

 

Dia tidak tahu berapa lama dia menutup mata ketakutan sampai dia merasakan sebuah tangan telah menyambar dan mengangkatnya sampai mereka terbang di atas semuanya. Ketika dia membuka matanya, dia telah melihat Potter yang dengan serius mengendarai sapu dengan dia di belakangnya; melewati barang-barang yang menjulang tinggi di Kamar Kebutuhan yang terbakar. Tapi dia tidak kuat lagi. Semuanya terlalu banyak untuknya kali ini.

 

Di belakangnya dia melihat Weasley dengan Goyle dan Granger dengan-

 

Di mana Crabbe? Dia bertanya internal. Draco menjelajahi matanya ke seluruh area api Kamar Kebutuhan. Crabbe. Itu Crabbe! Temannya yang satu itu bergantung pada sisi barang-barang yang menumpuk, api mengelilinginya; Granger telah berusaha untuk meraihnya. Tapi-

 

Crabbe tidak berhasil meraih tangan Granger. Jatuh!

 

“Crabbe!” tidak tidak tidak tidak tidak-           

 

Dia sangat ingin meraihnya. Crabbe, salah satu teman paling setianya, dia telah kehilangannya. Seketika sekelebat ingatan menghampirinya. Dia ingat ketika mereka pertama kali bertemu di acara ulang tahun keenam Draco. Mereka bertemu dan hanya setahun sebelum Goyle bergabung bersama mereka.

 

Dia dulu hanyalah anak yang pendiam, Crabbe itu. Dia hanya akan mengikuti Draco berkeliling dan melakukan kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan anak-anak. Ya, mereka berdua akan mengikuti Draco, tapi Crabbe akan yang menjadi paling enggan untuk itu. Pernah suatu kali Draco dan Goyle berencana untuk mengejar burung merak di halaman Malfoy Manor untuk hanya melihat seberapa mereka bisa berlari. Draco tahu Crabbe melakukan itu dengan terpaksa. Dia tetap mengikuti mereka, tapi di penghujung hari, dia telah melihat Crabbe menghampiri burung-burung merak dengan waspada dan dengan mengejutkan merak- merak itu mendekatinya dengan senang hati lalu Crabbe mengelus bulu mereka dengan lembut.

Crabbe selalu menjadi yang paling lembut dan Draco merasa bersalah karena dia telah memaksanya melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan. Dia telah melakukan segala buruk selama hidupnya dan hanya memaksa Crabbe masuk ke dalamnya. Jika ada yang pantas mati, itu dia bukan Crabbe.

 

Tanpa dia sadari semua telah terlambat; Crabbe sudah mati dan itu adalah salahnya. – Salahnya! Salahnya! Salahnya! Salahnya!

 

“Malfoy!” itu Potter yang memanggil. Tapi mengapa seperti terdengar sangat jauh?

 

Draco merasa seperti melayang, apakah dia? Tidak ada pegangan. Tidak ada pijakan. Dan tanpa disadari, api Fiendfyre bergejolak di bawahnya. Api hidup itu menjulur cepat, liar, seperti lapar akan jiwa. Dagingnya meleleh, tulangnya terbakar.

 

Seketika dunia Draco runtuh. Waktunya terhenti. Semuanya gelap, sunyi. Tapi dia bisa sayup mendengar suara tangis bayi.

Notes:

Aku memutuskan untuk melanjutkan cerita ini saat libur semesterku dimulai. Mungkin ga bisa lengkap, tapi tergantung mood-ku sih. Semoga masih bisa termotivasi sampai akhir ya.

Chapter 2: Birth of the Twin Stars

Summary:

“Kamu akan selalu dicintai, kamu tahu? Aku, Ibumu, Kakekmu, Kakakmu Sirius, dan tentu saja saudara kembarmu.” bisiknya. “Dia menunggumu di sana, saudara kembarmu. Aku yakin dia pasti akan senang memiliki seseorang yang tumbuh di sampingnya. Tentu saja dia punya saudara kalian yang lain, tapi dia pasti akan lebih senang untuk memiliki saudara yang dapat mengertinya lebih dari apapun. Aku pernah dengar bahwa ikatan saudara kembar itu sangat kuat.” Dia mulai berdoa. Siapapun, roh keluarga, bahkan entitas sihir yang dia tidak yakini. Siapapun itu, jika saja ada kesempatan bagi putra kecilnya untuk merasakan kasih sayang dunia.

Notes:

TW: Temporary Child Loss

(See the end of the chapter for more notes.)

Chapter Text

 

12 November 1961 – Grimmauld Place, London

 

Pada malam bulan November yang dingin, Orion Black sangat gugup untuk kelahiran putra keduanya. Walburga Black, istrinya telah melewati lebih banyak masalah dalam kehamilannya yang kedua daripada untuk kehamilan pertamanya dengan putranya, Sirius. Sekarang dia hanya bisa menunggu. Para Penyembuh telah dipanggil beberapa jam yang lalu ketika istrinya mengalami kontraksi yang hebat. Mereka telah memeriksa Walburga dan memintanya untuk berada di luar kamarnya sampai saat ini.

 

Sekarang, tiga jam kemudian, Orion sudah tidak tahan lagi hanya diam menunggu dengan suara teriakan istrinya di latar belakang.

 

“Orion,” panggil ayahnya, Arcturus Black. Pria itu menghampirinya dan dia memerhatikan bahwa pria yang lebih tua itu datang dengan sesosok tubuh kecil yang menempel dalam gendongannya.

 

“Ayah!” tangis anak itu, tangannya mengais-ngais untuk mendapat perhatian darinya.

 

“Dia terbangun,” kata Arcturus, “Aku sudah berusaha untuk membuatnya tidur kembali. Tapi dia terus saja mencari Ibunya.” lanjutnya.

 

Orion hanya menghela napas lelah. Itu wajar untuk anaknya untuk bangun di tengah malam. Pada hari-hari biasa bahkan dia akan datang ke kamar mereka dan meminta salah satu dari mereka untuk membacakan buku atau hanya menemaninya hingga dia dapat tidur kembali.

 

Dia mengambil putranya yang masih tersedu-dari gendongan ayahnya; mengguncang-guncang, berharap dapat menenangkannya.

 

Itu adalah waktu yang sunyi, hanya diisi dengan suara isak tangis pelan Sirius dan suara erangan kesakitan Walburga yang terdengar beberapa saat setelahnya. Beberapa saat kemudian, Sirius kecil telah terlelap di pelukan ayahnya.

 

“Apa Penyembuh sudah keluar sama sekali?” tanya Arcturus. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

 

“Mereka masih memeriksanya. Ini adalah persalinan sulit.”

 

Ayahnya hanya menepuk bahunya, mencoba memberikan keteguhan pada putranya. Momen mereka terganggu ketika pintu kamar dibuka dan menampilkan sesosok Penyembuh dengan jubah hijau lemon steril di baliknya.

 

“Mr. Black, istrimu meminta kehadiranmu di dalam.” kata si Penyembuh. Dia dan ayahnya hanya berbagi pandangan khawatir, tetapi tetap mengangguk kepada Penyembuh; dia menyerahkan putranya yang sudah tertidur damai kepada ayahnya dan mengikutinya ke dalam ruangan.

 

Di sana dia akhirnya melihat Walburga. Orion berjalan ke samping ranjang istrinya; wajah cantik istrinya kini mengeluarkan keringat dan napasnya tampak terengah-engah kelelahan.

 

Dia duduk di kursi samping tempat tidur; mengambil tangannya dan meremasnya dengan lembut.

 

“Orion,” lirihnya dengan suara serak dan mata yang setengah tertutup.

 

“Aku di sini. Aku di sini.” Dia meyakinkan sambil mencium punggung tangan istrinya.

 

“Aku-”

 

Kalimatnya terpotong dengan teriakan yang dia keluarkan. Para Penyembuh langsung bersiaga di sekeliling ranjang, dan Orion melihat salah satu dari mereka mencoba untuk menenangkan istrinya.

 

Tidak, dia tidak bisa mengatasinya. Bukannya dia tidak pernah dalam posisi ini sebelumnya, tapi kelahiran Sirius hanya… tidak seperti ini dan dia mulai takut apa yang akan terjadi ke depannya.

 

“Mr – Mr. Black!” seruan salah satu Penyembuh mengaburkan pikirannya. “Maaf, Mr. Black, tapi aku harus memintamu untuk sedikit menjauh untuk saat ini.”

 

Menjauh? “Tapi-”

 

“Mr. Black, tolong!” dan dia hanya membiarkan dirinya diseret oleh salah seorang dari Penyembuh, putus asa. Sekarang dia hanya dapat memandang istrinya yang kesakitan.

 

“Mrs. Black, hanya tinggal sedikit lagi.”

 

Dan Walburga berteriak sangat keras. Itu tidak bertahan lama sebelum dia berhenti dan Orion dapat mendengar suara tangisan kecil yang mengiringinya. Itu adalah tangisan bayi. Putranya… putranya telah lahir.

 

“Selamat, Mr. Black, kau memiliki seorang putra yang sehat. Seperti yang sudah diprediksi.” Kata salah satu Penyembuh sambil membawa sebuah buntalan biru muda di tangannya.

 

Dia mengambil putranya dari Penyembuh. Bayi di tangannya masih merah muda dan jelas memiliki paru-paru yang kuat dengan segala teriakan yang dia lakukan. Itu hanya berangsur-angsur berhenti menjadi napas tenang setelah beberapa saat.

 

Orion menganggapnya cantik, putranya sangat cantik sehingga dia sudah mulai memujanya sekarang. Bayi itu memiliki ciri-ciri Keluarga Black yang khas; hidung dan bibirnya yang kecil, kulit putihnya serta semburat tipis rambut hitam di kepalanya membuatnya akan langsung mudah dikenali sebagai bagian dari klan Black dan dia hanya akan menunggu sampai bayi itu membuka matanya untuk melihat apakah dia memiliki warna mata abu-abu sepertinya atau biru pucat seperti ibunya.

 

“Mr. Black,” suara itu menyadarkannya. Dia menoleh ke arah Penyembuh yang masih berada di samping istrinya. “Sepertinya kita masih memiliki satu bayi lagi di sini.”

 

Bayi lainnya? Bukan seperti dia tidak senang dengan prospek tentang memiliki bayi lainnya, namun Penyembuh yang menjadi konsultan kandungan bagi istrinya tidak pernah memprediksi apa pun tentang kemungkinan kelahiran bayi kembar. Bagaimanapun semua bisa saja di luar prediksi.

 

Tapi ada yang salah…

 

Dia memerhatikan wajah takut Penyembuh tersebut. “Apa ada yang salah?” dia bertanya.

 

Penyembuh itu hanya menundukkan kepalanya. Walburga mulai berteriak lagi dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya sehingga dia mulai berasakan telinganya berdenging dengan suara tinggi.

 

“Mrs. Black, bernapaslah.” Para Penyembuh mulai menangani. Walburga hanya mengeluarkan tarikan napas terengah-engah di sela teriakannya. “Bagus, seperti itu. Ikuti aku, tarik napasmu dan keluarkan perlahan.”

 

Napas Walburga mulai berangsur melambat dan teriakannya telah digantikan oleh erangan parau, namun Orion masih tetap tidak bisa berhenti merasa panik. Dia mungkin akan mulai berjalan mondar-mandir atau bahkan dia akan mulai menjambak rambutnya jika saja dia tidak merasakan berat putranya yang masih berada dalam gendongannya.

 

“Saya akan mengeluarkan bayinya, Mrs. Black,” katanya. “Tetaplah bernapas perlahan.”

 

Walburga mengerang kesakitan. Bayi dalam gendongan Orion juga mulai menangis tersedu seolah memahami kondisi ibunya.

 

Penyembuh mulai menjauh dari istrinya yang kini tertidur karena kelelahan dan mulai mengayunkan tongkatnya untuk membersihkan sisa-sisa darah yang tertinggal. Dia mulai berbalik ke arahnya.

 

Orion melihatnya, bayi dalam gendongan Penyembuh itu. Itu adalah seorang bayi laki-laki lainnya dan dia dapat melihat kemiripannya dengan bayi dalam pelukannya sendiri, kecuali bahwa yang lainnya memiliki semburat rambut pirang alih-alih hitam di kepalanya. Itu sangat pirang dan dia juga memiliki kulit yang jauh lebih pucat sehingga dia hampir yakin bahwa dia mungkin albino jika tidak melihat bulu mata hitamnya.

 

Satu hal lagi yang membedakan bayi pirang itu dengan yang lainnya adalah fakta bahwa tidak ada satu pun suara yang terdengar darinya bahkan hanya sekedar rengekkan kecil. Ruangan itu menjadi sangat sunyi dengan putra dalam gendongannya telah berhenti menangis segera setelah kelahiran saudaranya.

 

Dia mulai memerhatikan bayi pirang itu lagi. “Bayinya tidak bernapas.” kalimat itu terlontar dengan parau.

 

“Maafkan aku, Mr. Black,”

 

“Tidak-“ Dia mendekati bayi itu dengan segera. Kata-kata seakan tidak bisa keluar dari tenggorokannya. “Putraku-” dia mendekatkan wajahnya lebih dekat dan menyentuh dengan singkat kulinya ke kulit putranya. Terlalu dingin bahkan di bulan November.

 

“Mr. Black, aku tahu ini sangat berat untukmu- “

 

“Dapatkah aku menggendongnya?” dia memotong.

 

“Ya- ya kamu bisa,” katanya. “Aku akan memegang yang lainnya.”

 

Mereka dengan perlahan memindahkan masing-masing bayi itu ke dekapan yang berbeda. Putranya menggeliat sedikit sebelum menjadi tenang dalam tangan Penyembuh sementara Bayi pirang yang kini dalam pelukannya masih tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

 

Dia menatap bayi tersebut. Putranya, dia sangat cantik tapi bahkan dia tidak memiliki satu detik pun untuk hidup di dunia. Pelupuk matanya perlahan memberat. Dia biasanya bukan tipe pria yang sentimental, tapi menggendong bayi dingin di pelukannya memberikan sensasi yang berbeda.

 

“Kamu akan selalu dicintai, kamu tahu? Aku, Ibumu, Kakekmu, Kakakmu Sirius, dan tentu saja saudara kembarmu.” bisiknya. “Dia menunggumu di sana, saudara kembarmu. Aku yakin dia pasti akan senang memiliki seseorang yang tumbuh di sampingnya. Tentu saja dia punya saudara kalian yang lain, tapi dia pasti akan lebih senang untuk memiliki saudara yang dapat mengertinya lebih dari apa pun. Aku pernah dengar bahwa ikatan saudara kembar itu sangat kuat.” Dia mulai berdoa. Siapa pun, roh keluarga, bahkan entitas sihir yang dia tidak yakini. Siapa pun itu, jika saja ada kesempatan bagi putra kecilnya untuk merasakan kasih sayang dunia.

 

“Apakah kamu mendengar ketika dia menangis tadi? Kau tahu, aku cukup yakin itu bukan kesedihan, tapi itu pasti tangisan bahagia karena kau datang,” dia melanjutkan. “Jadi, bisakah kau tetap tinggal? Untuknya? Untuk kami?”

 

Orion mendekap putranya lebih erat lagi, air matanya mulai mengalir.

 

Dia mendengar tangisan bayi lagi. Sepertinya putranya yang lain telah memutuskan untuk bergabung dengannya. Tapi suara itu begitu keras dan terdengar sangat dekat. Dia melihat ke arah Penyembuh di sudut ruangan lain yang hanya menatapnya dengan tercengang. Dia melihat ke bayi dalam dekapannya. Itu bukanlah tangisan bayi berambut hitam di seberang ruangan. Tangisan itu milik bayi dalam pelukannya.

 

Bayi pirang itu, putranya, dia menangis!

 

Dia menangis. Hidup! Putranya hidup dan bernapas! Dia tertawa dan mendekapnya lebih dekat lagi.

 

“Ini adalah sebuah keajaiban,” Orion dapat mendengar gumaman para Penyembuh di ruangan itu. Tapi tidak ada yang dia pedulikan selain putranya.

 

“Mr. Black, dapatkah kau menyerahkannya sebentar padaku? Aku harus menjalani beberapa tes untuk melihat kondisinya sekarang.” Orion mengangguk.

 

Penyembuh menyerahkan bayinya yang lain padanya dan mengambil bayi itu sambil membacakan beberapa mantra diagnosis padanya. Dia melihat warna-warna mantra diagnosis mengelilingi putranya.

 

Pemeriksaan tersebut memakan waktu sekitar lima belas menit “Mr. Black, Anda mungkin tidak ingin mendengarkannya, tapi ada yang perlu saya sampaikan,” penyembuh itu memadamkan tongkat sihirnya dan cahaya perlahan menghilang dari ruangan. Orion merasa tenggorokannya tercekat.

 

“Apa ada yang salah dengannya?” matanya langsung memandang bayi pirang dalam gendongan Penyembuh.

 

“Sebenarnya, ya, Mr. Black. Bukan kesalahan, hanya saja ada satu dan lain hal yang terasa janggal atas bayi ini.” dia berhenti sejenak, “Pertama, tubuh bayi ini sangatlah lemah. Kita melihat sendiri bahwa dia tidak bisa bertahan pada awalnya. Ini adalah suatu keajaiban dari dewi Sihir yang kita terima bahwa bayi kecil ini akhirnya dapat bertahan pada akhirnya. Dia mungkin akan mengalami kesulitan. Dia mungkin akan lebih rentan terkena penyakit disbanding anak-anak lainnya. Saya yakin, seiring bertambahnya usia, imun tubuhnya akan menguat secara sendirinya dan dia akan tetap bisa hidup seperti anak-anak pada umumnya.”

 

Orion memperhatikan bayi itu lagi. Dia memang terlihat sangat kurus dan pucat, berbeda dengan bayi dalam pelukannya yang memiliki sedikit semburat merah di pipi dan hidungnya. Tubuh yang lemah memang dapat menjadi masalah, terutama bagi bayi dan anak-anak. Tidak masalah, mereka akan merawatnya, dia akan melindunginya. Orion akan memastikan bahwa kedua putranya yang baru lahir itu tidak akan pernah mengalami kesulitan apa pun.

 

“Apakah ada hal yang lain?” Dia mengalihkan pandangan pada Sang Penyembuh. Dahinya mengernyit seakan masih memikirkan hal yang lain.

 

Penyembuh itu menarik napas sebelum melanjutkan, “Inilah masalah yang lainnya, Mr. Black. Meskipun tubuhnya lemah, tapi mantra diagnosis menunjukkan bahwa saluran sihirnya lebih besar dari bayi kebanyakan. Ke depannya dia mungkin akan sering mendapatkan serangan sirih tidak sengaja dan hal ini bisa sangat berbahaya bagi tubuhnya. Tubuh bayi tidak didesain untuk memiliki sihir seperti miliknya, Mr. Black. Dan jika-” dia berhenti lagi, mempertimbangkan apa yang bisa dia katakana selanjutnya. “-jika anak ini tidak ditangani dengan baik, serangan sihirnya mungkin bisa membahayakan nyawanya.”

 

Orion tertegun. Dia merasa lebih dingin dari sebelumnya. Bibirnya sunyi, namun ada kalimat yang terus bergema di pikirannya, dia akan melakukan segalanya untuk melindungi keluarganya.

 

 

Notes:

Jadi, terima kasih banyak untuk kalian yang sudah baca cerita ini. Aku gak sangka kalau bisa dapet attention yang cukup besar dari kalian. Aku juga mau minta maaf karena cerita ini gak bisa update secara rutin karena aku sendiri masih sibuk sekolah (edit: ga kerasa sekarang aku udah kuliah) dan waktu untuk menulis ceritanya juga di antara waktu belajar dan kuliah.

Rencananya, aku mau coba lanjutin cerita ini saat libur semesterku mulai karena ga tau kenapa aku tiba-tiba dapat inspirasi dan motivasi buat lanjut.

Sekali lagi terima kasih yang sudah baca "Another Time"! Jika berkenan, silakan tinggalkan kesan, pesan, kritik, serta saran kalian di kolom komentar!

Chapter 3: The Meaning of Name and Family

Summary:

Rambut pirang sendiri bukanlah hal yang umum untuk dimiliki oleh anggota keluarga Black dan hanya sedikit dari mereka yang diketahui Walburga masih hidup sekarang. Selain itu, Ibunya sendiri, Irma Crabbe, memiliki rambut pirang yang cukup terang dan keponakan perempuannya, Narcissa, memiliki rambut pirang yang sama berbeda dari saudari-saudarinya yang lain yang memiliki rambut yang lebih gelap. Tapi bayi ini memiliki rambut pirang yang jauh lebih terang malah hampir seperti platinum yang mengingatkannya pada rambut khas yang dimiliki anggota Keluarga Malfoy. Namun tidak masalah. Dia tidak meragukan bahwa bayi pirang dalam pelukannya adalah putranya sendiri. Dia dapat merasakan ikatan besar yang terjalin di antara mereka.

Notes:

Chapter ini adalah chapter yang sudah aku revisi lagi. Semoga kalian menikmati!

(See the end of the chapter for more notes.)

Chapter Text

13 November 1961 – Grimmauld Place, London

 

“Orion,” sebuah suara memanggil lirih dari arah tempat tidur empat tiang.

 

Dia memalingkan tubuhnya dari jendela besar ke arah Walburga yang masih terbaring lemah di tempat tidur. Dia tersenyum padanya dengan lembut. Dia melihat upaya keras wanita itu untuk bergerak dari posisinya dengan gerakan lemas.

 

“Apa kamu baik-baik saja?” dia bertanya, membantunya untuk duduk. “Ada yang bisa aku lakukan untukmu?”

 

Walburga menganggukkan kepalanya menyetujui. “Apa kau bisa ambilkan aku air?”

 

Dia tersenyum. “Tentu saja,” dia mengambil gelas air di atas nakas di samping tempat tidur dan menggumamkan Aguamenti untuk mengisinya. Dia memegangi gelasnya saat Walburga dengan perlahan meneguk air di dalamnya.

 

“Terima kasih.”

 

Dia masih terlihat lelah, dia terlihat sangat pucat dengan kantung di bawah matanya sangat kontras dengan dirinya sendiri. Dia sangat memahami itu, mengingat kemarin adalah malam yang panjang dan melelahkan untuk mereka berdua.

 

Setelah percakapan dengan Penyembuh kemarin, dia telah bertanya bagaimana cara untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi dampak dari kelebihan saluran sihir pada putranya. Mereka tidak menjawab dan malah meminta waktu untuk melakukan mantra diagnosis yang lebih kompleks, bukan hanya untuk si bayi pirang, namun juga untuk saudara kembarnya. Orion telah meminta Kreacher, peri rumah keluarga untuk mengatar ke ruangan lain yang sudah dia dan Walburga siapkan untuk kamar anak baru mereka. Dia juga meminta peri itu agar mengambil boks bayi lama milik Sirius di gudang dan membersihkannya sehingga ada tempat yang cukup bagi kedua bayi itu.

 

Setelah mereka pergi, Orion telah menemukan dirinya berjalan ke ruang keluarga. Pikirannya telah kalut akibat perbincangan tadi.

 

“Jika anak ini tidak ditangani dengan baik, serangan sihirnya mungkin bisa membahayakan nyawanya.”

 

Saat tiba di ruang keluarga, ruangan itu gelap tapi dia masih dapat melihat seorang sosok di sana. Ayahnya tengah duduk di salah satu sofa yang terletak tepat di samping sebuah lampu baca sambil memegang buku di tangannya, Dia segera mengalihkan pandangannya begitu merasakan ada orang lain memasuki ruangan.

 

“Apakah semua berlangsung baik, Orion? Bagaimana keadaan Walburga?” tanyanya dengan suara yang dalam dan tenang namun penuh kekhawatiran. Ayahnya selalu menjadi sosok yang berwibawa bahkan cenderung dingin di mata orang luar, namun dia selalu tahu bahwa dia akan selalu peduli pada keluarganya.

 

Orion mengambil jeda sedikit. Dia berjalan ke salah satu sofa, mengambil tempat duduk tepat di depan ayahnya. “Walburga baik-baik saja. Penyembuh bilang dia hanya kelelahan. Mereka telah memberikannya ramuan agar dia dapat tidur sampai besok pagi,”

 

Ayahnya menatapnya dengan lekat, dia mengenali ekspresi putranya tersebut. Dia selalu membuat ekspresi semacam itu saat ada hal-hal yang terjadi di luar perkiraannya. “Sesuatu terjadi pada kedua anak itu?” tanyanya sambil menatap lurus ke balik punggung Orion.

 

Aahh… begitu rupanya. Dia berbalik dan sekarang telah melihatnya. Tepat di belakangnya merupakan sebuah dinding dengan permadani besar di gantung di atasnya yang memuat seluruh silsilah Keluarga Black. Orion memperhatikannya dengan seksama sekarang. Benang-benang emas yang digunakan untuk sulaman permadani itu sedikit berkilau memantulkan cahaya lampu baca di Seberang ruangan. Dia mengalihkan fokusnya pada namanya sendiri di sana dan menyadari bahwa cabang baru telah muncul tepat di bawah namanya dan Walburga, di samping nama Sirius. Itu tidak seperti cabang yang lainnya yang sudah memiliki sulaman nama di dalamnya, cabang baru itu hanya memuat siluet foto yang kurang jelas di bawah kegelapan.

 

“Bayi pertama lahir dengan sehat,” kata Orion. Dia menatap ayahnya. “Tapi bayi kedua…”

 

Dia menghela napas panjang. Arcturus memperhatikannya dengan seksama, menunggu sabar.

 

“Kami hampir kehilangannya, Ayah,” lanjut Orion, suaranya bergetar saat memulai. “Tapi dia berhasil melewatinya. Aku sangat bahagia saat dia mulai bernapas dan kemudian menangis dengan lembut. Tapi-“ dia menutup matanya. Tangannya melayang, memijat pelipisnya.

 

Orion mulai menjelaskan dengan perlahan apa yang telah Penyembuh katakana padanya tentang bayinya. Tentang tubuhnya yang lemah yang memerlukan perhatian ekstra. Tentang sihirnya yang terlampau kuat. Tentang bagaimana sihirnya yang dapat mencelakai atau bahkan membunuhnya di saat-saat yang tidak diketahui.

 

“Aku tidak tahu apa yang ku lakukan,” lirihnya frustrasi. Arcturus telah membawa sebotol Firewhiskey dan dua gelas untuk menenangkan ketegangan di antara mereka. “Bagaimana jika mereka benar, Ayah? Bagaimana caraku memberitahu Walburga bahwa salah satu putra kami bisa saja mati kapan saja?”

 

“Dia harus tahun Orion, bagaimana pun kalian yang akan merawat anak itu,”

 

Dan dia tahu bahwa ayahnya benar dan dia pasti akan memberitahu Walburga pada akhirnya. Tapi mungkin tidak keseluruhan cerita.

 

Di masa kini dia hanya akan memfokuskan dirinya pada kesejahteraan keluarganya, Orion kini duduk di pinggir kasur besar di kamar mereka, memandang tenang Walburga.

 

“Bagaimana kabarmu?” dia bertanya sambil mengelus lembut puncak kepala istrinya. Tapi Walburga tidak menjawab dan malah menepis tangannya. Orion menyernyit bingung.

 

“Itu tidak penting,”

 

“Tentu saja itu penting,“ katanya pada Walburga yang tidak diacuhkan olehnya.

 

“Dimana dia? Putra kami, di mana dia?”

 

Dia hanya menghela napas berat.

 

“Orion? Di mana putra kami?” dia bertanya semakin gelisah. “A- apa terjadi sesuatu?”

 

“Tenang, Walburga. Tidak terjadi apa pun.” dia memegang tangannya, mengelusnya buku-buku jarinya dengan lembut berharap itu bisa menenangkan istrinya. “Aku berjanji padamu, semua baik-baik saja. Mereka baik-baik saja.”

 

Walburga menggelengkan kepalanya. “Aku ingin bertemu-“ dia berhenti. “Apa kau bilang mereka? Apa maksudmu dengan mereka?”

 

Orion menatapnya penuh pertanyaan “Kau tidak ingat apa yang terjadi?”

 

“Tunggu, aku…” Istrinya mengernyitkan dahinya dan hanya menggelengkan kepalanya, tetapi seketika ekspresinya berganti menjadi kebagiaan lembut. “Ada dua dari mereka…” dia bergumam. “Kita punya anak kembar!” katanya senang.

 

“Ya…” dia berkata pendek. Inilah Walburga yang dia kenal. Wanita yang selalu bersinar penuh keceriaan.

 

“Aku ingin bertemu mereka,” katanya cepat.

 

“Nanti, sayang.”

 

“Tapi- “

 

“Kau harus beristirahat, Walburga,” desahnya. “Tidurlah beberapa jam lagi. Aku berjanji kau akan dapat menemui mereka setelah tubuhmu beristirahat beberapa lama lagi, ya?”

 

Orion mengelus pipi Walburga dengan lembut.

 

“Ya, baiklah. Tapi- “

 

“Ssssttt… tutuplah matamu. Aku akan berada di sini sampai kamu tidur.”

 

Orion terus berada di samping Walburga hingga istrinya itu tertidur dengan suara napas pelan sambil terus memegang tangannya. Dia meninggalkan kamar mereka beberapa menit kemudian berniat menemui putra-putranya.

 

oooOOOooo

 

Jika bertahun-tahun yang lalu ada orang yang mengatakan bahwa Walburga akan memiliki seorang anak dia akan segera mengejek mereka. Tentu saja sebagai gadis berdarah murni, itu berarti dia harus menikah dan menghasilkan seorang pewaris untuk keluarga barunya.

 

Tapi Walburga tidak dikenal sebagai seorang gadis yang penurut. Tidak seperti kakaknya, Cygnus Black, yang selalu berada dalam barisan aturan orang tua mereka, Walburga lebih suka kebebasan daripada kekangan aturan. Dia akan diam-diam mengikuti uji coba Quidditch yang dilarang keras oleh orang tuanya (dan itu hanya karena mereka menganggap bahwa seorang gadis dari keluarga Darah Murni yang terhormat tidak seharusnya melakukan suatu hal yang bar-bar). Dia juga telah diam-diam telah berteman dengan para-Half-Blood, baik di dalam maupun luar asrama Slytherin, dan dia juga berteman dengan para Darah Murni yang tersingkir atau apa yang lebih orang tuanya sukai disebut sebagai Penghianat Darah. Oh, dia bahkan juga berteman dengan para-Muggle-Born!

 

Tidak seperti yang orang-orang anggap tentang dirinya, dia bukanlah seseorang yang menganggap Darah Murni lebih unggul daripada ras penyihir lainnya. Dia sendiri telah sering kali mengemukakan pendapatnya tentang ketidaksukaannya terhadap paham-paham yang dilontarkan para anggota keluarga lama yang dianggapnya sangat kolot.

 

Di sisi lain, Orion punya pandangan sendiri tentang Walburga. Dia telah dengan cepat terpikat dengan gadis frontal dan ceria yang merupakan sepupu jauhnya itu saat mereka bertemu di salah satu acara pesta Keluarga Black. Dia memperhatikannya bertahun-tahun setelahnya terutama selama waktu mereka di Hogwarts. Mereka akhirnya mulai berkencan di tahun kelima setelah Orion menyatakan perasaannya di sebuah kunjungan mereka ke Desa Hogsmead.

 

Orion sendiri memandang sifat terus terangnya sangat manis. Dia bahkan telah mengetahui sisi lain Walburga yang ternyata, seperti yang sering dia katakan, sangat lembut dan agak sentimental. Walburga mungkin akan mengakuinya untuk kali ini. Hanya untuk saat ini.

 

Karena bagaimana dia tidak mengakuinya sedangkan saat ini dia sedang merasakan kegembiraan yang meluap-luap dari dadanya. Hari ini, pada akhirnya Orion membiarkannya untuk keluar dari ranjangnya setelah tiga hari penuh untuk bertemu dengan dua putranya yang baru saja lahir.

 

Betapa tidak sabarnya dia untuk hal itu dan Orion tetap saja memaksanya untuk tetap beristirahat. Dia ibu bayi-bayi itu! Dialah yang seharusnya yang pertama kali melihat mereka! Dia berpikir masam.

 

Baiklah, dia mengakui bahwa saat ini dia merasakan tubuhnya seperti akan terbelah jika dia bergerak. Walburga mungkin menyukai kebebasan, tapi tubuhnya bukanlah hal yang sangat mendukungnya untuk hal tersebut untuk saat ini.

 

Sebenarnya pada awalnya kehamilan sendiri sudah membuatnya takut. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi dia takut bahwa pada akhirnya, dia akan kehilangan anak-anaknya. Dia tidak akan sanggup menghadapinya sampai kapan pun.

 

Tapi dia berhasil melewatinya, bukan? Mereka berhasil memiliki Sirius dan kini putranya yang hampir berusia tiga tahun itu telah tumbuh menjadi anak yang aktif dan ceria (yang terkadang juga agak menyulitkan dia dan Orion karena Sirius bukanlah anak yang paling mudah untuk diatur) dan dia sangat bahagia untuk hal itu. 

 

Kehamilan keduanya lebih sulit dari yang pertama. Dia akan terus merasakan keram perut di saat-saat tertentu, dan morning sickness adalah hal yang paling buruk yang pernah dia rasakan. Walburga sendiri telah dilarikan ke Rumah Sakit St. Mungo’s beberapa kali berkat komplikasi yang dia alami. Jika bukan karena Orion yang selalu mendampinginya, dia bahkan tidak yakin bahwa dia mampu melwatinya.

 

Tapi sekali lagi dia mampu melakukannya. Dia mampu melakukannya berkat Orion yang berada di sampingnya, Sirius yang selalu tersenyum padanya; dia berhasil memaluinya.

 

Dan kini putra-putranya ada bersamanya; hanya beberpa kamar berjarak darinya. Yang dia perlu lakukan sekarang adalah beristirahat sejenak, dan dia akhirnya akan dapat menemui mereka nanti.

 

oooOOOooo

 

“Apakah kamu dapat berjalan lebih cepat lagi?” tanya Walburga tidak sabar. Dia telah bangun hanya beberapa menit yang lalu, dan dia telah menuntut Orion untuk menepati janjinya untuk pergi menemui putra-putra mereka dengan segera. Sungguh wanita yang tidak sabaran.

 

“Kamu sadar bahwa kamu adalah orang yang berjalan lebih lambat, bukan? Aku hanya menyesuaikan.” dia menyeringai padanya yang membuat Walburga memasang wajah jengkel. Orion menganggapnya sisi manis milik istrinya.

 

Kamar mereka dengan kamar bayi-bayi itu hanya berjarak beberapa meter, dan itu tidak terasa saat mereka telah sampai di sana begitu saja. Dia melihat senyum Walbrga semakin mengembang setiap detiknya seiring langkah mereka.

 

“Mereka masih tidur,” katanya pelan hampir berbisik sebelum membuka pintu. “Jangan berisik dan membangunkan mereka, ya?”

 

Kini Walburga hanya menatapnya, menyilangkan kedua lengan di depan dadanya. Dia memasang wajah tersinggung main-main “Menurutmu aku tidak tahu itu? Aku juga punya putra, Orion. Tentu saja aku tahu itu!”

 

Orion tersenyum dan mengelus kepala istrinya seperti dia adalah seorang anak kecil. “Anak kami,”

 

Mereka berdua memasuki ruang kamar. Kamar itu telah dicat dengan warna hijau muda lembut dan didekorasi dengan barang-barang senada. Walburga sendirilah yang telah memilih semua aksesoris kamar itu dan sangat menentang keras memilih warna lazim seperti biru untuk kamar putra mereka walau Orion telah menyarankannya. Dia mengatakannya dengan tegas, “Warna hijau karena mereka akan menjadi Slytherin yang bangga, Orion.”

 

Satu-satunya warna yang berbeda adalah satu boks bayi di sana. Di mana yang satunya berwarna hijau yang agak lebih gelap, boks bayi lainnya berwarna coklat kayu. Hal itu karena pada awalnya mereka hanya mempersiapkan kamar hanya untuk satu bayi. Mereka tidak pernah menyangka bahwa akan ada tambahan di sana. Boks bayi itu sebelumnya adalah milik Sirius; dia telah memerintahkan Peri Rumah-nya, Kreatcher, untuk membersihkannya sebelumnya. Dia menggunakannya hanya karena dia tidak yakin seberapa lama Mantra Pengganda akan bertahan jika dia mencoba untuk menggandakan boks bayi hijau tua itu. Dia tentu tidak ingin bayinya terluka jika ada kesalahan mantra yang terjadi.

 

Mereka mungkin harus berbelanja perlengkapan bayi lebih banyak dalam beberapa waktu ke depan mengingat mereka pasti kekurangan barang-barang lainnya selain boks bayi.

 

“Orion?” Walburga menyadarkannya. “Apa kamu mendengarkanku?”

 

Orion dengan cepat keluar dari lamunannya. Dengan cepat dia mengalihkan, “Apakah aku?” dia menyeringai yang membuat Walburga kembali masam. Orion menarik napas dalam lalu tersenyum lembut. “Baiklah, maafkan aku. Apa yang kamu katakana tadi?”

 

“Aku bilang aku ingin kita melihat bereka bersama,”

 

“Aku sudah bertemu mereka, Walburga,”

 

“Untuk itu aku ingin kau memperkenalkan mereka untukku,”

 

Orion tercengang. Dia tentu tidak mengharapkan itu, tapi sekali lagi istrinya bukanlah wanita yang mudah ditebak. “Ya, baiklah. Siapa yang kita harus mulai lebih dulu?”

 

“Regulus,” katanya. “Pertama, perkenalkan aku dengan Regulus!”

 

“Regulus?” dia bertanya. Dia tahu dia telah melupakan sesuatu dan kini dia sangat menyesalinya.

 

“Kami telah sepakat untuk memberikan nama untuk putra kedua kami ‘Regulus’, Orion,” katanya marah. Orion tidak dapat menahan rengekannya. “Jangan bilang kau telah menamainya dengan nama konyol seperti ‘Argo’?” dia melotot.

 

“Tentu tidak! Aku hanya-“ Lupa? Tidak. Jika dia mengatakan itu mungkin Walburga yang akan mencekiknya saat ini juga. “Tentu kita sudah membuat kesepakatan tentang nama, Walburga, dan aku tidak akan mengingkarinya.”

 

“Lalu, siapa yang Regulus?”

 

Orion berdeham dan mengambil bayi dari kotak hijau tepat di depannya. Namun sayangnya ketika dia hanya tinggal menyerahkannya kepada istrinya, bayi itu mulai menangis keras. Walburga dengan hati-hati mengambil bayi itu dari dari Orion dan mulai mengguncang-guncangkannya. Tidak lama kemudian, bayi itu telah tertidur tenang dalam buaian Ibunya.

 

oooOOOooo

 

“Halo, sayang,” dia bergumam pada bayi. “Aku Ibumu. Kau tahu, aku dan Ayahmu telah memilihkan nama yang yang indah untukmu. ‘Regulus’, itu adalah salah satu bintang paling terang di langit dan paling terang di rasi Leo. Aku tahu-aku tahu, kau tidak akan menjadi ‘singa’. Kau adalah Slytherin dalam darahmu.”

 

Dia berhenti dan kembali memerhatikan putranya, Regulus, dengan penuh arti.

 

“Tapi Regulus juga adalah hati bagi Leo, lho. Itu seperti kamu bagi kami. Kamu adalah hati kami.” Dia melanjutkan. “Bukan hanya kamu, tapi kakakmu dan juga adikmu sangat berarti bagi kami.”

 

Dia tiba-tiba teringat.

 

“Omong-omong tentang adikmu, kurasa kami belum memilihkannya nama. Kau tahu, dalam keluarga Black, itu adalah tradisi untuk memberikan nama anak-anak kami dengan nama-nama bintang atau konstelasi.” Kata Walburga lembut. Dia mengalihkan pandangannya pada suaminya. “Menurutmu, apa nama yang harus kita pilih? Apa kau lebih suka bintang, konstelasi, atau kau suka yang lain? Bagaimana menurutmu, Orion?”

 

“Apa-?” dia terkejut.

 

“Nama apa menrutmu yang kita harus memberikan putra bungsu kami?”

 

“Aku- aku tidak tahu,” jawab Orion. “Lagi pula, kau tidak pernah setuju dengan nama adapun yang aku ajukan padamu.” lanjutnya cemberut, main-main.

 

“Itu karena kamu telah mencoba memberikan nama putra kami Argo Navis!” katanya jengkel. “Merlin tahu dia akan menjadi bulan-bulanan dengan nama seperti itu.”

 

“Dalam argumenku, itu adalah nama konstelasi yang cukup bagus. Lagi pula siapa yang akan berani mengejek salah satu dari anggota Keluarga Black?”

 

“Baiklah, aku akan menamainya sendiri,” Walburga merengut. Dia menyerahkan bayi Regulus pada suaminya dan berjalan menuju boks bayi coklat dan segera menggendong bayi itu.

 

Walburga memerhatikan perbedaan yang tidak dia sadari sebelumnya. Dia telah melihat semburat rambut hitam pada Regulus dan dia telah mengharapkan yang sama pada bayi ini sebelumnya. Tapi apa yang dia temui agak mengejutkannya. Putra bungsunya ternyata memiliki rambut pirang tipis di atas kepalanya alih-alih hitam.

 

Rambut pirang sendiri bukanlah hal yang umum untuk dimiliki oleh anggota keluarga Black dan hanya sedikit dari mereka yang diketahui Walburga masih hidup sekarang. Selain itu, Ibunya sendiri, Irma Crabbe, memiliki rambut pirang yang cukup terang dan keponakan perempuannya, Narcissa, memiliki rambut pirang yang sama berbeda dari saudari-saudarinya yang lain yang memiliki rambut yang lebih gelap. Tapi bayi ini memiliki rambut pirang yang jauh lebih terang malah hampir seperti platinum yang mengingatkannya pada rambut khas yang dimiliki anggota Keluarga Malfoy. Namun tidak masalah. Dia tidak meragukan bahwa bayi pirang dalam pelukannya adalah putranya sendiri. Dia dapat merasakan ikatan besar yang terjalin di antara mereka.

 

“Maaf aku terlambat untuk memperkenalkan diriku padamu, sayang. Aku ibumu.” dia mengelus pipi bayinya. “Seperti yang kau tahu, aku telah memberikan nama kepada saudara laki-lakimu di sana dan aku minta maaf karena tidak menyiapkan terlebih dahulu nama untukmu.” jelasnya, seolah-olah bayi itu dapat mengerti. “Tapi aku berencana memberikannya sekarang. Jadi yang mana yang kamu suka? Apakah itu bintang, konstelasi, atau kau ingin yang lain?”

 

Tanpa diduga bayi pirang itu menggeliat dalam pelukannya, mulut kecilnya terbuka sedikit terbuka seperti menguap sebelum tertutup kembali. Mengapa mereka sangat memesona?

 

“Bagaimana kalau Rigel? Itu akan terdengar seperti kamu memiliki nama yang seirama dengan Regulus, bukan? Atau mungkin Pollux? Aku akan memberikan nama tengah kakak kembarmu Castor, jadi kalian akan dapat memiliki nama yang juga saling berkaitan!” ujarnya senang. “Aku tidak akan pernah membiarkan ayahmu memberikan nama untukmu. Dia selalu memiliki selera yang aneh dalam hal penamaan,”

 

“Hei!” seru Orion, pura-puran  tersinggung. “Sekali lagi, Walburga, ‘Argo’ bukanlah nama yang buruk!”

 

“Lalu bagaimana dengan nama burung hantumu itu? Tigris? Demi Merlin, Orion, dia adalah burung hantu dan bukannya harimau!”

 

“Aku mendapatkannya ketika aku masih muda,” dia merengut.

 

“Dan itu membuktikan bahwa seleramu bahkan lebih buruk ketika kau masih muda,” Walburga menyeringai penuh kemenangan yang membuat suaminya itu merengut lebih dalam. Dia kembali kepada bayi itu, “Jadi bagaimana, sayang? Kamu suka itu? Pollux?”

 

Walburga tentu saja tidak mengharapkan respons apa pun dari bayi pirang itu. Bagaimanapun dia adalah bayi baru lahir yang bahkan belum bisa mengerti apa saja yang sudah terjadi di ruangan itu.

 

“Jadi Pollux kalau begitu? Pollux Black- “

 

“Draco,” Orion tiba-tiba memotongnya. “Dia akan dipanggil Draco.” Walburga

 

“Draco? Benarkah Orion? Kamu benar-benar akan- “

 

“Draco adalah seekor naga, dan naga itu kuat,” dia akhirnya mengalihkan pandangannya pada suaminya. “Dia akan menjadi seperti naga. Dia akan tumbuh dengan sehat dan kuat.” Dia melanjutkannya.

 

Jika Walburga tidak memerhatikan sorot mata yang diberikan Orion, mungkin dia sudah menganggapnya sebagai lelucon dan tertawa. Tetapi tentu tidak dengan saat ini, Orion terliat begitu rentan, begitu jauh.

 

Dia baru memerhatikan bahwa Orion telah meletakkan Regulus kembali ke dalam boks bayinya dan kini pria itu telah berjalan menghampirinya. “Aku ingin menamainya Draco jadi dia akan dapat mengingat untuk tumbuh kuat seperti namanya.”

 

Dia hanya dapat tergagap, “Ba-baiklah.” Katanya. “Jadi, Regulus dan Draco?”

 

Orion tidak berkata apa-apa dan hanya membawa mereka berdua ke dalam pelukannya.

Notes:

Kalau aku ditanya siapa couple yang aku suka dari fandom ini, aku pasti tidak akan bilang itu Orion x Walburga karena aku kurang suka canon karekter mereka. Tapi, gak tau kenapa, rasanya kalau dibuat seperti ini, aku merasa couple mereka jadi agak manis.