Work Text:
Namaku Han Yoojin.
Dan tidak ada dari spesial dari namaku, diriku, dan kehidupanku.
Aku hanya anak biasa dengan orangtua yang baik dan satu adik yang manis. Orangtuaku sering pergi jauh meninggalkan aku bersama dengan adikku. Sebagai seorang kakak, tentu saja aku merawat adikku. Aku memastikan adikku baik-baik saja, melindunginya seperti kebanyakan seorang kakak.
Aku tidak begitu ingat bagaimana aku menghabiskan masa kecilku selain menjaga adikku. Adikku bukanlah tipe yang mudah bergaul, jadi mungkin aku menghabiskan seluruh masa kecilku untuk bermain dengannya.
Setelah itu, kedua orangtuaku meninggal.
Sejujurnya, aku tidak begitu ingat bagaimana mereka meninggal. Satu-satunya yang bisa kuingat, aku terus menangis sampai mataku terasa sakit. Mungkin… aku menangis karena aku tidak bisa bertemu mereka, ketika aku sangat membutuhkan mereka.
Dan berakhir, aku drop-out dari sekolah dan memilih berkerja membesarkan adikku.
Tidak ada istimewa dari itu. Itu adalah hal normal bagi seorang yatim-piatu dan memiliki seorang adik, memilih drop-out untuk membesarkan adik. Lagipula dibandingkan aku hanya memiliki nilai rata-rata, adikku jauh lebih pintar. Dia memiliki masa depan yang begitu cerah dibandingkan denganku.
Membesarkan seorang adik di tengah kota Seoul memang bukanlah hal mudah. Sangat sulit mencari pekerjaan untuk anak di bawah umur, apalagi hanya bermodal ijazah SMP.
Meski begitu aku tidak menyerah. Aku menerima semua perkerjaan, apa pun itu.
Bahkan meski aku harus menjual diriku sendiri.
Setidaknya, aku masih bisa menghasilkan uang untuk makan.
Sampai detik ini, aku tidak begitu ingat… darimana semua ini bermula.
Semua ingatanku kabur. Aku tidak bisa ingat apa yang kulakukan sampai aku berakhir di tempat ini; sebuah bar murah di distrik lampu merah dengan bau amis dari seks yang bercampur alkohol, rokok, dan obat-obatan. Tubuhku telanjang, penuh dengan jejak gigitan dan luka lebam. Kakiku sudah terlalu penuh bekas sayatan dan aku sudah tidak bisa lagi merasakan sensasi kakiku.
Kepalaku terasa sakit dan aku sangat lelah. Namun anehnya, aku tidak merasakan amarah, sedih, atau takut. Bahkan tidak ada jejak rasa kesenangan dan hasrat apa pun.
Hanya kosong.
Mungkin selain tubuhku terasa sakit akibat malam penuh gairah itu, aku tidak bisa merasakan apa-apa. Hanya ada rasa kosong di hatiku.
Aku memejamkan mataku. Memoriku berputa, menyuruhku untuk mengingat dan tidak melupakannya.
Namaku Han Yoojin.
Aku hanya F-Class. Kakiku telah terluka dan mustahil untuk diobati kembali…. berarti aku sudah cacat.
Tidak ada yang mau menerimaku berkerja—kenapa? Apa karena aku sudah cacat?
Tapi aku tidak bisa diam begitu saja.
Aku harus berkerja, apa pun itu.
Aku harus menghasilkan uang, meski aku harus mengorbankan segalanya—jiwaku dan tubuhku sendiri. Aku harus mencari uang.
Ya, aku harus mencari uang untuk adikku yang manis.
Adikku.
Ketika kata itu terlintas, entah mengapa aku merasa ada perasaan aneh di dadaku. Rasa sesak dan sesuatu yang menusuk dadaku.
Dan kenapa… aku menangis ketika mengingat adikku?
Adikku yang manis.
Adikku yang penurut dan satu-satunya keluarga yang kumiliki.
Meski terasa sakit dan sesak, aku berusaha aku mengingat adikku. Dia adalah malaikat kecilku dan cahayaku. Tawanya begitu indah dan senyumannya sangat memikat. Dia satu-satunya alasan aku tetap hidup, terlepas dari betapa sulit hidupku ini. Dia adalah satu-satunya cahaya yang kumiliki.
Ah, aku ingat.
Adikku yang manis ingin masuk ke kedokteran di SNU. Tidak mudah untuk masuk SNU terutama mengambil beasiswa kedokteran, apalagi dia tidak ada les—hanya mengandalkan belajar di perpustakaan seorang diri.
Aku harus berkerja lebih giat. Setidaknya, jika adikku gagal mengambil beasiswa, aku masih bisa membiayai kuliahnya.
Itu benar.
Aku harus berkerja lebih giat.
Tidak masalah hidupku telah berantakan, selagi adikku baik-baik saja.
“Kau begitu menjijikan sekali, jalang.”
Salah satu dari pria yang kulayani hari ini, melempariku beberapa ribu won. Aku mati-matian mengumpulkan uang itu meski tubuhku sangat terasa sangat sakit. Pelayanan hari ini aku harus menerima semua perlakuan; termasuk pukulan dan tusukan pisau.
Aku menunduk penuh terima kasih dan memberikan senyuman yang paling manis kepada mereka. Terlepas dari rasa sakit itu, setidaknya aku memiliki uang.
Lagipula, hanya ini yang bisa kulakukan sekarang.
Adikku pasti membutuhkan buku try-out baru dan kuharap, uang ini sangat cukup untuk membeli buku itu.
“Tapi dia benar-benar mirip Haeyon sialan itu.” Salah satu pria itu menendang perutku, menyodok rokoknya di leherku. Aku mengigit bibirku, berusaha untuk menahan rasa sakit itu. “Apa kau jangan-jangan kakak sampah itu?”
Haeyeon? Kakak?
“Itu tidak mungkin.” Salah satu pria itu menjambak rambutku, memaksaku untuk melihat semua orang, menunjukan wajahku pada mereka “Jika dia adalah kakak Haeyon, dia sudah mati.”
“Yah, siapa juga mau memiliki kakak seorang pelacur.”
“.…”
Aku tidak paham apa yang mereka bicarakan.
Ini bukan pertama kalinya mereka membicarakan Haeyon—Haeyon Guildmaster-nim dan kakaknya. Meski kepalaku kesulitan untuk mengingat, aku tahu, terkadang mereka melampiaskan kebencian mereka karena aku mirip dengan Haeyon Guildmaster-nim.
Mungkin ini sedikit aneh, tapi aku bersyukur jika aku memang mirip Haeyon Guildmaster-nim.
Setidaknya aku memiliki pelanggan tetap dan mereka mau membayar lebih. Mereka semakin senang jika aku bertindak seperti anjing atau budak seks; mempermainkan yang paling menjijikan.
Bahkan mereka memberikanku obat-obatan agar aku bisa bergairah untuk melayani mereka.
Aku sangat bersyukur jika mereka memberiku obat-obatan itu. Aku kesulitan untuk melayani mereka tidak memberiku obat-obatan.
Tapi, sejujurnya aku sangat khawatir.
Jika aku mirip Haeyon Guildleader-nim, kemungkinan juga adikku juga mirip dengannya.
Aku tidak ingin adikku terlibat dengan pekerjaan kakaknya yang rendahan ini. Aku tidak sanggup untuk membayangkan adikku terseret dan harus melayani mereka sama seperti yang kulakukan.
Cukup aku saja yang berada di tempat ini.
Karena itu, aku menutup mulutku. Aku tidak akan orang lain tahu tentang adikku.
Aku akan melindungi adikku dengan segala kumiliki.
Karena itu adalah tugas seorang kakak.
“Kau hanya menghambatku, Hunter Han Yoojin.”
“Pergilah, dan jangan pernah muncul. Kau hanya membuat masalah untukku.”
“Kau selamanya hanya akan berada di bayanganku.”
Terkadang, aku melihat Haeyon Guildmaster-nim di televisi milik bar.
Dia begitu tampan dan kuat. Dia satu-satunya harapan yang dimiliki Korea untuk bertahan di dunia yang mau hancur ini.
Wajahnya begitu dingin dan tidak menunjukan ekspresi apapun. Ia tidak pernah tersenyum, bahkan meski mendapatkan penghargaan atau terima kasih dari seluruh warga Korea.
Seolah dia menyimpan rasa kesedihan terdalam.
Haha.
Kenapa aku begitu sok tahu?
Bagaimana pun juga, aku dan dia berbeda. Aku hanya pelacur yang beruntung memiliki wajah mirip dengannya, dan dia adalah harapan Korea Selatan dan dunia.
Kita jelas hidup di dunia berbeda.
Bahkan meskipun dia memiliki rasa kesedihan, ia memiliki anggota guild yang menemaninya. Ia tidak sendirian. Terlepas dia memiliki seorang kakak sampah yang tidak berguna, dia memiliki segalanya dalam gengamannya.
Dia adalah cahaya yang tidak mungkin bisa kujangkau.
Lagipula, bukankah kakaknya yang sampah itu sudah mati. Noda kehidupannya sudah hilang. Kehidupan Haeyon Guildleader-nim sudah sangat sempurna.
Dia seharusnya bahagia.
Jadi, kenapa aku bisa-bisanya berpikir kalau dia menyimpan kesedihan seorang diri.
“Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menyerah.”
“Ini hadiah terakhirku; aku akan mengundurkan diri dari hunter, aku akan memutuskan hubungan keluarga kita. Kita akan jadi orang asing selamanya.”
“Aku bersumpah, aku tidak akan muncul hidupmu lagi.”
“Dengan itu, apa kau bahagia -----?”
Sepanjang menjadi seorang pelacur, polisi adalah musuh kita.
Jika ada kepolisian datang, kita harus cepat-cepat untuk kabur, apapun terjadi. Biasanya, aku sangat lincah ketika kabur dari polisi. Terima kasih dengan pekerjaan kasarku di kontruksi, aku bisa melompat dan lari dari polisi.
Tapi sekarang berbeda, aku sudah tidak bisa berjalan normal dan sekarang efek obat-obat yang barusan kuminum sudah habis.
Ketika efek obat itu sudah habis, tubuhku tidak bisa digerakan. Pikiranku kosong. Aku bahkan kesulitan mendengar di sekitarku; ketika kepolisian datang dan menangkap pengedar narkoba dan pekerja seks ilegal.
Tentu saja, aku yang terbaring tanpa bisa melakukan apa-apa, hanya menjadi sasaran empuk bagi mereka.
Berakhir, aku hanya menerima diriku diborgol dan langsung dibawa oleh polisi. Meski tubuhku penuh luka dan tidak dapat menggerakan tubuhku, mereka tidak serta-merta membawa ke rumah sakit. Mereka langsung menjebloskan ke penjara sementara khusus pencandu narkoba dengan pengawasan ketat.
Di lantai dingin ini, aku terbaring tanpa berbuat apa-apa. Kepalaku terasa berat untuk berpikir untuk pergi atau sejeninya. Lalu entah mengapa aku mengingat tentang adikku.
Sebuah ingatan terlintas di kepalaku…. suatu malam, ketika aku dan adikku bertengkar hebat.
Apa yang membuat kami bertengkar tidak begitu, tetapi aku merasa kalau aku mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Sesuatu yang membuat adikku terlihat begitu marah besar.
Lalu, adikku pergi begitu saja, meninggalkanku sendirian di rumah.
Dan, dia belum pulang.
Apa dia sangat marah?
Sudah berapa hari dia belum pulang?
Aku tidak bisa menghitungnya. Kepalaku terlalu sakit untuk melakukannya.
Tapi anehnya, aku tidak merasa khawatir atau sedih. Tidak ada juga ada perasaan marah atau kecewa ketika dia pergi begitu saja. Hanya tersisa perasaan kosong di dalam hatiku.
Rasanya, seperti aku sudah terbiasa kalau adikku pergi.
…dan tidak akan pernah pulang lagi.
“Dia memang Han Yoojin-ssi.”
Ketika kesadaranku terkumpul kembali, aku mengerjapkan mataku. Aku melihat sosok pria paruh baya yang memandangku tertidur di penjara. Dia bukan adikku, pelanggan yang bisa melayani, atau mantan bossku.
Aku tidak mengingat namanya, tapi rasanya aku pernah bertemu dengannya.
Siapa dia?
“Guild leader-nim saat ini sedang di dungeon, tolong usahakan berita tentang Han Yoojin-ssi tidak tersebar ke publik. Kami akan berusaha menangani Guild Leader-nim.”
Menyadari aku berusaha bangkit, pria itu langsung menghampiriku. Dia menunduk, menyamakan posisinya denganku. Mata kami saling bertemu satu sama lain. Aku tidak bisa mengingat pria itu, tetapi pria itu sepertinya telah mengenalku.
Dan kenapa dia memandangku kasihan?
“Han Yoojin-ssi, apa kau baik-baik saja?”
Suara pria itu terdengar pelan dan berusaha untuk tetap lembut, dan terdengar aneh. Aku merasa kalau cara bicara pria itu tidak seperti itu.
Sangat orang yang berbicara baik padakku seperti itu.
“Kau….” aku berusaha berbicara, meski tenggerokan sakit. “…siapa?”
Pria itu seketika terdiam.
Tapi, melihat pria itu mengenalku, bisakah aku berharap kalau dia mengeluarkanku.
Aku tidak ingin adikku yang dipanggil sebagai jaminan. Adikku tidak boleh tahu tentang pekerjaaanku. Sedikit pun tidak boleh.
Tidak.
Aku tidak bisa membayangkan jika adikku tahu.
Aku tidak sanggup untuk melihat wajah kecewa dan marahnya lagi. Sudah cukup kita bertengkar dan dia tidak mau pulang. Dia pasti membenciku. Dia pasti tidak akan pernah mau pulang. Dia…
...."kenapa kau hanya bisa membuat masalah, ---Han Yoojin.”
Seketika, tubuhku terasa sangat sesak.
Tenagaku seketika menghilang. Kepalaku terasa penuh dengan segala kemungkinan adikku membenciku. Semuanya terus berputar tanpa henti. Semakin aku mencoba untuk menenangkan diri, semakin sakit kepalaku.
A-ahaha…
Kenapa aku harus terbangun di situasi seperti ini
Seharusnya, aku tertidur lebih lama.
Seharusnya tidak pernah lagi terbangun, selamanya
Kemudian semuanya menjadi begitu gelap…
Bagiku, hal termewah adalah tertidur di tempat yang hangat dan tanpa rasa sakit.
Rumah kecilku berupa apartement basement yang tidak cocok untuk ditinggali oleh kita berdua, hanya memiliki satu kasur tua yang hanya muat untuk adikku. Aku terbiasa tertidur di lantai dengan satu selimut. Dan ketika melayani pelanggan, sangat jarang mereka mengizinkanku tidur di atas kasur; kebanyakan mereka melakukan di lantai dingin.
Kalaupun ada yang bermain kasur, itu hanya berakhir tubuhku penuh luka dan rasa sakit.
Mungkin aku lebih tertidur karena pingsan ketimbang tidur itu sendiri.
Tapi, entah mengapa aku merasakan sebuah kasur hangat di seluruh tubuhku.
Bukan kasur yang penuh dengan aroma seks, obat-obatan, dan darah. Bukan kasur yang ternoda dengan darahku. Hanya sebuah kasur biasa. Kasur beraroma wangi dan hangat.
Kapan terakhir kali aku merasakan ini?
Aku tidak begitu ingat dan aku tidak mengingat apa pun.
Meskipun ini mimpi, akan lebih baik jika aku berlama-lama di mimpi itu. Tubuh ini terkadang mati rasa dan aku sendiri kesulitan untuk membedakan rasa sakit.
Anehnya, di mimpi itu, aku melihat sosok pemuda begitu tampan.
Namun, wajah tampan itu malah menangis. Ia menangis tidak begitu keras, tetapi seluruh wajahnya memerah. Tangannya mengenggamku begitu hangat seolah dia tidak ingin melepaskanya. Sesekali ia mencium tangannya hingga aku bisa merasakan pipinya yang basah.
Sayangnya, aku tidak bisa membalas genggaman tangan itu.
“Maafkan aku, maafkan aku… aku sama sekali tidak bermaksud seperti ini.”
Ah,
Kenapa kau minta maaf?
Aku yakin betul kalau kita tidak pernah bertemu. Mustahil kalau kau melakukan sesuatu yang salah padaku.
Jadi, kau tidak perlu minta maaf. Mungkin seharusnya aku yang harus minta maaf
Bisakah kau tersenyum, sangat sia-sia wajah tampanmu menangis.
“Kumohon, bisakah kau bangun ---”
…
Setelah itu, semua tidak begitu jelas.
Dan satu-satunya bisa kutangkap, sosoknya begitu mirip dengan adikku yang manis.
Tapi yang jelas, dia bukan adikku. Aku tahu itu.
Dan di suatu moment, aku terbangun dari tidur yang begitu panjang.
Butuh beberapa waktu untukku mengumpulkan kesadaranku dan ingatank. Mataku perlahan memandangku sekitar.
Ruangan ini bukan bar atau rumah kecilku. Sebuah ruangan dengan aroma obat-obatan… tetapi bukan obat yang biasa pelangganku minum. Ruangan begitu bersih dan hangat.
Ini adalah rumah sakit—
…..kenapa aku bisa berakhir di sini?
“T-tidak…”
Mati-matian, aku berusaha untuk bangkit dari tempat ini. Tapi seluruh tubuhku tidak mau mendengarkanku. Terasa begitu berat dan sakit. Tapi, aku harus keluar dari tempat ini. Bahkan, meskipun aku harus merangkak sekalipun, aku harus keluar.
Aku tidak sanggup untuk membayar rumah sakit.
Adikku harus kuliah. Aku tidak bisa menyia-siakan uang lagi—uang kuliah adikku masih belum cukup. Dan aku sama sekali tidak butuh dokter.
Aku masih bisa menahan rasa sakit ini.
“Han Yoojin-ssi!”
Ketika tubuhku terjatuh setelah melepaskan jarum infusku, seorang perawat tiba-tiba datang dan langsung menghampiriku. Melihat darah yang keluar dari bekas jarum infusku, dia buru-buru mengambil kassa yang ia bawa untuk mencegah darahku keluar. Tapi, aku malah berusaha mencegahnya.
“Kumohon… a-aku harus keluar…”
“Han Yoojin-ssi…” Perawat itu mencoba menahanku. “…kau akan baik-baik saja, mari—”
“Tidak, kau tidak mengerti!” Tenggorokan sangat sakit ketika berteriak. Aku menolak untuk kembali ke kasur. Aku harus pergi dari tempat ini. “Aku tidak punya uang, aku harus keluar!”
“Tenanglah, Han Yoojin-ssi!”
Tenaga perawat itu sangat kuat untuk menahanku. Tapi, aku tidak diam saja. Aku berusaha untuk melepaskan tangan perawat itu. Memukul perawat itu berkali-kali dan mendorongnya pergi ketika dia mencoba membawaku ke kasur.
Namun perawat itu sama sekali bergeming.
Tenanganya semakin kuat, seolah hidupnya dipertaruhkan untuk memastikan aku tidak keluar dari rumah sakit ini.
Belum sempat aku mencoba mengigitnya, aku merasakan sesuatu yang tajam menusuk tubuhku.
Lalu sekali lagi, semua menjadi sangat gelap.
“—dia berusaha kabur dan melukai dirinya sendiri.”
Sekali lagi, aku bermimpi di sebuah kasur yang hangat.
Tapi kali ini, ada beberapa orang yang tidak bisa kulihat jelas. Namun, sepertinya mereka membicarakanku.
“Aku mengerti, tolong jaga—”
Siapa yang kau harus jaga?
Sebelum aku mencoba bertanya, pemuda tampan itu menengok padaku. Samar-samar, mata kami bertemu. Matanya terlihat begitu murni dan tulus memandangku, seolah kami telah mengenal lama. Namun dibalik itu, terlihat rasa lelah dan banyak emosi teraduk di dalamnya.
Kemudian, perlahan dia mencoba tersenyum, dibalik rasa lelahnya. Ia menunjukan sisi paling tegar di dirinya seolah tidak ingin membuatku khawatir.
Senyuman begitu manis dan tampan, mirip seperti adikku.
Jika adikku tumbuh seusia denganmu, apakah dia akan memiliki senyuman yang tampan sama seperti dirimu?
Tidak, adikku pasti lebih tampan dari dia.
Dia adalah malaikat kecil yang terlalu berharga untuk kumiliki.
“Istirahatlah, aku akan—”
Sekali lagi, aku terbangun.
Di suatu tempat asing yang tidak pernah kulihat. Bukan di bar atau rumah sakit. Sebuah kamar yang begitu luas dengan jendela yang begitu tinggi. Di luar sana, langit berwarna gelap ditemani oleh bulan. Tidak ada bintang, hanya kilauan lampu di gedung-gedung tinggi dan jalanan.
“.…”
Apa ada pelanggan membawaku ke sini?
Aneh sekali.
Melihat sekitar, jelas ini kamar yang mewah, entah ini di hotel atau apartemen mewah. Suatu tempat yang tidak mungkin bisa kutempati. Dan kebanyakan pelangganku, tidak mungkin menyewa tempat mewah ini untuk pelacur rendahan seperti itu. Lagipula, harga jasaku sama sekali tidak sebanding dengan harga sewa tempat mewah ini.
Lalu siapa yang membawaku?
Belum sempat otakku kecilku berusaha untuk menemukan jawaban, seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar itu. Seorang pemuda tampan dan kaya.
Dia adalah Haeyon Guild Leader-nim.
Tampilan dia begitu tampan dan kuat. Dia terlihat seperti seorang pangeran putra mahkota dengan segala kemuliaannya. Aku bisa merasakannya—kita hidup di dunia yang berbeda.
Apa dia pelanggan baruku sekarang?
Tapi kenapa kau tidak datang dan segera menggunakan tubuhku?
Tanpa sadar, aku memperhatikan dirku di pantulan cermin dekat kasurku. Aku melihat diriku. Begitu jelek dan kotor.
Kenapa aku bodoh sekali. Haeyon Guild Leader-nim pantas mendapatkan hal terbaik dalam hidupnya. Meskipun aku mengenakan piyama hangat, tetap saja, aku masih jelek dan kotor.
Kenapa aku begitu percaya diri kalau Haeyon Guild Leader-nim adalah pelangganku.
Tapi, aku tidak bisa serta-merta melewati kesempatan ini. Haeyeon Guild Leader-nim sangat kaya, jauh lebih kaya dari pelanggan terkaya yang kumiliki. Jika saja, aku berhasil melayaninya, mungkin saja aku mengumpulkan biaya kuliah adikku.
Jadi, aku langsung berlutut dan sujud di hadapannya.
“K-kumohon, gunakan diriku….” aku menunjukan sifat penuh memohon dan penghormatanku. “Aa-aku bisa melakukan semua… kau boleh menyiksaku, kau—”
Sebelum aku menyebutkan yang biasa dilakukan oleh pelangganku, tiba-tiba Haeyon Guild Leader-nim berada di depanku. Dia ikut berlutut di depanku dan memintaku untuk bangkit.
Tapi, sebelum dia menyentuhku, aku langsung menepisnya.
“Ti-tidak… tubuhku sangat k-kotor…”
Aku tidak berani untuk menatapnya, terutama dari jarak sedekat ini. Namun entah mengapa aku merasa tatapan pahit darinya. Mungkin, dia sangat kecewa melihat tubuhku dekat, begitu kotor dan jelek.
“Ah, mungkin kau bisa mandi dulu. Aku sudah siapkan air hangat… ”
Alih-alih memarahiku, suara Haeyon Guild Leader-nim terdengar mencoba untuk memenangku. Dia begitu baik bahkan menyiapkan air hangat untukku seorang.
Tapi sebelum aku berterima kasih, Haeyon Guild Leader-nim sudah beranjak untuk membuka pintu kamar mandi yang ada di kamar ini.
“Aku akan siapkan pakaian hangat dan makan malam, apa kau ingin memakan sesuatu?”
Aku tidak bisa menjawab. Aku terlalu takjub untuk menerima kebaikan Haeyon Guild Leader-nim.
Apakah dia malaikat?
Dia bahkan menyerahkan tongkat untukku berjalan ke kamar mandi sebelum meninggalkanku. Dia juga mengizinkanku menggunakan semua sabun dan parfum mewah di kamar ini.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi.
Ini pertama kalinya aku diperlakukan baik seperti ini oleh pelanggan. Memang terasa sangat menyenangkan dan menghangatkan. Tapi, aku merasa sebuah beban begitu besar di pundakku.
Apakah aku bisa membersihkan tubuhku yang kotor dan membuatnya cantik?
Aku tidak tahu.
Tapi, aku tidak bisa menyerah. Haeyon Guild Leader-nim telah berbuat sejauh ini.
Jadi, aku berendam di bak mandi sembari menggosok seluruh tubuhku. Terus menggosok sampai bersih. Aku tidak boleh tampil kotor dan jelek di hadapan Haeyon Guild Leader-nim.
Terus menggosok sampai bersih.
Lalu, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka begitu keras.
Aku sedikit terkejut dan langsung melihat ke arah pintu. Aku melihat Haeyon Guild Leader-nim terlihat buru-buru datang di kamar mandi. Matanya memandang terpaku padaku, ke tubuhku yang masih kotor dan jelek. Tubuhnya bergetar dan wajahnya nyaris memerah… seolah ia ketakutan?
Apa aku terlalu lama menghabiskan air dan sabun?
“Maafkan aku….”
Aku tidak tahu berapa lama aku menggosok dan menghabiskan sabun. Tapi melihat sekujur tubuhku, tubuhku masih kotor dan jelek.
“A-aku masih kotor, aku berusaha membersihkan tubuhku, tapi ini masih kotor…”
“Tidak apa-apa.”
Tiba-tiba, Haeyon Guild Leader-nim memelukku.
Pelukannya begitu hangat, jauh lebih hangat dari air hangat ini.
Tidak peduli pakaian menjadi basah dan kotor, Haeyon Guild Leader-nim memelukku begitu erat. Seolah dia tidak bisa melepaskanku lagi.
“Tidak apa-apa… semua tidak apa-apa. Kau sama sekali tidak kotor…”
Dia membenamkan seluruh wajahnya padaku. Dia seperti ingin menangis dan terus menyakinkanku kalau aku sama sekali tidak kotor Rasanya, aku ingin membalas pelukannya. Namun, aku tidak bisa mengotori bajunya. Bajunya pasti lebih mahal dibandingkan uang yang akan kuhasilkan nanti.
Jadi, aku hanya diam saja. Membiarkannya membenamkan dirinya di pelukanku.
Pelukan itu berlangsung sangat lama, hingga membuat mataku terasa berat.
Tanpa sadar, aku menutup mataku, kembali tertidur dengan pelukan begitu hangat.
Haeyon Guild Leader-nim.
Hunter terkuat di Korea. Satu-satunya harapan yang dimiliki Korea.
Terlepas menjadi kuat, dia adalah lelaki yang sopan dan baik. Sejujurnya, aku sangat terkejut ketika dia menjadi pelangganku, ketika dia seharusnya bisa mendapatkan banyak wanita atau pria yang jauh lebih cantik dan bersih dariku. Tapi dari semua orang yang ada, dia memilihku.
Sebagai pelangganku, dia tidak menyiksaku dengan berbagai permainan gila atau menyuruhku bertindak seperti budak seks atau hewan peliharaan. Sebaliknya, Haeyeon Guild Leader-nim justru menyuruhku untuk tinggal di kamar yang begitu hangat. Dia memberiku makan hangat, pakaian bersih, dan uang begitu banyak.
Setiap kali aku siap untuk melayani dan menunjukan tubuhku terbaik, dia hanya memintaku untuk tidur bersama, sembari merapikan pakaian.
Hanya tidur bersama. Tanpa ada seks atau sejenisnya.
Sama seperti malam ini. Ketika sekali lagi aku terbangun dan tidak ingat bagaimana aku bisa berakhir di tempat biasa Haeyon Guild Leader-nim menyewaku. Ketika Haeyon Guild Leader-nim pulang dari kerja dan menyiapkan makan hangat. Dia tidak menggunakanku, tidak peduli membuka pakaianku
Sebaliknya, dia malah membantu memakaikan piyamaku dan sebuah selimut hangat.
“Kenapa kau tidak menggunakanku?”
Dan setiap kali aku bertanya, Haeyon Guild Leader-nim tidak menjawab dan hanya berkata, “aku hanya ingin Han Yoojin-ssi menemani tidur, itu saja.”
Lalu, ia memberikanku uang, satu juta won—uang yang bahkan tidak bisa kukumpulkan dalam satu tahun.
Tapi, aku tidak bisa memenerima kebaikan begitu saja terus menerus.
“T-tidak… ini uang terlalu banyak!” Aku berusaha menolaknya. “K-kau terlalu baik untukku, bahkan kau tidak menggunakanku. Aku tidak menerima bisa uang sebanyak ini….”
Meski itu uang yang banyak dan sanggup untuk mengcover biaya kuliahku adikku, tapi aku tidak bisa serta-merta menerimanya
Apalagi dengan semua kebaikan yang kuterima.
Aku terlalu takut untuk menerima kebaikan sebesar ini.
Dengan semua kemuliaan Haeyon Guild Leader-nim, aku takut dengan ekspetasi yang harus kuterima. Aku takut jika suatu saat nanti Haeyon Guild Leader-nim meminta sesuatu yang tidak bisa kulakukan.
Karena aku tidak bisa mengambil resiko; aku tidak ingin karena kecerobohanku menerima uang sebesar ini, adikku juga aku harus menanggung akibatku.
Sudah cukup adikku menderita dengan kemiskinan karena kebodohan kakaknya. Dia tidak boleh harus menanggung semua kesalahanku. Dia adalah malaikat kecilku, cahayaku, dan alasan hidupku. Aku tidak akan membiarkan dosaku mengotori pandanganya.
“Aku ingin jujur padamu, aku tidak sanggup harus menerima kebaikan sebesar ini.” Aku tidak berani untuk menatap Haeyon Guild Leader-nim. “Semua klienku menggunakan tubuhku dengan berbagai cara. Dan mereka paling suka melakukannya karena wajahku… mereka bilang wajahku mirip Haeyon Guild Leader-nim.”
Seketika, aku merasakan intens kekuatan begitu kuat…. dari Haeyon Guild Leader-nim.
Kekuatan yang cukup mencekikku. Kekuatan yang membuatku sulit bernafas. Serta, sensansi panas yang membuat tubuhku terasa terbakar.
Tapi, aku tidak berani melihatnya. Aku hanya bisa berlutut semakin merendah. Memohon pengampunan.
“Maafkan aku, maafkan aku. Aku tidak bermaksud me-melakukan i-i-itu….”
Intens kekuatan Haeyon semakin kuat. Rasa takut mulai menyelimuti tubuhku. Apakah Haeyon Guild Leader-nim akan membunuhku? Tapi, aku tidak bisa terus menutup mulutku, terutama keselamtan adikku menjadi taruhan.
Aku hanya bisa bersujud, mohon pengampunan terdalam, meski bayaran adalah nyawaku sendiri.
“A-aku hanya bisa melakukan itu, hanya itu yang bisa kulakukan untuk mencari uang. Tidak ada yang mau menerimaku bekerja selain itu….”
Kepalaku terasa sangat sakit dan dadaku semakin sesak setiap kali mengingat semua penolakan yang kuterima. Tanpa kusadari, cairan hangat keluar dari pipiku, seperti suatu tangisan yang telah lama kupendam… kenapa aku bisa menangis di depan Haeyon Guild Leader-nim?
“Kumohon, jika kau marah… hukum saja aku, aku terima semuanya. Tapi, adikku tidak bersalah… tolong, jangan sakiti adikku. Adikku tidak bersalah….”
Setelah itu, aku tidak berani mengatakan apa-apa.
Tapi anehnya, aku merasa kekuatan Haeyon Guild Leader-nim perlahan memudar, seolah pria itu menarik kekuatannya. Kemudian, aku merasakan tubuhku di angkat dan diletakan di atas kasur dengan begitu lembut.
Dan aku melihat wajahnya; begitu memerah dan ingin menangis
Kenapa kau tidak marah?
Seharusnya kau marah…. seperti kau membenci kakakmu yang hanya menghambatmu.
Sebelum mulutku terbuka untuk bertanya, Haeyon Guild Leader-nim memberikan senyuman lembut dan hangat, tanpa ada jejak kemarahan atau kekecewaan. Seolah berusaha untuk menahan semua emosinya di hadapanku seorang.
Mungkin karena aku adalah F-Class yang bisa mati kapan saja dengan emosinya, jadi dia menahan emosinya.
Kemudian, dia berkata begitu lembut, “tidurlah dan istirahat…. kau sudah berjuang keras untuk adikmu.”
Dia berkata seolah dia telah tahu segalanya tentangku, ketika aku sama sekali tidak mengenalnya.
Setelah itu, dia mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur dan memintaku untuk beristirahat tenang.
Meninggalkanku sendirian, tanpa ada rasa benci, malu, ataupun marah.
Namun, ketika Haeyon Guild Leader-nim menyewaku, terkadang aku terbangun penuh luka.
Luka goresan, benturan, dan tusukan. Terkadang rasa sakit luar biasa dari tubuhku sendiri yang tidak terluka, tanpa aku bisa tahan kecuali dengan obat-obatan atau alkohol. Terkadang, perasaan begitu gatal karena tidak pernah tersentuh lagi.
Aku tidak ingat darimana luka ini. Semakin aku mencoba mengingat, kepalaku semakin terasa sakit.
Sepertinya, otakku benar-benar sudah rusak… apakah aku menjadi idiot?
Itu tidak penting.
Lagipula pekerjaanku tidak membutuhkan otak.
Satu-satunya yang bisa kuingat, semua luka dan rasa sakit ini bukan dari Haeyon Guild Leader-nim.
Haeyon Guild Leader-nim terlalu baik untuk melakukan hal kotor itu. Setiap kali dia menemukanku terluka, dia pasti akan memberikanku potion terbaik untuk mengobati lukakku. Terkadang, dia membersihkan jejak lukakku.
Tapi setiap kali ia melihat kakiku yang telah cacat, dia hanya terdiam. Tidak peduli potion atau healer yang dia punya, kaki itu tidak pernah sembuh.
Langkah terbaik memang mengamputasi dan ganti dengan kaki palsu. Tapi, aku menolaknya. Pelangganku lebih suka tubuhku masih utuh, terlepas itu sudah tidak berguna. Aku tidak bisa mengambil resiko jika pelangganku menurun hanya karena aku mengamputasinya.
Dan setiap kali aku mengutarakan alasanku, Haeyon Guild Leader-nim pasti berusaha menyakinkanku; dia tidak akan membuangku, dia akan terus memperkerjakan.
Sungguh konyol sekali.
Seumur hidup aku berkerja, tidak ada sesuatu pasti dan abadi. Hidupku pasti mudah digantikan orang lain. Jika aku tidak berguna, aku hanya akan dibuang.
Selain tubuhku yang digunakan seperti teddy bear untuk menemani Haeyon Guild Leader-nim tidur, aku tidak memiliki guna apa pun. Bahkan pekerja terendah di Haeyon jauh lebih berharga dariku.
Aku ragu Haeyon Guild Leader-nim akan menjagaku selamanya. Bisa saja, jika dia bosan, dia akan membuangku, sama seperti yang dia lakukan pada kakaknya.
Karena itu, selagi Haeyon Guild Leader-nim masih menyukaiku dan membayarku, aku bersedia melakukan apa pun.
Namun, aku tidak menyangka kalau aku akan diberi hadiah.
“Kalung ini….”
Sebuah kalung High S-Class; kalung pelindung dan memiliki efek penghilang rasa sakit dan penenang. Kalung yang begitu indah berwarna merah seperti api milik Haeyon Guild Leader-nim. Kalung yang mustahil bisa kusentuh.
Tapi sekarag, kalung itu berada di leherku, dipakaikan oleh Haeyon Guild Leader-nim.
“Bagaimana, bukankah itu cantik?”
Haeyon Guild Leader-nim memandang pantulan diriku di cermin. Kalung begitu berharga itu terlalu mencolok untuk tubuhku yang begitu jelek. Kalung ini tidak memberikan kesan mewah atau membuatku cantik. Kalung ini hanya memperjelas tubuh jelek ini.
Sayangnya, aku tidak bisa menolaknya. Apalagi, aku melihat Haeyon Guild Leader-nim senyum begitu lebar—entah apa yang dipikirkannya.
Mungkin saja dia senang karena bisa menandaiku tanpa perlu menyentuhku.
Ya, tidak sedikit pelangganku menandai kepemilikanku dengan kalung anjing.
Dan mungkin saja, selera Haeyon Guild Leader-nim adalah kalung berlian. Kalung ini tidak seberharga dari harta yang dimiliki.
Jadi, aku hanya tersenyum.
Dan membiarkan Haeyon Guild Leader-nim menggunakan tubuhku untuk menghias dengan perhiasan atau pakaian, sama seperti boneka barbie yang dipermainkan oleh anak kecil.
Pada akhirnya, Haeyon Guild Leader-nim tidak berbeda dari pelangganku.
Aku tidak begitu ingat sejak kapan aku berhenti mempercayai orang lain.
Aku hanya ingat; mereka akan meninggalkanku ketika aku tidak berguna. Mereka terus menggantikanku dengan yang lebih baik.
Satu-satunya yang bisa kupercaya hanya adikku.
Bahkan meski adikku sekarang tidak mau pulang, aku masih percaya pada adikku.
Lagipula, adikku pergi karena kesalahanku sendiri. Kalau saja lebih berguna dan tidak menyakiti hatinya, adikku pasti tidak akan pergi.
Karena itu, aku menunggunya.
Aku tidak akan meninggalkannya begitu saja. Aku paham rasanya ditinggalkan dan aku tidak ingin adikku merasakan.
Jika semua orang membenci adikku, aku ingin tetap menjadi rumahnya.
Dan suatu saat nanti—
“Bisakah kau memberikan ke adikku lagi?”
Sama seperti yang sudah berlalu, setiap kali aku menerima uang dan memiliki jumlah yang cukup, aku selalu meminta Haeyon Guild Leader-nim untuk memberikan ke adikku.
Aku tidak memiliki ponsel dan aku terlalu lelah untuk mencari adikku yang keberadaannya entah di mana. Haeyon Guild Leader-nim tidak pernah mengizinkanku untuk kembali ke rumah, terlepas berapa banyak aku memohon. Dia bahkan lebih memilih untuk mengurungku di kamanya selama ia mengunakan.
Semula aku marah; tidak peduli berapa banyak Haeyon Guild Leader-nim memberikan uang, aku harus pulang. Aku tidak tahu kapan adikku pulang dan aku tidak ingin adikku pulang menemukan rumah kosong, tanpa makanan atau uang untuk dia hidup. Aku harus kembali memastikan kalau rumah kami cukup hangat dan dia dapat beristirahat dengan nyaman.
Apalagi, aku telah menerima kebaikan begitu banyak dari Haeyon Guild Leader-nim. Mana mungkin aku tega membiarkan adikku di basement apartemen yang dingin, ketika aku berada di kamar yang hangat.
“Kau tidak perlu khawatir, aku akan memberikan adikmu apartement yang baik dan menyekolahkannya ke SNU. Jadi, kau tidak perlu pulang…”
Dan sekali lagi, aku menerima kebaikannya.
Ia bahkan berjanji kalau adikku tidak perlu membayar apa pun—cukup aku menemaninya. Menjamin bahwa adikku akan hidup aman sebagai mahasiswa kedokteran biasa, tanpa perlu terlibat di prostitusi ataupun hunter.
Sekali lagi, aku benar-benar tidak mengerti. Aku tidak tahu kenapa Haeyon Guild Leader-nim begitu baik denganku.
Tapi, aku tidak keberanian untuk bertanya.
Aku terlalu takut untuk berharap. Orang rendahan sepertiku, bukankah cukup untuk menerima kebaikanku.
Jadi, aku hanya melakukan apa pun yang dia minta. Berhati-hati agar dia tidak marah sedikit pun dan mengambil kebaikannya.
Karena itu, aku berhati-hati ketika meminta tolong.
Haeyeon Guild Leader-nim mengerutkan dahinya ketika melihat tumpukan uang yang telah kukumpulkan. Lantas ia bertanya, “aku sudah memberikan uang cukup untuk hidup dengan baik. Kenapa kau tidak gunakan uang itu, setidaknya untuk dirimu.”
“A-aku tidak membutuhkan uang ini…” Aku menunduk, tidak berani menatapnya. Namun, aku tidak bisa menahan diriku tersenyum ketika mengingat kebaikan yang telah kuterima. “Semua yang Haeyeon Guild Leader-nim sudah cukup untukku. Aku tidak bisa meminta lebih dari itu.”
Haeyon Guild Leader-nim tidak bersuara, hanya diam menatapku.
“Dibandingkan denganku, adikku jauh lebih membutuhkan uang. Kudengar, untuk menjadi dokter kau membutuhkan banyak uang praktik. Jadi kurasa, ini akan membantunya.”
Senyumanku semakin lebar ketika membayangkan adikku yang menjadi mahasiswa. Dia akan memiliki teman yang banyak. Dia akan menyelamatkan banyak orang. Hidupnya akan baik-baik saja; dia bisa keluar dari kegelapan karena kakaknya yang bodoh ini.
“Mengetahui adikku hidup damai dan bahagia, itu sudah cukup bagiku.”
“Begitu ya…”
Ketika aku tanpa sengaja melihat Haeyon Guild Leader-nim, raut wajahnya berbeda. Seperti ia mengingat sesuatu yang membuat emosinya tercampur aduk. Sesuatu yang tidak bisa kubaca dari wajah.
Ah.
Kenapa aku begitu bodoh?
Bisa-bisanya aku menunjukan kebaikankku sebagai kakak ketika Haeyon Guild Leader-nim memiliki seorang bajingan sebagai kakaknya
Bahkan meski Haeyon Guild Leader-nim sangat baik dan kuat, bukan berarti dia harus menerima perlakuan sialan dari kakaknya.
Dia… begitu kasihan.
Keluarga satu-satunya yang dimiliki, bukannya membantunya, justru hanya menariknya di kegelapan. Padahal saat itu, Haeyon Guild Leader-nim hanya seorang anak yang tidak bersalah. Dia tidak pantas menerima semua penderitaan.
Jika saja aku adalah kakak Haeyon Guild Leader-nim….
“Maafkan aku.”
Aku menunduk, merasa tidak enak padanya. Apalagi, setelah semua kebaikan yang kuterima dan dia menolong adikku…
“Haeyeon Guild Leader-nim adalah orang baik, kamu pasti akan mendapatkan cinta dari seseorang yang tulus denganmu.” Aku tersenyum, berusaha menyakinkan Haeyon Guild Leader-nim. “Lagipula, semua itu adalah salah kakakmu… kakakmu adalah orang jahat—”
“Kakakku bukan orang jahat!”
Tubuhku tersentak mendengar suara keras penuh amarah Haeyon Guild Leader-nim. Tubuhku terseketika gemetar. Aku langsung menunduk, tidak berani melihat Haeyon Guild Leader-nim. Bahkan meskipun ia menahan diri untuk tidak mengeluarkan kekuatannya, aku tetap takut untuk berhadapanya.
Tapi kenapa kamu marah?
Bukankah kau selalu bilang di televisi… kakakmu hanya seorang egois dan jahat.
Kau sangat membenci kakakmu.
“Kakakku sama sekali bukan orang jahat…”
Samar-samar, aku mendengar suara Haeyon Guild Leader-nim bergetar. Tanpa sadar, aku memberanikan diri untuk mengadahkan kepalaku.
Dan saat itu, pertama kalinya aku melihat air mata dari seorang pria terkuat di Korea.
“Kakakku… kakakku satu-satunya orang yang tulus mencintaiku.”
Haeyon Guild Leader-nim menangis. Ia tidak berusaha untuk tampil kuat atau menahan tangisan. Ia hanya membiarkan air matanya terus turun seolah menumpahkan semua perasaannya yang telah dipendamnya.
“Dia telah mengorbankan segalanya hanya untuk mencintaiku….”
Matanya perlahan melihat tumpukan uangku di depannya. Dia terdiam begitu lama, tanpa berusaha untuk menghapus air matanya. Terus memandang uangku seolah mencoba untuk bernostaglia; tentang hidupnya dan kakaknya.
Aku hanya diam saja. Aku tidak tahu seperti apa yang harus kulakukan. Satu-satunya yang bisa kupahami, tangisan itu bukankah kebohongan. Itu adalah tangisan yang mungkin dia telah pendam.
Tapi aku tidak tahu apakah Haeyeon Guild Leader-nim sungguhan mencintai kakaknya, atau justru Haeyon Guild Leader-nim berdelusi kalau kakaknya mencintainya dan masih terus berharap atas cinta kakaknya.
Apalagi setelah semuaya…
Setelah Haeyon Guild Leader-nim yang menceritakan masa lalu kalau ia memiliki kehidupan yang sulit dan kakaknya menyeretnya ke kegelapan.
Setelah kakaknya yang telah mempermalukan Haeyon Guild Leader-nim dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Setelah semua noda hidupnya dari kakaknya menghilang sepenuhnya.
Lalu…. kenapa kau menangis?
Tapi, aku memilih untuk diam. Aku tidak berhak tahu untuk semua itu.
Aku tidak bisa memahami semua itu.
Setelah jeda begitu lama, Haeyon Guild Leader-nim menghapus jejak air matanya. Ia memandangku sejenak seolah dia mengharapkan sesuatu dariku
Tapi aku hanya diam.
Sekali lagi, aku hanya mengecewakan Haeyeon Guild Leader-nim.
Tapi Haeyeon Guild Leader-nim tidak marah sekali. Seolah ia sudah tahu; aku tidak berguna.
“Gunakan saja uang ini untuk dirimu. Setidaknya, belilah makanan atau barang yang kamu suka.” Haeyon Guild Leader-nim memalingkan wajahnya, tidak sanggup lagi untuk menatapku lagi. “Aku berikan adikmu uang lebih lagi.”
Setelah itu, ia meninggalkanku begitu saja.
Terkadang, aku berpikir Haeyon Guild Leader-nim menggunakanku untuk mengantikan sosok kakaknya.
Lagipula, wajahku begitu mirip dengan Haeyeon Guild Leader-nim. Mungkin saja, wajahku mirip dengan kakaknya.
Dan mungkin karena rasa sayangku pada adikku, mungkin dia mengharapkan rasa sayang yang sama.
Namun sebaliknya dia malah menolakku.
“Aku sama sekali tidak butuh seorang pengganti.”
Haeyeon Guild Leader-nim memelukku, tapi ia tidak mencoba membuka bajuku. Dia hanya membenamkan dirinya dipelukanku, mencoba mencari kehangatan setelah semua apa yang dilalui.
“Aku hanya ingin kau berada di sisiku, itu saja.”
Sebagai seorang pelacur, aku tidak boleh percaya kalimat itu.
Kebanyakan pelanggan itu hanya mengatakan agar membuatku rileks dan menerima semua mereka lakukan. Terkadang, mereka suka melihat wajah putus asaku karena percaya kalimat bodoh itu.
Tapi untuk kali ini, bolehkah aku percaya?
Bahkan meski ini berakhir kebohongan, setelah semua kulalui, bisakah aku percaya?
Jadi, aku membalas pelukan Haeyeon Guild Leader-nim.
Meski aku ingin percaya, aku tahu posisiku. Aku hanya ingin menikmati ketenangan ini… sebelum aku harus kembali ke tempat gelap itu.
Tapi, Haeyeon Guild Leader-nim tidak pernah berhenti memberikanku kejutan.
“I-ini…”
Mataku memandang tanpa percaya…
Ada sebuah jas putih yang Haeyon Guild Leader-nim berikan padaku. Jas putih untuk mahasiswa kedokteran SNU. Ketika aroma jas putih masuk hidungku, aku bisa mencium bau yang begitu kenal. Aroma detergen dan sedikit aroma keringat; aroma yang paling aku rindukan.
Ini adalah jas dokter milik adikku.
Adikku…
Akhirnya, dia benar-benar bisa kuliah menjadi mahasiswa kedokteran.
Aku tidak bisa menahan kebahagian ini. Aku ingin menangis dan memeluk jas itu, tetapi aku terlalu takut untuk mengotori jas kebanggaan adikku. Apalagi dengan menyentuhnya seperti ini, pasti adikku kesulitan untuk membersihkan.
Seolah menyadari apa yang kupikirkan, Haeyeon Guild berkata, “jangan khawatir, adikmu memberikan untukmu.”
“T-tapi…”
“Mahasiswa SNU punya banyak jas dokter, jadi kau tidak perlu khawatir.” Haeyeon Guild Leader-nim tersenyum padaku, seolah bangga padaku. “Lagi pula, setelah apa yang kau lakukan pada adikmu, kau telah berhasil menjadi seorang kakak.”
“Tidak, ini semua kerja keras adikku.”
Aku memberanikan diriku memeluk jas itu. Rasanya, aku benar-benar memeluk adikku.
Aku sangat merindukannya.
Akan lebih baik jika dia menemuiku, alih-alih hanya memberikan jas dokter ini.
Tanpa sadar, aku bertanya pada Haeyeon Guild Leader-nim, “apa… adikku tahu tentang apa yang kulakuan?”
Haeyon Guild Leader-nim terdiam. Raut wajahnya tersenyum penuh kebanggaan, tiba-tiba terpaku, tidak tahu harus menjawab apa.
Dan aku sudah menebaknya.
“Tidak apa-apa.” Anehnya, aku tidak merasa sedih sama sekali. “Lagipula, dia pasti malu—”
“Dia sama sekali tidak malu!” Haeyeon Guild Leader-nim langsung memotongnya. “Dia sama sekali tidak malu…. bisakah kau percaya itu?”
Aku terdiam.
Kenapa sekarag Haeyeon Guild Leader-nim berbicara untuk adikku?
“Saat ini adikmu sedang memiliki banyak tugas. Dia ingin mengambil percepatan untuk spesialis…. dan itu memakan banyak waktu.”
“Spesialis?”
Haeyon Guild Leader-nim mengangguk.”Ia ingin mengambil spesialis kejiwaan.”
“Ah, begitu ya…”
Aku terdiam sejenak. Aku tidak begitu paham dengan perkuliahan kedokteran dan bagaimana menjadi dokter spesialis. Aku dengar menjadi dokter dengan kurun waktu biasa sudah memakan banyak waktu dan tenaga… pasti sangat melelahkan jika mengambil percepatan spesialis.
Tapi membayangkan adikku mengambil spesialis kejiwaan… aku tidak menahan rasa banggaku padanya.
“Ternyata dia ingin menolong lebih banyak orang…” aku tidak bisa berhenti tersenyum membayangkan adikku mengenakan jas kedokteran dan menyelamatkan banyak orang. “Kudengar, spesialis kejiwaan bisa menyelamatkan hati orang yang putus asa… pasti adikku akan menjadi pahlawan.”
Kemudian, aku memandang Haeyeon Guild Leader-nim.
“Bisakah kau katakan ini pada adikku?” Aku memeluk jas kedokteran itu. “Dia tidak perlu menemuiku.”
“.…kenapa?”
Sekarang, giliran suara Haeyeon Guild Leader-nim terdengar tidak percaya—seperti merasa tertolak.
“Aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh adikku, dan ketika aku memulai pekerjaan ini, aku sudah mengetahui konsekuensinya. Sebenarnya aku tidak yakin… tapi saat adikku kabur, mungkin saja ia malu kalau kakaknya seorang pelacur.”
Samar-samar, aku teringat hari adikku pergi. Di saat itu, mungkin aku terasa sangat sakit dan kecewa dan lama-kelamaan, aku merasakan kekosongan hati.
Tapi sekarang, anehnya aku merasa lega.
Melihat masa depan adikku begitu indah, aku bersyukur adikku telah pergi. Citra seorang dokter begitu sangat penting dan aku tidak tega mengotori citra adikku. Apalagi dia sekarang seorang psikiater.
Dan mungkin saja, adikku bisa menjadi dokter selebriti, untuk menyelamatkan banyak orang. Mungkin saja dia bisa mencegah anak-anak tak bersalah, melakukan percobaan bunuh diri.
Jelas, keberadaanku hanya akan nmenodainya.
“Aku tidak sanggup jika keberadaanku hanya akan menghambat masa depannya.” Aku memejamkan mataku. “Sejujurnya, aku bersyukur dia pergi. Dengan itu, dia pasti memiliki kehidupan yang sangat bahagia… sesuatu yang tidak bisa kuberikan.”
Dan mengetahui dia hidup dengan baik dan bahagia... itu sudah cukup bagiku.
Tugasku sebagai kakak, mungkin sudah berakhir.
Ketika pikiranku begitu rancu dan tubuhku terasa berat, aku mencoba membuka kelopak mataku. Sekali lagi, aku terbangun di tempat yang berbeda. Bukan kamar yang biasa Haeyeon Guild Leader-nim gunakan atau bar. Sebuah kamar dengan langit-langit berwarna putih.
Tapi kali ini, aku tidak bisa menggerakan tubuhku.
Apa aku minum obat lagi?
Aku tidak ingat. Semenjak Haeyon Guild Leader-nim menjadi pelanggan tetapku, dia tidak pernah mengizinkan minum obat-obatan. Ia hanya suka melihatku menggenakan item penenang ketimbang memberikan obat-obatan.
Tapi aku bisa mencium bau antiseptik. Beberapa suara seperti berada di kamar rumah sakit terdengar samar-samar.
Apa aku berada di rumah sakit?
Aku tidak tahu. Aku tidak bisa berpikir atau bergerak.
Namun sebelum aku mulai menutup mataku kembali, aku melihat sosok seseorang yang mengecek tubuhku. Aku tidak bisa jelas begitu wajahnya. Tapi sosok itu… aku bisa mengingat begitu jelas,
Dia adalah adikku.
Adikku telah berhasil menjadi dokter.
Apakah ini adalah mimpi?
Jika ini sungguhan mimpi, maka aku tidak terbangun. Aku juga tidak ingin kembali ke kamar Haeyeon Guild Leader-nim, meski dia menawarkan segalanya untukku. Aku bahkan tidak keberatan jika menjadi bahan percobaan untuk adikku.
Melihat sosoknya sekarang…. semua rasa sakitku dan lelahku menghilang. Kekosongan hati yang terus menghantuiku, semuanya telah terisi.
Dan hanya tersisa kebahagiaan.
“Hyung?”
Seolah menyadari aku memperhatikannya, adikku tersayang memandangku. Namun aku merasakan rasa sedih dari suaranya.
Kenapa kau bersedih?
Apa menjadi dokter sangat melelahkan?
Jika kau lelah, kau seharusnya beristirahat. Kau tidak perlu terburu-buru. Kau punya semua waktu yang kau butuhkan.
Aku ingin menggapainya dan memeluknya, tapi aku tidak memiliki tenaga. Tubuhku terlalu berat untuk mencapainya. Aku sangat kesal dengan tubuhku yang lemah ini. Aku seharusnya bisa memeluknya.
Tapi sebelum aku memaksakan diriku, aku merasakan genggaman begitu hangat. Dia mengenggam tanganku, meletakannya di pipinya.
Dan kemudian aku merasakan cairan hangat di tanganku.
Ah.
Kenapa adikku menangis?
Apa kau kekurangan uang? Kakakmu masih bisa bekerja untuk mendapat uangmu. Atau ada seseorang yang menganggumu? Meski kakakmu sudah cacat, tapi kakakmu seorang hunter… setidaknya, kakakmu bisa melukai mereka, meskipu kakakmu harus mengorbankan segalanya.
“—tolong jangan tinggalkan aku…”
Hei,
Aku tidak pernah meninggalkanmu.
Bahkan jika seluruh dunia membencimu dan aku harus mengorbankan semua kebahagiaanku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.
Kakakmu ini sangat mencintaimu, adikku…
Jadi, jangan tinggalkan aku juga.