Actions

Work Header

the banquet

Summary:

bekerja sebagai seorang pemburu vampir memanglah tidak mudah. tapi, apa yang dapat dilakukan namjoon jika tubuhnya memang lebih terlatih untuk berprofesi sebagai salah satunya? selain tidak ada profesi lain yang menarik minatnya, namjoon juga mendapat profit besar selepas menuntaskan pekerjaannya. namun, apakah jadinya bila karir yang ia pilih menuntunnya pada akhir kehidupannya? terlebih lagi, menjadi pengantin dari makhluk yang ia buru selama ini.

Work Text:

Sebuah jalan setapak terlihat di antara kabut bayang-bayang teror hutan kegelapan dengan latar liuk kayu pepohonan yang mengerikan. Suara gemerisik dedaunan yang bergesekan di tanah seolah-olah menyerupai suara bisikan-bisikan rahasia dari mata-mata penyihir tua nan sakti.

Meski begitu mencekam suasana yang ada, pemuda itu berjalan menapaki jalan tersebut dengan teramat santai. Di salah satu bahunya tersampir sebuah tas berbahan kulit yang melintang melewati depan dada, berisi dengan peralatan berburu serta bubuk silver yang dipercaya mampu mengusir makhluk-makhluk kegelapan seperti vampire atau mungkin manusia serigala.

Pada ikat pinggangnya, tersemat dua hingga tiga senjata berpeluru perak dengan ekstrak bawang putih dan arsenik. Di punggungnya juga tersimpan crossbow yang bagian besinya memantulkan cahaya rembulan. Raga pemuda itu benar-benar dipersenjatai dengan baik. Tidak heran jika para penduduk desa sekitar mengakuinya sebagai pemburu handal.

Tak hanya hewan liar, tetapi para makhluk kegelapan yang sering mengganggu manusia pasti dibabatnya hingga habis.

Sepatu laras tingginya terus menapaki jalan setapak yang kini ujungnya berakhir pada sebuah kastel tua bernuansa kelam nan mencekam. Dinding-dindingnya telah terlihat lapuk dengan tanaman menjalar dan lumut-lumut hijau yang terjuntai menghiasinya. Kabut kian menipis, sampai langkah kaki pemuda itu membawanya mendekat ke depan gerbang tinggi berkarat yang pasti menimbulkan derit jika digerakkan.

Anehnya, pelataran di depan dan di dalam gerbang kastel tersebut terlihat seperti lingkungan yang terawat.

Rumputnya tidak ada yang tumbuh tinggi melewati mata kaki dan semak-semak bunga yang ada juga tak layu layaknya kondisi kastel yang ditinggalkan. Pemuda itu mencurigai jika kastel yang ia temukan kali ini sebenarnya memiliki penghuni, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kastel tersebut ditinggali oleh manusia atau makhluk lainnya.

Sebab, ini bukan kali pertamanya menemukan kastel seperti yang ada di hadapannya saat ini dan jarang sekali ia menemukan fakta bahwa pemiliknya adalah seorang manusia.

Ia sempat ragu untuk melanjutkan langkahnya memasuki kastel tersebut. Udara yang bertiup dari balik gerbang terasa aneh disertai dengan samar bau zat besi yang menggelitik hidung pemuda itu.

"Kim Namjoon bukan penakut. Kim Namjoon adalah pemburu yang handal," gumamnya yang terdengar bagaikan mantra.

Dengan perlahan, didorongnya pagar tinggi berkarat itu hingga menimbulkan derit kasar yang terasa gatal di telinga. Kepakan sayap dari bayangan burung-burung nokturnal terdengar di udara, membangkitkan bulu kuduk pemuda itu dalam perasaan ngeri.

Saat ada hawa dingin yang membelai pipi dan lehernya, Namjoon refleks memejamkan mata. Sebenarnya, ia sedikit cemas tentang apakah itu hanya angin biasa atau makhluk penghisap darah yang sering menjadi buronannya menyapa kehadiran pemuda itu di kastel tersebut.

Waktu kedua netranya kembali terbuka, Namjoon tidak menemukan apapun atau siapapun di hadapannya. Ia aman. Tadi memanglah hanya angin malam yang berhembus lebih kencang dari area balik pagar kastel tersebut.

Tanpa ia ketahui, dari jendela lantai atas ia sedang diamati oleh dua makhluk pemilik kastel yang tengah mengira-ngira bagaimana rasa dari mangsanya kali ini.


Daun pintu depan yang Namjoon dorong terasa berat. Sampai-sampai, lengannya nyaris keram dari mengeluarkan tenaga yang cukup besar untuk mendorong benda tersebut.

Mengherankan.

Untuk apa membangun sebuah kastel dengan pagar yang ringkih, tetapi memiliki daun pintu yang berat? Rasanya tidak masuk akal.

Ketika pintu tersebut terbuka, Namjoon hanya dapat mencium bau apek dari debu, jamur, dan perabotan lama yang telah usang. Netranya mengedar ke sekitar ruangan yang tampak dari sudut pandangnya saat ini.

Ruangan tersebut hanya disinari oleh remang-remang cahaya rembulan dari kaca jendela besar yang berada di beberapa sudut ruangan. Langkah kakinya menapak lebih jauh ke dalam ruangan, sebelum akhirnya pintu besar itu tertutup rapat dengan derit menggelikan di telinga.

Entah kenapa, tapi Namjoon dapat merasakan tatapan seseorang di tengkuknya.

Dengan cepat, kepalanya menoleh ke belakang. Pandangannya mengarah tepat ke lantai atas di mana Namjoon merasakan sepasang netra sedang mengawasinya. Di sisi lain, ada samar suara gemericik air di salah satu bagian kastel tua yang juga mencapai telinga Namjoon.

Namjoon sempat ingin menghampiri, namun urung dan malah memilih untuk memantik sebuah korek api dan memberikan penerangan di ruangan tersebut. Sumbu-sumbu lilin dinyalakan, pendar nyalanya membias ke dinding membentuk siluet-siluet dari furniture dan juntaian tirai.

Sang pemuda tahu bahwa ia tengah dikuntit oleh sang pemilik kastel dari suatu sudut, meski mereka tidak mendatanginya tepat saat kakinya menjejak di wilayah kekuasaan mereka.

Karena Namjoon belum sempat memangkas rambutnya setelah berburu dari perjalanan berpekan-pekan mencari obat herbal untuk putri raja, ia terpaksa membawa pita kemanapun ia pergi untuk mengikat rambutnya.

Saat leher jenjangnya terekspos, tiba-tiba ada angin yang bergerak cepat menghembus ke arahnya dan selanjutnya yang Namjoon ketahui adalah kepalanya ditekan dari belakang ke permukaan meja makan panjang yang keberadaannya tak begitu jauh dari tempatnya berdiri semula.

"Kim Taehyung! Tahan hasratmu!"

Sebuah suara lelaki lantang menggema sedetik kala Namjoon mulai merasa kalau lehernya terancam dengan kedua taring panjang yang mulai mendekat. Tenaga pemuda di belakangnya begitu besar. Sampai-sampai, sang pemburu tak mampu menggeliat kabur dari cengkeramannya.

Dalam pandangan Namjoon, muncul sesosok pemuda lainnya. Pakaiannya begitu elegan selayaknya bangsawan kebanyakan dengan kain berenda dan juga kardigan bordir dengan benang berkualitas tinggi.

Namun, yang paling menyita atensi Namjoon adalah rupa eloknya.

Rambutnya hitam bergelombang dengan tatanan yang rapi dan maskulin. Alisnya proporsional diikuti alur tulang hidung yang rupawan. Tak lupa, belah bibir tebalnya yang mengundang hasrat serta rasa penasaran Namjoon tentang bagaimana pemuda semenawan itu diciptakan menjadi pembunuh berdarah dingin.

Sangat disayangkan.

Saat sang pemburu tengah dihanyut lamunan oleh buruannya, yang menahan tubuhnya malah memecah situasi dengan kekehan beratnya.

"Terkesima dengan rupa kakakku hingga melupakan tujuanmu datang kemari, Pemburu?" ujarnya dengan intonasi jenaka dan mencemooh.

Mereka mahir dalam membaca ekspresi dan gerak-gerik manusia. Tak ayal kalau Namjoon dibuat merona dengan perkataan sepele seperti itu, sebab malu yang ditanggung berbanding terbalik dari kenyataan kalau ia adalah salah satu pemburu dari kaum mereka.

Tubuhnya tiba-tiba diputar terlentang dan kini, netranya kembali ditemukan dengan sosok pemuda rupawan yang lain -yang semula nyaris mematahkan lehernya dan menghisap darahnya hingga kering- di hadapannya. Ia sedikit menegakkan posisi duduknya hingga mampu menelisik struktur rupa pemuda tersebut dengan sempurna.

Rupanya tak kalah elok, tetapi yang satu ini memiliki tipe ketampanan yang benar-benar menguji kewarasan dan keimanan Namjoon terhadap sumpahnya pada gereja.

Sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, pemuda tanggung itu tak sadar kalau bibirnya refleks mengeluarkan lenguhan ambigu ketika telapak tangan salah satu pemilik kastel di hadapannya meremas lembut di paha dalamnya -sedikit terlalu dekat ke area lipatan menuju ke tengah selangkangan-.

Ada jeda keheningan yang begitu mendebarkan baginya. Sebab, ia dapat melihat jelas bagaimana netra kedua pemuda di hadapannya berkilat dengan minat dan hasrat.

"What a pretty voice you have there, Hunter. Now, we think it's a pity to end you here."

Sepasang tangan pemuda yang lebih tua mendarat di kedua pinggang Namjoon dan usapan kedua ibu jarinya seolah berupaya menenangkan sang pemburu -atau malah menggodanya dengan sentuhan penuh bujuk rayu yang kemudian diikuti dengan cengkeraman dan lenguh suara Namjoon- yang terlihat lebih panik dari sebelumnya.

Bibir tebalnya mendarat di sekitar pundak sang manusia sebelum akhirnya membenamkan cumbuan di permukaan kulit leher dan ceruknya. Sementara sosok yang lebih muda tengah berusaha memberikan Namjoon kecupan di sekitar pipi, rahang, dan bibir dengan lembut.

Namjoon dibuat kebingungan dengan situasi yang tengah ia hadapi saat ini. Rasanya seperti ia dapat mencair kapan saja dari atensi yang tercurahkan kepada dirinya. Rasanya tiap inci kulitnya tengah dijelajahi dan dicari titik terlemahnya oleh kedua makhluk yang seharusnya ia buru sejak tadi. Kecupan dan sentuhan mereka perlahan-lahan menelanjangi pikiran sang pemburu, membuatnya terhanyut dalam permainan yang tanpa ia sadari kelak akan membelenggunya bersama dengan mereka di kastel itu.


Kepala Namjoon mengadah dengan mulut terbuka tanpa mengeluarkan suara. Kedua kakinya terbuka lebar dengan kepala vampir yang lebih tua -namanya Kim Seokjin, ia dibisiki sebelum semuanya berada di titik ini- terbenam di selangkangannya, membuat kejantanannya berkedut-kedut serta menegang dengan hasrat dan ekstasi seusai pelepasan pertamanya.

Lenguhannya kembali vokal saat kedua telunjuk sosok yang lebih muda -Kim Taehyung, terpaut tiga tahun dari sang kakak- berputar di sekitar areolanya dan menekan putingnya yang telah menegang. Kedua tangan Namjoon diikat ke belakang punggungnya, maka dari itu ia tidak dapat berbuat apa-apa.

“Apakah mulut kakakku rasanya senikmat itu, Kim Namjoon?” Taehyung terkekeh saat melihat kaki dan pinggul Namjoon harus dipegangi oleh Seokjin karena mengejang hebat dari klimaks pertamanya. “Kau berniat memburu kami dan malah berakhir hanya untuk menjadi jalang kami di sini? Apa kata para makhluk fana di luar yang mengandalkanmu itu? Bahkan, aku berani bertaruh kalau mereka tak akan sudi untuk menerimamu kembali dalam lingkungan mereka setelah tau kau sudah digoda oleh dua vampir sekaligus."

Sekilas, Taehyung dapat melihat bayangan kecemasan di permukaan netra Namjoon. Tetapi, hal tersebut tak bertahan lama sebab suasana telah dibuyarkan oleh taring Seokjin yang menancap di permukaan paha dalam Namjoon dan menimbulkan rengekan kencang dari sang submisif.

“Hm? Sensitif sekali,” ujar sosok yang lebih tua seusai menarik kembali taringnya dari permukaan kulit sang manusia. “Apakah kau belum pernah merasakan hal-hal seperti ini, Namjoon?”

Kepala Namjoon menggeleng lemah dengan diikuti dengan dada sekal yang terengah. Kedua pemilik kastel kemudian saling berpandangan dengan seringai dan tatapan berkabut nafsu yang semakin liar, sebelum akhirnya memerintahkan Namjoon untuk menungging dengan kepala yang menghadap ke arah Seokjin.

Mulanya, Namjoon kebingungan akan apa yang tengah terjadi. Bagian dalam kepalanya terasa seperti berkabut dengan banyak sensasi dan hal baru yang menerjang untuk dikenali. Ada tangan yang perlahan merayap di punggungnya, kemudian membelai turun untuk meremas salah satu bongkahan pantatnya yang padat berisi. Tak hanya sampai di situ, rasanya makin tidak karuan saat sebuah benda basah, hangat, dan lunak menyapu bagian luar analnya.

Terkejut, Namjoon refleks menolehkan kepala ke belakang dan mendapati Taehyung berancang-ancang untuk membenamkan wajahnya di belahan antara kedua pantatnya. Kedua pipi Namjoon dihiasi dengan semburat rona merah yang terasa hangat.

Sensasinya sangat asing bagi Namjoon yang sepanjang seperempat abad kehidupannya belum pernah bergumul dan melakukan aktivitas intim seperti itu. Terdapat geli yang menggelitik bagian perut di bawah pusarnya, tetapi tak dapat dipungkiri juga kalau ia mengenali perasaan tersebut sebagai sensasi yang aneh.

Seokjin yang berada di hadapannya menatapnya dengan tatapan yang lebih lembut dari kali pertama mereka bertemu pandang. Dagu Namjoon diangkat perlahan dengan ruas tengah jari telunjuknya. Bibir tebal Namjoon yang lembab diraup ke dalam cumbuan dan dilumat dengan lembut oleh sang vampir tertua.

Pikiran pemuda itu kian melambung bebas dari daratan. Serangan yang dilancarkan oleh kedua musuhnya itu terasa datang dari segala arah, membuatnya kewalahan untuk memfokuskan pandang dan mengatur strategi pelarian diri.

Seolah telah membaca niat Namjoon, dari bagian bawah tubuhnya, Taehyung tidak lagi membasahi bagian luar anal sang pemburu dengan salivanya. Namjoon sebenarnya sempat mengeluarkan rengekan kecewa di sela-sela ciumannya dengan Seokjin, tetapi sosok yang lebih tua dapat menggantikan rengekan itu menjadi desahan kenikmatan dari lidah Namjoon yang dihisap serta dilumat dengan cara yang didambakan oleh sang submisif.

Ketika Seokjin usai mencumbui bibir Namjoon dan memberikan masa untuk manusia itu mengambil nafas, jari tengah Taehyung terbenam perlahan ke lubang anal Namjoon dan menekan tepat di bagian prostatnya.

Sontak sang pemburu vampir itu berjengit dengan erangan rendah dan kepalanya menubruk dada Seokjin. Berat tubuhnya bersandar pada sosok vampir yang sulung, sementara bagian bawah tubuhnya digerayangi oleh sentuhan si bungsu. Saat dirasa satu jari sudah mampu membuat lubang senggama Namjoon lebih rileks, Taehyung menambahkan jari manisnya ke dalam dan mulai melakukan peregangan otot rektum Namjoon.

Sesekali, Taehyung menggerakkan jarinya dengan iseng untuk merangsang Namjoon lagi dan lagi dengan menekan kelenjar prostatnya dengan gerakan cepat.

Netra beriris merah milik Taehyung dan Seokjin tak dapat beralih dari kejantanan Namjoon yang tampak kaku dengan ujungnya yang basah; menuntut pelepasan lagi dari intensnya rangsangan yang diterima. Dengan menelan salivanya, Seokjin membantu Namjoon untuk kembali menumpukan badan bagian depannya di permukaan meja dan wajahnya berhadapan tepat dengan bagian depan selangkangan celana Seokjin yang menonjol.

Tatapan mata Namjoon yang penasaran pada isi di balik kain itu mengundang Seokjin untuk berinisiatif dengan antusias mengurai kait celananya hingga terlepas dan turun sampai ke paha. Mata sang pemburu terbeliak lebar ketika melihat panjang dan diameter dari kejantanan Seokjin di depan wajahnya itu.

Seokjin terkekeh dengan perasaan bangga mengembang di dalam dadanya. Sembari menampar-namparkan kejantanannya ke depan wajah Namjoon, ia berkata. "Bukannya kau terlihat penasaran dengan apa yang kumiliki di balik celana ini, Pemburu Kim? Mengapa hanya termenung saat rasa penasaranmu telah terjawab?"

Dengan wajah yang merona merah, bibir tebalnya bergerak sedikit miring dan membubuhi kecupan di sepanjang kejantanan Seokjin. Dari pangkal ke ujung, hidung Namjoon dapat mengendus samar aroma wangi bunga dari wewangian yang dipakai oleh sang vampir di tubuhnya.

Lidah sang submisif terjulur keluar dan menyapu seluruh bagian kejantanan Seokjin dengan rakus. Entah bagaimana, rasanya ia ingin terus memanjakan kejantanan Seokjin dengan oralnya. Gerakan kepalanya terhenti, ketika jemari sang vampir terbenam di antara helaian rambutnya dan menarik segenggam rambutnya ke belakang dengan lembut.

"Buka mulutmu dan julurkan lidahmu keluar."

Perintahnya terdengar mutlak di telinga Namjoon. Seperti anak anjing yang patuh, sang pemburu hanya mengikuti perintah dengan membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya hingga melewati bibir bawahnya. Ujung kejantanan Seokjin digesek-gesekkan pelan ke permukaan lidah Namjoon, membuat kejantanan itu kian basah dengan cairan pra-ejakulasi di atas meja.

Dengan gerakan lembut, pinggul Seokjin terdorong maju untuk memasukkan kejantanannya ke mulut mungil Namjoon.

Vampir sulung itu nyaris saja mengumpat. Betapa hangat dan sempitnya sensasi mulut Namjoon saat ia berhasil membenamkan kejantanannya hingga pangkal. Terlebih lagi, Namjoon tidak memiliki gag-reflex, yang mana memungkinkan kejantanannya masuk menyentuh tenggorokan si pemburu.

Seokjin mendongakkan kepalanya sambil menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan perlahan. Meski baru sebentar, diameter kejantanan Seokjin terasa cukup besar di mulut Namjoon sampai-sampai mulutnya mulai terasa sakit. Namun begitu, sensasi kejantanan Seokjin yang berat dan hangat di lidah Namjoon dapat mengalihkan rasa sakit menjadi candu. Kedua bola mata Namjoon bergulir naik saat hentakan pinggul Seokjin terasa pas, menghentak tenggorokannya dengan begitu nikmat.

Sementara itu, Taehyung yang merasa diabaikan oleh Namjoon di belakang, segera menarik keluar kedua jarinya dari rektum Namjoon. Tidak lama dari itu, ia menyadari kalau Namjoon tidak mengabaikannya. Karena, sesaat setelah ia tidak memberikan Namjoon sentuhan sama sekali di bagian tubuh bawahnya, pinggul Namjoon sedikit terangkat lebih naik dan bergerak ke kanan dan ke kiri dengan pelan. Seolah-olah memberinya kode atau mengisyaratkan untuk tidak berhenti.

Hal tersebut mendapat perhatian dari Seokjin yang mulai terengah dalam menikmati seks oral yang diberikan Namjoon. Kejantanannya terasa berdenyut-denyut di dalam mulut Namjoon dan mulai menuntut untuk lekas melepaskan cairan ejakulasinya.

"Jangan berhenti, Tae. Ia juga menginginkanmu di situ. Bukankah begitu, Pemburu Kim yang jalang?" ujar Seokjin sembari memegangi bagian belakang kepala Namjoon dengan satu tangan dan menambah tempo gerakan pinggulnya untuk mengejar klimaks.

Setelah mendengar apa yang dikatakan kakaknya, si vampir bungsu memiliki ide untuk melucuti celananya dan merangkak naik ke atas meja, serta memposisikan diri di antara kedua kaki sang pemburu. Berat tubuh bagian bawahnya sedikit ditekankan pada Namjoon, membuat sang submisif dapat merasakan kerasnya kejantanan Taehyung yang berada di belahan antara kedua pantatnya.

Taehyung tidak memasukkan kejantanan itu ke dalam analnya. Melainkan, menggesekkan kejantanannya dengan pelan sembari menggoda anal bagian luarnya. Rasanya begitu kontras dengan gerakan pinggul Seokjin yang sibuk mengejar puncak. Gerakan pinggul Taehyung memberikannya sensasi menenangkan sebelum badai kedua.

Namjoon membiarkan Seokjin mengerang keras dan menumpahkan cairan ejakulasinya di dalam mulut mungilnya.

Matanya terasa buram karena sempat berair dari rasa kebas di mulutnya sebab menganga terlalu lama karena untuk Seokjin. Dengan perlahan dan hati-hati, kejantanan sang vampir sulung ditarik keluar saat usai menuntaskan gelombang klimaksnya.

Tanpa bergerak terlalu jauh, Kim Seokjin hanya mengenakan kembali celananya dan duduk di kursi yang ada tepat di hadapan Namjoon. Ia dapat melihat ekspresi wajah manusia tawanannya dengan sang adik itu tampak tak beraturan. Tampak seperti sedikit linglung dengan rona erotis yang menghiasi kulit sewarna madunya itu.

Seokjin menjadi semakin tak sabar untuk melihat bagaimana sang adik mengacaukan pikiran sang pemburu lebih jauh.


Namjoon nyaris kehilangan akalnya saat semburan cairan ejakulasi Seokjin yang hangat membasahi tenggorokan dan mulutnya. Ia dapat merasakan asin dan sedikit aroma musk yang menguar di dalam mulutnya dari cairan Seokjin. Namjoon menelan keseluruhan cairan itu tanpa sisa.

Samar di dalam pandangannya, ia dapat melihat kebanggaan serta kelegaan di wajah sang vampir sulung itu seusai menarik keluar kejantanannya dari mulut Namjoon. Walau begitu, rasanya ia masih belum puas. Namjoon perlu sesuatu yang lebih, sesuatu yang mampu menuntaskan nafsunya yang masih menggelegak di dalam tubuhnya.

Maka, setelah Seokjin undur diri dan memutuskan untuk menjadi penonton, fokus Namjoon otomatis berpindah pada si vampir bungsu yang sedari tadi terus menggesekkan kejantanannya di antara belahan pantatnya.

Taehyung masih sabar menggesekkan kejantanannya dengan lembut dan meninggalkan jejak-jejak lengket serta basah dari cairan pra-ejakulasi di belahan pantat Namjoon. Tak hanya itu, sesekali ia menundukkan kepalanya untuk mengecupi pundak Namjoon.

Seolah-olah, ia tidak ingin tergesa dalam gilirannya untuk menggauli Namjoon.

Mungkin, jika Namjoon tidak sedang didesak dengan nafsu yang kian mengaduk kewarasannya, ia akan menikmati perlakuan itu. Sayangnya, kini ia hanya berharap agar Taehyug lekas membenamkan kejantanannya ke anal Namjoon dan menggaulinya seperti tiada hari esok.

Maka, dengan kepala yang ditumpukan ke meja dan menoleh ke belakang untuk menatap Taehyung, Namjoon bertekad untuk memohon.

"Tolong, Sir, tolong gunakan aku. Gunakan analku untuk memuaskanmu, Sir. Biarkan aku memberimu kepuasan juga, selayaknya aku memuaskan kakak Anda."

Mendengar suara serak dan berat Namjoon, Taehyung berpaling pada wajah sang submisif dengan tatapan seganas singa. Dalam batinnya, Namjoon telah merasa kalau ia akan dilahap hidup-hidup setelah ini sebab telah memprovokasi si vampir bungsu itu. Samar, telinganya menangkap suara kekehan Seokjin yang tertahan.

"Apakah benar itu yang kau mau, Pemburu?" Suara Kim Taehyung terdengar sarat akan hasrat dan di tiap helaan napasnya sarat akan nafsu yang menggebu. "Kalau kau ingin dijadikan sebagai pengantin kami, tidak perlu datang dengan presensi mengancam ke kastil kami. Kau hanya perlu mengenakan gaun pengantin dan membawa seikat mawar putih kepada kami."

Dengan berakhirnya perkataan itu, punggung Taehyung diposisikan untuk lebih tegak dan kedua tangannya mencengkram pinggul Namjoon untuk merapat ke arahnya. Satu cengkramannya terlepas, menyisakan tangan kirinya yang menahan pinggul sang pemburu untuk tetap di tempat. Sementara itu, tangan kanannya sibuk mengarahkan ujung kejantanannya pada anal Namjoon.

Napas Namjoon tertahan sejenak ketika perasaan sesak mulai memenuhi analnya dari ujung kejantanan Taehyung yang berhasil masuk secara perlahan. Kedua mata Taehyung terpejam erat kala ia merasakan kejantanannya diremas dan dihimpit oleh otot rektum Namjoon. Perlu perjuangan ekstra untuk menahan dirinya sendiri agar tidak ejakulasi terlalu dini.

Sang submisif merasakan perih untuk penetrasi pertama kalinya di sepanjang hidup lajangnya.

Saat kejantanan Taehyung masuk hingga pangkal, tubuh Namjoon mulai beradaptasi dengan daging hangat dan berdenyut yang telah menjejali rektumnya. Kalau Namjoon tidak salah ukur, diameter dan panjang kejantanan Taehyung tidak jauh beda dari Seokjin. Tetapi, sensasi dari digauli dari lubang senggama oleh Taehyung memang berbeda dari memberikan oral seks pada Seokjin. Keduanya nikmat, hanya saja yang satu memberikan efek berlebih dari yang lain.

Kejantanan Taehyung perlahan bergerak di dalam rektum Namjoon, menggelitik otot-otot di dalam tubuh sang pemburu untuk berkontraksi terhadap perasaan baru yang masih belum familier.

Kedua sisi pinggulnya kembali dicengkeram saat gerakan pinggul Taehyung mulai terasa cepat. Erangan dan desahan meluncur keluar tanpa malu dari mulut fana milik Namjoon, seolah ia tengah memulai kultusnya sebagai pengantin vampir.

Pikirannya lari berhamburan tak menentu. Yang dapat Namjoon pikirkan saat ini hanyalah kejantanan Taehyung yang tengah menghentak di bagian dalam tubuhnya dengan begitu nikmatnya. Napasnya tersengal-sengal dengan tubuh yang terlonjak-lonjak maju. Karena sibuk tenggelam dalam kenikmatan yang diberikan Taehyung, Namjoon sampai tidak sadar jika terdapat sepasang mata lain yang tengah memperhatikan perilaku jalangnya saat sedang digauli oleh sang vampir bungsu.

Netra itu menatap wajah dan tubuhnya yang telanjang dengan pandangan lapar, seperti bersiap untuk menerkam Namjoon kapanpun juga.

Lengan Taehyung melingkar melintasi bagian torso Namjoon dan mengangkat tubuhnya dalam posisi seperti tengah berlutut. Tangan kanannya berada di dada -meremasnya dengan lembut sembari memilin putingnya sesekali- dan yang lain memeluk area bawah tulang rusuk Namjoon.

Kini, dapat terlihat dengan jelas, bagaimana raut muka erotis Namjoon ketika tengah digauli oleh Taheyung.

Lidahnya terjulur keluar dengan mata yang tidak dapat fokus dan berulang kali bergulir ke belakang -ketika Taehyung menghentak tepat di bagian prostatnya-. Kejantanannya mengacung dan menegak dengan cairan pra-ejakulasi membanjiri meja dan bagian ujungnya dengan begitu menyedihkan.

Dalam posisi itu, Namjoon juga dapat melihat bagaimana Seokjin menyaksikannya seperti kelinci buruan di dalam sangkar. Semuanya terasa terlalu nikmat, sampai Namjoon keliru menafsirkan kalau ia tengah berada di dalam nirwana bukan penjara.

Napas Taehyung terasa dingin di lehernya, menghembus berulang kali dengan gelitik menyenangkan. Suara berat Taehyung terdengar tepat di samping telinganya.

"Bergumul denganmu memerlukan banyak tenaga, Pemburu Kim. Aku tak akan membiarkanmu tuntas kalau kau tidak membayar. Apa yang dapat kau berikan padaku sebagai gantinya?"

Secara refleks, Namjoon menjenjangkan lehernya ke arah yang berlawanan. Pinggul Taehyung tidak berhenti menghentakkan kejantanannya di dalam tubuh Namjoon, meski sejatinya ia terperangah melihat pembayaran secepat itu di depan matanya. Melirik pada Seokjin, si sulung menganggukkan kepalanya sekilas pada Taehyung untuk memberikan izin.

Dengan itu, pinggul Taehyung bergerak dengan lebih cepat. Hentakan kejantanannya membuat Namjoon mulai menggelinjang dan semakin dekat pada klimaksnya. Mulut Taehyung terbuka dan menampilkan kedua taring atasnya dengan dominan. Tubuh Namjoon menggelinjang kian intens saat Taehyung menghentaknya dengan dalam dan cepat.

Bertepatan dengan klimaksnya Namjoon, Taehyung juga membenamkan taringnya ke ceruk leher sang pemburu. Ketika ujung taring itu telah melubangi kulit sewarna madu milik Namjoon, rasa manis dari darah sang pemburu langsung menyembur ke dalam mulut Taehyung. Rasa dan aromanya begitu memabukkan di lidah Taehyung. Sensasi yang dihantarkan dari hangat darah Namjoon mengendarai pikiran Taehyung secara membabi buta.

Sampai-sampai, Seokjin perlu turun tangan untuk menghentikan pinggulnya yang masih terus menggauli Namjoon tanpa jeda -bahkan setelah klimaksnya sang pemburu-.

Pinggul Namjoon tak henti-hentinya mengejang, dengan mata yang bergulir naik dan mulut menganga mengeluarkan desahan-desahan kecil. Kedua vampir pemilik kastel itu mengamati sang pemburu yang tampak erotis dalam klimaksnya dengan seksama.

Sembari menguraikan ikatan tangannya, Seokjin menjilat sekilas sisa darah dari bekas gigitan Taehyung yang masih melekat di kulit Namjoon. Sang vampir sulung tersenyum lebar selayaknya baru saja menemukan bintang baru di alam semesta.

"Kau akan tinggal lebih lama di sini bersama kami, Pemburu Kim. Bahkan jika perlu, untuk selama-lamanya."

Taehyung mengecup lembut pipi Namjoon setelah mendengar keputusan kakaknya dan menyahut. "Jangan coba-coba untuk kabur dari kami."