Work Text:
.
.
.
.
.
XxX L - Lava Cakes - L XxX
.
.
.
.
.
DOR! DOR!
Kling! Kling! Kling!
Konfeti ditembak ke udara. Karyawan memberi selamat. Penonton tepuk tangan. Gadis belia melongo—tidak percaya. Ini ... ini, tuh, betulan??
.
.
Hari itu, langit kota Mutsuba sangat cerah, ada beberapa awan putih menggumpal santai bak kasur kapas. Sangat cocok untuk berbelanja. Seluruh anggota bagi tugas.
Yuudias tentu saja siap sedia melaksanakan tugas dengan semangat, dan baik benar, apa pun perintahnya.
Yuuhi—katanya nanti, habis mampir ke suatu tempat. Tidak tahu, deh, maksudnya mau ke mana.
Oudou Yuamu baru saja keluar dari sebuah minimarket, kebagian jatah beli beberapa perlengkapan untuk UTS: baterai, tisu serbaguna, dan satu botol ramune dingin—jajan sedikit boleh, dong.
Tapi, yang paling menarik bukanlah belanjaannya.
"Selamat, Nona! Anda mendapatkan satu kesempatan putar undian!" Kasir pasang muka sales, menunjuk papan bertuliskan ‘Coba Peruntunganmu! Menangkan Tiket Makan Gratis di Kafe Baru!’
Yuamu mengatur sudut kacamata, hoo, boleh juga. Ini tantangan! Jika ada Yuudias atau Yuuhi di sini, mereka pasti lebih heboh.
"UTS!" Dia mengangguk penuh percaya diri. "Biar kucoba."
Gadis itu menggenggam gagang mesin fukubiki, tarik napas lewat mulut, merem sebentar, lalu memutarnya. Ayo! Menang! Dia pasti bisa! Yuamu percaya padamu, Pharaoh Keberuntungan tukang nge-cheat menyertaimu!!
Srek~! Pluk!
"Ah ...."
Waktu melambat. Sekelilingnya memutih. Hanya ada Yuamu, fukubiki, dan ... sebutir emas. Bulatan kecil bak kelereng berwarna kuning bercahaya, gugur dari lubang di bawah, memantul beberapa kali, dan berhenti di pojok kayu.
"Eeeeh?!"
Pengunjung lupa tujuan, kompak menengok. Apa? Ada apa??
Konfeti ditembak. Tepuk tangan menyusul setelahnya.
"Selamat! Nona memenangkan Tiket Makan Spesial! Termasuk satu porsi Lava Cake!"
"Lava ... Cake?" Slow motion, binar bintang satu demi satu bermunculan. Kurva bibir tertarik rasa bahagia akan kemenangan.
"Itu ..., kue yang lagi viral bulan ini, 'kan?!"
.
.
.
.
Setelah melempar belanjaan ke rumah, Yuamu langsung pergi ke Kafe yang—kalau lewat jalan tikus, tinggal melewati gang kecil dan menyeberangi pertokoan.
Taraaa! Ini dia! Toko kue sekaligus kafe—rumornya, toko ini bahkan tidak goyah walau perusahaan besar mengincarnya—padahal tidak terlalu besar. Yuamu sengaja ambil kursi di pojok, karena dekat jendela.
Gawat kalau Yuuhi dan Yuudias lihat, karena tiketnya cuma satu—maaf!! Tapi kali ini Yuamu benar-benar ingin me time!
Dia sengaja pakai hoodie kuning dengan corak ungu keunguan—Yuamu suka coraknya yang mirip warna matanya. Tudung dipasang, harus tutupi rambut~ hehe~
"Hm~ hm~" Yuamu menopang wajah dengan dua kepalan tangan. Badan goyang-goyang kanan-kiri. Kaki ikut diayun-ayun. Mata dipejam, senyum—dan mungkin agak tidak sadar—gigi putih timbul dari balik bibir mungil.
Kafe itu hangat, dinding dan lantai kayu yang dipoles apik, pencahayaan lembut, dengan aroma mentega, dan gula-gula yang menyenangkan hati. Di balik kasir, ada musik jazz pelan mengisi udara, memberi sentuhan klasik yang manis.
"Silakan dinikmati. Saya sarankan minum teh hitam ini setelah mencicipi sedikit. Teh hitam yang pekat dan beraroma mewah, sangat cocok untuk membasuh lidah dari lekat manisnya coklat."
Kalau Yuuhi, biasanya tidak suka kalau kebanyakan aturan perkara makanan. Makan, mah, tinggal makan.
"Baik~ terima kasih sarannya~"
Yuamu malah suka.
Ya, ampun. Lihat itu! Manik violet makin berbinar. Lava Cakes itu masih hangat—luarnya renyah dan empuk, bertabur gula halus seperti salju. Yuamu mengambil garpu, pelan-pelan memotong dari atas dengan hati-hati.
"Harumnya ...." Lensa lavendel ditutup lagi, membiarkan hidung menghirup aroma lezat manis.
Aroma pahit cocoa dan mentega yang gurih makin pekat tatkala Yuamu mengiris sedikit. Dari dalam, luapan coklat meleleh bagai lahar.
Gulp—
Gadis itu menyuap—menyisakan noda coklat di sisi bibir—em .... Yuamu mengulum lembut. Mata ditutup sekali lagi, mencoba fokus dalam kenikmatan momen itu seutuhnya.
Merasakan campuran rasa unik dari manis gula dan pahitnya cocoa, Disusul aroma kuat yang khas dari dark chocolate. Cokelatnya lumer, tidak menyisakan rasa minyak di lidah, melainkan meleleh lagi dalam mulut.
"Tidak ada alien, tidak ada duel, tidak ada ledakan," katanya pelan. "Hanya cokelat yang seenak ini ...."
Untuk sesaat, dunia berhenti. Tidak ada tekanan jadi bagian dari UTS, tidak ada adu cepat berpikir strategi Rush Duel, tidak ada keributan mencari alien.
Hanya Yuamu. Dirinya, sebagai gadis muda, yang menikmati sepiring coklat. Manis pahitnya coklat yang lumer, di balik empuknya roti bolu yang gurih.
Uuunghh!
Lalu dibasuh dengan seteguk teh hitam yang pekat. Rasa pahit yang menyengarkan, pelan-pelan menyebar dalam mulut, minyak coklat pada lidah dibilas hingga eneg menghilang.
"Nona."
Usai menghabiskan suapan terakhir, pelayan datang lagi—membawa secarik kertas.
Apa itu?
"Selamat! Untuk pelanggan yang mendapat tiket dari undian, kami memberikan kupon diskon 30% untuk kunjungan berikutnya!"
Demi!!!!
Sudah dapat gratis, masih saja dapat diskon?? Astaga, apa ini berkah naga putih?!
Yuamu menggenggam kupon itu erat-erat.
"Kebetulan macam apa ini? Seperti di komik-komik saja."
Keluar dari kafe, Yuamu senyum-senyum, dia puas sekali!
Hidup itu memang tidak tertebak, ya? Mimpi apa dia kok bisa dapat anugerah dua kali? DUA KALI. Hehe~ apa jangan-jangan ini hadiah kecil dari—yang kata mereka—Tuhan?
"Masih terbayang-bayang ..., lava cakes tadi enak sekali~"
.
.
.
.
Makan malam hari ini sebetulnya ..., kegagalan!
Yuuhi lupa tugas, jadilah hanya bumbu yang ada, serta makanan instan—ini Yuudias yang dapat tugas.
Di meja makan, berantakan dengan bungkus ramen instan dan sisa karaage. Seluruh anggota duduk menikmati makan malam. TV menyala dengan volume rendah, menayangkan berita alien yang tidak terlalu penting.
"Hm~ hm~"
Yuuhi hening.
Dia duduk sebelahan Yuudias—yang sibuk tawuran dengan sumpit dan nasi. Kenapa susah sekali, sih? Ah, tapi ini gara-gara Yuuhi. Mau tak mau, malam ini mereka makan nasi sisa—tadi siang—campur mie instan.
Tapi, yang membuat Yuuhi diam adalah adik kembar di seberangnya.
Yuamu, duduk santai, asyik menikmati makan malam ... dengan senyum.
Berseri-seri pula.
Kenapa? Mengapa bukan merengut lantaran menu malam ini tidak sehat? Tadi juga dia tidak mengomel bak ibu-ibu arisan, saat tahu Yuuhi lupa berbelanja. Sungguh, senyum Yuamu sekarang, tuh, tidak cocok dengan momen saat ini.
Yuudias baru konek situasi setelah lewat 4-5 menit kemudian. Dia memperlambat sesi makan, lalu melirik Yuuhi.
Yuuhi, susah payah menelan nasi, balas lirik.
Dari sudut mana pun, amat sangat jelas kalau Yuamu ..., sedang bahagia.
Satu suap, senyum muncul. Satu seruput mi, helaan napas pelan—bernuansa puas. Lalu meneguk teh oolong ..., matanya terpejam beberapa detik, seolah menikmati momen selayaknya puisi musim gugur.
Yuudias berbisik. "Dia kenapa?"
Yuuhi ikut berbisik, "Mana kutahu!"
"Hm~ hm~"
Besok dia pergi sendiri atau ajak Yuuhi dan Yuudias, ya?
.
.
.
.
.
XxX
The End
XxX
.
.
.
.
.
Gia_XY Tue 01 Jul 2025 03:56PM UTC
Comment Actions